Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR GINJAL DI RUANGAN HIGH CERE

UNIT ( HCU )RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS


JAKARTA

Disusun Oleh :
Nama : NUR AZIZAH FITRIANI
Nim : 202001007

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKATI
TAHUN 2022/2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Makalah Tugas Akhir Dengan “ Judul Asuhan Keperawatan Tumor ginjal di Ruangan
HCU Rumah Sakit Kanker Dharmais”

Bengkulu, 20 Januari 2023

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ns. INDARYANI, M. Kep Ns. RAHMAT HIDAYAT, S.Kep


NIDN. 0210118201 NIDN/NIK.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI BENGKULU PRODI


DIII KEPERAWATAN 2023
KATA PENGANTAR

Segalah puji dan syukur kita panjatkan kepada allah swt yang mana telah
memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga saya selaku penulis makalah ini dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Sholawat serta salam tak lupa kami panjatkan
kepada nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan pendahuluan ini yaitu:
1. Derektur Utama RS kanker dharmais yaitu Dr. Soeko Werdi Nindito, D., MARS
2. Ketua komite Bidang Keperawatan RS kanker dharmais yaitu ibu Ns. Retno
Setiowati, S. Kep., Sp. Onk.. M.K.M
3. Ketua Bidang pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) RS kanker dharmais yaitu
Bapak Dahlan, S. Sos., M.Kes. M.MY
4. Pembimbing Praktik Ruan HCU RS Kanker Dharmais Yaitu Ibu Ns. Ismayati,
S.Kep
5. Kakak-kakak Perawat dan Staf di Ruang HCU RS Kanker Dharmais

Makalah ini disusun atas penugasan dari praktek kerja “ Asuhan Keperawatan
tumor ginjal di Ruangan HCU Rumah Sakit Khusus Kanker Dharmais Jakarta”.
Hanya itu yang dapat saya sampaikan, semoga dapat dibuatnya makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita dalam bidang keperawatan. Kritik dan
saran dari para pembaca makalah saya, sangat saya perlukan karena saya
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya.

