PENDAHULUAN
A. Latar belakang
setiap manusia terdapat 2 ginjal di dalam tubuhnya. Setiap ginjal terdiri dari sekitar satu
juta unit fungsional yang disebut nefron. Setiap nefron berawal sebagai suatu berkas kapiler, yang
disebut glomerulus, yang berubah menjadi tubulus panjang yang melengkung dan berkelok-kelok.
B. Rumusan masalah
Dalam penyusunan makalah ini penyusun merumuskan masalah,yaitu sebagai berikut:
1. Apa itu gagal ginjal kronis ?
2. Apa itu etiologi gagal ginjal kronis?
3. Apa Tanda dan gejala gagal ginjal kronis?
4. Bagaimana patofisologis gagal ginjal kronis?
5. Bagaimana manifestasi klinis gagal ginjal kronis?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada gagal ginjal kronis?
7. Bagaiamana penatalaksanaan gagal ginjal kronis?
C. Tujuan penulisan
Tujuan penyusun mengambil materi ini berharap semua tahu tentang :
1. Mengetahui apa itu gagal ginjal kronis.
2. Mengetahui etiologi gagal ginjal kronis.
3. Mengetahui apa Tanda dan gejala gagal ginjal kronis.
4. Mengetahui bagaimana patofisologis gagal ginjal kronis.
5. Mengetahui manifestasi klinis gagal ginjal kronis.
6. Mengetahui penatalaksanaan gagal ginjal kronis.
7. Mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostic pada gagal ginjal kronis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap ginjal memiliki panjang sekitar 12 cm, lebar 7 cm, dan tebal
maksimum 2,5 cm, dan terletak pada bagian belakanag abdomen, psterior
terhadap perotoeum, pada cekungan yang berjalan di sepanjang sisi
corpusvertebrae. Lemak perinefrik adalah lemak yang melapisi ginjal. Ginjal
kanan terletak agak lebih rendah daripada ginjal kiri karena danya hepar pada sisi
kanan. Sebuah glandula adrenalis terletak pada bagian atas setiap ginjal.
Setiap ginjal memiliki ujung atas dan bawah yang membulat ujung
superior dan inferior, margo lateral yang membulat konveks, dan pada margo
medialisterdapat cekungan yang disebut hilum. Arteria dan vena, pembuluh limfe,
nervus renalis, dan ujung atas ureter bergabung dengan ginjal pada hilum.
Suplai darah: oleh arteria dari aorta; arteria renalis dextra melewati bagian
belakang vena cava inferior. Jumlah darah yang melewati ginjal yang sangat
besar.
Drainase vena: oleh vena renalis ke dalam vena cava inferior; vena renalis
sinistra melewati bagian depan aorta.
STRUKTUR
(c) Medula, gelap dan bergaris dan terdiri dari sejumlah papila renalis, yang
menonjol ke dalam pelvis, dan pembesaran pada ujung atas ureter.
1. Nefron
(a) Glomerulus adalah pusran kapiler yang tertutup dalam kapsula Bowman.
Arteri afferen membawa darah ke dalamnya.
(b) Pembuluh darah efferen berjalan dari glomerulus menuju tubulus ginjal dan
memecah menjadi kapiler pada permukaannya.
(c) Kapiler ini mengalir darah ke dalam vena, yang akhirnya bergabung dengan
vena lain membentuk vena renalis.
Kapsula bowman terdiri atas lapis parietal (luar) dan lapis Viseral (langsung
membungkus kapiler glomerulus). sel-sel lapis parietal itu gepeng, namun sel-sel
lapis viseral besar-besar, dengan banyak juluran mirip jari-jari, dan disebut podosit
(sel berkaki). juluran mirip jari-jari ini disebut pedikel-pedikel dan memeluk
kapiler secara teratur, dan merupakan yang disebut celah-celah atau pori filtrasi.
Kapsula bowman bersama glomerulus disebut korpuskel renal.
Bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disebut tubulus kontortus
proksimal, karena jalannya berkelok-kelok , kemudian menjadi saluran lurus, mula-
mula tebal kemudian menipis. Saluran lurus ini disebut ansa Henle atau loop of
Henle, karena membuat lekungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal,
lalu berlanjut sebagai tubulus kontortus distal. Tubulus distal mencurahkan isinya
ke dalam duktus koligens (bukan bagian nefron lagi), yabg kemudian bergabung
membentuk duktus yang lebih besar, yaitu duktus papilaris, yang mencurahkan
isinya ke dalam kaliks minor di ujung papila renis.
