PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Limfoma Maligna didefinisikan sebagai sebuah penyakit keganasan yang menyerang limfosit yang
berada pada jaringan-jaringan limfoid contohnya seperti nodus limfe. Penyakit ini pertama kali di
deskripsikan oleh Thomas Hodgkin pada tahun 1832 di London Inggris, Pada umumnya limfoma
maligna diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu limfoma Hodgkin (LH) dan limfoma Non-
Hodgkin (LNH). Dimana LH adalah suatu keganasan sel B yang ditandai dengan adanya sel Reed
Sternberg, dan LNH dapat berasal dari sel B atau sel T.
Limfoma Maligna terhitung sebesar 3,37% dari seluruh keganasan di dunia. Limfoma
maligna meningkat rata-rata 3-4% selama dekade terakhir. LNH pada laki-laki 6%
dan pada wanita 4,1% sedangkan LH 1,1% pada laki-laki dan 0,7% pada wanita.
Mengenai prevalensi limfoma di Amerika Serikat diketahui bahwa limfoma Hodgkin
memiliki prevalensi sebesar 8,2% sedangkan untuk prevalensi limfoma non-Hodgkin
jauh lebih tinggi yaitu sebesar 62,4 % (Longo, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk
memberikan gambaran asuhan keperawatan Gawat Darurat Tn “E”
dengan diagnosa medis Limfoma Maligna di IGD Non Bedah RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang pengkajian
keperawatan kegawatdaruratan pada Tn “E” dengan diagnosa
medis limfoma maligna di IGD Non Bedah RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
b. Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam menetapkan
diagnosis keperawatan kegawatdaruratan pada Tn “E” dengan
diagnosa medis limfoma maligna di IGD Non Bedah RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar.
c. Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam menyusun
rencana tindakan keperawatan kegawatdaruratan pada Tn “E”
dengan diagnosa medis limfoma maligna di IGD Non Bedah
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
d. Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan
tindakan keperawatan kegawatdaruratan pada Tn “E” dengan diagnosa medis limfoma
maligna di IGD Non Bedah RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar.
e. Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan
evaluasi asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada Tn “E”
dengan diagnosa medis limfoma maligna di IGD Non Bedah
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Manfaat Penulisan
1. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan referensi dalam meningkatkan
pengetahuan peserta didik tentang asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada pasien dengan diagnosa medis limfoma
maligna di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2. Institusi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam
mengambil keputusan dan kebijakan untuk meningkatkan mutu
asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan
diagnosa medis limfima maligna di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Menjadi acuan bagi Tn “E” dalam mengatasi masalah yang
dialami secara konstruktif dan kepada keluarga pasien dapat
menjadi bahan acuan dalam merawat pasien di rumah khususnya
yang mengalami diagnosa medis limfoma maligna.4. Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman penullis
dalam memberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan serta
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti
pendidikan.
Sistematika Penulisan
1. Tempat dan waktu pengambilan kasus
a. Tempat
Pengambilan laporan manajemen asuhan keperawatan
kegawatdaruratan di ruang Instalasi gawat darurat non bedah
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
b. Waktu Pelaksanaan Pengambilan kasus
Waktu pelaksanaan pengambilan kasus mulai dari tanggal 07-12
Oktober 2019.
2. Teknik pengambilan data
a. Manajemen asuhan keperawatan di ruang nstalasi gawat darurat
non bedah
Teknik pengumpulan data untuk manajemen asuhan
keperawatan di keperawatan di ruang instalasi gawat darurat non
bedah di lakukan observasi, wawancara baik terhadap pasien
maupun keluarga pasien, dan dokumentas. Menggunakan
pengkajian head to toe, serta pengumpulan data penunjang di
ambil dari buku status/buku rekam medik.
