Anda di halaman 1dari 42

Anatomi Ginjal

Merupakan organ retoperitoneal.


Terletak di posterior abdominal wall setinggi T12-L3 vertebrae.
Ren kanan : terletak sedikit di inferior dibandingkan ren kiri karena berhubungan dengan hepar.
Letak dari ren berubah sering respirasi (2-3 cm vertical) dan berubahnya postur.

Ren berwarna coklat kemerahan


P : 10cm L: 5cm tebal : 2.5cm

Renal Fat & Fascia

Renal ditutupi oleh renal kapsul.


Diluar renal capsule, terdapat akumulasi extraperitoneal fat yaitu perinephric fat (corpus
adiposum perirenale) yang mengelilingi seluruh ginjal.
Corpus adiposum diselimuti oleh fascia renalis.

Pada tepi medial masing-masing ren yang berbentuk cekung terdapat renal hilum.
Renal hilum memberi jalan ke suatu ruang didalam ren yaitu renal sinus.
Struktur yang melewati :pembuluh darah, saraf, calices renalis dan jaringan lemak.

Hilum terletak dekat transpyloric plane, sekitar 5 cm dari median plane.

BATAS
Batas Anterior
Renal kanan
Superior : Sedikit bagian superiornya ditutupi oleh suprarenal gland, sisanya (sedikit inferior)
ditutupi oleh liver
Medial : descending duodenum
Inferior : small intestine

Renal kiri
Superior : suprarenal gland (tengahnya), sisanya ditutupi oleh gaster dan spleen
Medial : pancreas
Inferior : left colic flexure dan descending colon (lateral), jejenum (medial)
Posterior : diafragma (superior), psoas major, quadratus lumborum, transversus abdominis
muscle (inferior).
Batas Posterior

Di posterior, ren dextra dan sinistra berhubungan dengan struktur-struktur serupa.


Superior : diaphragma (superior)
Interior : musculus psoas major, quadratus lumborum, & musculus transversus abdominis (dari
arah medial ke latera)
Polus superior ren dextra berada di anterior costa 12, sedangkan ren sinistra di anterior costae 11
dan 12

Pelvis renalis adalah ekspansi superior end dari ureter yang pipih dan berbentuk seperti corong.
Pelvis renal menerima dari 2 atau 3 calices mayor.
Calices mayor merupakan gabugan dari 2 atau 3 calices minor.
Di setiap calcices minor terdapat suatu takik yg disebebkan karena adanya tonjolan puncak
piramida renal, papilla renalis
STRUKTUR INTERNAL
Masing-masing ren terdiri dari cortex renalis (luar) dan medulla renalis(dalam).
Cortex renalis adalah suatu pita berkelanjutan dari jaringan berwarna pucat yang mengeldingi
seluruh medulla renalis.
Perpanjangan dari cortex renalis, columnae renalis berproyeksi ke dalam aspek internal ren,
membagi medulla renalis menjadi berbentuk segitiga, pyramid renalis
Basis pyramidis ren mengarah ke luar, menuju cortex renalis. sedangkan apex setiap pyramidis
renalis mengarah ke dalam, menuju sinus renalis

VASKULARISASI
Renal renal divaskularisasi oleh arteri dan vena renalis.
Vena renalis terletak ventral terhadap arteri renalis
Arteri
Di dekat hilum arteri renalis bercabang menjadi lima arteri segmentalis :
 apical segmental a.
 anterosuperior a.
 anteroinferior segmental a.
 inferior segmental a.
 posterior segmental a.
Vena
Masing-masing vena bermuara ke inferior vena cava

LIMFATIK
Mengikuti renal vein dan di drainase ke right & left lumbar lymph node.

INNERVASI
Renal nerve plexus (simpatis dan parasimpatis).
di supply oleh fibers yang berasal dari abdominopelvic splanchnic nerve.

Unit fungsional ginjal adalah tubulus uriniferus. Yang terdiri atas nefron dan
duktus koligen yang menampung curahan dari nefron.
Ada dua jenis nefron :
1. Nefron kortikal : terletak di korteks ginjal
2. Nefron jukstamedularis : terdapat di dekat perbatasan korteks dan medula ginjal

Ada dua komponen nefron :


1. Korpuskulum ginjal
Terdiri atas suatu kumpulan kapiler yang disebut glomerulus, dan dikelilingi oleh dua lapis sel
epitel yaitu kapsul glomerulus (bowman). Memiliki dua stratum :
1. Stratum viscerale atau lapisan dalam kapsul terdiri dari sel epitel khusus bercabang
(podocytus).
2. Startum parietale atau lapisan luar kapsul terdiri dari epitel selapis gepeng.