Jakarta, 16 januari 2023

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….….
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………….
A. Latar belakang……………………………………………………………………..
B. Rumusan masalah…………………………………………………………...……..
C. Tujuan ……………………………………………………………………………..
D. Manfaat ……………………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT…………………………………………………………….
1. Definisi………………………………………………………………………..
2. Etiologi ……………………………………………………………………….
3. Manifestasi klinik……………………………………………………….…….
4. Patofisiologi…………………………………………………………….…….
5. Woc……………………………………………………………………...……
6. Komposisi…………………………………………………………………….
7. Penatalaksanaan………………………………………………………………
8. Pemeriksaan Diagnostik……………………………………………………...
9. Terapi Farmakologi…………….……………………….…………….…..….
10. Pencegahan ………………………………………………………………..
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan……………………………………………………..
2. Analisa data………………………………………………………………….
3. Diagnosa keperawatan……………………………………………………….
4. Intervensi keperawatan………………………………………………………
5. Daftar pustaka………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari sel
jaringan ginjal. Tumor lunak atau siste pada umumnya tidak ganas dan yang
padat ganas atau kanker. Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal
sangat cepat dan mendesak sel-sel disekitarnya (Febriani, 2013).
Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomor tiga terbanyak
setelah tumor prostat dan tumor kandung kemih. Tumor ginjal dapat berasal
dari tumor primer di ginjal atau pun merupakan tumor sekunder yang berasal
dari metastasis keganasan di tempat lain (Melisa dkk, 2016).
Sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) adalah kanker,
sedangkan kista (rongga berisi cairan) atau tumor biasanya jinak. Seperti organ
tubuh lainnya, ginjal kadang bisa mengalami kanker. Pada dewasa, jenis
kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal
(adenokarsinoma renalis, hipernefroma) yang berasal dari sel-sel yang
melapisi tubulus renalis (Febriani, 2013).
Penyebab pasti tumor ginjal tidak diketahui, beberapa keterkaitan
telah dibangun antara kanker ginjal dengan merokok, hipertensi, dan obesitas.
Terpapar timah, kadmium dan fosfat juga meningkatkan risiko perkembangan
kanker (Black dan Hawks, 2014).
Merokok dan kegemukan 2 adalah faktor risiko; iritasi kronik yang
dikaitkan dengan batu ginjal juga dapat menjadi penyebab. Beberapa kanker
ginjal dikaitkan dengan faktor genetik. Pasien ESRD juga dapat mengalami
kanker ginjal (LeMone dkk, 2016).
Trias klasik gejala tumor ginjal yaitu hematuria, nyeri panggul atau
nyeri pinggang, dan massa abdomen teraba atau pada panggul/pinggang,
ditemukan hanya pada sekitar 10% orang yang menderita karsinoma sel ginjal.
Manifestasi sistemik mencakup demam tanpa infeksi, keletihan, mual,
penurunan berat badan, anemia atau polisitemia. Tumor dapat menghasilkan
hormon atau zat seperti hormon, termasuk hormon paratiroid, prostaglandin,
prolaktin, renin, gonadotropin dan glukokortikoid. Zat ini menghasilkan
sindrom paraneoplastik, dengan manifestasi tambahan seperti hiperkalsemia,
hipertensi, dan hiperglikemia. Perburukan karsinoma sel ginjal berbeda-beda
mulai dari periode lama penyakit stabil hingga sangat agresif (LeMone dkk,
2016).
Karsinoma sel ginjal merupakan 3% dari seluruh tumor ganas pada
orang dewasa yang ditemukan pada umur 40-70 tahun. Kejadian tumor pada
kedua sisi (bilateral) hanya terdapat pada 2% kasus saja. Angka kejadian pada
pria lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan 2:1. Di seluruh dunia,
sekitar 270.000 kasus baru didiagnosis per tahun, dan sekitar 116.000 pasien
meninggal per tahun. Data lain menunjukan bahwa di seluruh dunia terdapat
209.000 kasus baru dan 102.000 meninggal per 3 tahunnya. Insiden RCC
tertinggi terjadi di negara- negara Barat dan terendah di negara Asia dan
Afrika. Pada tahun 2015 di Amerika Serikat, sekitar 62.000 telah di diagnosis
RCC dan 14.000 telah meninggal karena kasus ini (Melisa dkk, 2016).
Insidensi di Hongkong, India, Korea dan Taiwan berkisar 3.24-6.0 per
100.000 penduduk. Di Jepang 5.2 per 100.000 penduduk, dengan angka
kematian 1.8 per 100.000 penduduk. Di Malaysia insidensi kanker ginjal
adalah 1.9 per 100.000 penduduk. Rasio pria dibanding wanita 2.75:1, usia
rerata penderita 57.1 tahun tetapi pada ras Cina reratanya lebih tua. Insidensi
di India lebih rendah dibandingkan orang India yang tinggal di Singapura, hal
ini dimungkinkan karena underdiagnosis, gaya hidup dan faktor lingkungan.
Kejadian kanker ginjal di Indonesia mencapai 2,4-3 kasus/100.000 penduduk
yang meningkat dari perkiraan sebelumnya sekitar 1,4-1,8 kasus/100.000
penduduk (Mochtar CA, et al, 2016).
Sedangkan di ruangan Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto selama
periode Juli-Desember 2017 terdapat 12 kasus Tumor Ginjal (8 kasus pada
laki-laki dan 4 kasus pada perempuan) dengan rata-rata umur lebih dari 50
tahun (56-88 tahun). Faktor resiko terjadinya tumor ginjal adalah kebiasaan
merokok, hipertensi, dan obesitas. Oleh karena itu seseorang yang ingin
menghindari kanker ginjal harus berhenti atau tidak memulai merokok.
Menghindari paparan kimia seperti timah, fosfat, kadmium dan gaya hidup
yang meminimalisasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka yang
jadi rumusan masalah yaitu bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien
tumor ginjal di rumah sakit khusus kanker dharmais jakarta
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien tumor ginjal
2. Tujuan khusus
a. Memperoleh gambaran pengkajian keperawatan terhadap pasian tumor
ginjal
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien tumor ginjal
c. Merumuskan intervensi pada pasien tumor ginjal
D. Manfaat
1. Bagi program studi keperawatan untuk pengkayaan literatur tentang tumor
ginjal
2. Untuk menambah pengetahuan dalam menentukan faktor – faktor yang
berhubungan dengan ketahanan hidup pasien penderita tumor ginjal
3. Diharapkan dapat menjadi bahan informasi tambahan dalam pembelajaran.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1. Definisi
Tumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari sel jaringan
ginjal. Tumor lunak atau siste pada umumnya tidak ganas dan yang padat
ganas atau kanker. Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sangat
cepat dan mendesak sel-sel disekitarnya (Febriani, 2013).