BAB II
TINJAUAN KASUS KELOLAAN
A. Tinjauan Teori
1. Konsep dasar Medis
a. Pengertian Limfoma
Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening)
merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel
limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul
istilah limfoma maligna (maligna = ganas). Ironisnya, pada
orang sehat sistem limfatik tersebut justru merupakan
komponen sistem kekebalan tubuh. Ada dua jenis limfoma
maligna yaitu Limfoma Hodgkin (HD) dan Limfoma
non-Hodgkin (LNH) (Vinjamaran, 2017).
b. Anatomi dan sistem limfatik tubuh
Sistem limfatik adalah sistem saluran limfe yang meliputi
seluruh tubuh yang dapat mengalirkan isinya ke jaringan dan
kembali sebagai transudat ke sirkulasi darah. Sistem limfatik
terdiri dari pembuluh limfe, organ dan jaringan limfoid (Scanlon
dalam Setiawati, 2013)
Gambar 2.1 Sistem vassa limfatika dan kelompok nodus
limfoid utama
Dikutip dari : Scanlon VC, Sanders T. The lymphatic system
and Immunity. In: Scanlon VC, Sanders T. Essential of
Anatomy and Physiology. 5thed. Philadelphia: FA Davis
Company,2007
Sistem limfatik adalah bagian dari sistem imun. Sistem
limfatik terdiri dari (Scanlon dalam Setiawati,2013):
1)Pembuluh limfe
Sistem limfatik memiliki jaringan terhadap pembuluh
pembuluh limfe. pembuluh-pembuluh limfe tersebut yang kemudian akan bercabang-
cabang ke semua jaringan
tubuh.
2)Limfe
Pembuluh-pembuluh limfe membawa cairan jernih
yang disebut limfe. Limfe terdiri dari sel-sel darah putih,
khususnya limfosit seperti sel B dan sel T.
3)Nodus Limfatikus
Pembuluh-pembuluh limfe terhubung ke sebuah
massa kecil dan bundar dari jaringan yang disebut nodus
limfatikus. Kumpulan dari nodus limfatikus ditemukan di
leher, bawah ketiak, dada, perut, dan lipat paha. Nodus
limfatikus dipenuhi sel-sel darah putih. Nodus limfatikus
menangkap dan membuang bakteri atau zat-zat
berbahaya yang berada di dalam limfe.
4)Bagian sistem limfe lainnya
Bagian sistem limfe lainnya terdiri dari tonsil, timus,
dan limpa. Sistem limfatik juga ditemukan di bagian lain
dari tubuh yaitu pada lambung, kulit, dan usus halus.
Nodus dan nodulus limfoid adalah massa dari
jaringan limfatik; mempunyai ukuran dan lokasi bervariasi.
Nodus biasanya lebih besar, panjangnya nodus berkisar
10 - 20 mm dan mempunyai kapsul; sedangkan nodulus panjangnya antara
sepersekian milimeter sampai
beberapa milimeter dan tidak mempunyai kapsul.
Nodus limfoid ditemukan berkelompok sepanjang
jalur vassa limfatika, dan limf mengalir melewati
nodus-nodus ini dalam perjalanannya menuju vena
subklavia. Limf memasuki suatu nodus melalui beberapa
vasa limfatika aferen dan meninggalkannya lewat satu
atau dua pembuluh eferen.
c. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan
B. Tinjauan Kasus
1. Identitas pasien
No. Rekam Medis : 897954
Nama
: Tn. “ E”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl/ Umur
: 10-09-1985/ 34 Tahun
Rujukan dari
: RSUD Undata Palu
Diagnosa
: Limfoma Maligna
Nama keluarga yang bisa dihubungi :Ny“H”
Transfortasi waktu datang
: Mobil
Alasan masuk : Sesak Napas
Pasien mengeluh sesak nafas yang dialami sejak 2 bulan yang lalu,
memberat 2 minggu terakhir. Riwayat dirawat 2 minggu di RSUD
Undata Palu dengan keluhan yang sama. Pasiem mengatakan
sesaknya bertambah saat beraktivitas dan setelah beraktivitas Nafsu
makan menurun, mengalami penurunan berat badan yang tidak
diketahui jumlanhnya. Riwayat TB, riwayat hipertensi
a. Primary survey
1) Airway
a) Pengkajian jalan napas
√ Bebas Tersumbat
Trachea di tengah : √ Ya Tidak
b) Resusitasi : -
c) Re evaluasi: -
d) Masalah keperawatan : -
e) Intervensi/ Implementasi : -
f) Evaluasi
:-
2) Breathing
Fungsi pernapasan :
a) Dada simetris : √ Ya Tida
b) Sesak napas : √ Ya Tidak
c) Respirasi : 28 x/menit, dan terdapat penggunaan otot
bantu pernapasan.
