Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

LIMFOMA NON HODGKIN


DI RUANG IGD RUMAH SAKIT KANKER
DHARMAIS JAKARTA

A. REZYE ARFARABBY
202001031

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI
TAHUN 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN LIMFOMA NON HODGKIN DI RUANG


IGD RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA

A. REZYE ARFARABBY
202001031

Telah diperiksa di Hadapan Pembimbing Akademik dan Pembimbing Lahan dan


Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ns. Novi Lasmadasari, M.Kep


NIDN/NIK. NIP/NIK.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
dengan LIMFOMA NON HODGKIN di IGD Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan Laporan Kasus ini yaitu:
1. Direktur utama RS Kanker Dharmais yaitu Dr. R. Soeko Werdi Nindito D., MARS
2. Ketua Komite Bidang Keperawatan RS Kanker Dharmais yaitu Ibu Ns. Retno
Setiowati, S. Kep., Sp. Kep. Onk., M.K.M
3. Ketua Bidang Pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) RS Kanker Dharmais yaitu Bapak
Dahlan, S. Sos., M. Kes. M.M
4. Pembimbing Praktik Ruang Melati RS Kanker Dharmais Yaitu bapak
5. Kakak-kakak perawat dan staff di IGD RS Kanker Dharmais
Penulis berharap makalah ini dapat membantu kita semua dalam proses
pembelajaran dan meningkatkan pengetahuan akan Asuhan Keperawatan dengan
LIMFOMA NON HODGKIN. Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak kesalahan-
kesalahan yang terkandung di dalamnya baik dari segi isinya maupun kata-katanya
bahkan dalam hal penulisan. Kritik dan saran dari para pembaca makalah ini, sangat saya
perlukan karena saya menyadari sepenuhnya bahwa makaalah ini masih banyak
kekurangannya.
Jakarta, February 2023

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
limfoma Non Hodgkin (LNH) adalah kelompok keganasan primer limfosit
yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T, dan sangat jarang berasal dari sel NK
(natural killer) yang berada dalam sistem limfe yang sangat heterogen, baik tipe
histologis, gejala, perjalanan klinis, respon terhadap pengobatan, maupun
prognosis.
Pada tahun 2013, terdapat 347,792 jiwa penderita kanker di Indonesia. Penderita
kanker di jakarta dilaporkan sebanyak 19,004 orang di tahun 2015 ( Kementrian
kesehatan RI 2015). Penyakit Limfoma Non Hodgkin telah menduduki peringkat ke
enam kanker terbanyak di indonesia, bahkan Badan Koordinasi Nasional Hematologi
Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (BARKORNAS HOMPEDIN) telah
menyatakan bahwa insiden pada limfoma lebih tinggi daripada leukimia dan telah
menduduki peringkat tiga kanker yang tumbuh secara cepat setelah kanker paru dan
leukimia (Sutrisno, 2010).
Etiologi sebagian besar LNH tidak diketahui. Namun terdapat beberapa
faktor risiko yang menyebabkan terjadinya LNH, yaitu onkogen, infeksi virus
Ebstein Barr Virus (EBV), Human T-leukemia Virus-I (HTLV-I), penyakit
autoimundandefesiensiimun.
Penatalaksaan terpenting LNH adalah kemoterapi. Kemoterapi merupakan
terapi kanker menggunakan obat-obatan dengan tujuan untuk menghentikan
pertumbuhan sel kanker baik dengan membunuh sel secara langsung maupun
dengan menghentikan pembelahan sel berdasarkan patogenesis tumor. Kemoterapi
telah menjadi andalan untuk pengobatan LNH sejak pengembangan mustard
nitrogen pada 1940-an. Berbagai macam kombinasi regimen kemoterapi yang
digunakan antara lain CHOP (cyclophosphamide, doxorubicine, vincristine,
prednison), CHOP-Bleo/Bacop .
Kemoterapi kombinasi yang sering digunakan dalam pengobatan LNH yang
terbukti efektifadalah kombinasi CHOP.7,8 Tingkat respons terhadap kemoterapi
konvensional umumnya lebih besar dari 50%. Namun, kebanyakan pasien pada
akhirnya mengalami relaps. Selain itu efek samping kemoterapi yang ditimbulkan
dapat berupa gejala yang ringan sampai berat seperti flebitis, nausea, neuropati