Tumor ginjal yaitu tumor ginjal padat jinak dan tumor ginjal ganas. Tumor
ginjal padat ialah adenoma, onkositoma, leiomioma, lipoma, hemangioma,
dan hemartoma. Sedangkan tumor ginjal ganas biasanya berupa tumor padat
yang berasal dari urotelius, yaitu karsinoma sel transional atau yang berasal
dari sel epitel ginjal. (Nurarif & Kusuma, 2015). Tumor ginjal adalah
penyakit yang ganas dimana sel kanker terbentuk dalam tubulus pada ginjal.
Ketika tumor besar jinak terjadi secara keseluruhan tidak mungkin
membedakan dengan tumor ganas melalui pemeriksaan rontgen, paling tidak
85% dari seluruh tumor ginjal adalah ganas, dan sekitar 12.890 orang
meninggal karena kanker ginjal setiap tahunnya. (Black & Hwaks, 2014).
Berdasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan penyakit tumor ginjal
adalah  penyakit yang ganas dimana sel kanker terbentuk dalam tubulus pada
ginjal, dan biasanya berupa tumor padat yang berasal dari urotelius, yaitu
karsinoma sel transional atau yang berasal dari sel epitel ginjal.
2. Anatomi Fisiologi

a. anatomi

Gambar anatomi tumor ginjal


Sumber : ( Fauci et al, 2013)

Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang


peritonium (retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot
besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di
bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat
kelenjaradrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Kedua ginjal terletak di
sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada orang dewasa  berukuran
panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan
tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh
tubuh atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram ( Fauci et al, 2013)
b. Fisiologi
1). ginjal

Ginjal Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang


menghadap ke dalam.  Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan,
ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-
laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal kanan biasanya
terletak sedikit ke bawah dibandingkan  ginjal kiri untuk memberi
tempat  lobus hepatis dexter yang besar.  Ginjal dipertahankan dalam
posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Kedua ginjal dibungkus
oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang
membantu meredam guncangan. Setiap ginjal terbungkus oleh selaput
tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar,
yang berwarna coklat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang
berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla
berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla
renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai
pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.
Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi
ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks renalis majores yang
masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks renalis
minores. Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid.
Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun
dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau
apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang
terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul
(Price, 2014).

Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah


1-1,2 juta buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal.
Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus,
tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus
distal, yang mengosongkan diri keduktus pengumpul. Unit nephron
dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai saringan
disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan
disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang
berjumlah kira-kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui
pipa/saluran yang disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran
Ureter, kandung kencing, kemudian ke luar melalui Uretra. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)
dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi
cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa
cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan
menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil
akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin ( price,2015)

2). Vaskularisasi ginjal

Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira


setinggi vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam
vena kavainferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat
arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi
arteri interlobaris yang berjalan diantara piramid selanjutnya
membentuk arteri arkuata kemudian membentuk arteriola interlobularis
yang tersusun paralel dalam korteks. Arteri interlobularis ini kemudian
membentuk arteriola aferen pada glomerulus (Price, 2014).

Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian


bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus
dan disebut kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem
portal ini akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju vena
interlobularis, vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk
akhirnya mencapai vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200
ml darah permenit suatu volume yang sama dengan 20-25% curah
jantung (5000 ml/menit) lebih dari 90% darah yang masuk keginjal
berada pada korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat
khusus aliran darah ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal
arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah
resistensinya sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri
dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus tetap konstan ( Price, 2014).

3). Persarafan Pada Ginjal

Menurut Price (2014) “Ginjal mendapat persarafan dari nervus


renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah
yang masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal”

4). Fisiologi Ginjal

Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang


sangat banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya
adalah “menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah
1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi
cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan
filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2
ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari Price (2014).

5). Fungsi Ginjal

Fungsi ginjal adalah

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau


racun,

b)  mempertahankan  keseimbangan cairan tubuh,

c)  mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan


tubuh, dan

d)  mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,


kreatinin dan amoniak.
e)  Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.

f) Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.

g)  Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel


darah merah. Tahap

6) Pembentukan Urine

Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus,


seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat
impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup permabel
terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino,
glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood
Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200
ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit
dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan
laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan
masuk ke kapsula bowman’s disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal
dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan
kapsula bowman’s, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus
mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan
hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman’s serta tekanan osmotik
koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-
tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler
Price (2014).