d) Krepitasi : Ya √ Tidak
e) Suara napas : Teratur (vesicular),
f) Saturasi 02 : 98 %
Assesment :-
Resusitasi :-
Re evaluasi :-
Masalah keperawatan : Pola napas tidak efektif
3) Circulation
Keadaan sirkulasi :
a) Tensi : 150/102 mmHg
b) Nadi : 101 x/menit Kuat , Regular
c) Suhu axial : 36,5oCd) Temperatur kulit : Hangat
e) Gambaran kulit:
f) Warna sawo matang
g) Kulit elastis
h) Pengisian kapiler <2 detik
Assesment :
Resusitasi : -
Re evaluasi : -
Masalah keperawatan :
4) Disability
a) Penilaian fungsi neurologis : Kesadaran composmentis
dengan GCS 15 (E4V5M6)
b) Masalah keperawatan : -
c) Intervensi/Implementasi : -
d) Evaluasi : -
5) Exposure
a) Penilaian Hipotermia/hipertermia : Tidak ada
peningkatan dan penurunan suhu, dengan suhu :
36,5oC
b) Masalah keperawatan : -
c) Intervensi/Implementasi : -
d) Evaluasi : -Trauma Score
Frekuensi pernapasan
10 -25
4
√ 25 -35
3
> 35
2
< 10
1
0
0
Usaha napas
√ Normal 1
Dangkal 0
Tekanan darah
√
> 89mmHg 4
70 -89 3
50 -69 2
1- 49 1
00
Pengisian kapiler
√
< 2 dtk 2
> 2 dtk 1
00
Glasgow Coma Score (GCS)
√
14 -15 5
11- 13 48 – 10 3
5-72
3-41
ANALISA DATA
Tabel 2.4 Analisa Data
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
3. Ansieta
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan Pada Tn. E Dengan Diagnosa Medis Limfoma
Maligna
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Ketidakefektifan pola napas Setelah dilakukan ❖ 3350. Monitor
b/d hiperventilasi (00032) tindakan keperawatan Pernapasan
Domain 4 : aktifitas/istirahat selama 6 jam, pasien a. Monitor
Kelas 4 : respons akan : kecepatan, irama,
kardiovakular/pulmonal a. Menunjukkan kedalaman dan
Kode : 00032 Status kesulitan bernapas.
Pernapasan: b. Monitor
Ventilasi pergerakan dada,
(0403)tidak ketidaksimetrisan,
terganggu, yang penggunaan otot
dibuktikan oleh bantu pernapasan,
indikator sebagai dan retraksi pada
berikut : (5 = otot
tidak ada supraclaviculas dan
gangguan). interkosta..
b. Tanda – Tanda ❖ 0840.
Vital Pengaturan Posisi
(0802),yang Berikan posisi
dibuktikan semifowler untuk
dengan indicator mengurangi
sebagai berikut: dyspnea
(5 = tidak ada ❖ 3320. Terapi
devisiasi dariOksigen
kisaran normal) a.Berikan oksigen
sesuai kebutuhan
Kriteria Hasil: pasien
a. Menunjukkan pola b.Monitor aliran
napas yang efektif oksigen
(irama pernapasan,
frekuensi pernapasan
dalam rentang normal)
b. Menunjukkan tidak
ada retraksi otot dada
dan penggunaan otot
bantu pernapasan c.
Tanda – tanda vital
dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu) d.