Antara stratum terdapat spatium capsulare (urinarium)untuk filtrat.


2. Tubulus ginjal
Terdapat beberapa bagian :
1. Tubulus kontortus proksimal sangat berkelok dan melengkung
2. Ansa henle terdiri dari bagian ascendeng dan descendeng yang tipis
3. Tubulus kontortus distalpendek dan tidak begitu berkelok

Filtrat glomerulus mengalir dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligens lalu
bergabung membentuk duktus koligens lalu duktus papila, di daerah papila duktus
memperlihatkan lubang yang disebut area kribosa.

URETERS
Adalah pipa berotot (25-30cm) dengan lumen yang menyempit
F(x) membawa urin dari ren ke urinary bladder
Bagian abdominal menempel dekat ke parietal peritoneum
Memiliki 3 constriction :
1. Di junction antara ureter dan renal palves
2. Di tempat ureter melintasi pelvic inlet
3. Di perjalanan mereka melewati urinary bladder

Konstriksi tersebut merupakan tempat potensial terjadinya obstruksi karena uretic stones (calculi).

VASKULARISASI
arteri
Arteri untuk pars abdominalis ureter berasal dari 3 sumber :
 Renalis a.
 Testicular a. / ovarica a.
 Aorta
 Common iliac a.

vena
vena akan di drainase ke renal v. dan gonadal (testicular atau ovarian v.)

LIMFATIK
Superior : lumbal ln
Middle : common iliac ln
Inferior : common, external, atau iliac ln.

INNERVASI
Berasal dari :
Renal n
Abdominal aortic n
Superior hypogastric plexus

Histologi Ginjal

Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung yaitu hilus yaitu tempat masuknya saraf, keluarnya
ureter serta masuk dan keluarnya pembuluh darah dan pembuluh limfe. Permukaan lateral yang
cembung dilapisi oleh suatu simpai fibrosa tipis.
Ujung atas ureter disebut pelvis renalis terdiri dari dua atau tiga calix major → bercabang
menjadi lebih kecil calix minor. Area yang mengelilingi calix disebut sinus renalis biasanya
mengandung sejumla jaringan adiposa.
Ginjal memiliki korteks (luar) dan medula (dalam). medula ginjal terdiri atas 8-15 struktur
berbentuk kerucut yang disebut piramida ginjal. Diantara piramida ginjal dipisahkan oleh
columna renalis. Setiap piramida ginjal dan jaringan korteks di dasarnya dan disepanjang sisinya
membentuk suatu lobus ginjal.
Setiap ginjal terdiri atas 1-1,4 juta unit fungsional yang disebut nefron. cabang utama setiap
nefron adalah :
 Korpuskel ginjal yaitu penebalan bagian awal di korteks.

 Tubulus kontortus proksimal yang terutama berada di korteks.

 Bagian tipis dan tebal gelung nefron (ansa henle) yang menurun ke dalam medula, dan
menanjak kembali ke korteks.

 Tubulus kontortul distal

 Tubulus colingens, dari sejumlah nefron berkonvergensi ke dalam ductus coligens dan ductus
papilaris → papila renalis yang mengangkut urine ke calix da ureter.

Nefron korteks berada hampir sepenuhnya di korteks sementara nefron jukstamedular di


dekat medula memiliki gelung panjang medula.

Sirkulasi Darah Ginjal


Korpuskel Ginjal dan Filtrasi Darah
Pada bagian awal setiap nefron terdapat sebuah korpuskel ginjal berdiameter sekitar 200 µm
dan mengandung seberkas kapiler, glomerulus, yang dikelilingi oleh simpai epitel berdinding
ganda disebut simpai (bowman) glomerular (gambar 19-2 dan 19-5).
Lapisan internal (lapisan viseral) simpai menyelubungi kapiler glomerulus. Lapisan parietal
ekternal membentuk permukaan luar simpai terdiri atas selapis epitel skuamosa yang ditunjang
lamina basal dan selapis tipis serat retikular di luar. Dikutub tubular, epitelnya berubah menjadi
epitel selapis kuboid yang menjadi ciri tubulus proksimal (gambar 19-5).
Diantara lapisan viseral dan lapisan parietal terdapat ruang kapsular (ruang perkemihan)
yang menampung cairan yang disaring melalui dinding kapiler dan lapisan viseral. Setiap
korpuskel ginjal memiliki kutup vaskular (polus vascularis) tempat masuknya arteriol aferen dan
perkemihan, serta memiliki kutup tubular (polus tubularis) tempat tubulus kontortus proksimal
berasal (gambar 19-5).

