Anda di halaman 1dari 9

LEARNING OBJECTIVESKENARIO 5

“Kelereng di Leher”

Isra Nur Hidayah

N10120053

KELOMPOK 14

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
1. Diagnosis banding dari LNH (Aspek histopatologi)
Jawab:

Limfoma merupakan istilah umum yang diberikan untuk semua kelainan neoplastik pada
jaringan limfoid. Istilah limfoma sering sendiri dipakai untuk menyatakan limfoma maligna
karena limfoma yang jinak jarang ditemukan. Limfoma maligna diklasifikasikan sebagai
Limfoma hodgkin (LH) dan Limfoma non hodgkin (LNH). Limfoma Non Hodgkin dan penyakit
Hodgkin dibedakan atas jenis sel yang mencolok yang terdapat dalam kelenjar getah bening.
Pada penyakit Hodgkin, sel-sel dari sistem limfatik bertumbuh secara abnormal dan dapat
menyebar ke luar sistem limfatik dalam bentuk sel Reed-Sternberg yang ditemukan pada
jaringan yang terkena (Setiati,2014)

Bentukan sel ganas pada LNH adalah sel limfosit yang berada pada salah satu tingkat
diferensiasinya, baik limfosit T atau limfosit B; bersifat heterogen dengan spektrum bervariasi
dari tumor yang sangat agresif sampai kelainan indolen dengan perjalanan lama dan tidak aktif
(Setiati,2014)

Variasi dalam LNH bukan hanya di temukan dari histologik ataupun morfologi saja, melainkan
juga lokasi primer limfoma. Jenis LNH limfoma Burkitt (tipe endemik) ditemukan pada anak-
anak kecil di Afrika Tengah. Gambaran histologis tersering adalah limfoma derajat keganasan
tinggi large B cell. . (Mellaratna, 2021)

Pemfigus vulgaris

Pemfigus vulgaris merupakan penyakit autoimun yang bersifat fatal dengan karakteristik bula
kendur dan terdapat erosi pada kulit serta membran mukosa. Pada sekitar 80% pasien pemfigus
vulgaris tampak bula dengan dinding kendur atau erosi pada membran mukosa, terutama mukosa
oral. Sebagian besar lesi pemfigus vulgaris hanya mengenai mukosa, baru selanjutnya diikuti
oleh lesi kulit, bahkan ada hanya yang mengenai mukosa saja. Hasil pemeriksaan histopatologi
dari pemfigus vulgaris. (Mellaratna, 2021)

Frambusia

Frambusia umumnya menyerupai infeksi sifilis. Penyakit ini dibagi menjadi tiga stadium.
Stadium pertama ditandai dengan papul-papul infiltrat dan eritem yang biasanya terdapat pada
permukaan papilomatosus. Seiring dengan berjalannya waktu lesi ini akan membesar sampai 5
cm yang disertai dengan lesi satelit, dan kemudian dapat terbentuk ulserasi. Stadium kedua lesi
menyerupai lesi primer, namun ukurannya lebih kecil. Pada stadium ini dapat disertai dengan
demam, malaise, dan limfadenopati generalisata. Sedangkan pada stadium tersier biasanya
disertai dengan deformitas jaringan lunak dan tulang dan pembentukan nodul guma supuratif
pada kulit serta jaringan subkutan. (Mellaratna, 2021)
Hasil pemeriksaan histopatologi dari frambusia berupa epidermis sebagian atrofik dengan
vacuolated di area basal, eksositosis limfosit, bula di area subepidermal, dengan sel-sel
akantolitik. Sebagian epitel tampak nekrotik dengan lumen berisi PMN dan debris seluler. Pada
dermis tampak serbukan sel radang menahun terletak perivaskuler. Berdasarkan kepustakaan,
hasil pemeriksaan histopatologi anatomi didapatkan subepidermal cleft dengan akumulasi
eosinofil pada dermal-epidermal junction dan di dalam papilla dermis, yang merupakan suatu\
penilaian yang bermakna untuk diagnosis. (Mellaratna, 2021)

Pemphigus paraneoplastik

Berdasarkan pemeriksaan histopatologi Keterlibatan dermatologi pada neoplasia dapat berupa


sebagai tumor primer dari sistem integument itu sendiri, metastasis ke kulit seperti pada
chloroma, dan fenomena paraneoplastik. Beberapa manifestasi kelainan kulit paraneoplastik
yang dilaporkan yaitu akantosis nigrikans, dermatomiositis, eritroderma, osteoartropati
hipertrofik, sindrom Sweet, dan pemfigus paraneoplastik. Hasil pemeriksaan histopatologi
pemfigus paraneoplastik dijumpai akantolisis intraepitelial suprabasal, perubahan vakuolisasi,
nekrosis keratinosit epidermis, dan inflamasi likenoid. (Mellaratna, 2021)

Mellaratna, W. P., Yuziani, Y. (2021). Penegakan Diagnosis Pemfigoid Bulosa Pada Penderita
Non Hodgkin Lymphoma. AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Malikussaleh, 7(2), 73-86. Viewed on 13 April 2022. From: ojs.unimal.ac.id
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi.2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta:
InternaPublishing

2. Prognosis LNH
Jawab:

Prognosis dari seorang pasien kanker dipengaruhi oleh interaksi antara sel tumor dan
penjamu. Faktor prognosis didefinisikan sebagai variabel yang diukur pada pasien untuk
membantu menjelaskan adanya perbedaan luaran baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Prognosis dari seorang pasien kanker di pengaruhi oleh interaksi antara sel tumor dan penjamu.
Faktor-faktor tersebut meliputi jumlah dari sel tumor (karakteristik pertumbuhannya, resistensi
terhadap kemoterapi, kemampuan menghindari imunosurveilens dan resistensi terhadap
apoptosis), kemampuan dari penjamu untuk mengeliminasi sel tumor (imunokompeten) dan
toleransi pasien terhadap regimen terapi (status performans, suseptibilitas terhadap toksisitas
akut atau toksisitas lambat seperti timbulnya keganasan sekunder). (Asmara, 2018)

LNH dapat dibagi ke dalam 2 kelompok prognostik:

1. LNH Indolent (keganasan tingkat rendah)

Sebagian besar (30-40%) tipe ini adalah noduler atau folikuler yang lebih banyak terjadi pada
usia lanjut. Tipe ini memiliki prognosa yang relatif baik, dimana pasien dapat bertahan hidup
selama bertahun-tahun dengan median survival 10 tahun, tetapi biasanya tidak dapat
disembuhkan pada stadium lanjut. Diagnostik awal menjadi lebih sulit karena LNH ini tumbuh
lambat dan sering asimtomatik. Biasanya, pasien memberikan respon yang baik pada terapi awal,
tetapi sangat mungkin kanker tumbuh kembali. Sehingga pasien bisa mendapatkan terapi
sebanyak lima sampai enam kali sepanjang hidup mereka, namun biasanya memberikan respon
terapi yang semakin rendah. (Asmara, 2018)

2. LNH Agresif (keganasan tingkat tinggi)

Tipe ini memiliki perjalanan alamiah yang lebih pendek karena cepat tumbuh dan menyebar
dalam tubuh dan bila dibiarkan tanpa pengobatan dapat mematikan dalam 6 bulan. Angka
harapan hidup rata-rata berkisar 5 tahun dengan kesembuhan sekitar 30-40%. Pasien yang
terdiagnosis dini dan langsung diobati dengan kemoterapi kombinasi intensif lebih mungkin
meraih remisi sempurna dan jarang mengalami kekambuhan. (Asmara, 2018)

Asmara, I. (2018). Penanda biologis limfoma maligna. Jurnal Kedokteran Unram.7(4).


Viewed on 13 April 2022. From: eprints.unram.ac.id

3. Epidemiologi dari lymphoma


Insidens LNH di dunia kira-kira 5–10 kali lebih besar dibandingkan Limfoma Hodgkin (LH);
lebih banyak bergantung pada perbedaan regional. Dari keseluruhan kasus limfoma, 80 %
berasal dari sel B dan 20 % dari sel T. Insidens LNH di Amerika Serikat dilaporkan meningkat
kira-kira 60.000 kasus baru setiap tahunnya.4 Insidens di negaranegara barat meningkat secara
substansial dalam 40 tahun terakhir. Ini kemungkinan berhubungan dengan perbaikan dalam
prosedur diagnostik dan berbagai perubahan dalam sistem klasifikasi.Insidens LNH esktranodal
kepala dan leher bervariasi dan belum banyak dilaporkan para ahli atau berbagai pusat penelitian
(Asmara, 2018)

Insiden LH tergolong stabil dengan sekitar 8.490 kasus baru pernah dilaporkan di Amerika
Serikat pada tahun 2010. LH lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita (1,2:1)
dan lebih sering terjadi pada orang berkulit putih dibandingkan dengan orang berkulit hitam.
Distribusi usia pada LH tergolong bimodal dengan usia puncak pertama yaitu sekitar 15 sampai
dengan 34 tahun dan usia puncak kedua yaitu sekitar lebih dari atau sama dengan 50 tahun.
Sedangkan untuk data Indonesia sendiri yakni Indonesia pada tahun 2013 memiliki data sebesar
0,06% atau sekitar 14.905 angka kejadian limfoma. Mengingat ini bukanlah angka yang sedikit
diperlukan pengetahuan masyarakat yang baik terkait penyakit ini. (Asmara, 2018)

Pada penelitian selama 5 tahun (1996- 2000) di Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga/ RSUD dr. Soetomo Surabaya didapatkan insidens LNH pada berbagai
tempat di kepala dan leher. Limfoma nasofaring ditemukan 15 kasus (12 pria, 3 wanita)
semuanya jenis LNH. Limfoma maligna pada daerah sinonasal dengan gambaran histopatologi
menyerupai suatu undifferentiated epidermoid karsinoma nasofaring sebanyak 5 kasus (2 pria
dan 3 wanita) pada cavum nasi, semuanya jenis LNH. Sebanyak 31 kasus limfoma maligna (14
pria, 17 wanita) pada derah tonsil dan orofaring (cincin waldeyer). Jumlah ini merupakan 39,2 %
dari seluruh tumor ganas tonsil. Limfoma maligna primer pada tulang rahang, didapatkan 10
kasus LNH; 5 berasal dari mandibula dan 5 berasal dari maxilla. Limfoma maligna primer dari
kelenjar tiroid umumnya jenis MALT limfoma ditemukan 3 kasus (1 pria, 2 wanita). Limfoma
maligna pada kelenjar getah bening leher, ditemukan 20 kasus limfoma primer (19 kasus LNH, 1
kasus LH). Laki-laki dan wanita dengan proporsi yang hampir sama (Asmara, 2018)

(Asmara, 2018)

4. Indikasi dan kontraindikasi dari tatalaksana

Perawatan utama untuk limfoma Hodgkin adalah kemoterapi saja, atau kemoterapi diikuti
dengan radioterapi. Kadang-kadang, kemoterapi dapat dikombinasikan dengan obat
steroid.Pembedahan umumnya tidak digunakan untuk mengobati kondisi tersebut, kecuali
untuk biopsi yang digunakan untuk mendiagnosisnya. Secara keseluruhan, pengobatan untuk
limfoma Hodgkin sangat efektif dan kebanyakan orang dengan kondisi tersebut akhirnya
sembuh.

Kemoterapi

Kemo dianggap sebagai pengobatan sistemik karena obat menyebar ke seluruh tubuh, dan dapat
membunuh sel kanker yang telah menyebar (bermetastasis) ke bagian tubuh yang jauh dari tumor
asal (primer). Ini membuatnya berbeda dari perawatan seperti operasi dan radiasi. Pembedahan
mengangkat tumor dari bagian tubuh di mana kanker telah ditemukan, dan terapi radiasi
ditujukan pada area tubuh tertentu untuk membunuh atau merusak sel kanker. Perawatan seperti
ini disebut perawatan lokal karena mempengaruhi satu bagian tubuh. Kemoterapi dapat
digunakan jika kanker telah menyebar atau ada risiko yang akan terjadi. Ini dapat digunakan
untuk:

 mencoba untuk menyembuhkan kanker sepenuhnya (kemoterapi kuratif)

 membuat perawatan lain lebih efektif – misalnya, dapat dikombinasikan dengan radioterapi
(kemoradiasi) atau digunakan sebelum operasi (kemoterapi neo adjuvant)

 mengurangi risiko kanker kembali setelah radioterapi atau operasi (kemoterapi adjuvant)

 meredakan gejala jika penyembuhan tidak memungkinkan (kemoterapi paliatif)

 adapun indikasi kemoterapi berdasarkan stadium maupun kondisi pasien yakni Jenis yang
paling umum adalah:

 kemoterapi yang diberikan ke dalam pembuluh darah (kemoterapi intravena) – ini biasanya
dilakukan di rumah sakit dan melibatkan obat yang diberikan melalui tabung di pembuluh darah
di tangan, lengan, atau dada Anda

 tablet kemoterapi (kemoterapi oral) – ini biasanya melibatkan pengobatan di rumah, dengan
pemeriksaan rutin di rumah sakit Kontra indikasi pelaksanaan kemoterapi ialah bila dokter
memperhatikan status performance yang buruk dari pasien semisal tubuh tidak responsif
terhadap pengobatan awal dan pasien memiliki komorbiditas yang jelek. (Smith,2020)

Radioterapi

Radiasi dapat digunakan untuk mengobati limfoma non-Hodgkin (NHL) dalam beberapa situasi
yang berbeda:

 Ini dapat digunakan sebagai pengobatan utama untuk beberapa jenis NHL jika ditemukan
lebih awal (stadium I atau II), karena tumor ini merespons radiasi dengan sangat baik.
 Untuk limfoma yang lebih lanjut dan untuk beberapa limfoma yang lebih agresif, radiasi
kadang-kadang digunakan bersama dengan kemoterapi.
 Orang yang mendapatkan transplantasi sel induk mungkin mendapatkan radiasi ke
seluruh tubuh bersama dengan kemoterapi dosis tinggi, untuk mencoba membunuh sel-
sel limfoma di seluruh tubuh.

Terapi radiasi dapat digunakan untuk meredakan (meredakan) gejala yang disebabkan oleh
limfoma yang telah menyebar ke organ dalam, seperti otak atau sumsum tulang belakang, atau
bila tumor menyebabkan rasa sakit karena menekan saraf. (Smith,2020)

Paling sering, perawatan radiasi diberikan 5 hari seminggu selama beberapa


minggu. Perawatannya mirip dengan rontgen, tetapi radiasinya lebih kuat. Prosedurnya sendiri
tidak menyakitkan. Setiap perawatan hanya berlangsung beberapa menit, Radiasi ke dada dapat
merusak paru-paru dan menyebabkan kesulitan bernapas. Ini juga dapat mempengaruhi jantung,
dan dapat meningkatkan kemungkinan serangan jantung di kemudian hari.

Radiasi ke leher dapat menyebabkan masalah tiroid di kemudian hari. Hal ini dapat
menyebabkan kelelahan dan penambahan berat badan.sehingga menjadi kontraindikasi untuk
pasien yang memiliki masalah hormone tiroid ataupun pasien obesitas

Efek samping terapi radiasi otak dapat menjadi serius 1 atau 2 tahun setelah perawatan dan
mungkin termasuk sakit kepala dan masalah seperti kehilangan ingatan, perubahan kepribadian,
dan kesulitan berkonsentrasi. (Smith,2020)

Smith,J.2020.Chemoteraphy.OverviewJournal.Vol.2(13)..From:https://www.nhs.uk/conditions/c
hemotherapy

Anda mungkin juga menyukai