,mialgia ,stomatiis hingga menyebabkan renal failure, myelosupression,


dancardiotoxyciti.Menurut Chao et al (2013).Alasan penulis mengambambil kasus
ini dikarenakan limfoma non Hodgkin merupakan salah satu penakit kanker teranyak
seindonesia

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memahami gambaran asuhan keperawatan pada pasien limfoma non Hodgkin
2 .Tujuan khusus
a.Mahasiswa dapat memahami tntang ASKEP pada pasien limfoma non
Hodgkin
b. Mahasiswa mampu menerapkan perawatan yang baik bagi pasien dengan
penyakit limoma non Hodgkin

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Limfoma Non Hodgkin adalah keganasan primer berupa gangguan proliferatif
tidak terkendali dari jaringan limfoid (limfosit B dan sistem sel limfosit T).
(Schwartz M William, 2015)
Limfoma non Hodgkin (LMNH) adalah neoplasma yang ganas pada sistem
limfatik dan  jaringan limfoid. Seperti halnya kebanyakan neoplasma anak,
penyebab LMNH juga tidak diketahui. Sejumlah faktor, seperti infeksi virus,
imunodefisiensi, aberasi kromosom, imunostimulasi kronis, dan pemajanan
terhadap lingkungan memicu terjadinya limfoma maligna. (Betz, 2016)
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal
dari sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh.
Beberapa dari limfoma ini  berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun),
sedangkan yang lainnya menyebar dengan cepat (dalam beberapa bulan).
Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan  penyakit Hodgkin
LNH merupakan suatu kelompok penyakit heterogen yang dapat didefinisikan
sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit hodgkin. Penyebabnya tidak
diketahui kemungkinan virus. Terdapat hubungan dengan keadaan imunosupresi
(mis, AIDS dan terapi imunosupresi untuk tranplatasi organ). Pada penderita
AIDS; semakin lama hidup semakin besar resikonya menderita limpoma Kasus
penyakit dalam pada penyakit ini terjadi proliferasi abnormal sistem lymfoid dan
struktur yang membentuknya terutama menyerang kelenjar getah bening

2. Anatomi fisiologi
Limfa adalah organ lunak yang berada pada sisi kiri abdomen, dibawah
perlindungan iga-iga tepat dibawah diafragma. Beratnya kira-kira 200 g dan
panjangnya kira-kira 125 mm. limfa tidak selalu dapat dirasakan pada dinding
abdomen, tetapi dapat sangat membesar pada  penyakit tertentu. Limfa terdiri dari
massa daging merah dengan jutaan kelenjar berbentuk kepala paku dari daging
putih yang menyebar menyelimutinya sehingga memberika  penampilan granular.
Limfa kaya akan suplai darai melalui arteri splenik. Darah mengalir ke vena porta
melalui vena splenik. (Pearce Evelyn, 2017)
Limda merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan
tangan. Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen di bawah kostae. Limfa
memiliki permukaan luar konveks yang berhadapan dengan diafragma dan
permukaan medial yang konkaf serta  berhadapan dengan lambung, fleksura
linealis kolon dan ginjal kiri. (Handayani, 2018)
Limfa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan
limfa), dan pulpa merah (jaringan ikat, sel eritrosit, sel leukosit). Suplai darah
arteri linealis yang keluar dari arteri coeliaca. (Handayani, 2008) Fungsi limfa
adalah sebagai berikut (Handayani, 2016) :
1. Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin)
2. Destruksi sel eritrosit tua
3. Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan
4. Pembentukan limfosit dalam folikel limfa
5. Pembentukan immunoglobulin
6. Pembuangan partikel asing darah