7) Reabsorpsi

Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non


elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah
reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah
difiltrasi Price (2014)..
8) Sekresi

Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari


aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang
disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin).
Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat
dan kalium serta ion-ion hidrogen. Pada tubulus distalis, transfor aktif
natrium sistem carier yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-
ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa
natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion
kalium kedalam cairan tubular “perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap
ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan
sebaliknya. Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada
konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan
kalium). Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini
membantu kita memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit
dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti mengapa bloker
aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya
dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi
secara theurapeutik Price (2014).

3. Etiologi

Mengenai etiologinya hanya sedikit yang diketahui merokok mungkin


mempunyai peran. Pada 40%  penderita telah ditemukan metastasis pada
waktu tumor primer ditemukan. Lama hidup rata-rata penderita ini 6-
12bulan,tanpa penangannan proses lokal ini meluas dengan bertumbuh terus
kedalam jaringan sekelilingnya dan bermetastasis menyebabkan kematian.
Progesititasnya berbeda beda karena itu periode sakit total bervariasi anatara
beberapa bulan dan beberapa tahun. Gambaran histologiknya heterogen, di
samping sel-sel(clear cell) dan eosinofil glandular(granular cell) terdapat
lebih bannyak  sel polifrom,fusifrom dan sel-sel raksasa. Bagian karsinoma
sering terdapat disamping bagian – bagian pseudosarkomatosa diselingi
dengan nekrosis dan pendarahan.Penyebab pasti dari kanker ginjal belum
diketahui secara pasti. Menurut ( Prabowo & Pranata, 2014 ) Ada beberapa
faktor resiko diketahui  mampu memicu kejadian kanker ginjal yaitu.

1. Merokok

Perilaku merokok aktif/pasif meningkatkan resiko terkena kanker ginjal 


(40%). Anak yang sering menjadi perokok pasif (status paparan)
meningkatkan resiko terkena Tumor ginjal.

2. Obesitas

Mungkin juga obesitas disebabkan karena pengaruh faktor endokrin, karena


kondisi ini muncul pada saat-sat adanya perubahan hormonal tersebut.

3. Hormonal

Peningkatan kadar diethylstibestrol(berdasarkan uji eksperimen pada


hamster) mempengaruhi timbulnya adenoharsinoma pada ginjal. Dan
biasanya kanker ginjal dimulai setelah usia 40 tahun dan akan memuncak
pada usia antara 50 tahun sampai 60 tahun. 

4. Manifestasi klinis

Menurut ( Prabowo & Pranata, 2014 ) tanda gejala pada penderita kanker
ginjal antara lain:

1. Hematuria

Pemeriksaan mikroskopis untuk melihat komponen pada urine(urinalisis)


sering didapatkan adanya gross hematuria pada kanker ginjal. Tanda ini
tanda pertama yang memberikan sinyal pada dugaan adanya keganasan
pada ginjal.

2. Nyeri
Merupakan alarm(sinyal) alamiah bagi tubuh akan adanya gangguan
fisiologis. Pada klien dengan kanker ginjal sering terjadi nyeri yang
konstan pada abdomen terlebih ketika kanker mengalami pendarahan.

3. Adanya massa

Pada palpasi akan teraba massa dengan jaringan yang


halus,berkumpul,dan adanya nyeri tekan(karena ada kompresi pada
jaringan abnormal)

4. Demam

Biasanya terjadi karena adanya perdarahan, sehingga volume


intravaskuler menurun atau karena adanya jaringan tumor yang nekrosis.

5. Anoreksia

Anoreksia suatu masalah kesehatan jiwa yang mana pengidapnya


terobsesi untuk memiliki tubuh kurus dan sangat takut jika terlihat
gemuk.

6. Penurunan berat badan drastis


Edema lengan, Nausea, Vorniting, Hipertensi, Jika terjadi tekanan pada
arteri renalis dengan iskemia pada jaringan parenkim ginjal.
7. Hiperkalsemia

Karena dorpongan sekresi hormon parathyroid oleh rangsangan tumor.