Tekanan Darah : 120/80
mmHg, Nadi : 60-
100x/menit,
Pernapasan : 16-24
x/menit Suhu : 36 –
37,5oC
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Energy
berhubungan dengan tindakan keperawatan Management
Ketidakseimbangan antara selama 6 jam, maka (0180)
suplai dan kebutuhan diharapkan pasien akan : a.Observasi
oksigen Domain 4 : a. Energy Conservation adanya pembatasan
Aktivitas/istirahat Kelas 4 : b. Self Care : ADL klien dalam
Respon melakukan
kardiovaskular/Pulmonal Kriteria Hasil : aktivitas
Kode : 00092 1. Berpartisipasi dalam b. Dorong pasien
aktivitas fisik tanpa untuk
disertai peningkatan mengungkapkan
tekanan darah, nadi dan perasaan terhadap
RR keterbatasan
2. Mampu melakukan c. Kaji adanya
aktivitas sehari hari factor yang
(ADL) secara mandiri menyebabkan
kelelahan
d. Monitor nutrisi
dan sumber energi
yang adekuat
e. Monitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik dan
emosi secara
berlebihan
3 Ansietas Setelah dilakukan Anxiety Reduction
Domain 9 : Koping/Toleransi tindakan keperawatan (Penurunan
stress Kelas 2 : Respon selama 6 jam, cemas kecemasan)
Koping pasien dapat berkurang a. Identifikasi
Kode : 00146 kriteria hasil: tingkat kecemasan
a. Pasien mampu b. Dengarkan
membina hubungan dengan penuh
saling percaya dengan perhatian
perawat. c.Gunakan
b. Pasien mampu pendekatan yang
mengenal ansietas menenangkan
mampu mengontrol d. Jelaskan semua
kecemasan. prosedur dan apa
c. Pasien mampu yang dirasakan
menggunakan teknik selama prosedur
relaksasi untuk e. Pendekatan
mengurangi kecemasan. mental spiritual
d. Pasien mampu f. Instruksikan
menggunakan teknik pasien
relaksasi napas dalam menggunakan
secara mandiri. teknik relaksasi
e. Pasien mendapat
dukungan keluarga
dalammengatasi
ansietas.s
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tabel 2.6 Implementasi dan Evaluasi Pada Tn. E Dengan Diagnosa Medis Limfoma
Maligna
5. Memonitor
11.17 aliran oksigen
Hasil: Oksigen
terpasang dengan
baik dengan
menggunakan
nasal kanul
sebanyak 4 liter
Intoleransi Kamis, 11.20 1. Mengkaji Kamis, 10 Oktober
aktivitas 10 adanya factor yang 2019 Jam 12.20
berhubungan Oktober menyebabkan S: - Pasien mengatakan
dengan 2019 kelelahan Hasil: sesak dan cepat merasa
Ketidakseimbanga a. Pasien lelah bila beraktivitas
n antara suplai mengatakan sesak O: - Pasien nampak
dan kebutuhan dan cepat merasa sesak saat beraktivitas -
oksigen lelah bila Semua kebutuhan
beraktivitas pasien mis: makan,
b. Pasien nampak minum, BAK dibantu
sesak saat oleh keluarga ditempat
beraktivitas tidur
11.22 2. Mengobservasi A: Semua kebutuhan
adanya pasien dibantu oleh
pembatasan klien keluarga
dalam melakukan P:Lanjutkan intervensi
aktivitas Energy
Hasil: Semua Management
kebutuhan pasien (0180)
mis: makan, a. Observasi
minum, BAK adanya
dibantu oleh pembatasan
keluarga ditempat klien dalam
tidur melakukan
11.24 3. Memonitor aktivitas
nutrisi dan sumber b. Dorong
energi yang pasien untuk
adekuat mengungkapkan
Hasil: Pasien perasaan
mengatakan terhadap
makannya sedikit keterbatasan
karena sakit pada c. Kaji adanya
saat menelan factor yang
menyebabkan
kelelahan
d. Monitor
nutrisi dan
sumber energi
yang adekuat
e. Monitor
pasien akan
adanya
kelelahan fisik
dan emosi
secara
berlebihan
Ansietas Kamis, 11.30 1. Kamis,10 Oktober
10 Mengidentifikasi 2019 jam 12.25
Oktober tingkat kecemasan S: Pasien mengatakan
2019 Hasil: cemas dengan
a. Pasien keadaannya
mengatakan cemas O: a. Pasien tampak
dengan gelisah
keadaannya b. Pasien tampak
b. Pasien tampak cemas
gelisah A: Pasien masih
11.32 2. Mendengarkan merasa gelisah dan
dengan penuh cemas tentang
perhatian Hasil: keadaannya
Mendengarkankan P: Lanjutkan Intervensi
keluhan yang a. Identifikasi tingkat
disampaikan oleh kecemasan
pasien dan b. Dengarkan dengan
menunjukkan penuh perhatian
sikap yang empati c. Gunakan pendekatan
11.34 3. Menjelaskan yang menenangkan
semua prosedur d. Jelaskan semua
dan apa yang prosedur dan apa yang
dirasakan selama dirasakan selama
prosedur prosedur
Hasil: Sebelum e. Pendekatan mental
melakukan spiritual
tindakan
keperawatan,
perawat telah
11.36 4. Pendekatan
mental spiritual
Hasil :
Menganjurkan
kepada pasien dan
keluarga untuk
berdoa demi
kesembuhan
pasien
BAB III
PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN
Ada beberapa kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan penulis
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. “E” menggunakan primary survey
untuk memberikan penanganan meliputi pengkajian Airway, Breathing, Circulation,
Disability dan Exposure dimana gangguan-gangguan yang ada pada primary survey
akan ditangani segera apabila belum teratasi maka akan dil
akukan pengkajian secondary survey pendekatan proses asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Berikut ini akan
membahas tentang perbedaan yang terjadi antara teori dan kasus yang didapat dari
asuhan keperawatan teori dan kasus yang didapat dari asuhan keperawatan pada
pasien Tn. "E”.