3. Etiologi
Para pakar cenderung berpendapat bahwa terjadinya LNH disebabkan oleh
pengaruh rangsangan imunologis persisten yang menimbulkan proliferasi
jaringan limfoid tidak terkendali. Diduga ada hubungan dengan virus Epstein
Barr LNH kemungkinan ada kaitannya dengan factor keturunan karena
ditemukan fakta bila salah satu anggota keluarga menderita LNH maka risiko
anggota keluarga lainnya terjangkit tumor ini lebih besar disbanding dengan
orang lain yang tidak termasuk keluarga itu. Pada penderita AIDS : semakin
lama hidup semakin besar risikonya menderita limfoma.
Terdapat beberapa fakkor resiko terjadinya LNH, antara lain :
1) munodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan
dengan terjadinya LNH antara lain adalah :severe combined
immunodeficiency, hypogammaglobulinemia, common variable
immunodeficiency, Wiskott Aldrich syndrome dan ataxia-telangiectasia.
Limfoma yang berhubungan dengan kelainan-kelainan tersebut seringkali
dihubugkan pula dengan Epstein Barr Virus (EBV) dan jenisnya
beragam.
2) Agen infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic.
Karena tidak pada semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV,
hubungan dan mekanisme EBV terhadap terjadinya limfoma Burkit
belum diketahui.
3) Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering
dihubugkan dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan
pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut
organic.
4) 4.Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang
mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang
terkena paparan UV4,5

4. Manifestasi klinis
Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :
1.Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit.
2.Demam
3.Keringat malam.
4.Rasa lelah yang dirasakan terus menerus.
5.Gangguan pencernaan dan nyeri perut.
6.Hilangnya nafsu makan
7.Nyeri tulang.
8.Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena.

5. Patofisiologi
Telah diketahui bahwa perjalan penyakit LNH terjadi secara limfogen dengan
melibatkan rantai kelenjar getah bening yang saling berhubungan dan merambat
dari satu tempat ketempat yang berdekatan. Meskipun demikian, hubungan
antara kelenjar getah bening pada leher kiri dan daerah aorta pada LNH jenis
folikular tidak sejelas seperti apa yang terlihat  pada LNH jenis difus.
Walaupun pada LNH timbul gejala-gejala konstitusional (demam, penurunan
berat  badan, berkeringat pada malam hari) : namun insidennya lebih rendah
dari pada penyakit Hodgkin. Ditemukan adanya limfadenopati difus tanpa rasa
nyeri, Dapat menyerang satu atau seluruh kelenjar limfe perifer
Biasanya adenopati hilus tidak ditemukan, tetapi sering ditemukan adanya
efusi pleura. Kira-kira 20% atau lebih penderita menunjukkan gejala-gejala
yang berkaitan dengan  pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal atau
mesentrium dan timbul bersama nyeri abdomen atau defekasi yang tidak teratur.
Sering didapatkan dapat menyerang lambung dan usus halus yang ditandai
dengan gejala yang mirip dengan gejala tukak lambung, anoreksia,  penurunan
berat badan, nausea, hematemesis, dan melena. Penyakit-penyakit susunan saraf
pusat walaupun jarang terjadi tetap dapat timbul
6.WOC
7. Komplikasi
1.Akibat langsung penyakitnya
a.Penekanan terhadap organ khususnya jalan nafas, usus dan saraf
b.Mudah terjadi infeksi, bisa fatal 2.
2.Akibat efek samping pengobatan
a.Aplasia sumsum tulang
b.Gagal jantung oleh obat golongan antrasiklin
c.Gagal ginjal oleh obat sisplatinum
d.Neuritis oleh obat vinkristin

8. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium lengkap, meliputi hal berikut
a) Darah tepi lengkap termasuk retikulosit dan LED  
b) Gula darahFungsi hati termasuk y-GT, albumin, dan LDH
c)  Fungsi ginjal
d) Immunoglobulin.
2) Pemeriksaan biopsy kelenjar atau massa tumor untuk mengetahui subtype
LNH, bila perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat lain yang
dicurigai.
3) Aspirasi dan biopsy sumsum tulang
4) Ct-Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui adanya pembesaran
kelenjar getah bening  pada aorta abdominal atau KGB lainnya, massa
tumor abdomen, dan metastase kebagian intraabdominal.
5) Pencitraan toraks (PA dan lateral) untuk mengetahui pembesaran kelenjar
media stinum,  bila perlu CT scan toraks.
6) Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat
dilanjutkan dengan tindakan gastroskopi
7) Jika diperlukan pemeriksaan bone scan atau bone survey untuk melihat
keterlibatan tulang.  

