Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PEDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN DENGAN
HEMATOTHORAKS

DESY ARIZA EKA PUTRI


14401.16.17006

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2019
LAPORAN PEDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
HEMATOTHORAKS

I. DEFINISI
Hemothoraks adalah adanya darah pada rongga pleura. Perdarahan mungkin
berasal dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar
(Mancini, 2011).
Akumulasi darah dalam dada, atau hemothoraks adalah masalah yang relative
umum, paling sering akibat cedera untuk struktur intrathoracic atau dinding dada.
(Bararah, 2013)
Hemothorax adalah adanya darah yang masuk kearea pleura (antara pleura
viseralis dan pleura parietalis). Penyebab utama paling umum dari hemothorax
adalah trauma dada.
Trauma misalnya :
1. Luka tembus paru- paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada
2. Traum tumpul dada kadang-kadang dapat mengakibatkan lecet hemothorax
oleh pembuluh internal. Diathesis pendarahan seperti penyakit hemoragik bayi
baru lahir atau purpura henoch-schonlein dapat menyebabkan spontan
hemothorax. Adenomatoid malformasi kongenital kistik, malformasi ini kadang –
kadang mengalami komplikasi seperti hemothorax

II. ETIOLOGI
Penyebab utama hematothoraks adalah trauma, seperti luka penetrasi pada
paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada. Trauma tumpul pada
dada juga dapat menyebabkan hematothoraks karena laserasi pembuluh darah
internal (Mancini, 2011).
Menurut Magerman (2010) penyebab hematothoraks antara lain
1. Penetrasi pada dada
2. Trauma tumpul pada dada
3. Laserasi jaringan paru
4. Laserasi otot dan pembuluh darah intercostal
5. Laserasi arteri mammaria interna
III. GAMBARAN KLINIS
Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah di
dinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri.
Kadang-kadang anemia dan syok hipovalemik merupakan keluhan dan gejala
yang pertama muncul. Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat,
agitasi, sianosis, takipnea berat, takikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di
ikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah jantung (Hudak & Gallo,
1997).
Respon tubuh degan adanya hemothoraks dimanifestasikan dalam 2 area
mayor:
a. Respon hemodinamik
Respon hemodinamik sangat tergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi.
Tanda-tanda shock seperti takikardi, takipnea, dan nadi yang lemah dapat muncul
pada pasien yang kehilangan 30% atau lebih volume darah
b. Respon respiratori
Akumulasi darah pada pleura dapat menggangu pergerakan napas. Pada kasus
trauma, dapat terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi, khususnya jika terdapat
injuri pada dinding dada. Akumulasi darah dalam jumlah yang besar dapat
menimbulkan dispnea. (Mancini, 2011)

IV. PATOFISIOLOGI
Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma dapat ringan sampai berat
tergantung besar kecilnya gaya penyebab terjadinya trauma. Kerusakan anatomi
yang ringan berupa jejas pada dinding toraks, fraktur kosta simpel. Sedangkan
kerusakan anatomi yang lebih berat berupa fraktur kosta multiple dengan
komplikasi, pneumotoraks, hematotoraks dan kontusio paru. Trauma yang lebih
berat menyebabkan perobekan pembuluh darah besar dan trauma langsung pada
jantung.
Akibat kerusakan anatomi dinding toraks dan organ didalamnya dapat
menganggu fungsi fisiologi dari sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler.
Gangguan sistem pernafasan dan kardiovaskuler dapat ringan sampai berat
tergantung kerusakan anatominya. Gangguan faal pernafasan dapat berupa
gangguan fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi dan gangguan mekanik/alat
pernafasan. Salah satu penyebab kematian pada trauma toraks adalah gangguan
faal jantung dan pembuluh darah.

