Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Limfoma Hodgkin dan Non Hodgkin

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem Imun dan Hematologi

Dosen: Abdul Wakhid

Disusun oleh kelompok 1:

1. Ni Wayan Muliarti (010114A080) 6. Rika Farradila (010114A102)


2. Nanda Riski Riyanto (010114A076) 7. Riris Fatma Fatimah (010114A105)
3. Nindy Kumalasari (010114A084) 8. Sari Rumania (010114A107)
4. Nindya Dwi Aprilia (010114A085) 9. Wafin Winardi (010114A127)
5. Ratmini (010114A098) 10. Epianus Saranbria (010114A131)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat , ridho dan hidayahnya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Dasar Keperawatan. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk,
maupun pedoman bagi pembaca dalam bidang pendidikan dan profesi kesehatan. Kami
menyadari bahwa makalah kami banyak kekurangan karena pengalaman yang kurang. Oleh
karena itu saya harapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 4 September 2015

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Limfoma merupakan keganasan sistem limfatik. Penyebab tidak diketahui, tetapi
faktor risiko yang diidentifikasi mencakup keadaan imunodefisiensi (koengenital
atau didapat), serta pajanan dengan herbisida, pestisida, dan pelarut organik seperti
benzena. Peningkatan insiden AIDS dihubungkan dengan limfoma derajat tinggi
yang menunjukkan imunosupresi sebagai faaktor penyebab (Williams dkk, 2001).
Virus telah implikasikan, terutama virus Epstein-Barr ditemukan pada limfoma
Burkitt dan yang lebih mutakhir diimplikasikan pada patogenesis penyakit Hodgkin
yang mungkin (Weinshel, Peterson, 1994).
Pembentukan tumor awal adalah pada jaringan limfatik sekunder (misal, kelenjar
getah bening atau lien) tempat limfosit abnormal menggantikan struktur normal.
Dua kategori besar limfoma dilakukan atas dasar histopatologi mikroskopik dari
kelenjar getah bening yang terlibat. Kategori tersebut adalah limfoma penyakit
Hodgkin dan Non-Hodgkin. Walaupun tanda dan gejala limfoma saling menutupi,
pengobatan dan prognosis berbagai limfoma tetap berlainan. Dengan demikian
adalah suatu keharusan untuk menegakkan diagnosis secara tepat. Untuk tujuan ini,
diambil sebuah kelenjar getah bening atau lebih untuk diperiksa secara mikroskopis.
Limfoma Non-Hodgkin dan penyakit Hodgkin dibedakan berdasarkan jenis sel
yang mencolok yang terdapat dalam kelenjar getah bening, serta penyebarannya. Sel-
sel tersebut dapat tersebar dalam bentuk nodular atau difus. Sel-sel ini merusak
arsitektur normal kelenjar getah bening. Perkembangan mutakhir dalam biologi
genetik dan molekukar untuk mengidentifikasi penanda fenotipik (genetik) dan
translokasi kromosomal, bersama gambaran klinis penyakit membedakan, limfoma
agresif dengan indolen dan menuntun pengobatan serta perkembangan. Limfoma sel
B diperhatikan lebih indolen dengan harapan hidup bebas relaps panjang, sedangkan
limfoma sel T dengan jenis histologi yang sama mempunyai angka relaps lebih
tinggi dengan harapan hidup bebas-relaps yang lebih singkat (Wiliams dkk, 2001).
Manfaat analisis sitogenetik ditemukan pada limfoma burkitt. Limfoma burkit
merupakan contoh limfoma derajat tinggi, dengan translokasi khasnya antara lengan
panjang kromosom 8 dan 14, T (8;14), diidentifikasi bersama “protoonkogen” c-
myc. C-myc ditranslokasi dari posisi normalnya pada kromosom 8 ke 14 dan
bertanggung jawab untuk transformasi keganasannya (Linker, 2001). Limfoma
burkitt sangat agresif, tumor derajat tinggi yang memerlukan pengobatan tepat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin?
2. Apa etiologi dari limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin?
3. Apa saja gejala klinis pada pasien yang mengalami Limfoma Hodgkin dan
Non-Hodgkin?
4. Bagaimana tahapan penyakit dari Limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin?
6. Bagaimana cara pengobatan limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin?
7. Bagaimana cara pencegahan limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Limfoma Hodgkin
dan Non-Hodgkin?