8. Retensi urine

5. Patofisiologi

Tumor  ginjal meskipun memiliki angka yang tidak signifikan


dibandingkan kanker yang lain namun memiliki  tingkat prognosa yang
buruk jika tidak tertangani dengan baik. Tumor ini berasal daeri tubulus
proksimalis ginjal yang mula-mula berada di dalam kortex, dan kemudian
menembus kapsul ginjal. Beberapa jenis tumor ini disertai dengan
pseudokapsul yang terdiri atas perenkim ginjal yang tertekan oleh jaringan
tumor dan jaringan fibrosa. Tidak jarang ditemukan kista-kista yang berasal
dari tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi. Fasia gerota
merupakan barier yang menahan penyebaran tumor ke organ
sekitarnya.Pada irisan tampak berwarna kuning sampai oranye sedangkan
pada gambaran histopologik terdapat berbagai jenis clear cell, granular,
sarkomatoid, papiler dan berbentuk campuran. (Prabowo & Pranata, 2014)

Merokok, obesitas pada wanita, diet lemak tinggi dan kolesterol


mengakibatkan toksik pada vaskular yang mengakibatkan elastisitas
vaskuler turun yang menyebabkan hiposirkulasi. Hiperlipidemia pada
wanita obesitas mengakibatkan kompresi vaskuler juga mengakibatkan laju
sirkulasi menurun. Diet tinggi lemak dan kolesterol mengakibatkan pasien
memiliki resiko atherosklerosis. Hiposirkulasi dan atherosklerosis
menyebabkan hipoksia pada organ ginjal yang menyebabkan inflamasi sel
sehingga sel akan mengalami metaplasia/hiperplasia sel yang berpotensi
menjadi kanker ginjal. Ca ginjal mengakibatkan hipervaskularisasi sel
ganas yang meningkatkan tekanan intravaskuler yang mengakibatkan urine
yang keluar bercampur darah (hematuria) yang mengakibatakan nyeri akut
(Nurarif & Kusuma, 2015).
6. WOC

merokok

Obesitass

Himonal

Tumor
ginjal

Breathing (B1) Hematoma Tindakan


l operasi

Paru-paru
Pembesaran kelenjar Post operasi
getah bening di daerah
thorak abdomen Sesak nafas
Kerusakan jaringan

Menekan usus Nutrisi tubuh berkurang


besar laserasi

Gangguan metabolisme
Pembesaran nodus MK:
mekastikaldan RESIKO
edema jalan nafas Kelelahan INFEKSI

MK:
Ekspansi paru INTOLERANSI
menurun AKTIVITAS

Sesak nafas
MK: POLA NAFAS
TIDAK EFEKTIF

7. Komplikasi

Menurut (Black & Hwaks, 2014) ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi
di tumor ginjal yaitu sebagai berikut:
a. Komplikasi biopsi ginjal antara lain hematoma hematuria
makroskopik,fistula arteriovena,infeksi dan pembedah
b. Perdarahan hematoma parirenal ditandai dengan penurunan Hb.
Hematuria makroskopik dengan hematoma parirenal terjadi 2%, dan
hanya 1% membutuhkan transfusi darah. Hematuria yang berat dapat
menyebabkan kolik. Bila hematuria berlanjut perlu angiografi untuk
tindak lanjut embolisasi
c. Fistula arteriovena. Sering tidak ada keluhan dan ditemukan secara
radiologi. Frekuensi sekitar 10% bila diperiksa secara arteriografi atau
doppler berwarna. Kebanyakan kasus akan sembuh spontan. Fistula
arteriovena yang menetap, dapat menyebabkan hematuria, hipertensi dan
gangguan fungsi ginjal. Dalam situasi demikian embolisasi perlu
dilakukan.
d. Komplikasi lain,walaupun sangat jarang, biopsi ginjal dapat
menyebabkan fistula peritoneal/kalises,hematotorak,perforasi kolon atau
page kidney dimana terjadi tamponade ginjal.
e. Kematian karena biopsi sangat jarang dan biasanya disebabkan
perdarahan. 
8. Pencegahan

Kanker ginjal terjadi akibat mutasi (perubahan) gen pada sel-sel ginjal.
Mutasi ini menyebabkan sel ginjal tumbuh tidak normal dan tidak
terkendali. Kumpulan sel abnormal tersebut kemudian membentuk tumor
yang dapat menyebar ke seluruh ginjal, atau bahkan ke organ tubuh lain.

Belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya mutasi tersebut. Namun,


Menurut Carpinto, (2018) ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya kanker ginjal, yaitu:

 Merokok
 Menderita hipertensi
 Menderita obesitas
 Memiliki riwayat kanker ginjal dalam keluarga
 Berusia lebih dari 50 tahun
 Menjalani perawatan gagal ginjal jangka panjang, seperti cuci darah
 Bekerja di lingkungan yang berisiko terpapar bahan kimia tertentu,
seperti bahan kimia pembersih peralatan (trikloroetilen)
 Menderita penyakit genetik, seperti sindrom Von Hippel-Lindau
 Berjenis kelamin laki-laki
9. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang akan membantu menegakkan diagnosa medis


kanker ginjal antara lain: (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 136)

1. Ultrason abdominan : terdapat masa pada perut(retrperitoneal)


sebelah
atas.
2. CT scan : dapat memberikan gamabaran pembesaran ginjal dan
sekaligus menunjukan pembesaran kelenjar regional atau infiltrasi
tumor ke jaringan sekitarnya.
3. Foto toraks : karena tingginya insiden metastase tumor ke paru-
paru,maka setiap pasien dengan Tumor Wilms harus di lakukan
pemeriksaan foto toraks.
4. Pemeriksaan darah dan urine : untuk menilai fungsi ginjal dan hati
5. Biopsi : dilakukan untuk mengambil contoh jaringan dan
pemeriksaan mikroskopik. Biospi tumor ini intuk mengevaluasi sel
dan diagnosis.
6. MRI Perut
7. CBC,BUN,dan Kreatinin
8. PIV dan nefroktom
9. Urinalis : untuk mengetahui kandungan sedimentasi dan partikel
pada
urine(darah,gula,protein dan bakteri)
10. Darah lengkap : pemeriksaan dasar untuk melakukan status
hemodinamik dalam darah
11. Angiography : menggunakan zat kontras akan menggambarkan
secara jelas imaging dari kanker sampai pada vaskuler di ginjal.
12. X-Ray Thoraks : pemeriksaan ini untuk mengetahui metastase tumor
ke paru-paru.klien dengan tumor ginjal sangat rentan untuk ke paru
karena sirkulasi yang bersifat sistemik.

Penanganan pada beberapa jenis tumor ginjal antara lain :

(Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 136-137)

 Hermatoma ginjal

Tumor kecil dan tanoa menimbulkan keluhan tidak perlu diobati, hanya
saja memerlukan evaluasi berkala yang teratur untuk mengetahui
perkembangan besarnya massa tumor. Jika tumor menjadi semakin
besar dan sangat  mengganggu perlu dieprtimbangkan untuk tindakan
nefrektomi.

 Adenokarsinoma Ginjal
1.Nefrektomi : tumor yang masih dalam stadium dini dilakukan
nefrektomi radikal yaitu mengangkat ginjal beserta kapsula gerota.
2.Hormonal : penggunaa terapi hormonal belum banyak diketahui
hasilnya.
3.Imuno terapi : harganya sangat mahal dan hasil terapi dengan obat-
obatan ini masih belum jelas.
4.Radial eksterna : radiasi eksterna tidak banyak memberi manfaat
pada adenokarsinoma ginjal karena tumor ini adalah tumor yang
radioresisten.
 Sitotastika : demikian pula pemakaian sitotastika tidak banyak
memberikan manfaat pada tumor ginjal.
 Nefroblastoma
1.Sitotastika : pemberian ini diberikan sebelum pembedahan dan
dilanjutkan beberapa seri setelah pembedahan dengan memberikan
hasil yang cukup memuaskan.
2.Radiasi eksterna : tumor wilms memeberikan respon yang cukup baik
terhadap radio terapi.
3.Nefrektomi radikal merupakan terpai terpilih apabila tumor belum
melewati garis tengah dan belum menginflitrasi jaringan lain.
 Tumor ginjal dikenal sebagai tumor yang radiosensitif. Akan tetapi
radio terapi dapat mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan
penyulit jantung, paru dan hati
 Tumor pelvis renalis

Tumor ini kurang memberikan respon pada pemberian sitostatika


maupun radiasi ekaterna. Terapi yang paling baik untuk tumor ini pada
stadium awal.