Sel-sel lapisan viseral ini yaitu podosit, memiliki badan sel yang menjulurkan beberapa
prosesus primer. Setiap prosesus primer menjulurkan banyak prosesus (kaki) sekunder atau
pedikel yang memeluk bagian kapiler glomerulus (gambar 19-5). Badan sel podosit tidak
berkontak langsung dengan membran basal kapiler tetapi setiap pedikel berkontak langsung
dengan struktur tersebut (gambar 19-5). Pedikel saling mengunci dan membentuk celah-celah
memanjang selembar lebih kurang 30-40 nm-celah filtrasi (gambar 19-6).

Selain sel endotel kapiler dan podosit, korpuskel ginjal juga mengandung sel mesangial, yang
menyerupai perisit dalam menghasilkan komponen suatu selubung lamina ekternal. Sel ini dan
matriks yang mengelilinginya membentuk mesangium (gambar 19-7), yang mengisi ruang kecil
di anara kapiler yang tidak memiliki podosit. Fungsi mesangium :
1. Penyangga fisis dan kontraksi-mesangium memberikan penyangga struktural internal pada
glomerulus dan seperti perisit, selnya berserpons terhadap zat vasoaktif untuk membantu
mempertahankan tekanan hidrostatis untuk laju filtrasi yang optimal.

2. Fagositosis-sel mesangial memfagositosis agregat protein yang melekat pada saringan


glomerulus, termasuk kompleks antobodi-antigen yang banyak dijumpai pada sejumlah besar
keadaan patologis.

3. Sekresi-sel menyintesis dan menyekresi sejumlah sitokin, prostaglandin, dan faktor lain yang
penting untuk pertahanan imun dan perbaikan di glomerulus.

Sawar Filtrasi Glumerolus


Di antara sel-sel podosit endotel bertingkap dari kapiler glomerulus dan podosit yang
menutupi permukaan luarnya, terdapat membran basal glomerular tebal (~0,1 µm) (gambar 19.6).
Membran ini merupakan bagian yang paling bermakna pada sawar filtrasi yang memisahkan darah
dalam kapiler dari ruang kapsular. Membran basal ini terbentuk dari penyatuan lamina basal yang
dihasilkan kapiler dan podosit dan dipertahankan oleh podosit.
Membran basal glomerulosa (GBM) merupakan sawar makromolekul yang selektif yang
berfungsi sebagain saringan fisis dan suatu sawar untuk molekul bermuatan negatif. Filtrat
glomerulus awal memiliki komposisi kimiawi yang serupa dengan komposisi plasma darah,
kecuali filtrat ini mengandung sangat sedikit protein karena makromolekul tidak mudah melalui
saringan glomerulus. Kapiler glomerulus khas berada di antara dua arteriol aferen dan eferen
dengan ototnya yang memungkinkan peningkatan tekanan hidrostatik pada pembuluh-pembuluh
darah ini.
Sawar filtrasi glomerulus terdiri atas 3 komponen berlapis yaitu endotel kapiler tertingkap,
membran basal glomerulus, dan celah filtrasi di antara podosit. Komponen utama penyaringan
dibentuk oleh penyatuan lamina basal podosit dan sel endotel kapiler.

Tubulus Kontortus Proksimal


Di kutub tubular korpuskel ginjal, epitel skuamosa pada lapisan parietal simpai bowman
berhubungan lansung dengan epitel kuboid tubulus kontortus proksimal. Sel tubulus proksimal
mereabsorpsi 60-65% air yang di saring dalam korpuskel ginjal, beserta hampir semya nutrien,
ion, vitamin, dan protein plasma kecil. Air dan zat terlarutnya diangkut secara langsung melalui
dinding tubulus dan segera diambil oleh kapiler peritubular.
Sel-sel tubulus proksimal memiliki sitoplasma asidofilik yang disebabkan oleh adanya
sejumlah besar mitokondria. Apeks sel memiliki banyak mikrovili panjang yang membentuk suatu
brush border untuk reabsorpsi (gambar 19-8,19-9,19-10).
Secara ultrastruktural, sitoplasma apikal sel-sel ini memiliki banyak lekuk dan vesikel di dekat
dasar mikrovili yang indikasikan pinositosis aktif (gambar 19-10). vesikel pinositotik
mengandung protein plasma kecil dengan massa molekul kurang dari 70 kDa yang telah melalui
saringan glomerulus. Vesikel ponositotik menyatu dengan lisosom untuk proteolisis dan asam
amino dilepaskan ke sirkulasi. Sel-sel ini juga memiliki banyak invaginasi membran basal yang
panjang dan interdigitasi lateral dengan sel-sel bersebelahan (gambar 19-10).
Gelung Nefron (Ansa Henle)
Gelung ini strukturnya berbentuk U dengan segmen descendens dan segmen ascenden, keduanya
terdiri atas selapis epitel kuboid di dekat korteks, tetapi berupa epitel skuamosa di dalam medula
(gambar 19-2).Gelung nefron dan jaringan sekitarnya berperan dalam memekatkan urine dan
menyimpan air.
Di medula luar, bagian lurus tubulus proksimal dengan diameter luar sekitas 60 µm →
menyempit sampai sekitar 12 µm → berlanjut sebagai segmen tipis descendens → segmen tipis
ascendens → tipis gelung nefron.