A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a. Airway
Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas
pada pasien antara lain: adanya snoring atau gurgling, stridor atau suara nafas tidak
normal, agitasi (hipoksia), penggunaan otot bantu pernafasan. Look dan listening
bukti adanya masalah pada saluran nafas bagian atas dan potensial penyebab
obstruksi: lendir/secret, muntahan, perdarahan (Thygerson, 2011).
Pada kasus yang di temukan yaitu pernapasan klien paten dan tidak ada
obstriksi jalan nafas, terdapat penggunaan otot bantu, klien nampak tidak batuk, serta
tidak ada tanda-tanda sianosis. Analisis : Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus,
di karenakan saat inspirasi kedua dinding dada dan perut Tn. “E” sama antara kiri dan
kanan. dan di kasus tidak di temukan obstruksi jalan nafas.
b. Breathing
Pada teori dapat di lihat tanda-tanda umum distress pernapasan: dispneu,
berkeringa, penggunaan otot bantu pernapasan aksesorius, pernapasan abdomen.
Pada teori, dengar (listen) suara napas abnormal pada jarak dekat dari wajah pasien
dan secara auskultasi seperti ronchi, stridor, dan wheezing.
Menurut teori Dialife (2012) Sesak napas dengan irama pernapasan kussmaul
terjadi karena adanya penumpukan cairan didalam jaringan paru atau dalam rongga
dada. Hal ini didukung oleh hasil pemeriksaan foto thorax AP dengan kesan massa
mediastinum, suspek tumor metastase paru, serta efusi pleura bilateral.
Pada kasus yang ditemukan pada Tn.”E” pada saat melakukan inspeksi
tampak sesak napas dengan frekuensi pernapasan 28 kali/menit, Terdengar suara
nafas vesicular. Pergerakan dinding dada simestris kiri dan kanan, serta Tn.”E”
menggunakan otot bantu napas. Hal ini disebabkan karena adanya cairan atapun
massa dibagian paru. Hal ini didukung oleh hasil foto thoraks Tn.”E” dengan kesan
massa mediastinum dan efusi pleura bilateral sehingga menyebabkan Tn.”E” sesak
napas.
Analisis : Berdasarkan teori dan kasus yang dianalisis bahwa tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus nyata karena pada kasus dan teori terdapat
persamaan antara penggunaan otot bantu pernafasan.
c. Circulation
Pada teori dapat dinilai dengan warna tangan dan jari-jari. Tanda-tanda
gangguan kardiovaskuler termasuk akral perifer yang dingin dan pucat. Selain itu
mengecek waktu pengisian kapiler (Capillary refill time, CRT), CRT yang
memanjang > 2 detik dapat menunjukkan perfusi perifer yang buruk.