Trauma tumpul /
Nyeri akut
penetrasi pada dada

Volume Syok
Perdarahan darah ↓ hipovolemik

Resiko
Akumulasi darah
ketidakseimbagan
pada rongga pleura
cairan

Kolaps paru parsial


atau total
Penurunan
Hipotensi
curah jantung
Pergeseran mediastinum
pada sisi yang tidak terkena

Penekanan oleh jantung, pembuluh


darah besar, dan trakea pada paru
normal

Penurunan ekspansi Ventilasi ↓ pola Napas


paru Oksigenasi ↓ Tidak Efektif

Hipoksia

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar X dada
 Menunjukkan akumulasi cairan pada area pleura
 Dapat menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
b. GDA
 Tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik pernapasan,
dan kemampuan mengkompensasi
 PaCO2 mungkin normal atau menurun
 Saturasi oksigen biasanya menurun
c. Torasentesis
Menunjukkan darah/cairan serosanguinosa (hemothoraks)
d. Full blood count
 Hb menurun
 Hematokrit menurun

VI. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan
pendarahan, dan menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura.
Penanganan pada hemothoraks adalah:
1. Resusitasi cairan
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang
dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus
cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian pemnberian darah
dengan golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat
dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk autotranfusi. Bersamaan
dengan pemberian infus dipasang pula chest tube (WSD)
2. Pemasangan chest tube
Pemasangan chest tube (WSD) ukuran besar agar darah pada toraks dapat
cepat keluar sehingga tidak membeku di dalam pleura. Hemotoraks akut yang
cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks sebaiknya di terapi dengan chest
tube kaliber besar. Chest tube tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga
pleura, mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan
dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya.
WSD adalah suatu sistem drainase yang menggunakan air. Fungsi WSD
sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan negatif intrapleural. Macam WSD
antara lain:
 WSD aktif
continous suction, gelembung berasal dari udara sistem
 WSD pasif
gelembung udara berasal dari cavum toraks pasien
3. Thoracotomy
Tindakan ini dilakukan bila dalam keadaan:
a. Jika pada awal hematotoraks sudah keluar 1500ml, kemungkinan besar
penderita tersebut membutuhkan torakotomi segera.
b. Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang keluar < 1500ml,
tetapi perdarahan tetap berlangsung terus.
c. Bila didapatkan kehilangan darah terus menerus sebanyak 200cc / jam
dalam waktu 2 – 4 jam.
d. Luka tembus toraks di daerah anterior, medial dari garis puting susu
atau luka di daerah posterior, medial dari scapula harus dipertimbangkan
kemungkinan diperlukannya torakotomi karena kemungkinan melukai pembuluh
darah besar, struktur hilus atau jantung yang potensial menjadi tamponade jantung
Tranfusi darah diperlukan selama ada indikasi untuk torakotomi. Selama
penderita dilakukan resusitasi, volume darah awal yang dikeluarkan dengan chest
tube dan kehilangan darah selanjutnya harus ditambahkan ke dalam cairan
pengganti yang akan diberikan. Warna darah (arteri / vena) bukan merupakan
indikator yang baik untuk di pakai sebagai dasar dilakukannya torakotomi
Torakotomi sayatan dapat dilakukan di samping, di bawah lengan (aksilaris
torakotomi); di bagian depan, melalui dada (rata-rata sternotomy); miring dari
belakang ke samping (posterolateral torakotomi); atau di bawah payudara
(anterolateral torakotomi) . Dalam beberapa kasus, dokter dapat membuat sayatan
antara tulang rusuk (interkostal disebut pendekatan) untuk meminimalkan
memotong tulang, saraf, dan otot. Sayatan dapat berkisar dari hanya di bawah 12.7
cm hingga 25 cm

VII. MASALAH KEPERAWATAN DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko ketidakseimbagan cairan
2. Penurunan curah jantung
3. Pola napas tidak efektif

VIII. ASKEP SECARA TEORI


A. Pengkajian (Data Fokus)
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Adapun yang
perlu diperhatikan dalam pengkajian adalah :
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, no.
register, diagnosa medis.
2. Keluhan.
3. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.
4. Pengobatan terakhir.
5. Pengalaman pembedahan.
6. Riwayat penyakit sekarang.
7. Riwayat penyakit dahulu.
8. Riwayat penyakit keluarga
9. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernapasan :
Sesak napas , Nyeri , batuk-batuk , terdapat retraksi , klavikula /
dada , pengambangan paru tidak simetris, fremitus menurun
dibandingkan dengan sisi yang lain , pada perkusi ditemukan adanya
suara sonor / hipersonor / timpani , hematotrax ( redup ) pada asukultasi
suara nafas , menurun , bising napas yang berkurang / menghilang Pekak
dengan batas seperti , garis miring / tidak jelas. Dispnea dengan aktivitas
ataupun istirahat. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
b. Sistem Kardiovaskuler :
Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
Takhikardia , lemah , Pucat , Hbturun / normal .Hipotensi.
c. Sistem Persyarafan :
Tidak ada kelainan.
d. Sistem Perkemihan.
Tidak ada kelainan.
e. Sistem Pencernaan :
Tidak ada kelainan.
f. Sistem Muskuloskeletal – Integumen.
Kemampuan sendi terbatas . Ada luka bekas tusukan benda tajam. Terdapat
kelemahan.Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi
subkutan.
g. Sistem Endokrine :
Terjadi peningkatan metabolisme. Kelemahan.
h. Sistem Sosial / Interaksi.
Tidak ada hambatan.
i. Spiritual :
Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakseimbagan cairan
2. Penurunan curah jantung
3. Pola napas tidak efektif
C. Rencana Keperawatan

