Anda di halaman 1dari 36

CLINICAL SCIENCE SESSION

PNEUMOTHORAX
Preseptor:
dr. Ihsan Soemanto, Sp.B sub BVE

Alyazia Bidarini
Perisza Kenanga M
Khiyarotun Nisa

Kelompok 17 Angkatan 2020


ANATOMI
THORAX
Thoracic wall dibentuk
oleh thoracic cage
◦ 12 pasang ribs,
breast bone
(sternum), costal
cartilages , dan 12
pasang thoracic
vertebrae
◦ Sbg tempat
perlekatan otot
Subcutaneous tissue (superficial fascia,
hypodermis)
• Lapisan yang tersusun oleh jaringan ikat longgar dan ireguler
• Lapisan ini mengandung lemak, kelenjar keringat, pembuluh

FASCIA OF darah, pembuluh limfe, cutaneous nerve dan mammary


gland.

THORACIC Deep fascia (investing fascia)


WALL • Merupakan membran fibrosa yang tipis, tanpa lemak, yang
padat dan biasanya terikat dengan longgar ke jaringan
subkutan dan kulit di atasnya.
• Fungsi: membantu mengokohkan bagian thorax bersama-
sama dan menjadi barrier terhadap infeksi.
MUSCLE OF THORACIC WALL
VASCULATURE OF THORACIC AORTA
Pemasokan darah arterial untuk dinding thorax berasal dari:
◦ Thoracic aorta  melalui posterior intercostal artery dan subcostal artery.
◦ Subclavian artery  melalui internal thoracic dan superior intercostal artery.
◦ Axillary artery  melalui superior dan lateral thoracic artery.
Setiap intercolis space disuplai oleh 3 arteri:
◦ 2 large posterior intercostal a.
◦ Small pair of anterior intercostal a.
PLEURA
◦ Pleura adalah membran serosa dengan
jaringan pembuluh darah dan limfatik.
◦ Pleura viseralis menutupi paru dan sifatnya
tidak sensitive. Pleura ini berlanjut sampai ke
hilus dan mediastinum bersama dengan pleura
parietalis, yang melapisi dinding toraks dan
diafragma.
◦ Pleura parietalis hampir semua merupakan
lapisan dalam, diikuti oleh tiga lapis
muskulus-muskulus yang mengangkat iga
selama respirasi tenang.
Definisi:
Pernapasan merupakan proses menyediakan O2 bagi jaringan dan
membuang CO2.
Fungsi:
Empat fungsi utama pernapasan
(1)Ventilasi paru masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan
Fisiologi
alveoli paru; Pernapasan
(2)Difusi oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah;
(3)Pengangkutan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan
tubuh ke dan dari sel jaringan tubuh; dan
(4)Pengaturan ventilasi dan segi lain dari pernapasan
Mekanisme pernapasan:
Udara cenderung mengalir dari
daerah dengan tekanan tinggi ke
daerah dengan tekanan rendah,
yaitu menuruni gradien
tekanan.
Menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen
kedalam tubuh.
Merupakan proses aktif akibat kontraksi otot-otot
inspirasi.
Otot yang berperan ketika inspirasi
a. Kontraksi Diapragma INSPIRASI
b. Kontraksi External intercostal
c. Ketika force inhalasi yang berperan: serratus
anterior, sternocleidomastoid, & scaleni
MEKANISME
Menghembuskan udara yang mengndung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar
tubuh.

Merupakan proses pasif karena relaksasi otot


inspirasi.
EKSPIRASI
Otot-otot yang berperan

• Relaksasi dari otot inspirasi


• Ketika force exhalasi: abdominal & internal intercostal, yang
meningkatkan tekanan di thorax dan abdomen.
Mekanisme

Relaksasi otot inspirasi Elastic recoil dinding dada

Volume rongga dada menurun

Tekanan intrapleural
meningkat

Tekanan alveolus lebih


tinggi dari atmosfer

Udara keluar
FAKTOR YANG MEMENGARUHI
VENTILASI
TEKANAN

SURFACE TENSION OF ALVEOLAR FLUID

COMPLIANCE OF LUNGS

AIRWAY RESISTANCE
PNEUMOTHORAX
Pneumotoraks

• Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara


Definisi atau gas di dalam pleura yang menyebabkan kolapsnya paru
yang terkena.

• Di Inggris dan Wales, angka keseluruhan orang yang

Epidemiologi mengalami pneumotoraks (baik dalam perawatan primer dan


sekunder) adalah 24 / 100.000 pertahun untuk pria dan 10 /
100.000 per tahun untuk wanita.
KLASIFIKASI dan etiologi

Pneumothorax

Spontan / Non-
Traumatik
traumatik

Primer Sekunder Non iatrogenik Iatrogenik


Pneumotoraks spontaneous primer

Etiologi dan Insidensi

• terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya.


• Laki-laki = 7,4 – 18 kasus/ 100.000 populasi/ tahun
• Perempuan = 1,2 – 6 kasus/ 100.000 populasi/ tahun

Gejala

• Terjadi saat istirahat, faktor presipitasi diduga perubahan tekanan atm


• Ipsilateral chestpain (membaik dalam 24 jam)
• Mild dyspnea
Pneumotoraks spontaneous sekunder

Etiologi dan Insidensi

• Didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya


• COPD dan Emfisema, Cystic Fibrosis, TBC, Ca Paru, Pneumonia
• Sering terjadi pada usia = 60-65 tahun

Gejala

• Dyspnea
• Cyanosis
• Hypercapnea
• hipoxemia
Pneumotoraks traumatik
NONIATROGENIC

• Terjadi karena jejas kecelakaan (Fraktur Rib), misalnya jejas pada


dinding dada, barotrauma.

IATROGENIC

• terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis


• transthoracic and transbronchial biopsy, central venous catheterization,
pleural biopsy, thoracentesis
MANIFESTASI KLINIS
GEJALA TANDA

◦ Tergantung apakah ada tension pneumothorax ◦ Dada asimetris


atau tidak, dan derajat keparahan ◦ Fremitus menurun hingga hilang
◦ Nyeri dada tiba tiba
◦ Perkusi hipersonor
◦ Sesak napas tiba tiba
◦ Bising napas menurun hingga hilang
◦ Tension p: sianosis, takipnea, tanda hipoksia
lain, distensi vena
Penyakit saluran nafas
Trauma
penyumbatan saluran inkomplit atau adanya
konsolidasi parenkim paru
Udara dalam alveoli
masuk ke rongga pleura Peningkatan tekanan
intraalveolar

jaringan ikat perivaskular di daerah tersebut akan


teregang dan menipis

robekan pada dasar alveoli


Patofisiologi
udara akan memasuki ruangan perivaskular dan menjalar kearah
hilus dan masuk kedalam mediastinum (pneumomediastinum) atau
merobek pleura viseralis dan memasuki rongga pleura
Diagnosis Banding
Simple pneumothorax
Open pneumothorax
Cardiac tamponade
Flail chest
Hemothorax
Emfisema Subkutis
Diagnosis

Inspeksi : • Bagian dada yang terkena tertinggal dalam gerak


pernapasan

Palpasi : • Krepitasi akibat emfisema subkutis

Perkusi : • Hipersonor

Auskultasi : • Suara pernapasan berkurang atau menghilang, dapat


terdengar rhonki atau wheezing
Tatalaksana
Primary Survey
Periksa kesadaran/respon pasien
1. Airway
Periksa kemungkinan airway obstruction (edema, perdarahan, aspirasi)
Air hunger, Retraksi, obstruksi di orofaring
Dengarkan suara nafas di nostril, mulut dan dada (stridor, nada bicara)
Rasakan krepitus di anterior dada
Deviasi trakea
Distensi vena jugular
Tatalaksana
2. Breathing
Buka baju pasien, gunting
Perhatikan dada dan leher, jika terpasang cervical collar, buka sementara
dengan menahan pergerakan kepala pasien
Perhatikan pergerakan dada pasien(equal, adekuat, tipe pernapasan)
Auskultasi (VBS equal, wheezing, stridor)
Tatalaksana
3. Circulation
Dapat terjadi shock obstruktif
Pasang IV catether, berikan normal saline
Tatalaksana
4. Disability
Periksa GCS pasien
Periksa pupil pasien (lateralisasi)
Tatalaksana
5. Exposure
Cegah hipotermia
Needle Thoracosintesis
◦ Identifikasi thorax dan status respirasi
◦ Berikan oksigen aliran tinggi
◦ Marka ICS 2 midclavicular line
◦ Anestesi lokal
◦ Ukuran kateter 14-16 G
◦ Insersi sekitar 3-6 cm
◦ Siapkan chest tube
KOMPLIKASI
◦ Rekurensi
◦ Hipoksemia
◦ Gagal jantung
◦ Gagal napas
◦ Syok
◦ Indeksi sekunder dr penggunaan WSD
◦ Kematian
PROGNOSIS
◦ Tergantung dari luas dan tipe pneumothorax
◦ Pneumothorax spontan biasanya hilang dengan sendirinya
◦ Pneumothorax sekunder perlu perawatan darurat dan segera
◦ Mortalitas pneumothorax sekunder 15%
◦ Bisa terjadi kekambuhan, dgn angka kekambuhan 40% (pneumothorax
spontan primer dan sekunder)
◦ Kekambuhan mayoritas terjadi dalam waktu 1,5 sampai 2 tahun

Anda mungkin juga menyukai