Pada teori dilakukan pengukuran tekanan darah. tekanan darah sistolik yang
rendah menunjukkan syok. Namun demikian, bahkan pada keadaan syok, tekanan
darah tetap normal sebagai mekanisme kompensasi untuk meningkatkan resistensi
perifer sebagai respon terhadap penurunan curah jantung
Pada kasus yang ditemukan yaitu Tn.”E” capillary refill time (CRT) normal
yaitu < 2 detik, dan didapatkan temperatur kulit hangat dan akral perifer dingin dan
Nadi 101x/menit. Pada kasus yang ditemukan yaitu Tn.”E” dengan melakukan
pengukuran tekanan darah yaitu 150/102 mmHg. Hal ini berbeda dengan teori
yang menyatakan adanya tekanan sistolik rendah menunjukan syok.
Analisis : Berdasarkan teori dan kasus dianalisis bahwa ada kesenjangan
antara teori dan kasus karena pada pengkajian di temukan CRT < 2 detik yaitu
dalam batas normal dan Tn.”E” tidak mengalami pucat.
d. Disability
Penilaian disabilitas melibatkan evaluasi fungsi sistem saraf pusat. Pada
pengkajian primery survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU : A
- alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yang
diberikan, V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak
bisa dimengerti, P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai
jika ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon), U -
unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri maupun
stimulus verbal. Selain menggunakan skala AVPU pada pengkajian disability,
dapat pula menggunakan skala Glasgow Coma Scale (GCS) untuk menilai
berbagai penyebab perubahan tingkat kesadaran.
Pada kasus Tn.”E” pengkajian disability menggunakan skala GCS didapatkan
tingkat kesadaran composmentis dengan hasil GCS 15 yaitu respon membuka mata
spontan 4, respon verbal 5, dan respon motorik 6.
Analisis : Menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
karena pada teori dan kasus di dapatkan tingkat kesadaran yang sama yaitu
kesadaran Composmentis GCS 15 (E4 V5 M6)
e. Exposure
Secara khusus pengkajian exposure meliputi pengkajian suhu tubuh berupa
adanya hipertermia dan hipotermia. Berdasarkan kasus didapatkan suhu tubuh
Tn.”E” tidak terjadi peningkatan suhu tubuh yaitu 36,5ºC.
Analisis : Menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
karena pada teori dan kasus tidak terdapat peningkatan suhu tubuh.
2. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan utama
Biasanya di dapatkan keluhan berupa : sesak napas, lelah setelah beraktivitas,
sering berkeringat,penurunan nafsu makan.
Berdasarkan kasus di dapatkan keluhan utama yang di rasakan Tn.”E” yaitu
sesak nafas
Analisis : Menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena
pada teori dan kasus keluhan utamanya yaitu sesak nafas
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien limfoma maligna biasanya terjadi sesak nafas, ada
pembesaran kelenjar getah baning, sering berkeringat, penurunan nafsu
makan, kelemahan/keletihan, anemia dan infeksi.
Berdasarkan kasus Tn.”E” di dapatkan data bahwa Tn.”E” masuk
Rumah Sakit dengan keluhan sesak nafas dan adanya pembesaran kelenjar
getah bening.
Analisis : Menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus karena sama-sama mengeluh sesak nafas dan kesulitan bernafas.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kesehatan terdahulu pada pasien dengan limfoma maligna
antara lain: gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, terinfeksi virus atau
bakteri, terkena paparan UV, toksin lingkungan. Penting untuk dikaji
mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
Berdasarkan kasus Tn.”E” pengkajian riwayat kesehatan dahulu dikaji
dengan mewawancarai pasien dan keluarga pasien didapatkan data bahwa Tn.
“E” perokok dan riwayat penyakit TBC.
Analisis : Menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus karena sama-sama memiliki riwayat terdahulu yaitu merokok dan
terinfeksi virus.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit
yang sama (limfoma maligna).
Berdasarkan kasus Tn.”E” penulis melakukan pengkajian riwayat
kesehatan keluarga pada Tn.”E” dengan mewawancarai pasien dan didapatkan
data bahwa Tn.”E” tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit
limfoma maligna.
Analisis : Menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Limfoma Maligna
pada Tn. “E”, setelah melakukan pengkajian yaitu ketidakefektifan pola nafas,
intoleransi aktivitas, ansietas. Sedangkan menurut teori, diagnosa yang bisa
muncul pada kasus Limfoma Maligna yaitu pola nafas tidak efektif, nyeri,
hipotermia, dan ketidakseimbangan nutrisi.