9. Penatalaksanaan
1. Radioterapi
a. Untuk penyakit yang terlokalisir (derajat I)
b. Untuk ajuvan pada bulky disease
c. Untuk tujuan paliatif pada stadium lanjut
2. Kemoterapi
a. Kemoterapi tunggal (singel agent)
Chlorambucil atau siklofosfamid untuk LNH derajat keganasan rendah
b. Kemoterapi kombinasi dibagi menjadi 3, yaitu:
i. Kemoterapi kombinasi generasi I terdiri atas:
• CHOP (cyclophosphamide, doxorubicine, vincristine,
prednison)
• CHOP-Bleo/Bacop (CHOP + bleomycine)
• COMLA (cyclophosphamide, vincristine, methotrexate with
leucovorin rescue)
• CVP/COP (cyclophosphamide, vincristine, prednison)
• C-MOPP (cyclophosphamide, mechlorethamine, vincristine,
prednison, procarbazine

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (biasanya menyerang pada usia 15-30 tahun dan di
atas 55 tahun), jenis kelamin (beresiko pada laki-laki daripada perempuan),
agama, bahasa yang dipakai sehari-hari, status perkawinan, alamat,
kebangsaan, pekerjaan, pendidikan, tanggal dan jam MRS, diagnosa medis
(Maya, 2017)
2. Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh tidak nyaman karena adanya benjolan (Ayu,
2016)
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pasien dengan limfoma didapat keluhan benjolan terasa
nyeri bila ditelan, kadang-kadang diserta dengan kesulitan bernafas,
gangguan penelanan, berkeringan di malam hari, pasien biasnya mengalami
demam dan disertai dengan penurunan BB (Ayu, 2018)
4. Riwayat penyakit dahulu
Pada pasien dengan limfoma non hodgkin diperoleh riwayat penyakit
pembesaran seperti pada area leher, ketiak. Pasien dengan riwayat
transplantasi ginjal atau jantung (Ayu, 2013)
5. Riwayat penyakit keluarga
Meliputi susunan anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit
yang sama dengan pasien, ada atau tidaknya riwayat penyakit menular,
penyakit turunan seperti diabetes melitus, hipertensi dan lain-lain (Ayu,
2013) 19
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : pasien lemah, cemas, nyeri pada benjolan,
berkeringan pada malam hari, dan menurunnya BB
b. Kulit, rambut, kuku : tidak ada perubahan
c. Kepala dan leher : terdapat benjolan pada leher yang terasa nyeri jika
ditekan d. Mata dan mulut : tidak ada masalah
d. Thorak dan abdomen : tidak ada perubahan dan masalah
e. Sistem respirasi : biasanya pasien mengeluh sulit untuk bernafas
f. Sistem gastrointestinal : biasanya pasien mengalami anorexia karena
rasa sakit yang dirasakan saat menelan makanan, sehingga pasien sering
mengalami penurunan BB h. Sistem muskuloskeletal : tidak ada
masalah
i. Sistem endokrin : terjadi pembesaran kelenjar limfe j. Sisterm
persyarafan : biasanya pasien merasa cemas akan kondisinya dan
penyakit yang sedang dideritanya (Ayu, 2013)
2. Diagnosa keperawatan
a. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai oksigen
b. Resiko infeksi berhubungan dengan proses inflamasi
c. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan tidak seimbangnya
persediaan dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum, kelelahan karena
gangguan pola tidur
d. Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf

3. Intervensi keperawatan
Intervensi : manajeman nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2. Identifikasi sekala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
6. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (TND)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahatdantidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab , periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberianan algetik.

Anda mungkin juga menyukai