10. Penatalaksanaan
Menurut Corwin (2018), penatalaksanaan tumor ginjal adalah sebagai
berikut:

Penatalaksanaan Wilms tumor secara umum biasanya nefrektomi diikuti


dengan kemoterapi sistemik. Namun, beberapa protokol memulai
kemoterapi dahulu dan kemudian nefrektomi. Ginjal kontralateral
mungkin di eksplorasi untuk meyakinkan bahwa tumor tidak menyebar
walaupun tidak penting untuk tumor stadium rendah dengan histologi
baik apabila hasil pencitraan negatif. Nodus limfe sekitar aorta diambil
sampelnya untuk penentuan stadium dan untuk menilai kesintasan hidup.

a. Pendekatan transabdominal dilakukan pada nefrektomi radikal agar


terhindar dari ruptur tumor. Saat pembedahan juga perlu mengambil
sampel pada KGB minimal sebanyak 7 sampel. Jika terdapat tumor
bilateral, pembedahan renal sparing dapat dilakukan. Nefrektomi
parsial tidak direkomendasikan kecuali pada kasus tumor bilateral,
ginjal soliter, ginjal tapal kuda, sindrom Denys-Drash atau Frasier
dengan tujuan menunda untuk dialysis. Pada anak dengan Wilms tumor
bilateral, nefrektomi segera tidak dilakukan. Beberapa ahli memberikan
kemoterapi dosis tinggi untuk membunuh sel kanker dan diharapkan
ginjal dapat diselamatkan. Nefrektomi bilateral memerlukan dialisis.
Biopsi berulang diperlukan untuk menentukan apakah tumor
memberikan respon terhadap terapi. Teknik nephron sparing surgery
dapat dilakukan pada beberapa kasus bilateral. Biopsi rutin tidak
direkomendasikan kecuali ada kondisi khusus karena biopsi secara
otomatis meningkatkan stadium tumor menjadi stadium III. Stadium ini
membutuhkan terapi radiasi dan kemoterapi. Tidak ada perbedaan yang
bermakna pada morbiditas jangka pendek, mortalitas 3 tahun, laju
readmisi rumah sakit atau status batas bedah diantara teknik operasi
terbuka tradisional atau invasif minimal. Walaupun demikian, operasi
terbuka dapat mengambil nodus limfe pada spesimen pembedahan.

b, Kemoterapi

Berdasarkan protokol Children’s Oncology Group (COG), tata laksana


diawali dari stadium klinis lalu stadium pembedahan (hasil histologi),
lalu dilanjutkan dengan kemoterapi. Disisi lain, berdasarkan protokol
SIOP, pemberian kemoterapi pre-operatif didasarkan pada metastasis
atau tidak pada kasus Wilms tumor. Kombinasi kemoterapi biasanya
diberikan untuk penyakit yang lebih agresif. Kemoterapi inisial
kebanyakan didalamnya termasuk vinkristin dan daktinomisin. Obat
lainnya seperti doksorubisin, siklofosfamid, etoposide, dan
karboplastin. Pasien yang relaps pascaterapi kombinasi cenderung
memiliki prognosis yang buruk dibandingkan dengan pasien kasus
baru. Penyakit veno-oklusif hepatica dapat terjadi pada pasien-pasien
yang mendapatkan terapi untuk Wilms tumor. Hal ini ditandai dengan
adanya nyeri perut kuaadran atas disertai dengan jaundice, ascites,
kenaikan berat badan dan/atau hepatomegali. Tatalaksana suportif
dilakukan untuk penyakit veno-oklusif hepatika. Secara khusus,
organisasi COG dan SIOP memiliki perbedaan konsep pada pemberian
kemoterapi pre-operasi pada pasien. SIOP menerapkan konsep
pemberian kemoterapi pre-nefrektomi pada seluruh pasien di atas usia
6 bulan untuk mengecilkan ukuran tumor dan mencegah tumpahan
ruptur selama operasi. Di sisi lain, COG menerapkan konsep
nefrektomi sebagai tata laksana awal untuk mendapatkan data stadium
dan histologi yang akurat sebelum kemoterapi dan dengan atau tanpa
radioterapi.

c.Radioterapi

Berdasarkan pada protokol COG, radioterapi dilakukan pada 9-14 hari


setelah tindakan pembedahan, kecuali terdapat kontraindikasi. Di sisi
lain, radioterapi diberikan pada minggu ke-2 hingga ke-4 setelah
dilakukan kemoterapi pascaoperasi berdasarkan pada protokol SIOP.
Radiasi pascaoperasi dapat diberikan bergantung pada histologi tumor
dan perluasannya. Pada pasien tanpa metastasis akan menerima terapi
radiasi, inisasi terapi dalam 14 hari pembedahan dapat meningkatkan
kesintasan keseluruhan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas :
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien.