Penulis mengangkat diagnosa ketidakefikfan pola nafas karena pada
pasien ditemukan adanya tanda dan gejala yang mengarah untuk diagnosa
tersebut yaitu Pasien mengatakan sesak nafas ± 2 bulan yang lalu dimana
frekuensi pernapasan 28 kali/menit saat pengkajian.
Didapatkan kesenjangan antara kasus dan teori dimana pada kasus
tidak didapatkan diagnosa nyeri, hipotermia dan ketidakseimbangan nutrisi.
Hal ini disebabkan oleh respon tubuh setiap orang berbeda-beda sesuai dengan
gejala dan tanda yang dialami oleh pasien serta tidak ada diagnosa yang
mendukung untuk diangkat diagnosa pada kegawatdaruratan jadi penulis
hanya mengangkat diagnosa sesuai dengan kegawatdaruratan yang dialami
pasien.
C. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah tahap
pengumpulan data, pengkajian, dan menentukan diagnosa yang sesuai dengan
tanda dan gejala yang muncul. Perencanaan atau intervensi merupakan
kumpulan rencana-rencana keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.
Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan
manifestasi klinis. Setelah masalah ditetapkan, maka ditentukan tujuan
keperawatan. Tujuan bisa ditetapkan dalam jangka panjang maupun pendek,
harus jelas, dapat diukur, dan realitas.
Setelah itu mendapat kriteria hasil yang menjadi acuan intervensi
berhasil atau tidak. Waktu perencanaan yang dibuat harus disesuaikan dengan
pencapaian kriteria hasil misalnya 1x8 jam. Setelah rencana dibuat,
selanjutnya dilakukan implementasi keperawatan, yang mengacu pada rencana
tindakan yang telah dibuat.
Perencanaan yang dibuat sesuai dengan NANDA sehingga
kesenjangan perencanaan antara kasus dan teori disesuaikan dengan keluhan
yang dirasakan pasien.
D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan berdasarkan perencanaan sebelumnya,
semua yang telah direncanakan harus dilakukan diimplmentasi. Setelah
dilakukan tindakan tersebut jangan lupa melihat respon pasien baik dari data
subyektif maupun data objektif. Tindakan semua telah dilakukan dan melihat
respon atau kondisi pasien secara umum atau biasa disebut evaluasi. Apabila
masalah hanya teratasi sebagian, intervensi bisa dilanjutkan atau dimodifikasi.
Apabila masalah sudah teratasi, intervensi dipertahankan atau dihentikan.
Implementasi ketidakefektifan pola nafas yaitu, memonitor kecepatan,
irama, kedalaman dan kesulitan bernapas/TTV, memonitor pergerakan dada,
ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu pernapasan, dan retraksi pada otot
supraclaviculas dan interkosta, Memberikan posisi semifowler untuk
mengurangi dyspnea, memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien dengan
menggunakan nasal kanul sebanyak 4 liter, memonitor aliran oksigen.
Implementasi intoleransi aktivitas yaitu, mengkaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan, mengobservasi adanya pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas, memonitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat.
Implementasi ansietas yaitu, mengidentifikasi tingkat kecemasan,
mendengarkan dengan penuh perhatian, menjelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur, pendekatan mental spiritual.
E. Evaluasi
Majid & Prayogi (2013), evaluasi adalah penilaian keberhasilan rencana
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Pada pasien Limfoma Maligna
dapat dinilai hasil pelaksanaan perawatan dengan melihat catatan
perkembangan, hasil pemeriksaan pasien, melihat langsung keadaan dari
keluhan pasien, yang timbul sebagai masalah.
Evaluasi yang dilakukan pada Tn “E” semua diagnosa belum teratasi.
Hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi pada tangga 10 Oktober 2019
didapatkan bahwa masalah ketidakefektifan pola nafas dengan hasil sesak nafas
berkurang. Intoleransi aktivitas dengan hasil pasien mengatakan masih sesak
dan cepat merasa lelah bila beraktivitas. Ansietas dengan hasil pasien
mengatakan cemas dengan keadaannya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk
keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel
T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma maligna (maligna = ganas).