C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang Limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin
2. Mengetahui etiologi limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin
3. Mengetahui gejala klinis pada pasien yang mengalami Limfoma Hodgkin dan
Non-Hodgkin?
4. Menjelaskan tahapan penyakit Limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostik limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin
6. Mengetahui cara pengobatan limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin
7. Mengetahui cara pencegahan limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin
8. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Limfoma
Hodgkin dan Non-Hodgkin.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
a. Hodgkin
Penyakit hodgkin adalah penyakit keganasan tanpa diketahui penyebabnya yang
berasal dari sistem limfatik terutama melibatkan nodus limfe. Biasanya lebih sering
terjadi pada pria dibanding dengan wanita dan mempunyai 2 puncak insidensi: satu
pada awal 20-an dan lainnya setelah usia 50. Perbandingan laki-laki dan perempuan
adalah 3:2. Karena kebanyakan manifestasina serta dengan infeksi, maka harus
dilakukan pemeriksaan diaognostik untuk menyingkirkan adanya infeksi.
Sel ganas pada penyakit hodgkin adalah “Reed Sternburg Cells”, suatu sel tumor
raksasa yang khas, dengan morfologi unik dan batasan tidak jelas. Sel ini merupakan
tanda patologis dan merupakan kriteria diagnostik yang penting pada penyakit
hodgkin.
Penyakit hodgkin biasa diklasifikasikan berdasarkan pada kriteria patologi yang
mencerminkan derajat keganasan dan mengarahkan pada prognosisnya. Apabila
limfosit mendominasi, misalnya, dengan sel Reed Sternbrug dan keterlibatan minimal
nodus, prognosisnya jauh lebih baik daripada jika jumlah limfositnya rendah dan
semua nodus limfo digantikan oleh sel tumor jenis primitif. Kebanyakan pasien (
dengan kondisi yang disebut “sklerosis noduler” dan selularitas campuran”) berada
dalam posisi antara jumlah dan sifat merusak sel tumornya, derajat respons terhadap
terapi, dan prognosis keseluruhan.
b. Non-Hodgkin
Limfoma Non-Hodgkin adalah suatu kelompok penyakit heterogen yang dapat
didefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit hodgkin. Limfoma
Non-Hodgkin ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang
lainnya menyebar dengan cepat dalam beberapa bulan. Penyakit ini lebih sering terjadi
daripada limfoma hodgkin. Penyebabnya tidak diketahui, kemungkinan virus.
Terdapat hubungan dengan keadaan imunosupresi ( misal, AIDS dan terapi
imunosupresi untuk transplantasi organ ). Pada penderita AIDS, semakin lama hidup
semakin besar resikonya menderita limfoma.
Manifestasinya sama dengan penyakit hodgkin, namun penyakit ini biasanya
sudah menyebar keseluruh sistem limfatik sebelum pertama kali terdiagnosa. Apabila
penyakitnya masih terlokalisasi, radiasi merupakan penanganan pilihan, jika terdapat
keterlibatan umum, dipakai kombinasi kemoterapi. Pemberian dosis rendah pada
penderita HIV positif dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi berat yang
potensial mematikan. Seperti pada penyakit hodgkin, infeksi merupakan masalah
utama. Keterlibatan sistem saraf pusat juga sering terjadi.
Limfoma Non-Hodgkin lebih sering terjadi pada manula. Manula dengan penyakit
ini juga mempunyai insidens tinggi menderita herpes zoster. Manula mungkin lebih
peka terhadap efek radiasi dan memerlukan pengkajian yang teliti akan adanya tanda
komplikasi.

B. Etiologi
Penyebab limfoma hodgkin dan non-hodgkin tidak diketahui, kemungkinan virus.
Terdapat hubungan dengan keadaan imunosupresi (misal, AIDS dan teraphy
imunosuprei untuk transplantasi organ). Pada penderita AIDS semakin lama hidup
semakin besar resikonya menderita limfoma.

