Oleh:
Kelompok 4
GUSTI AGUNG MEIDY PUSPITA DEWI (1914201006)
GUSTI AYU PUTU SRI UDYANI (1914201007)
IDA AYU NYOMAN SANTIARI ANDRIATI (1914201021)
IDA AYU UTARI PRADNYASUARI (1914201022)
NI KADEK AYU DIAH PURNADEWI (1914201028)
NI WAYAN IKAOKTAPIANTI DEWI (1914201059)
Hematotoraks
pleura yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang menjadi predisposisi
terpenting perembesan darah yang berkumpul di kantong pleura sehingga tidak bisa
dinding dada. Trauma tumpul pada dada juga dapat menyebabkan hematothoraks karena laserasi pembuluh darah
berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru menembus paru-paru. mengakibatkan pecahnya
membran serosa yang melapisi atau menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan
masuknya darah ke dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.
Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra Alveoler, kolaps terjadi pendarahan. arteri
dan kapiler, kapiler kecil , sehingga takanan perifer pembuluh darah paru naik, aliran darah menurun. Vs :T ,S , N.
Hb menurun, anemia, syok hipovalemik, sesak napas, tahipnea,sianosis, tahikardia. Gejala / tanda klinis
Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah didinding dada. Luka di pleura viseralis
umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok hipovalemik merupakan keluhan dan
gejala yang pertama muncul. Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis,
tahipnea berat, tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan
Tanda dan gejala Hemotoraks
Respon hemodinamik sangat tergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi. Tanda-tanda
shock seperti takikardi, takipnea, dan
nadi yang lemah dapat muncul pada pasien yang kehilangan 30% atau lebih volume darah.
a. Respon respiratori
Akumulasi darah pada pleura dapat menggangu pergerakan napas. Pada kasus trauma, dapat
terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi, khususnya jika terdapat injuri pada dinding dada.
Akumulasi darah dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan dispnea. (Mancini, 2011)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sinar X dada
Menunjukkan akumulasi cairan pada area pleura
Dapat menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
GDA
Tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik pernapasan, dan
kemampuan mengkompensasi
PaCO2 mungkin normal atau menurun
Saturasi oksigen biasanya menurun
Torasentesis
Menunjukkan darah/cairan serosanguinosa (hemothoraks)
Full blood count
Hb menurun
Hematokrit menurun
KOMPLIKASI
1. Kegagalan pernapasan
2. Kematian
3. Fibrosis atau parut dari membran pleura
4. Syok
PENATALAKSANAAN
Peradangan permukaan
pleura Transudasi cairan
Tekanan kapiler paru
meningkat intravaskuler
Permiabilitas vascular
Transudasi
Effusi Pleura
Hematotoraks
Nyeri Akut Trauma tumpul /
penetrasi dada
e. Tentukan lokasi kebocoran udara e. Bila gelembung berhenti saat kateter diklem pada sisi
(berpusat pada pasien atau system) dengan
pemasangan, kebocoran terjadi pada pasien (sisi
mengklem kateter torak pada bagian distal
sampai keluar dari dada pemasukan / dalam tubuh pasien)
f. Klem selang pada bagian bawa unit f. Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat system
drainase bila kebocoran udara berlanjut
g. Awasi pasang surut air penampung g. Botol penampung bertindak sebagai manometer
menetap atau sementara
intra pleural (ukuran tekanan intrapleural), sehingga
fluktuasi (pasang surut) tunjukan perbedaan tekanan
antara inspirasi dan ekspirasi. Pasang surut 2-6
selama inspirasi normal dan sedikit meningkat saat
batuk. Fluktuasi berlebihan menunjukan abstruksi
jalan napas atau adanya pneumothorak besar.
h. Catat karakteristik/jumlah drainase h. Berguna untuk mengevaluasi kondisi/terjadinya
selang dada komplikasi atau perdarahan yang memerlukan
upaya intervensi.Pemijatan mungkin perlu untuk
meyakinkan/mempertahan kan drainase pada
adanya perdarahan segar/bekuan darah besar atau
eksudat purulen (Empiema).
i. Evaluasi kebutuhan untuk memijat i. Pemijatan biasanya tidak nyaman bagi pasien
karena perubahan tekanan intratorakal, dimana
selang (milking)
dapat menimbulkan batuk/ketidaknyamanan dada.
j. Pijat selang hati-hati sesuai j. Pemijatan yang keras dapat timbulkan tekanan
protocol, yang meminimalkan hisapan intratorakal yang tinggi dapat mencederai.
tekanan negatif berlebihan
k. Pneumothorak dapat terulang dan memerlukan
k. Bila kateter torak putus/ intervensi cepat untuk cegah pulmonal fatal dan
lepas.Observasi tanda distress gangguan sirkulasi.
pernapasan
l. Deteksi dini terjadinya komplikasi penting,
l. Setelah kateter torak dilepas. Tutup contoh berulang pneumothorak,
sisi lubang masuk dengan kasa steril. adanya infeksi.
Kolaborasi
1. Kaji seri foto thorak 1. Mengawasi kemajuan
perbaikan
hemothorak/pneumothorak dan
ekspansi paru. Mengidentifikasi
posisi selang endotracheal
mempengaruhi inflasi paru
2. Mengkaji status pertukaran gas
dan ventilasi.
2. Awasi GDA dan nadi oksimetri, kaji
kapasitas vital/pengukuran volume
3. Alat dalam menurunkan kerja
tidal.
napas, meningkatkan
3. Berikan oksigen tambahan melalui
penghilangan distress respirasi
kanula/masker sesuai indikasi.
dan sianosis b/d
Hipoksemia.
Diagnosa 2 : Defisit volume cairan
Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan 1. Tekanan darah, nadi, 1. Pertahankan catatan intake 1. Mempertahankan status
intervensi keperawatan suhu tubuh dalam batas dan output yang adekuat volemik yang baik
selama 1 x 24 jam defisit normal 2. Monitor hasil lab yang sesuai 2. Mengetahui status volemik
volume caira teratasi 2. Intake oral dan intravena (hematokrit, Hb, clotting klien
adekuat profile)
3. Jumlah dan irama 3. Monitor x-ray dada setiap hari 3. Mengetahui perkembangan
pernapasan dalam batas kondisi klien setelah
normal dilakukan intervensi
4. Monitor status volemik
4. Elektrolit, Hb, hematokrit 4. Tekanan darah yang tinggi dan
(tekanan darah, nadi)
dalam batas normal takikardi menunjukkan
terjadinya syok hipovolemik
5. Monitor frekuensi
5. Takipnea dapat menunjukkan
dan kedalaman napas
adanya syok hipovolemik
Kolaborasi
6.
6. Kolaborasi pemberian cairan IV
Darah, produk darah Mengembalikan volume
darah yang hilang akibat
perdarahan.
Kristaloid Mengembalikan elektrolit
Diagnosa 3 : Penurunan curah jantung
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan 1. Tanda-tanda vital 1. Catat adanya tanda dan gejala 1. Mengetahui status kesehatan klien sehingga
intervensi selama 1 x dalam rentang penurunan curah jantung dapat menentukan intervensi yang tepat
24 jam penurunan normal 2. Monitor status pernapasan 2. Status pernapasan yang menandakan gagal
curah jatung teratasi 2. Tidak ada distensi jantung dapat ditemukan secara dini
vena leher sehigga dapat dilakukan intervensi dengan
3. AGD dalam batas
cepat
normal
3. Monitor balance cairan 3. Volume cairan tubuh yang kurang dapat
menyebabkan penurunan curah jantung
4. Atur periode latihan dan 4. Aktivitas yang berlebih dapat
istirahat untuk menghindari meningkatkan kerja jantung
kelelahan 5. Dyspnea dan takipnea mungkin terjadi
5. Monitor adanya dyspnea dan karena kurangnya oksigen yang dibawa oleh
takipnea darah akibat penurunan curah jantung
6. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, 6. Mengetahui perkembangan kondisi
dan RR klien setelah dilakukan intervesi
7. Monitor jumlah, bunyi, dan irama 7. Jumlah, bunyi, dan irama jantung
jantung menunjukkan kerja jantung dalam
memompa
Darah
Diagnosa 4 : Nyeri akut
1. Monitor TTV
Setelah dilakukan 1. Klien mampu 1. Nyeri dapat meningkatkan TD dan
intervensi keperawatan menggunakan teknik nadi klien.
selama 3 x 24 jam nyeri nonfarmakologi untuk 2. Observasi reaksi nonverbal 2. Membuktikan kesesuaian antara
ketidaknyamanan
bahu berkurang mengurangi nyeri data subjektif dan objektif yang
2. Klien melaporkan bahwa didapat dari klien
nyeri berkurang dengan 3. Kurangi faktor presipitasi nyeri 3. Dengan mengurangi pajanan
menggunakan faktor presipitasi, dapat
manajemen nyeri mencegah semakin parahnya
3. TTV normal nyeri yg dirasakan
4. Tidak mengalami 4. Tingkatkan istirahat 4. Nyeri dapat berkurang saat klien
gangguan tidur beristirahat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2006). Implementasi keperawatan
dilakukan sesuai dengan rencana intervensi yang telah ditetapkan.Dalam tahap pelaksanaan ada tiga
tindakan yaitu:
a. Mandiri: Aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan bukan merupakan
petunjuk/perintah dari petugas kesehatan.
b. Delegatif: Tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh petugas kesehatan yang
berwenang.
c. Kolaboratif: Tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana didasarakan atas
keputusan bersama.
EVALUASI KEPERAWATAN