Anda di halaman 1dari 10

LEARNING OBJECTIVE

SKENARIO 6 : INFEKSI VIRUS


PINDAH KOTA

Nama : Isra Nur Hidayah

Stambuk : N 101 20 053

Kelompok : 14

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
1. Apa diagnosis banding dari malaria?

Jawab:

Gejala klinis demam yang dipresentasikan pada kasus malaria sangatlah umum dan nonsepsifik.
Pasien yang mengalami demam dan kejang yang terus menerus dapat mengindikasikan adanya
infkesi bakteri atau virus meningitis atau meningoencephalitis dan hal ini harus dipertimbangkan
untuk melakukan pungsi lumbar.

Mengetahui bahwa diagnosis banding kasus malaria dapat sangat beragam berdasarkan lokasi
keluhan pasien, oleh karenanya dapat diamati berdasarkan sistem organ dan apa saja manifestasi
klinisnya.
Sumber:

Mühlberger N, Jelinek T, Gascon J, dkk.2017. Epidemiologi dan gambaran klinis malaria vivax
yang diimpor ke Eropa: Data surveilans sentinel dari
TropNetEurop. MalariaJ. Vol.20:3:5. Viewed in
19/04/22.from: http://www.malariajournal.com/content/pdf/1475-2875-3-5.pdf

2. Bagaimana gejala klinis dari malaria?

Jawab:

Serangan malaria klasik (tetapi jarang diamati) berlangsung 6-10 jam. Terdiri dari

 Tahap dingin (sensasi dingin, menggigil)


 Tahap panas (demam, sakit kepala, muntah; kejang pada anak kecil); dan
 Akhirnya tahap berkeringat (berkeringat, kembali ke suhu normal, kelelahan).
Secara klasik (tetapi jarang diamati) serangan terjadi setiap hari kedua dengan parasit “tertian”
( P. falciparum , P. vivax , dan P. ovale ) dan setiap hari ketiga dengan parasit “quartan” ( P.
malariae ). (Buck,2021)

Lebih umum, pasien datang dengan kombinasi gejala berikut:


 Demam
 Panas dingin
 Keringat
 Sakit kepala
 Mual dan muntah
 Pegal-pegal
 Malaise umum
Di negara-negara di mana kasus malaria jarang terjadi, gejala-gejala ini dapat dikaitkan dengan
influenza, pilek, atau infeksi umum lainnya, terutama jika malaria tidak dicurigai. Sebaliknya, di
negara-negara di mana malaria sering terjadi, penduduk sering mengenali gejalanya sebagai
malaria dan mengobati diri mereka sendiri tanpa mencari konfirmasi diagnostik (“pengobatan
dugaan”).
Temuan fisik mungkin termasuk yang berikut:

 Suhu tinggi
 Keringat
 Kelemahan
 Pembesaran limpa
 Penyakit kuning ringan
 Pembesaran hati

Peningkatan frekuensi pernapasan

Diagnosis malaria tergantung pada adanya parasit dalam darah, biasanya dengan
mikroskop. Temuan laboratorium tambahan mungkin termasuk anemia ringan, penurunan ringan
trombosit darah (trombositopenia), peningkatan bilirubin, dan peningkatan aminotransferase.

Malaria berat terjadi ketika infeksi diperumit oleh kegagalan organ yang serius atau kelainan
pada darah atau metabolisme pasien. Manifestasi malaria berat adalah sebagai berikut:

 Malaria serebral, dengan perilaku abnormal, gangguan kesadaran, kejang, koma, atau
kelainan neurologis lainnya
 Anemia berat karena hemolisis (penghancuran sel darah merah)
 Hemoglobinuria (hemoglobin dalam urin) karena hemolisis
 Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), reaksi inflamasi di paru-paru yang
menghambat pertukaran oksigen, yang dapat terjadi bahkan setelah jumlah parasit
menurun sebagai respons terhadap pengobatan
 Kelainan pada pembekuan darah
 Tekanan darah rendah yang disebabkan oleh kolaps kardiovaskular
 Cedera ginjal akut
 Hiperparasitemia, di mana lebih dari 5% sel darah merah terinfeksi parasit malaria
 Asidosis metabolik (keasaman berlebihan dalam darah dan cairan jaringan), sering
dikaitkan dengan hipoglikemia

Malaria berat adalah keadaan darurat medis dan harus ditangani segera dan agresif. (Buck,2021)

Sumber:

Buck,E.,Finnigan,A.2021.Malaria.Treasure Island:Statpearls

3. Bagaimana pencegahan dan edukasi untuk kasus malaria?

Jawab:

Secara garis besar intervensi edukasi untuk komunitas dalam upaya mencegah malaria terdiri
dari 3 unsur yakni informasi,motivasi,dan perilaku. Informasi awal adalah suatu pengenalan
dasar terkait apa itu infeksi plasmodium dan bagaimana proses terjangkitnya seseorang dengan
penyakit malaria lalu diberikan motivasi dan himbauan dalam menciptakan lingkungan yang
nyaman dan higenis untuk mencegah potensi terkena malaria dan lalu dilakukannya perilaku
aktif dan actual yakni berupa pengendalian. Pengendalian dapat dibagi menjadi 3 aspek yaitu :

a Pengendalian secara mekanis

Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan memusnahkan saranng vektor seperti


mengeringkan genangan air yang menjadi saranng nyamuk, mengurangi kontak nyamuk dengan
manusia misalnya memasang kasa atau kawat pada ventilasi rumah,
b Pengendalian secara biologis

Cara ini dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup yang sifatnya parasitik trhadap
nyamuk, atau penggunaan hewan predator, keuntunngan menerapkan penngendalian biologis ini
adalah terjadinya penurunan populasi nyamuk tanpa timbulnya gangguan keseimbanngan
ekologi. Pengendalian secara biologi ini dapat dilakukan dengan memelihara ikan pemangsa
jentik nyamuk, melakukan radiasi terhadap nyamuk jantan agar steril sehingga tidak mampu
membuahi. Pengendalian nyamuk dewasa dapat dilakukan oleh masyarakat yang memiliki ternak
seperti kerbau,sapi, babi, dengan menempatkan kandang di luar lumah, karena nyamuk An.
Aconitus menyukai darah ternak, dengan demikian akan mengurangi risiko gigitan nyamuk bagi
penghuni rumah.

c Pengendalian secara kimia

Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menggunakan insektisida, seperti anti


nyamuk bakar, semprot, repellent. Untuk pencegahannya sendiri dapat berfokus pada host yakni
disebut sebagai pencegahan Primer, yaitu pencegahan yang dilakukan melalui tindakan terhadap
manusia. Yang meliputi:

a. Edukasi merupakan faktor terpenting yang harus diberikan kepada setiap pelancong
atau petugas yang akan bekerja di daerah endemis malaria. Materi penting yang harus
disampaikan adalah cara penularan malaria, risiko penularan malaria, pengenalan gejala dan
tanda malaria, pengobatan malaria, dan upaya menghilangkan tempat perindukan.

b. Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini melalui penyuluhan kepada masyarakat


tentang cara pencegahan malaria.

c. Proteksi pribadi untuk menghidari gigitan nyamuk dengan menggunakan pakaian


lengkap, tidur menggunakan kelambu, memakai obat penolak nyamuk, menghindari kunjungan
pada daerah yang rawan penularan malaria.
d. Modivikasi perilaku dengan mengurangi aktivitas di luar rumah mulai senja sampai
subuh

4. Bagaimana komplikasi kasus malaria pada pasien biasa dan pada ibu hamil?

Jawab :

Komplikasi malaria untuk pasien biasa dapat beragam oleh karena eritrosit yang terjangkit dapat
melakukan sitoadheren dan membentuk formasi rosseting pada lumen pembuluh darah mana saja
baik mikrovaskular maupun makrovaskular hal ini akan meningkatkan obstruksi dan mencegah
aliran darah ke jaringan. Sehingga komplikasi seperti cerebral malaria,anemia malaria
parah,koma,brain damage,kidney failure hingga kematian(Buck,2021)

Komplikasi pada pasien yang sedang hamil dapat membahayakan ibu dan janin yakni di
antaranya seperti;anemia maternal (anemia semasa kehamilan-menjelang proses
persalinan),kematian janin akibat tidak mendapat nutrisi dan pasokan O2 yang baik karena
eritrosit yang mengandung Hb selalu mengalami lisis,persalinan prematur,kelahiran dengan bayi
yang terlalu ringan (<2500 gram),dan lainnya. (Buck,2021)

Sumber:

Buck,E.,Finnigan,A.2021.Malaria.Treasure Island:Statpearls

5. Bagaiamana hasil interpretasi dari apusan darah tepi pada pasien yang terkena malaria?

Jawab:

Masing-masing spesies parasit ini melalui tahapan selama siklus perkembangan mereka (48 jam),
yang memberikan parasit penampilan visual yang berbeda yang dapat diamati di bawah
mikroskop. Secara berurutan dapat diamati bentukan seperti ; tahap cincin, tahap trofozoit, tahap
skizon, dan stadium gametosit. Gambar 2 menunjukkan contoh khas dari semua tahapan untuk
setiap spesies. Pada malaria tidak berat, sebagian besar stadium muda (<24 jam) dari P.
falciparum hadir di perifer darah, sedangkan untuk malaria berat semua stadium dapat terdapat
dalam darah tepi. Untuk P. falciparum, sel darah merah yang terinfeksi trofozoit menghilang dari
sirkulasi darah perifer dengan menempel pada dinding

Kapiler di dalam organ vital, yang merupakan proses yang disebut penyerapan. Untuk P.
falciparum, tahap cincin memiliki sitokin yang terlihat plasma dan 1 atau 2 titik kromatin kecil.
Darah yang terinfeksi sel tidak membesar tetapi dapat menampilkan banyak infeksi Trofozoit P.
falciparum jarang terlihat pada apusan darah tepi. Sitoplasma sel matang Trophozoites cenderung
lebih padat daripada cincin yang lebih muda, trofozoit dapat muncul dalam bentuk bulat dengan
materi coklat pigmen larial di dalam Skizon P. falciparum juga jarang terlihat pada darah tepi.
Mereka menampilkan lebih dari 2 dan hingga 32 inti (merozoit) dengan gelap pigmen coklat
menggumpal di tengah. Gametosit dari P. falciparum berbentuk bulan sabit atau sosis, dan dapat
terlihat pada apusan darah 1 minggu setelah parasit masuk faksi. Kromatin terlihat sebagai massa
tunggal atau membaur. Misalnya, untuk P. vivax, sel inang sering membesar dan bentuknya tidak
beraturan.

Untuk P. malariae, sel inang tidak diperbesar dan trophozoites memiliki kecenderungan kuat
untuk membentuk pita dengan pigmen malaria yang tersebar di seluruh diameter sel darah merah
yang terinfeksi. Beberapa infeksi sangat jarang untuk P. malariae. Di sisi laim,untuk P. ovale, sel
inang sedikit membesar dan memiliki bentuk oval dengan ujung berumbai, sering fimbriated.
Parasit sedikit membesar dan trofozoit amoeba. berbentuk bulat dengan pigmen malaria. Infeksi
ganda sel tunggal lebih umum daripada P. vivax. (Thoma,2017)
Sumber:

Thoma,G.2017. Image analysis and machine learning for detecting malaria.Elsevier


Journal.Vol.2(20).viewed in 20/4/22.From:
https://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S193152441730333X?token=9C60EB13924AF55CC81
3069FF4178D1445993741D95FDCE5A11F46757514C08B846818A9DAE6ACEC5E08BAEB3
E24C601&originRegion=eu-west-1&originCreation=20220419160354

6. Bagaimana sistem rujukan pada kasus malaria?

Jawab:

Pasien yang awalnya datang mengeluhkan gejala klinis demam selama 3 hari dan dapat disertai
gejala mual,muntah,diare,nyeri otot dan lainnya akan kita layani pada tingkat fasyankes primer
(puskesmas,puskesmas pembantu,rumah sakit kabupaten/kecamatan)lalu dilakukan pemeriksaan
apusan darah tepi dengan bantuan mikroskop, apa bila hasilnya positif ditandai adanya skizon
pada gambaran eritrosit maka pasien positif malaria dan dapa diberikan terapi. Namun pasien
dengan malaria berserta komplikasi dan factor risiko seperti kehamilan,diabetes,gangguan kerja
ginjal dan lainnya harus di rujuk ke fasyankes sekunder (rumah sakit kota/ provinsi) .Apa bila
hasil dari pengamatan mikroskop negative, maka akan diulang pemeriksaan darah malaria setiap
24-48 jam dan bila tetap negative maka akan dicari etiologi demam lain dan dilakukan terapi
yang sesuai.(Setiati,2014)

Sumber :

Setiati S.,et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed ke-6. Jakarta: Interna Publishing

Anda mungkin juga menyukai