C. Gejala
Penyakit Hodgkin biasanya berawal sebagai pembesaran nodus limfe tanpa nyeri
pada salah satu sisi leher, yang menjadi sangat besar. Setiap nodus teraba kenyal dan
tidak nyeri. Selanjutnya nodus limfe di daerah lain, biasanya disisi leher sebelahnya
juga membesar dengan cara yang sama. Nodus limfe mediastinal dan retroperitoneal
kadang membesar, menyebabkan gejala penekanan berat terhadap trakea
mengakibatkan sulit bernafas dan penekanan esofagus menyebabkan sulit menelan.
Jumlah leukosit biasanya tinggi dan peningkatan jumlah eusinofil. Pasien mengalami
demam ringan dengan suhu yang jarang melebihi 38,3 C.
Penyakit Non-Hodgkin tanda dan gejalanya sama dengan penyakit hodgkin,
namun penyakit ini biasanya sudah menyebar keseluruh sistem limfatik sebelum
pertama kali terdiagnosa.

D. Tahapan Penyakit
a. Hodgkin
Untuk memudahkan dan menentukan penanganan, beratnya penyakit Hodgkin
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Tahap I: penyakit terbatas pada satu nodus dan struktur disekitarnya, atau satu
organ atau tempat diluar sistem limfatik.
b. Tahap II: penyakit menyebabkan lebih dari satu nodus atau kelompok nodus,
tetapi masih terbatas pada satu sisi diafragma saja.
c. Tahap III: penyakit ada di dua sisi diatas dan dibawah diafragma dan bisa hanya
melibatkan limfa, satu tempat diluar sistem limfatik atau keduanya.
d. Tahap IV: penyakit telah menyebar, merata, ke satu atau lebih ekstra limfatik
dengan atau tanpa keterlibatan nodus limfe yang bersangkutan.
Tahapan dibagi lebih lanjut berdasa ada atau tidaknya satu atau lebih gejala
berikut: demam, keringat malam, dan penurunan berat badan yang tidak diketahui
penyebabnya. Pasien tanpa gejala tersebu dimasukkan kedalam kelompok A dan
pasien dengan gejala tersebut dimasukkan kedalam kelompok B. ukuran atau
besarnya masa tumor juga menentukan, karena mungkin memerlukan teraphy yang
berbeda. Kemotheraphy sering ditambahkan pada setadiun stage IIB dan IIIA. Untuk
tahap IIIB dan IV, digunakan kombinasi, kemotheraphy, dan radiasi biasanya hanya
untuk penanganan paliatif lesi lokal yang sangat destruktif dan nyeri. Pasien yang
sudah di diagnosa tahap IA atau IIA mempunyai angka ketahanan hidup 5 tahun
sebesar 90% dan dianggap dapat disembuhkan. Angka ketahanan hidup berkurang
secara progresif pada tahap yang lebih berat.
b. Non-Hodgkin
Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II
sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium III
dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.
a. Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu
kelenjar getah bening.

b. Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar


getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau
perut.

c. Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar
getah bening, serta pada dada dan perut.

d. Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya


pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau otak.

Penentuan stadium merupakan salah satu pola penting dalam manajemen


LNH yang bertujuan untuk mengetahui status penyakit dan memilih pengobatan yang
relevan serta memudahkan evaluasi hasil terapi. Klasifikasi yang populer digunakan
adalah klasifikasi menurut Arnn Arborr (1971) sebagai berikut:

STADIUM INTERPRETASI

Stadium I Terserang satu kelenjar limfe pada daerah tertentu atau ekstra
limfatik

Terserang lebih dari satu kelenjar limfe di daerah di atas


Stadium II
diafragma dengan atau tanpa ekstra limfatik

Terserang kelenjar limfe diatas dan di bawah diafragma atau


Stadium III disertai limfoma ekstra limfatik, limpa atau keduanya.