2.1.3 Ureter
Ureter adalah tabung dari ginjal menuju kandung kemih. Setiap ureter:
(b) Dimulai dari pelvis, bagian yang berdilatasi melekat pada hilum ginjal,
(d) Didalam pelvis, membelok ke depan dan ke dalam untuk memasuki kandung
kemih, melewati dindingnya ureter berjalan secara oblik.
STRUKTUR
Ureter memiliki membran mukosa yang dilapisi oleh epitel kuboid, dan dinding
muscular yang tebal.
Kandung kemih adalah kantong muskular tempat urine mengalir dari dalam
ureter. Ketika kosong atau setengah terdistensi, kandung kemih terletak pada
pelvis; ketika lebih dari setengah terdistensi, kandung kemih menempati abdomen
di atas pubis.
2.1.5 Uretra
Dari sekitar 1200 ml darah yang melalui glomerulus setiap menit, terbentuk 120-125
ml filtrat (filtrat= cairan yang telah melewati celah filtrasi). setiap harinya dapat terbentuk 150-
180 L filtrat. Dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih,
sebagian besar diserap kembali. Pembentukan kemih berlangsung melalui tiga proses: (1)
Filtrasi glomerular, (2) Reabsorpsi tubuler, dan (3) sekresi.
Filtrasi darah terjadi di dalam korpuskel renal melalui 3 kapisan, yaitu (1) lapis pertama
adalah endotel kapiler glomerulus, yang mengandung pori kecil; (2) lapis tengah adalah
membran basal dari glomerulus; (3) lapis ketiga adalah lapis viseral dari kapsula Bowman,
yaitu lapis podosit, dengan celah filtrasinya. Reabsorpsi air terutama terjadi di duktus koligens
atau pengaruh hormon ADH.
3.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi CKD menurut National Kidney Foundation Classification of
Chrinic Kidney Disease adalah :
Derajat/
Penjelasan GFR (ml/mnt/1,73m2)
Stadium
1 Kerusakan ginja ldengan GFR normal > 90
2 Kerusakan ginjal dengan GFR ↓ ringan 60 – 89
3 Kerusakan ginjal dengan GRFR ↓ sedang 30 – 59
4 Kerusakan ginjal dengan GFR ↓ berat 15 – 29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialysis
Stadium 1:
Kerusakan ginjal dengan LFG normal (90 atau lebih).Kerusakan pada ginjal
dapat dideteksi sebelum LFG mulai menurun.Pada stadium pertama penyakit ginjal
ini, tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat perkembangan GGK dan
mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Stadium 2:
Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada LFG (60-89). Saat fungsi
ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan GGK kita
dan meneruskan pengobatan untuk mengurangi risiko masalah kesehatan lain.
Stadium 3:
Penurunan lanjut pada LFG (30-59). Saat GGK sudah berlanjut pada
stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Kita sebaiknya
bekerja sama dengan dokter untuk mencegah atau mengobati masalah ini.
Stadium 4:
Penurunan berat pada LFG (15-29).Teruskan pengobatan untuk komplikasi
GGK dan belajar semaksimal mungkin mengenai pengobatan untuk kegagalan
ginjal.Masing-masing pengobatan membutuhkan persiapan. Bila kita memilih
hemodialisis, kita akan membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan
memperkuat pembuluh darah dalam lengan agar siap menerima pemasukan jarum
secara sering. Untuk dialisis peritonea, sebuah kateter harus ditanam dalam perut
kita.Atau mungkin kita ingin minta anggota keluarga atau teman menyumbang satu
ginjal untuk dicangkok.
Stadium 5:
Kegagalan ginjal (LFG di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja cukup
untuk menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis atau pencangkokan
ginjal.
3.1.6 Komplikasi
Gagal ginjal kronis menyebabkan berbagai macam komplikasi :
1. Hiperkalemia, yang diakibatkan karena adanya penurunan ekskresi asidosis
metabolic, Perikardistis efusi pericardial dan temponade jantung.
2. Hipertensi yang disebabkan oleh retensi cairan dan natrium, serta malfungsi
system renin angioaldosteron.
3. Anemia yang disebabkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah
merah, dan pendarahan gastrointestinal akibat iritasi.
4. Penyakit tulang. Hal ini disebabkan retensi fosfat kadar kalium serum yang
rendah, metabolisme vitamin D, abnormal, dan peningkatan kadar aluminium.
5. Retensi cairan, yang dapat menyebabkan pembengkakan pada lengan dan kaki,
tekanan darah tinggi, atau cairan di paru-paru (edema paru)
6. Kerusakan permanen pada ginjal (stadium akhir penyakit ginjal), akhirnya
ginjal membutuhkan dialysis atau transplantasi ginjal untuk bertahan hidup.