No Dx Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


1 Setelah dilakukan 1. tingkat kesadaran 1.Mannajemen Cairan
asuhan keperawatan meningkat (5) a) Observasi
selama 2x24 jam dapat 2. frekuensi nadi menurun  Monitor status hidrasi (Mis, frekuesi nadi, kekuatan
membuat cairan (5) nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa,
membaik 3. tekanan darah menurun (5) turgor kulit, tekanan darah)
4. frekuensi napas menurun  Monitor berat badan harian
(5)  Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
5. suhu tubuh menurun (5)  Monitr hasil pemeriksaan laboratorium (mis,
6. saturasi oksigen menurun hematrokit, a, K, CI, Berat enis urine, BUN)
(5)  Monitor status hemodinamik (mis, MAP, CVP, PAP,
Produksi urine menurun (5) PCWP jika tersedia)
b) Terapeutik
 Catat intake output dan hitung balans cairan 24 jam
 Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
 Berikan cairan intravena, jika perlu
c) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian diuretik
2 Setelah dilakukan 1. kekuatan nadi perifer 1. Perawatan jantung
asuhan keperawatan meningkat (5) a. Observasi
selama 2x24 jam 2. dispnea menurun (5) - Identifikasi tanda primer penurunan curah jantung
diharapkan curah 3. batuk menurun (5) - Identifikasi tanda sekunder penurunan curah jantung
jantung meningkat 4. gambaran EKG aritmia - Monitor tekanan darah
menurun(5) - Monitor intake dan output cairan
5. Tekanan darah membaik - Monitor berat badan pasien setiap hari pada waktu yang
(5) sama
- Manitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri dada
- Monitor EKG 12 sadapan
- Monitor aritmia
- Monitor nilai raborat jantung
- Monitor fungsi alat pacu jantung
- Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum
beraktivitas
- Periksa tekanan daran dan frekwensi nadi sebelum
pemberian obat
b. Terapeutik
- Posisikan pasien semi fowler atau fowler
- Berikan diet jantung yang sesuai
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi pola hidup
sehat
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
c. Edukasi
- Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi
- Anjurkan aktivitas fisik secara bertahap
- Anjurkan berhanti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengukur berat badan
harian
- Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengukur intake dan
output secara harian
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian anti aritmia
 Rujuk ke program rehab jantung
3 Setelah dilakukan 1. Vetilasi semenit MANAJEMEN JALAN NAPAS
a. Observasi
tindakan keperawatan meningkat (5)
1. Monitor pola napas
selama 2 X 24 pola 2. Kapasitas vital meningkat
2. Monitor bunyi nnapas tambahan
napas membaik. (5)
3. Monitor sputum
3. Diameter thoraks anterior b. Teraupeutik
posterior (5) 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
4. Tekanan ekspirasi (5) 2. Posisikan semi fowler atau fowler
5. Tekanan inspirasi (5) 3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Dispneu menurun (5) 4. Berikan oksigen jika perlu
7. Penggunaan otot bantu c. Edukasi
napas menurun (5) 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
8. Ortopnea menurun (5) 2. Ajarkan tehnik batuk efektif
9. Pernapasan pursed-tip d. Kolaborasi
menurun (5) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
10. Pernapasan cuping jika perlu
hidung menurun (5)
11. Frekuensi napas membaik
(5)
12. Kedalaman napas
membaik (5)
13. Ekskursi dada membaik
(5)
IX. DAFTAR PUSTAKA
1. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
2. Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

3. Mansjoer, arif. Dkk.2009, kapita selekta kedokteran . Jakarta. Media aesculapius

Anda mungkin juga menyukai