b. Keluhan utama

Biasanya hanya benjolan di perut, perut membuncit, hermaturi karena 


invasi tumor yang menembus sistem pelveokalises. Demam dapat terjadi
sebagai reaksi anafilaksis tubuh terhadap protein tumor. Gejala lain yang
bisa muncul adalah : (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 76-77)

1. Malaise (merasa tidak enak badan)


2. Anorexia
3. Anemia
4. Lethargi
5. Hemihypertorfi
6. Nafas pendek,dyspnea,batuk,nyeri dada (karena ada metastase)
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat
dengan gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya
dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-
gejala lain yang mengganggu pasien.
d. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien
apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium,
hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang
biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih
relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan
penyakit keteurunan lain seperti DM, Hipertensi
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan,
distress, sikap dan tingkah laku pasien.
2) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah
Nilai normalnya :
Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg
Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
b) Nadi
Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau
takikkardi)
c) Pernapasan
Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit
Pada pasien : respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat /
aktivitas
d) Suhu Badan
Metabolisme menurun, suhu menurunHead
3) Head to toe examination :
a) Kepala : bentuk , kesimetrisan
b) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?
c) Mulut: apakah ada tanda infeksi?
d) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
Muka, ekspresi, pucat
e) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
f) Dada: gerakan dada, deformitas
g) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan
h) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema,
clubbing, bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.
i) Pemeriksaan khusus jantung :
(1) Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis
(normal : ICS ke5)
(2) Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau
hepertrofi ventrikel
(3) Perkusi : batas jantung normal pada orang dewasa
Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis sinistra
Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
(4) Auskulatsi : bunyi jantung I dan II
BJ I : terjadi karena getaran menutupnya katup
atrioventrikular, yang terjadi pada saat kontraksi isimetris dari
bilik pada permulaan systole
BJ II : terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arteri
pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada
permulaan diastole.
2. Diagnosa
a. Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas ditandai dengan penggunaan otot bantu pernafasan
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
mengeluh lelah
c. Resiko infeksi erhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan tubuh
primer ditandai dengan luka post operasi
3. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi
Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Observasi
nafas tidak efektif keperawatan diharapkan 1. Monitor frekuensi,
klien menunjukan pola irama, kedalaman, dan
nafas efektif dengan upaya nafas
kriteria hasil: 2. Monitor pola nafas
1. Frekuensi nafas ( bradipnea, takipnea,
membaik hiperventilasi )
2. Kedalaman nafas 3. Monitor kemampuan
membaik batuk efektif
3. Tekanan ekspirasi 4. Monitor adanya
meningkat sumbatan jalan napas
4. Tekanan inspirasi Terapeutik
meningkat 1. Atur interval waktu
5. Ventilasi meningkat pemantauan respirasi
6. Tanda-tanda vital sesuai kondisi pasien
meningkat 2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan jika perlu
Kolaborasi
Berikan obat antipiretik
jika perlu
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan diharapkan 1. Identifikasi gangguan
klien menunjukan fungsi tubuh yang
intoleransi aktivitas mengakibatkan
dengan kriteria hasil: kelelahan
1. Frekuensi nadi 2. Monitor kelelahan fisik
meningkat 3. Monitor pola dan jam
2. Saturasi oksigen tidur
meningkat 4. Monitor lokasi dan
3. Kemudahan dalam ketidaknyamanan selama
melakukan aktifitas melakukan aktivitas
sehari-hari meningkat Terapeutik
4. Perasaan lemah 1. Sediakan lingkungan
menurun nyaman dan rendah
5. Tekanan darah membaik stimulus
6. Frekuensi nafas 2. Lakukan latihan rentang
membaik gerak pasif/aktif
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan hubungi
perawat jika ada tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4. Anjurkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan diharapkan Monitor tanda dan gejala
klien menunjukan resiko infeksi lokal dan sistemik
infeksi dengan kriteria Terapeutik
hasil: 1. Batasi jumlah
1. Nafsu makan meningkat pengunjung
2. Nyeri menurun 2. Berikan perawatan kulit
3. Kadar sel darah putih dibagian edema
membaik 3. Cuci tangan sebelum
4. Kultur urine membaik dan sesudah kontak
5. Kultur fases membaik dengan pasien
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejalah infeksi
2. Ajarkan cara cuci
tangan yang benar
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi anjurkan
meningkatkan asupan
caiaran
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu

Anda mungkin juga menyukai