 Sel kuboid segmen ascendens tebal gelung tersebut aktif mengangkut natrium klorida keluar
dari tubulus dengan melawan gradien konsentrasi ke dalam jaringan ikat interstisial yang kaya
hialuronat, yang membuat kompartemen tersebut menjadi hiperiosmotik.
 Sel skuamosa segmen descendens tipis gelung tersebut bersifat permeabel bebas terhadap air
tetapi tidak terhadap garam.

 Segmen ascendens tipis bersifat permeabel terhadap NaCl tetapi impermeabel terhadap air.

Tubulus Kontortus Distal dan Aparatus Juxtaglomerularis

Segmen tebal ascendens gelung nefron → menjadi lurus saat memasuki korteks → berkelok-
kelok → tubulus kontortus distal (gambar 19-2).

Selapis sel kuboid tubulus distal berbeda dengan sel selapis kuboid tubulus proksimal karena
lebih kecil dan tidak memiliki brush border (gambar 19-9). Karena sel-sel tubulus distal lebih
gepeng dan kecil maka tampak lebih banyak inti di dinding tubulus dital ketimbang tubulus
proksimal.
Sel-sel tubulus kontortus distal memiliki banyak invaginasi membran basal dan mitokondria
terait serupa dengan mitokondria tubulus proksimal yang menunjukan fungsi transfor-ionnya.
Laju absorpsi Na+ dan sekresi K+ oleh pompa ion diatur oleh aldosteron dari kelenjar adrenal
dan oenting untuk keseimbangan garam dan cairan tubuh. Tubulus distal juga menyekresi H+ dan
NH4+ ke dalam urine tubulus, suatu aktivitas yang penting untuk pemeliharaan keseimbangan
asam-basa di darah.

Bagian awal tubulus distal yang lurus → berkontak dengan kutub vaskular di korpuskel ginjal
nefron induknya → membentuk apparatus juxtaglpmerularis (JGA) (gambar19-5).Di tempat
kontak dengan arteriol, sel-sel tubulus distal menjadi kolumnar dan lebih erat terkemas dengan inti
apikal, kompleks golgi basal, dan sistem kanal dan pengangkut ion yang lebih rumit dan
bervariasi.
 Bagian tebal dinding tubulus distal disebut sel macula dense.

 Besebelahan dengan macula dense, tunica media arteriol afferen termodifikasi. Sel otot polos
membentuk suatu fenotipe sekretorik dengan inti yang lebih bulat, RE kasar, komplek golgi
dan granula zigomen disebut sel granular juxtaglomerular (JG).

 Di kutup vaskular juga terdapat sel lacis, merupakan sel mesangial ekternal yang mungkin
memiliki banyak fungsi pendukung yang sama dengan sel-sel tersebut di glomerulus, dapat
menyebarkan sinyal dari macula dense ke dalam glomerulus yang mempengaruhi
vasokontriksi di tempat tersebut.

Fungsi dasar JGA dalam autoregulasi laju filtrasi glomerulus (GFR) dan dalam pengaturan
tekanan darah.
 Peningkatan tekanan arterial → meningkatkan tekanan kapiler glomerulus → meningkatkan
GFR → membahkan konsentrasi Na+ dan Cl- di nefron yang dipantau oleh sel macula dense
→ peningkatan kadar ion → membuat sel-sel melepaskan ATP, adenosine, dan senyawa
vasoaktif lainnya → memicu kontraksi arteriol afferen → menurunkan tekanan glomerulus dan
mengurangi GFR → menurunkan konsentrasi ion tubulus → menghentikan pelepasan
vasokontriktor dari macula dense.