Tersebar menyeluruh pada organ ekstra limfatik dengan atau


tanpa melibatkan kelenjar limfe.
Stadium
IV
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hodgkin
Diagnosis penyakit hodgkin tergantung pada ditemukannya sel Reed-Sternberg
di nodus limfatikus yang diambil. Begitu diagnosis ditegakkan, perlu dilakukan
pengkajian untuk mengidentifikasi setiap lesi tumor didalam dan diluar sistem limfatik
dan keterlibatan keseluruhan tumor. Proses ini sangat sulit, mahal dan tidak pasti
namun sangat penting karena proses ini merupakan dasar penanganan.
Uji laboratorium meliputi hitung darah lengkap, hitung trombosit, laju endap
darah, dan pemeriksaan fungsi hati dan ginjal. Biopsi sum-sum tulang dan scan hati
dan limfa dilakukan untuk menentukan apakah organ tersebut dan tulang panjang
dilakukan untuk mengidentifikasi keterlibatannya.
Penatalaksanaan :
Konsep masa kini mengenai penanganan, didasarkan pada obserpasi dan alasan
berikut :
1. Penyakit hodgkin menyebar dari tempat asalnya ( biasanya satu nodus limfatikus )
melalui saluran limfo ke nodus limfatikus yang berdekatan, yang pada gilirannya
menjadi tempat pertumbuhan sel tumor, jarang sekali meloncati nodus limfatikus ke
tempat yang lebih jauh selama metastasis.
2. Penyakit hodgkin jarang menyebar diluar sistem limfa dan melibatkan orang lain
sampai pada akhir penyakitnya.
3. Penyakit hodgkin dapat ditangani secara sempurna dan permanen sebesar 95%
apabila tellah mendapat dosis radiasi 3.500-4.500 radiasi selama 4 minggu. Teknik
radiasi megavoltage memungkinkan pemberian dosis tersebut ke salah satu atau
keseluruh rangkaian nodus limfo.
4. Daerah tubuh tempat rangkaian nodus limfo terletak dapat bertoleransi terhadap
dosis ini tanpa kerusakan berarti ( seperti pada daerah limfa dan orofaring, dua
organ yang sering terlibat pada penyakit hodgkin ), selama strukutur vital seperti
paru, hati, traktus gas trointestinal, ginjal dan sum-sum tulang dilindungi dengan
perlindungan dari timah.

Penangan terutama ditentukan oleh stadium penyakitnya, dan bukan oleh jenis
histologisnya. Penyakit hodgkin potensial dapat disembuhkan dengan radio terapi,
selama masih terbatas pada rangkaian nodus limfo, limfa, dan orofaring. Pasien yang
penyakitnya belum menyebar harus mendapat radiasi “ kuratif” dengan dosis yang
cukup tinggi untuk menghancurkan tumor tidak hanya pada nodus tumor yang jelas
tampak tetapi juga pada nodus dan rangkaian nodus disekitarnya dan rangkaian nodus
limfatikus. Bila ada tanda penyebaran duliar daerah yang dapat ditangani tentu saja
secara otomatis tidak memungkinkan pasien untuk menjalani program tersebut,
dimana pada kasus tersebut dapat diberikan kombinasi kemoterapi dan radio terapi
paliatif.

b. Non-Hodgkin
Pemeriksaan laboratorium lengkap, meliputi hal berikut.
1. Darah tepi lengkap termasuk retikulosit dab LED
2. Gula darah
3. Fungsi hati termasuk y-GT, albumin, dan LDH
4. Fungsi ginjal
5. Immunoglobulin.
6. Pemeriksaan biopsy kelenjar atau massa tumor untuk mengetahui subtype LNH,
bila perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat lain yang dicurigai.
7. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang
8. Ct-Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar getah
bening pada aorta abdominal atau KGB lainnya, massa tumor abdomen, dan
metastase kebagian intraabdominal.
9. Pencitraan toraks (PA dan lateral) untuk mengetahui pembesaran kelenjar media
stinum, bila perlu CT scan toraks.
10. Jika diperlukan pemeriksaan bone scan atau bone survey untuk melihat
keterlibatan tulang.
11. Jika diperlukan biopsy hati (terbimbing)

F. Cara Pengobatan
Penyakit hodgkin potensial dapat disembuhkan dengan radio terapi, selama masih
terbatas pada rangkaian nodus limfe, limpa, dan orofaring. Pasien yang penyakitnya
belum menyebar harus mendapat radiasi “kuratif” dengan dosis yang cukup tinggi untuk
menghancurkan tumor tidak hanya pada nodus tumor yang jelas tampak juga pada
nodus dan rangkaian nodus disekitarnya dan rangkaian nodus limfatikus. Bila ada tanda
penyebaran diluar daerah yang dapat ditangani maka dapat diberikan kombinasi
kemoteraphy dan radioteraphy paliatif.
Pengobatan pada penyakit non-hodgkin sama dengan penyakit non-hodgkin dan
pada penderita HIV – positif dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi berat yang
potensial mematikan.