Ironisnya, pada orang sehat sistem limfatik tersebut justru merupakan
komponen sistem kekebalan tubuh. Ada dua jenis limfoma maligna yaitu
Limfoma Hodgkin (HD) dan Limfoma non-Hodgkin (LNH) (Vinjamaran,
2017).
Dari hasil pembahasan bahwa di dapatkan kesenjangan antara teori dan
kasus yang ditemukan penulis dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada
Tn “E” menggunakan primary survey untuk memberikan penanganan
meliputi pengkajian Airway : terdapat kesenjangan kerena dari pengkajian
tidak di dapatkan hasil suara nafas tambahan yaitu Ronchi, Breathing :
Tidak terdapat kesenjangan karean dalam teori dan kasus sama-sama pasien
mengalami sesak nafas, Circulation : Terdapat kesenjangan karena dari hasil
pengkajian di dapatkan Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal dan
CRT < 2 detik, Disability : Tidak terdapat kesenjangan karena dari hasil
pengkajian tingkat kesadaran Tn. “E” yaitu GCS 15 dan Exposure : tidak
terdapat kesenjangan karena dari hasil pengkajian tidak terdapat
peningkatan suhu tubuh. Dan untuk pengangkatan diagnosa terdapat
kesenjangan yaitu diagnosa nyeri, hipertimia, dan ketidakseimbangan
nutrisi. Hal ini disebabkan oleh respon tubuh setiap orang yang berbeda-
beda sesuai dengan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien.
B. Saran
Berdasarkan manfaat penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya,
penulis memberikan beberapa saran terkait hasil asuhan keperawatan pada
pasien Limfoma Maligna :
1. Bagi Rumah Sakit
Di harapkan dari pihak Rumah Sakit memberikan pendidikan dan
pelatihan secara berkala, khususnya mengenai metode pelayanan
terkini pada pasien dengan kasus-kasus keperawatan gawat darurat,
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dari tenaga
keperawatan, khususnya yang berada di raung IGD Non Bedah
RSUP Dr Wahidin Sudirihusodo Makassar.
2. Bagi Bidang Akademik
Penyediaan kualitas tenaga dosen yang professional serta fasilitas
belajar mengajar perlu untuk ditingkatkan agar menghasilkan
lulusan yang berkualitas.
3. Pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga dapat bersikap lebih kooperatif dan mampu
bekerjasama dengan tim kesehatan dalam penanganan dan proses.
4. Bagi penulis selanjutnya Diharapkan dimasa yang akan datang
dapat digunakan sebagai salah satu sumber data untuk penulisan
karya ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Amori. 2017. Jurnal Nasional : Pengobatan tepat untuk Limfoma.
www.jurnalnasional/limfoma/44356.com. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2013.
Asdie, Ahmad H. 2012. Horison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Bakta IM. Limfoma Non Hodgkin. Hematologi Klinik Ringkas. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2006. h: 202-19.
Chandrasoma P, Taylor CR. Sistim Limfoid: Limfoma maligna. Alih bahasa. Dalam:
Chandrasoma P, Taylor CR. Patologi Anatomi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC,1995:406-21
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta. : EGC
Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.
Karlina Isabella. 2018. Ki-67 sebagai parameter prognosis pada limfoma non
Hodgkin.
Potter & Perry AG. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses, dan
Praktik. 4th ed. EGC: Jakarta.2013.
Heri Sutrisno. 2013. Gambaran Kualitas Hidup Pasien Kanker Limfoma Non Hodgkin
yang Dirawat di RSUP Sanglah Denpasar.
Rosernberg, Martha Craft & Smith, Kelly. 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan.
Yogyakarta: Digna Pustaka.
Scanlon VC, Sanders T. The lymphatic system and Immunity. In: Scanlon VC,
Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5thed. Philadelphia: FA Davis
Company,2007:319-26
Setiawati.2013.http://setiawatisalb.blogspot.co.id/.diakses tanggal 22 Maret 2016 jam
08.30
Skandalakis JE.Neck: Lymphatic System. In: Skandalakis JE, Colborn GL, Weidman
TA, Foster KS, Kingsworth AN, Skandalakis LJ,et al eds. Skandalakis Surgical
Anatomy. New York: McGraw-Hill Companies,2004:32-3