 Peningkatan tekanan arteri → meningkatkan stimulasi autonom pada JGA sebagai akibat
fungsi baroreseptor termasuk baroreseptor lokal di arteriol aferen dan mungkin sel-sel JG itu
sendiri → membuat sel-sel JG melepaskan renin → menguraikan protein plasma
angiotensinogen → menjasi dekapeptida inaktif (angiotensin 1) → enzim pengonversi
angiotensinogen pada kapiler paru → menguraikan menjadi angiotensin 2 (vasokontriktor
poten) → yang secara langsung meningkatkan tekanan darah sistemik dan merangsang kelenjar
adrenal → menyekresi aldosteron → meningkatkan Na+ dan air ke tubulus kontorkusdistal
→ meningkatkan volume darah untuk membantu meningkatkan tekanan darah. Kembalinya
tekanan darah normal menghentikan sekresi renin oleh sel JG

BASAL LAMINAE
 Filtration barrier yang memisahkan urinary space dan darah yang berada di kapilerthe blood in
the capillaries.
 Lamina densa  terdapat kolagen tipe 4 & laminin pada matrix yang mengandung ion negatif
dari charged proteoglycan heparan sulfate yang menghambat keluarnya cationic molecules.
 Laminae rarae mengandung fibronectin, yang dapat berikatan dengan sel.

 Glomerular basement membrane merupakan selective macromolecular filter yang memiliki


lamina densa dan berfungsi sebagai physical filter tempat tidak berion (anionic) pada laminae
rarae yang berperan sebagai charge barrier.
 Partikel yang lebih dari 10 nm tidak dapat melewati basal lamina, dan protein dengan ion negatif
yang memiliki massa molekul lebih dari albumin (69 kDa) dapat melewati basal lamina namun
hanya sedikit.

Tubulus dan Ductus Colligens


Tubulus colligens dilapisi oleh epitel kuboid dan berdiameter 40 µm. Sel-sel collegens yang
berkonvergensi berbentuk kolumnar dan berdiameter ductus mencapai 200 µm di dekat puncak
piramida medula ginjal (gambar 19-13).
Di sepanjang perjalannannya, tubulus dan ductus colligens terdiri atas epitheliocytus
principalis (principal cell) yang terpulas lemah atau pucat dengan sedikit organel dan mikrovili
dan memiliki lipatan membran basal untuk transpor ion. Sel yang tersebar di antara epitheliocytus
principalis yaitu epitheliocytus intercalatus (intercalated cell) yang lebih gelap dan lebih banyak
mitokondria yang membantu mengatur keseimbangan asam-basa dengan menyekresikan H+ dan
menyerap HCO3-.
Di medula, ductus colligens merupakan komponen utama mekanisme pemekat-urine. Sel-sel
ductus colligens terutama banyak mengandung aquaporin yaitu protein integral yang ditemukan
pada sebagian besar membran sel yang berfungsi sebagai pori selektif untuk pasase molekul air.
Di tempat tersebut, aquaporin tersekuestrasi di vesikel sitoplasma bermembran.
Hormon hipofisis, ADH (dikenal sebagai arginin vasopressin) di membran sel basolateral →
membuat ductus colligens lebih permeabel terhadap air → meningkatkan laju penarikan molekul
air secara osmotik dari lumennya dan pengangkutan air ke vasa recta sehingga tertahan di tubuh.
Efek tersebut dihasilkan ketika reseptor ADH aktif di membran sel basolateral merangsang
pergerakan vesikel dengan aquaporin yang spesifik dan insersinya ke dalam membran apikal atau
basolateral, yang meningkatkan jumlah kanal membran untuk pergerakan air melalui sel.
FISIOLOGI

RENAL PHYSIOLOGY

Fungsi Ginjal

Ginjal melakukan fungsi-fungsi spesifik berikut, yang sebagian besar di antaranya membantu
mempertahankan stabilitas lingkungan cairan internal:

1. Mempertahankan keseimbangan air (H2O) di tubuh.


2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama melalui regulasi
keseimbangan H2O. Fungsi ini penting untuk mencegah fluks-fluks osmotik masuk atau keluar
sel, yang masing-masing dapat menyebabkan pembengkakan atau penciutan sel yang
merugikan.
3. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk natrium (Na+), clorida
(C1-), kalium (K+), kalsium (Ca2+), ion hidrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), fosfat (PO43-),
sulfat (SO4-), dan magnesium (Mg2+). Fluktuasi kecil konsentrasi sebagian elektrolit ini dalam
CES bahkan dapat berpengaruh besar. Sebagai contoh, perubahan konsentrasi K+ CES dapat
menyebabkan disfungsi jantung yang dapat mematikan.
4. Mempertahankan volume plasma yang tepat, yang penting dalam pengaturan jangka-panjang
tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran regulatorik ginjal dalam
keseimbangan garam (NaC1) dan H2O.
5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh yang tepat dengan menyesuaikan
pengeluaran H+ dan HCO3- di urine.
6. Mengeluarkan (mengekskresikan) produk-produk akhir (sisa) metabolisme tubuh, misalnya
urea (dari protein), asam urat (dari asam nuldeat), kreatinin (dari kreatin otot), bilirubin (dari
hemoglobin), dan hormon metabolit. Jika dibiarkan menumpuk, banyak bahan-bahan sisa ini
bersifat toksik, terutama bagi otak.
7. Mengekskresikan banyak senyawa asing, misalnya obat, aditif makanan, pestisida, dan bahan
eksogen non-nutritif lain yang masuk ke tubuh.
8. Menghasilkan eritropoietin, suatu hormon yang merangsang produksi sel darah merah
9. Menghasilkan renin, suatu hormon enzimatik yang memicu suatu reaksi berantai yang penting
dalam konservasi garam oleh ginjal.
10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

Fungsi Nefron

Komponen vaskular

 Arteriol aferen: membawa darah ke glomerulus


 Glomerulus: suatu berkas kapiler yang menyaring plasma
 Arteriol eferen: membawa darah dari glomerulus
 Kapiler peritubulus: memperdarahi jaringan ginjal; terlibat dalam pertukaran dengan cairan di
lumen tubulus

Komponen tubular

 Kapsul Bowman: mengumpulkan filtrat glomerulus


 Tubuus proksimal: reabsorpsi dan sekresi tak-terkontrol bahan-bahan tertentu
 Ansa Henle: membentuk gradien osmotik di medula ginjal yang penting bagi kemampuan
ginjal untuk menghasilkan urine dengan konsentras beragam
 Tubulus distal dan duktus koligentes: reabsorpsi terkontrol dan beragam Na+ dan H20 serta
sekresi K+ dan H+ terjadi di sini; cairan yang meninggalkan duktus koligentes adalah urin,
yang masuk ke pelvis ginjal
Komponen kombinasi vaskular/tubular

 Aparatus jukstaglomerulus: menghasilkan bahan-bahan yang berperan dalam kontrol fungsi


ginjal
1.3.2 URINE FORMATION

Pembentukan urin dilakukan oleh nephron melalui 3 proses yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.

A. Filtration
a. Alat Filtrasi
1. Endothelium,
- Dinding lebih tebal disbanding kapiler lain dalam tubuh
- Fenestrae (pori-pori)berukuran 8 nm yang membuat daya saring lebih besar
- Muatan negative yang menolak molekul muatan negative seperti protein
2. Basement membrane
- Space yang cukup besar untuk menyaring air serta
- Muatan negative yang menolak molekul bermuatan negative seperti protein
3. Layer of podocyte
- Menjalar seperti jari mengelilingi kapiler dan memiliki celah (slit pores) yang
menjadi celah untuk filtrate berpindah.
- Muatan negative yang menolak molekul bermuatan negative seperti protein
b. Komponen Filtrat
Filtrate terdiri dari zat sisa metabolism yang bebas protein dan komponen seluler
Factor yang mempengaruhinya diantaranya:
1. Ukuran molekul – semakin kecil semakin mudah
2. Berat molekul – semakin ringan semakin mudah
3. Muatan molekul – muatan positif lebih mudah

c. Glomerular Filtration Rate


1. Definisi
Laju filtrasi glomerulus adalah kecepatan glomerulus dalam memfiltrasi darah
dalam satu haru. Normalnya 180L/ hari atau 125ml/ menit.
2. Rumus
GFR = Kf x ∑ Tekanan Filtrasi
Total Tekanan Filtrasi adalah total usaha
hidrostatik dan osmotic koloid dengan
nilai normal 10 mmHg. Total usaha
teridri dari:
o Tekanan hidrostatik dalam kapiler
glomerulus (mendorong filtrasi) PG
Faktor:
 Arterial pressure (+)
 Afferent arteriolar resistance/
constriction (–)
 Efferent arteriolar resistance/
constriction (+ jika meningkat
hanya sedikit) (– jika meningkat
sebanyak 3x lipat)
o Tekanan hidrostatik Kapsul Bowman
(menghambat filtrasi) PB
o Tekanan osmotic koloid plasma
protein di kapiler (menghambat
filtrasi) πG
Faktor:
 Filtration fraction
 Arterial plasma colloid
osmotic pressure
o Tekanan osmotic koloid protein di
Kapsul Bowman (mendorong
filtrasi) πB
Kf adalah koefisien filtrasi (normalnya
12.5mL/min/mmHg) yang diukur
dari:
o Produk filtrasi
o Luas permukaan dari kapiler
glomerulus yang dipengaruhi oleh
mesangial cell yang mampu
berkontrasi sehingga memperkecil
luas permukaan.
3. Prinsip Kerja
- Menyesuaikan blood flow menuju dan dari ginjal
- Menyesuaikan permukaan kapiler glomerulus

4. Filtration Fraction
Jumlah plasma yang difiltrasi oleh ginjal

FF = GFR / Renal Plasma Flow


5. Renal Blood Flow
Aliran darah ke ginjal berfungsi untuk menutrisi ginjal serta membantu reabsorpsi
natrium pada tubulus ginjal.

RBF = Arterial Pressure – Venous Pressure


Total Vascular Resistance

6. Regulasi
o Autoregulation
Suatu mekanisme yang terjadi guna mempertahankan GFR dan fungsi ginjal
terlepas dari perubahan factor-faktor yang mempengaruhinya.
 Juxtaglomerular complex (tubuloglomerular feedback)
o Macula densa
Epitel yang terspesialisasi yang terletak di distal tubul (dekat dengan
afferent dan efferent arteriole mengandung banyak badan golgi.
Bertugas mendeteksi adanya perubahan volume urine yang terdistribusi
ke distal tubule
o Juxtaglomerular cell
Sel yang tersepsialisasi
mengandung Renin yang
terletak di dinding afferent
dan efferent. Renin
memiliki efek dalam
mempengaruhi tekanan
darah dan vasokonstriksi
 Myogenic Autoregulation
Ketika dinding pembuluh darah
melebar, kalsium akan masuk
dan membuat otot polos dinding
vaskuler berkontraksi untuk
mempertahankan resistensi
vaskuler sehingga GFR terjaga

o Nutrisi
Diet tinggi protein (+)
Gula darah tinggi (+)

o Neural regulation (long-term regulation)


Peningkatan rangsangan saraf simpatik menurunkan laju GFR.
o Hormon dan autocoid
Autocoid adalah substansi vasoaktif yang dihasilkan oleh ginjal dan berefek
local sementara hormone adalah substansi yang bersirkulasi ke seluruh tubuh
 Norepinephrine, epinephrine , endothelin → vasokonstriktor → GFR turun
 Angiotensin II → konstriksi efferent arteriole → GFR turun
 Arterial natriuretic peptide (ANP) → GFR naik
 Endothelial-derived Nitric Oxide, Prostaglandin, dan Bradykinin → Renal
Vascular Resistance Turun → GFR naik
B. Reabsorption
a. Alur reabsorpsi
1. Lumen
2. Tubular epithelial membrane
Melalui dua rute pilihan:
- Transcellular Route –
Solute direabsorpsi
melintasi sel
Contoh: ion Na
- Paracellular Route – Solute
direabsorpsi melalui
hubungan antarsel
Contoh: air, ion K, Mg, Cl
3. Renal interstitial space
4. Peritubular capillary membrane
– oleh ultrafiltration (bluk flow)
Dimediasi oleh gaya hidrostatik
dan osmotic koloid
5. Blood stream

b. Mekanisme Reabsorpsi
1. Active Transport
- Primary – transporter langsung berikatan dengan ATP
Transporter:
o Na-K ATPase
o Hydrogen ATPase
o H-K ATPase
o Ca ATPase

- Secondary – transporter tidak


langsung berikatan dengan
ATP
Menggunakan 2 jenis
transporter:
o Co-transporter
Transporter dimana seiring
keluarnya molekul, molekul
lain ikut keluar
Contoh: Glukosa dan asam
amino dengan Na
o Counter-transporter
Transporter dimana
seiring keluarnya
molekul, molekul lain
ikut masuk
Contoh: Hidrogen dan Na
- Pinositosis – masuknya zat
dengan pembuatan vesicle
intracellular
Contoh: protein

2. Passive Transport
Transportasi tanpad
menggunakan ATP yang dapat
berupa difusi maupun osmosis
- Osmosis
Osmosis berlaku hanya untuk
air melalui aquaporin.
Air biasa direabsorpsi
mengikuti daya reabsorpsi
Na.
Seiring dengan reabsorpsi air,
biasanya akan turut menarik
zat lain melalui difusi
(solvent drag)
- Difusi
Berlaku untuk Cl, urea, dls.

c. Reabsorpsi zat
berdasarkan lokasi
1. Proximal Tubule
Half proximal – co-
transporter Na,
glukosa, asam amino,
HCO3-
Half distal – Na dan Cl
2. Loop of Henle (thin
descending)
Permeable terhadap air
Semi permeable
terhadap urea dan Na
3. Loop of Henle (thin
ascending)
Impermeable terhadap air
4. Loop of Henle (thick ascending)
Impermeable terhadap air
Reabsorpsi Na, Cl, K melalui 1-Na, 2-Cl, 1-K co-transporter.
Na-H counter-transporter
5. Distal Tubule (early)
Avidly absorb Na, K, Cl melalui Na-Cl co-transporter
Impermeable terhadap air dan urea
6. Distal Tubule (late)
Principle Cell – reabsorpsi Na dan air
Type A Intercalated cell – reabsorpsi K

d. Faktor Reabsorpsi
1. Local Control
- Transport Maximum
Setiap zat memiliki batas jumlah zat yang dapat ditransportasikan.
Berkaitan dengan tubular load, batas tubul untuk menerima zat
- Gradient-time transport
- Beberapa zat tidak dipengaruhi oleh transport maksimum, namun dipengaruhi
oleh waktu saat zat tersebut dalam tubule. Hal ini dipengaruhi oleh:
o Electrochemical gradient
o Permeablilitas membrane
o Waktu saat urin mengandung zat tersebut
- Peritubular capillary and renal interstitial fluid physical forces
Reabsorption = Kf x Net reabsorptive force
o Tekanan hidrostatik dalam kapiler peritubul (menghambat reabsorpsi) Pc
o Tekanan hidrostatik renal interstitium (mendorong reabsorpsi) Pif
o Tekanan osmotic koloid plasma protein di kapiler (mendorong reabsorpsi)
πc
o Tekanan osmotic koloid protein di renal interstitium (menghambat
reabsorpsi) πif
o Kf adalah koefisien filtrasi

2. Hormonal Control
- Renin – Angiotensin –
Aldosterone System
- Antidiuretic Hormone

3. Neural Control
- Saraf simpatik
meningkatkan
reabsorpsi Na dan
menurunkan sekresi Na
baik secara langsung
melalui α-adrenergic reseptor pada tubul maupun melalui peningkatan renin
dan angiotensin II
C. Secretion
a. Alur sekresi
Alur sekresi berkebalikan dengan alur reabsorpsi

b. Mekanisme Sekresi
Mekanisme sekresi sama dengan reabsorpsi

c. Faktor Sekresi
1. Local Control
2. Hormonal Control
- Renin – Angiotensin – Aldosterone System
- Antidiuretic Hormone
3. Neural Control
- Saraf simpatik meningkatkan reabsorpsi Na dan menurunkan sekresi Na baik
secara langsung melalui α-adrenergic reseptor pada tubul maupun melalui
peningkatan renin dan angiotensin II

d. Sekresi zat berdasarkan lokasi


1. Proximal Convoluted Tubule
Sekresi Bile salt, oxalate, urate, catecholamine, zat sisa metabolism
Zat aktif obat-obatan dan racun dalam tubuh
Para-aminohippuric acid (PAH)
2. Loop of Henle (thick ascending)
Sekresi hydrogen melalui Na-H counter-transporter
3. Distal Tubule (late)
Principle cell – sekresi K
Type A intercalated cell – sekresi hydrogen
Type B intercalated cell – sekresi bikarbonat
Notes:

Urine output dapat digunakan untuk mengukur fungsi ginjal melalui rumus-rumus berikut
D. Urine Concentration and Dilution
Konsentrasu urin hasil filtrasi isotonis dengan
ion pada plasma darah (300mOsm/L).
Konsentrasi meningkat pada descending limb
dari loop of henle.
Konsentrasi menurun pada ascending limb
dan collecting tubule
Faktor:
a. Permeabilitas membrane
b. Countercurrent flow cairan
Laju cairan yang melawan gradiensi.
Terdiri dari dua jenis:
1. Countercurrent multiplication
Proses kenaikan gradient osmotic
pada interstitial fluid
Terjadi lebih banyak pada
juxtamedullary nephron
2. Countercurrent exchange
Proses pertukaran komponen air dan solute antara darah dan interstitial fluid

SUMMARY

Anda mungkin juga menyukai