G. Pola Makan Pencegahan Limfoma


1. Mengurangi atau menghindari asupan produk hewani
2. Mengurangi asupan lemak, terutama lemak trans
3. Meningkatkan asupan buah-buahan
4. Diet tinggi serat
5. Pemeliharaan berat badan
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HODGKIN

A. Pengkajian
1. Anamnesa :
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium untuk memperoleh
informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana
asuhan keperawatan klien.
Dari wawancara akan diperoleh informasi tentang biodata, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat kesehatan/penyakit masa lalu, riwayat kesehatan keluarga,
pola aktifitas sehari-hari, dan riwayat psikososial.
 Kebutuhan Dasar
a. Aktivitas/istirahat.
Gejala :
1) Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
2) Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan
3) Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda :
1) Penurunan kekuatan
2) Bahu merosot
3) Jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan kelelahan
b. Sirkulasi
Gejala :
1) Palpitasi
2) Angina/nyeri dada
Tanda :
1) Takikardia, disritmia.
2) Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran
nodus limfa adalah kejadian yang jarang)
3) Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan
obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa (mungkin tanda
lanjut)
4) Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
c. Integritas Ego
Gejala :
1) Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
2) Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut
mati
3) Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan
(kemoterapi dan terapi radiasi)
4) Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut
kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
5) Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang
tergantung pada keluarga.
Tanda :
1) Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
d. Eliminasi
Gejala :
1) Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
2) Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi
(infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)
Tanda :
1) Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi
(hepatomegali)
2) Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
(splenomegali)
3) Penurunan haluaran urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal
ginjal).
4) Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih
lanjut)
e. Makanan/Cairan
Gejala :
1) Anoreksia/kehilangan nafsu makan
2) Disfagia (tekanan pada esofagus)
3) Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan
10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa
upaya diet.
Tanda :
1) Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder
terhadap kompresi vena kava superior oleh pembesaran nodus limfa)
2) Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran
nodus limfa intraabdominal)
f. Neurosensori
Gejala :
1) Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh
pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
2) Kelemahan otot, parestesia.
Tanda :
1) Status mental : letargi, menarik diri, kurang minat umum terhadap
sekitar.
2) Paraplegia (kompresi batang spinal dari tubuh vetrebal, keterlibatan
diskus pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap
batang spinal)
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala
1) Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar
mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebral), nyeri
tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus).
2) Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda
1) Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
h. Pernapasan
Gejala
1) Dispnea pada kerja atau istirahat
Tanda
1) Dispnea, takikardia
2) Batuk kering non-produktif
3) Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekuensi pernapasan dan
kedalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
4) Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf
laringeal).
i. Keamanan
Gejala :
1) Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitas imunitas seluler pencetus
untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi
bakterial)
2) Riwayat monokleus (risiko tinggi penyakit Hodgkin pada klien yang titer
tinggi virus Epstein-Barr).
3) Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
4) Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa
minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat
malam tanpa menggigil.
5) Kemerahan/pruritus umum
Tanda :
1) Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 380C tanpa
gejala infeksi.
2) Nodus limfe simetris, tak nyeri, membengkak/membesar (nodus servikal
paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian
nodus aksila dan mediastinal)
3) Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
4) Pembesaran tosil
5) Pruritus umum.
6) Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)
j. Seksualitas
Gejala
1) Masalah tentang fertilitas / kehamilan (sementara penyakit tidak
mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)
2) Penurunan libido.
2. TTV :
a. Tekanan darah meningkat
b. Respiratory rate meningkat
c. Nadi meningkat
d. Suhu meningkat > 38,50C
3. Pemeriksaan fisik :
a. Inspeksi :
1) Terdapat pembengkakan kelenjar di leher, ketiak, atau pangkal paha
2) Terlihat bahu merosot
3) Terdapat sianosis
4) Wajah tampak pucat
5) Klien tampak lemah
6) Terdapat pembengkakan atau cekungan yang spesifik di bagian ulu hati
(splenomegali)
b. Palpasi :
1) Edema teraba kenyal seperti karet
2) Kekuatan otot menurun
3) Badan teraba hangat
4) CRT > 3 detik

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan oksigen dalam udara
inspirasi sekunder terhadap obstruksi jalan nafas ditandai dengan batuk kering non-
produktif, tanda distres pernapasan, peningkatan frekuensi pernapasan dan kedalaman,
dispnea.
2. Hipertermi berhubungan dengan peradangan ( inflamasi ) sistemik sekunder terhadap
penurunan sistem kekebalan tubuh (sistem imun) ditandai dengan takikardi, kulit teraba
hangat, suhu tubuh lebih dari 38,50C , anoreksia / kehilangan nafsu makan, peningkatan
frekuensi pernapasan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan ditandai
dengan peningkatan frekuensi nafas, disritmia, kelemahan, kelelahan, pucat (sianosis).
C. Intervensi dan Implementasi
No Diagnosa keperawatan Intervensi Implementasi
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif 1. Monitor respirasi 1. Memonitor
berhubungan dengan penurunan dan status O2 respirasi dan status
oksigen dalam udara inspirasi O2
sekunder terhadap obstruksi jalan 2. Gunakan alat yang 2. Menggunakan alat
nafas ditandai dengan batuk kering steril setiap yang steril setiap
non-produktif, tanda distres melakukan tindakan melakukan tindakan
pernapasan, peningkatan frekuensi 3. Posisikan pasien 3. Memposisikan
pernapasan dan kedalaman, dispnea. untuk pasien untuk
memaksimalkan memaksimalkan
ventilasi ventilasi
4. Auskultasi suara 4. Mengauskultasi
nafas, catat adanya suara nafas dan
suara tambahan mencatat jika da suara
tambahan
2 Hipertermi berhubungan dengan 1. Monitor suhu 1. Memonitor suhu
peradangan ( inflamasi ) sistemik sesering mungkin tubuh
sekunder terhadap penurunan sistem 2. Monitor tekanan 2. Memonitor TTV
kekebalan tubuh (sistem imun) darah, nadi, dan RR 3. Mengkompres
ditandai dengan takikardi, kulit 3. Selimuti pasien pasien
teraba hangat, suhu tubuh lebih dari 4. kompres pasien
38,50C , anoreksia / kehilangan pada lipat paha dan
nafsu makan, peningkatan frekuensi aksila
pernapasan.
3 Intoleransi aktivitas berhubungan 1. Monitor pasien 1. Memonitor pasien
dengan penurunan suplai oksigen ke akan adanya apakah ada kelelahan
jaringan ditandai dengan kelelahan fisik dan fisik dan emosi secara
peningkatan frekuensi nafas, emosi secara berlebihan
disritmia, kelemahan, kelelahan, berlebihan 2. Membantu memilih
pucat (sianosis). 2. Bantu untuk aktivitas konsisten
memilih aktifitas yang sesuai dengan
konsisten yang sesuai kemampuan pasien
dengan kemampuan
fisik, psikologi, dan
soial
3. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan seperti kursi
roda dan krek.
4. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktifitas yang disukai.

D. Evaluasi
1. Tidak ada obstruksi jalan nafas
2. Bersihan jalan nafas afektif
3. Suhu tubuh pasien normal 36,5 sampai 37,5 ͦ c
4. Pasien dapat melakukan kegiatan secara mandiri
5. Pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari
ASUHAN KEPERAWATAN NON-HODGKIN

A. Pengkajian
a. Pernapasan
Gejala : dipnea pada saat aktivitas, nyeri dada
Tanda :
1) Dipnea, takipnea
2) Batuk non produktif
3) Tanda-tanda distress pernapasan (frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat,
penggunaan otot bantu pernapasan, stridor, sianosis)
4) Parau (paralisis paringeal akibat tekanan pembesaran kelenjar limfe terhadap saraf
laringeal)
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada
Tanda :
1) Takikardia, disritmia
2) Sianosis wajah akibat obstruksi drainase vena karena pembesaran kelenjar limfe
(jarang terjadi)
3) Ikterus sclera/umum akibat kerusakan hati dan obstruksi duktus empedu (tanda lanjut)
4) Pucat (anemia), diaphoresis, dan keringat malam
c. Neurosensori
Gejala :
1) Nyeri saraf (neuralgia) yang menunjukkan terjadinya kompresi akar saraf oleh
pembesaran kelenjar limfe pada brakial, lumbal dan pleksus sacral
2) Kelemahan otot, parastesi
Tanda :
1) Status mental letargi, menarik diri, kurang minat/perhatian terhadap keadaan sekitar
2) Paraplegia (kompresi batang spinal, keterlibatan diskus intervertebralis, kompresi
suplai darah terhadap batang spinal)
d. Nyeri dan kenyamanan
Gejala :
Nyeri tekan pada nodus yang terkena, misalnya: pada sekitar mediastinum, nyeri dada,
nyeri punggung (kompresi vertebral), nyeri tulang (keterlibatan tulang limfomatus).
Tanda : focus pada diri sendiri, perilaku hati-hati
e. Integritas ego
Gejala :
Gejala-gejala stress yang berhubungan dengan ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan
peran dalam keluarga, prosedur diagnostic dan terapi, serta masalah financial (biaya
pemeriksaan dan pengobatan, kehilangan pekerjaan)
Tanda : perilaku menarik diri, marah dan pasif agresif
f. Keamanan
Gejala :
1) Riwayat infeksi (sering terjadi) karena abnormalitas system imun seperti infeksi
herpes sistemik, TB, toksoplasmosis, atau infeksi bacterial.
2) Riwayat ulkus/perforasi/perdarahan gaster
3) Demam pel ebstein (peningkatan suhu malam hari sampai beberapa minggu), diikuti
demam menetap dan keringat malam tanpa menggigil
4) Integritas kulit: kemerahan, pruritus umum, vitiligo (hipopigmentasi)
Tanda :
1) Demam (suhu tubuh > 3800C) menetap dengan etiologi yang tidak dapat dijelaskan,
tanpa gejala infeksi
2) Kelenjar limfe asimetris, tidak ada nyeri, membengkak/membesar terutama kelenjar
limfe servikal (kiri>kanan), nodus aksila dan mediastinum
3) Pembesaran tonsil
4) Pruritus umum
5) Sebagian area kehilangan melanin (vitiligo)
g. Eliminasi
Gejala :
1) Perubahan karakteristik urine dan/atau feses
2) Riwayat obstruksi usus, sindrom malabsopsi (infiltrasi kelenjar limfe retroperitoneal)
Tanda :
1) Nyeri tekan kuadran kanan atas, hepatomegali
2) Nyeri tekan kuadran kiri atas, splenomegali
3) Penurunan keluaran urin, warna lebih gelap/pekat, anuria (obstruksi uretral, gagal
ginjal)
4) Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi spinal cord pada gejala lanjut)
h. Makanan dan cairan
Gejala :
1) Anoreksia
2) Disfagia (tekanan pada esophagus)
3) Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan ³10% dalam 6 bulan tanpa upaya
diet pembatasan
Tanda :
1) Pembengkakan pada wajah, leher, rahang, atau ekstremitas atas (kompresi vena cava
superior)
2) Edema ekstremitas bawah, asites(kompresi vena cava inferior oleh pembesaran
kelenjar limfe intradominal)
i. Aktivitas/istirahat
Gejala :
1) Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum
2) Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi aktivitas
3) Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda :
Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan
kelelahan.
j. Seksualitas
Gejala : masalah fertilitas, kehamilan, dan penurunan libido akibat efek terapi
k. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala :
1) Pengetahuan tentang factor risiko dalam keluarga
2) Pengetahuan tentang factor risiko lingkungan (pemajanan agen karsinogenik kimiawi)
B. Diagnose keperawatan
1) Bersihan Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan secret pada
jalan napas sekunder dan obstruksi trakeobronkhial akibat pembesaran kelenjar limfe
servikal, mediastinum.
2) Nyeri akut yang berhungan dengan kompresi saraf perifer, pembesaran kelenjar limfe,
efek sekunder pemberian agen antileukimia, peningkat produksi asam laktat jaringan
local.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan ketidakadekuatan system
imunitas tubuh dan terapi imunosupresif (supresi tulang belakang).
C. Intervensi dan Implementasi

No Diagnosa Keperawatan Intervensi Implementasi


1 Bersihan Jalan napas tidak efektif yang 1. Monitor respirasi 1.Memonitor respirasi
berhubungan dengan peningkatan secret dan status O2 dan status O2
pada jalan napas sekunder dan obstruksi 2. Auskultasi suara 2. Mengauskultasi
trakeobronkhial akibat pembesaran nafas, catat adanya suara nafas, catat
kelenjar limfe servikal, mediastinum. suara tambahan adanya suara
3. Lakukan fisio tambahan
teraphy dada 3. Melakukan
4. Keluarkan secret fisioteraphy dada
dengan batuk atau 4. Mengeluarkan
soction secret dengan batuk
atau soction.

2 Nyeri akut yang berhungan dengan 1. Monitor nyeri 1. Memonitor nyeri


kompresi saraf perifer, pembesaran secara komprehensif secara komprehensif
kelenjar limfe, efek sekunder pemberian termasuk lokasi termasuk lokasi
agen antileukimia, peningkat produksi karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
asam laktat jaringan local. frekuensi, dan frekuensi, dan
kualitas. kualitas.
2. Ajarkan tentang 2. Mengajarkan
teknik non- tentang teknik non-
farmakologi: nafas farmakologi nafas
dalam, relaksasi, dalam, relaksasi,
distraksi, kompres distraksi, kompres
hangat. hangat.
3. Berikan informasi 3. Memberikan
tentang nyeri seperti informasi tentang
penyebab nyeri, nyeri seperti
berapa lama nyeri penyebab nyeri,
akan berkurang. berapa lama nyeri
4. Berikan anagetik akan berkurang.
untuk mengurangi 4. Memberikan
nyeri. anagetik untuk
mengurangi nyeri.
3 Resiko tinggi terhadap infeksi yang 1. Monitor tanda dan 1. Memonitor tanda
berhubungan dengan ketidakadakuatan gejala infeksi sistemik dan gejala infeksi
system imunitas tubuh dan terapi dan lokal sistemik dan lokal
imunosupresif (supresi tulang belakang). 2. Cuci tangan setiap 2. Mencuci tangan
sebelum dan sesudah setiap sebelumdan
sesudah tindakan
tindakan
keperawatan.
keperawatan.
3. Menginspeksi kulit
3. Inspeksi kulit dan
dan membran mukosa
membran mukosa
terhadap kemerahan
terhadap kemerahan
panas drainase.
panas drainase.
4. Mengajarkan
4. Ajarkan pasien dan
pasien dan keluarga
keluarga tanda dan tanda dan gejala
gejala infeksi. infeksi.
5. Berikan terapi anti 5. Memberikan terapi
biotik antibiotik
D. Evaluasi
1. Tidak ada peningkatan secret pada jalan napas
2. Nyeri berkurang skala 3
3. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (color, dolor, rubor, tumor, fungsiolaisa)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Limfoma adalah suatu kanker (keganasan) dari sistem limfatik (getah bening).
Penyakit limfoma dapat dibedakan menjadi dua, yaitu limfoma Hodgkin dan Non-
Hodgkin. Hodgkin yaitu Penyakit hodgkin adalah penyakit keganasan tanpa diketahui
penyebabnya yang berasal dari sistem limfatik terutama melibatkan nodus limfe. Biasanya
lebih sering terjadi pada pria dibanding dengan wanita. Limfoma Non-Hodgkin adalah
suatu kelompok penyakit heterogen yang dapat didefinisikan sebagai keganasan jaringan
limfoid selain penyakit hodgkin. Limfoma Non-Hodgkin ini berkembang sangat lambat
(dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya menyebar dengan cepat dalam beberapa
bulan. Penyakit ini lebih sering terjadi daripada limfoma hodgkin. Penyebabnya tidak
diketahui, kemungkinan virus. Terdapat hubungan dengan keadaan imunosupresi ( misal,
AIDS dan terapi imunosupresi untuk transplantasi organ ). Pada penderita AIDS, semakin
lama hidup semakin besar resikonya menderita limfoma.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi
referensi bagi para mahasiswa keperawatan maupun pembacanya dalam pembuatan
Asuhan Keperawatan tentang penyakit Limfhoma Hodgkin dan Non Hodgkin.
Sebagai mahasiswa keperawatan kita harus mengetahui tentang penyakit Hodgkin
dan Non-Hodgkin ini, hal ini ditujukan apabila mahasiswa menemukan kasus
penyakit Hodgkin dan Non-Hodgkin di lingkungannya, mahasiswa dapat melakukan
tindakan lebih awal dengan meminta pasien memeriksakan dirinya ke dokter. Selain
itu, asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Hodgkin dan Non-Hodgkin sangat
penting dipelajari siswa agar siswa dapat membuat asuhan keperawatan pada klien
dengan Hodgkin dan Non-Hodgkin dan dapat merawat klien jika berhadapan langsung
dengan klien dengan penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Price,Sylvia Anderson.2006.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6.


Jakarta:EGC

Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner danSuddarth Edisi 8.


Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai