SKENARIO 2
Trauma Thorax
”Awas Pembatas Jalan”
Kelompok : 14
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
1. Jelaskan anatomi regio thorax !
Secara umum, thorax merupakan bagian teratas batang tubuh yang terdiri dari
kavitas thoraks dan dinding thoraks yang membatasinya.
Dinding thoraks merupakan suatu bangunan (thoracic cage) seperti sangkar yang
membatasi kavitas thoraks dan berguna dalam mempertahankan tekanan,
pelekatan ekstremitas atas,tempat origo otot,proteksi organ vital seperti lien yang
terletak di VT9-VT11. Lalu ada thoracic cavity (rongga dada) yang dibagi
menjadi 3 ruang kecil yaitu rongga dada kanan berisi pulmo kanan dan rongga
dada kiri yang berisi pulmo kiri.
Pada bagian tengah terdapat rongga yang disebut mediastinum yang diisi oleh
trachea,esofagus,bronkus,jantung,vasa,nervus,dan nodus limfatikus melewatinya.
Sumber:
Gejala dan tanda tension pneumothorax diantaranya adalah: nyeri dada, ingin
makan udara (air hunger), takipnea, distres respirasi, takikardi, hipotensi,
deviasi trakhea menjauhi sisi pneumotoraks, distensi vena leher, tidak adanya
suara nafas di sisi pneumotoraks, perkusi didapatkan hiper-
resonan/hipersonor, dan sianosis (manifestasi terlambat), serta saturasi arteri
dengan pulse oxymeter hasilnya menurun. Hipoksemia dan hiperkapnia terjadi
pada kasus berat . Inspeksi toraks tampak asimetris, hemitoraks kiri lebih
tinggi daripada kanan, pergerakan hemitoraks kanan tertinggal serta tidak
dapat mengembang dengan baik, dan tampak tato di dada kiri atas. Pada
palpasi tidak terdapat nyeri tekan di seluruh lapang toraks. Perkusi hipersonor
di hemitoraks kanan, sedangkan hemitoraks kiri sonor. Auskultasi suara
jantung terdengar cepat, tanpa gallop maupun murmur. Hemitoraks kanan
tidak terdengar vesikuler, tidak ada ronki, tidak ada wheezing, suara seperti
udara yang melewati pipa dan lebih kuat di thoraks tengah kanan baik saat
inspirasi maupun ekspirasi. Hemitoraks kiri terdengar vesikuler, ronki kasar
lebih keras di apeks terutama saat ekspirasi, dan tanpa wheezing. (Ricat,2020)
b. Hemathorax
Secara harfiah berarti darah di dalam dada, adalah istilah yang biasanya
digunakan untuk menggambarkan efusi pleura karena akumulasi darah. Jika
hemotoraks terjadi bersamaan dengan pneumotoraks maka disebut
hemopneumotoraks.
Hemotoraks adalah konsekuensi yang sering dari cedera thoraks traumatis. Ini
adalah kumpulan darah di ruang pleura, ruang potensial antara pleura viseral
dan parietal. Mekanisme trauma yang paling umum adalah cedera tumpul atau
tembus pada struktur intratoraks atau ekstratoraks yang mengakibatkan
perdarahan ke dalam toraks. Perdarahan mungkin timbul dari dinding dada,
arteri interkostal atau interna mammae, pembuluh darah besar, mediastinum,
miokardium, parenkim paru, diafragma, atau abdomen. Perdarahan ke dalam
hemitoraks mungkin timbul dari diafragma, mediastinum, paru, pleura,
dinding dada dan cedera perut. Setiap hemitoraks dapat menampung 40%
volume darah sirkulasi pasien. Penelitian telah menunjukkan bahwa cedera
pada pembuluh darah interkostal (misalnya, arteri mammae interna dan
pembuluh darah paru) menyebabkan perdarahan signifikan yang memerlukan
manajemen invasif. Respon fisiologis awal dari hemothorax memiliki
komponen hemodinamik dan pernapasan. Tingkat keparahan respon
patofisiologi tergantung pada lokasi cedera, cadangan fungsional pasien,
volume darah, dan tingkat akumulasi di hemitoraks.Pada respon awal,
hipovolemia akut menyebabkan penurunan preload, disfungsi ventrikel kiri
dan penurunan curah jantung. Darah dalam rongga pleura mempengaruhi
kapasitas vital fungsional paru dengan menciptakan hipoventilasi alveolar,
ketidakcocokan V/Q, dan pirau anatomis. Hemotoraks yang besar dapat
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik yang memberikan tekanan
pada vena cava dan parenkim paru yang menyebabkan penurunan preload dan
meningkatkan resistensi pembuluh darah paru. Mekanisme ini mengakibatkan
ketegangan fisiologi hemotoraks dan menyebabkan ketidakstabilan
hemodinamik, kolaps kardiovaskular, dan kematian.
C. Flail Chest
Flail chest memilikk definisi lama yakni fraktur iga paling sedikit empat iga
yang berurutan du dua tempat atau lebih (segmental). Sedangkan definis baru
menyatakan bahwa adanya ketidakmampuan dinding dada menjalankan fungsi
napas yang normal. Selama puluhan tahun, ahli bedah yang mengangani flail
chest menyimpulkan adanya hubungan antara kontusio paru dan flail chest.
(Ardiansyah,2017)
Flail chest adalah kondisi traumatis pada thorax. Ini dapat terjadi ketika 3 atau
lebih tulang rusuk patah di setidaknya 2 tempat. Ini dianggap sebagai
diagnosis klinis karena setiap orang dengan pola fraktur ini tidak mengalami
flail chest. Flail chest dapat menyebabkan gangguan yang signifikan pada
fisiologi pernapasan. Flail chest biasanya berhubungan dengan trauma dinding
dada tumpul yang signifikan. Gangguan fungsi pernapasan ini penting pada
pasien yang lebih tua atau yang memiliki penyakit paru kronis. Flail chest
adalah cedera penting dengan komplikasi yang signifikan. Flail chest biasanya
berhubungan dengan trauma dinding dada tumpul yang signifikan. Ini sering
terjadi dalam pengaturan cedera lain dan merupakan kondisi yang sangat
menyakitkan. Kedua faktor tersebut secara signifikan berkontribusi terhadap
kesulitan dalam mengelola kondisi ini. Flail chest sering unilateral tetapi bisa
bilateral. Ini mungkin dicurigai berdasarkan temuan radiografi tetapi
didiagnosis secara klinis. Segmen flail dinding dada akan berdampak negatif
pada respirasi dalam tiga cara: ventilasi yang tidak efektif, kontusio paru, dan
hipoventilasi dengan atelektasis. Ada ventilasi yang tidak efektif karena
peningkatan ruang mati, penurunan tekanan intratoraks, dan peningkatan
kebutuhan oksigen dari jaringan yang terluka. Memar paru di jaringan paru
yang berdekatan hampir universal dengan flail chest. Memar paru
menyebabkan edema, perdarahan dan akhirnya mungkin memiliki beberapa
elemen nekrosis. Kontusio paru mengganggu pertukaran gas dan menurunkan
komplians. Hipoventilasi dan atelektasis dihasilkan dari rasa sakit akibat
cedera. Rasa sakit menyebabkan belat yang menurunkan volume tidal dan
merupakan predisposisi pembentukan atelektasis. (Ardiansyah,2017)
d. Temponade Jantung
Jika cairan menumpuk di sekitar jantung terlalu cepat, itu dapat menyebabkan
tamponade jantung jangka pendek (akut). Ini mengancam nyawa jika tidak
segera diobati. Jenis lain dari tamponade jantung (subakut) dapat terjadi ketika
cairan menumpuk lebih lambat. (Faradilla,2019)
Sumber :
Sumber :
Kasus trauma thorax harus ditangani dengan cermat dan cepat, penanganan
waktu pasien masuk meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik yakni inspeksi,
palpasi,perkusi,dan auskultasi. Lalu dilakukan primary survey ABCDE
(Tran,2021)
(Jensen,2017)
Sumber :
Water Seal Drainage : WSD merupakan pipa khusus yang dimasukkan ke rongga
pleura dengan perantaraan trokar atau klem penjepit bedah. Penyulit pemasangan
WSD adalah perdarahan dan infeksi atau super infeksi. Oleh karena itu pada
pemasangan WSD harus diperhatikan anatomi pembuluh darah interkostalis dan
harus diperhatikan sterilitas. Indikasi pemasangan WSD : 1. Hematotoraks 2.
Pneumotoraks dengan Macam-macam WSD : satu botol, dua botol,tiga botol, uni
water seal,flutter valve,screw valve dan calibrated spring mechanism.
(Punarbawa,2017)
Pemasangan WSD sendiri dapat dilakukan di linea aksilaris media pada sela iga ke-6
atau ke-7 atau linea media klavikularis pada sela iga ke-2. Awal nya dilakukan
disinfeksi kulit,anastesi setempat dengan cara infiltrasi pada daerah kulit sampai
pleura kemudian dibuat sayatan kulit sepanjang 2 cm, pleura parietalis ditembus dan
mandrin dicabut dan diganti oleh kateter yang diikat dengan benang yang dijahitkan
pada kulit sambil menutup luka. (Punarbawa,2017)
Chest Tube : Penyisipan selang dada adalah prosedur umum yang biasanya dilakukan
dengan tujuan mengalirkan udara atau cairan yang terkumpul di rongga pleura.
Tabung dada lubang kecil (≤14F) umumnya direkomendasikan sebagai terapi lini
pertama untuk pneumotoraks spontan pada pasien tanpa ventilasi dan efusi pleura
pada umumnya, dengan kemungkinan pengecualian hemothoraks dan efusi ganas
(yang direncanakan pleurodesis segera) . Drainase dada dengan lubang besar
mungkin berguna untuk kebocoran udara yang sangat besar, serta uji coba pasca-tidak
efektif dengan drainase dengan lubang kecil. Penyisipan selang dada harus dipandu
oleh pencitraan, baik ultrasonografi samping tempat tidur atau, lebih jarang,
computed tomography. Yang disebut teknik trocar harus dihindari. Sebagai gantinya,
diseksi tumpul (untuk tabung >24F) atau teknik Seldinger harus digunakan. Semua
tabung dada terhubung ke perangkat sistem drainase: katup bergetar, segel bawah air,
sistem elektronik atau, untuk kateter pleura (IPC), botol vakum. Sistem drainase tiga
botol klasik memerlukan pengisapan dinding (eksternal) atau drainase gravitasi
("segel air") (yang pertama tidak direkomendasikan secara rutin kecuali yang terakhir
tidak efektif). (Aryono,2016)
Ventilator : Ventilator adalah mesin untuk membantu kerja paru-paru dalam proses
pernapasan saat pasien sulit atau bahkan tidak bisa bernapas. Alat ini juga biasa
disebut sebagai respirator.Alat ventilator berfungsi mendorong oksigen masuk ke
paru-paru pasien dan mengeluarkan karbon dioksida dari dalam tubuh. Alat ini akan
dihubungkan dengan selang yang dimasukkan ke saluran napas melalui mulut atau
hidung pasien. Proses medis ini disebut intubasi. (Aryono,2016)
Nasal kanul : Penggunaan model terapi oksigen nasal kanul bertujuan untuk
membantu pasien memenuhi kebutuhan pasokan oksigen di dalam tubuh, terutama
jika pasien mengalami hipoksia. Pada penggunaan canul nasal ditujukan untuk
pemberian tambahan oksigen pada pasien yg hanya membutuhkan tambahan oksigen
dengan kadar konsentrasi oksigen sebesar 30-40%. memberikan oksigen kontinu
dengan aliran 1-6 liter/menit dengan konsentrasi sama dengan kateter nasal
. (Aryono,2016)
Sunkup breathing mask: pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5-8 liter/menit
dengan konsetrasi oksigen 40%-60% konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi
dari kateter dan kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui
pemilihan sungkup berlubang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aersol. .
(Aryono,2016)
Sumber:
Aryono,D.P.2016.Standar Penganggulangan Gawat Darurat Trauma.Jakarta:Medika
Salemba