3.1.9 Prognosis
Prognosis pasien dengan penyakit ginjal kronis dijaga sebagai Data
epidemiologi telah menunjukkan bahwa menyebabkan semua kematian. (Tingkat
kematian secara keseluruhan) meningkat sebagai penurunan fungsi
ginjal. Penyebab utama kematian pada pasien dengan penyakit ginjal kronis adalah
penyakit jantung, terlepas dari apakah ada perkembangan ke tahap 5.
Sementara terapi pengganti ginjal dapat mempertahankan pasien tanpa
batas waktu dan memperpanjang kehidupan, kualitas hidup adalah sangat
terpengaruh ginjal transplantasi meningkatkan kelangsungan hidup pasien dengan
stadium 5 CKD signifikan bila dibandingkan
dengan terapi pilihan {{mengutip Namun, hal ini terkait dengan mortalitas jangka
pendek meningkat (akibat komplikasi dari operasi). Transplantasi samping,
intensitas tinggi rumah hemodialisis muncul terkait dengan kelangsungan hidup
baik dan [kualitas [hidup]] yang lebih besar, jika dibandingkan dengan tiga kali
seminggu konvensional hemodialisis dan dialisis peritoneal.
3.1.10 Web Of Caution (WOC)
Prenatal
Intanatal
Postnatal
Oedema
intoleransi aktivitas
Fungsi anoreksia
PH darah turun
Kelebihan volume cairan
Resiko infeksi
Asidosis
metabolik
Perubahan nutrisi
Kurang dari kebutuhan
ekspirasi CO2
2. Pemeriksaan fisik.
a. Aktifitas:
Subjektif : Keletihan, kelemahan, malaise.
Objektif : Kelemahan otot, kehilangan tonus
b. Sirkulasi :
S :Hipotensi / hipertensi (termasuk hipertensi maligna)
Eklamsi / hipertensi akibat kehamilan
Disritmia jantung
O : Nadi lemah / halus, hipertensi : ortostatik (hipovolemia), nadi kuat hipervolemia, edema
jaringan umum, termasuk area priorbital, mata kaki, sacrum, pucat, kecenderungan perdarahan.
c. Eliminasi
S : Perubahan pola berkemih biasanya : peningkatan frekuensi : poliuria (kegagalan dini) atau
penurunan frekwensi / oliguria (fase akhir), disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi /
obstruksi, infeksi).
O :Abdomen kembung, diare, konstipasi
Riwayat batu / kalkuli
d. Makanan / cairan
S : – Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan (dehidrasi)
- Mual, muntah, anoreksia, nyeri uluhati
- Penggunaan diuretik
O : Perubahan turgor kulit / kelembaban edema (umum, bagian bawah)
e. Neurosensori
S : Sakit kepala, penglihatan kabur
O : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang pandang, ketidakmampuan berkonsentrasi,
hilangnya memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (ozotemia) ketidakseimbangan elektrolit
(asam / basa).
f. Nyeri / kenyamanan
S : Nyeri tubuh, sakit kepala.
O : Perilaku hati-hati / distraksi, gelisah.
g. Pernafasan
S : Nafas pendek.
O : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi, kedalaman (pernafasan kusmaul), nafas amonia,
batuk produktif dengan sputum kental merah muda (edema paru).
h. Keamanan
S : Adanya reaksi transfusi.
O : – Demam (sepsis, dehidrasi).
- Petekie, area kulit ekimosis.
- Pruritus, kulit kering.
- Fraktur tulang, deposit kalsium, jaringan lunak sendi.
- Keterbatasan gerak sendi.
i. Seksualitas
O : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
j. Interaksi sosial
O : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
biasanya dalam keluarga.
k. Penyuluhan pembelajaran
O : – Riwayat DM keluarga, nefritis herediter kalkus urinarius.
- Riwayat terpajan toksin : obat, racun lingkungan.
- Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini / berulang.
3. Pemeriksaan diagnostik
Hasil pemeriksaan diagnostik yang perlu diindentifikasi untuk mendukung menegakkan diagnosa
keperawatan, meliputi hasil pemeriksaan laboratorium urine dan darah serta radiologi, untuk lebih
jelas dapat di baca pada konsep dasar GGK.
Muttaqin, Arif, Kumala Sari. 2011. Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Doenges, Marilyn. E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
Price, S. A & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, 2004. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: EGC
Chang, dkk,.(2010). Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan.Jakarta: EGC.
NANDA Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Suddart, Brunner. 2002. Keperawatan Medikal BedahEdisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Sudoyo, dkk,. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing