I. Ginjal
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah
dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran
yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi.
Lokasi
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.
Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di
2
bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar
suprarenal).
Gambar 2. Kiri : Ginjal dari depan. Kanan : Ginjal dilihat dari belakang (tulang rusuk
dihilangkan)
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua
ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang
membantu meredam goncangan
4
Struktur detail
Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11 cm dan
ketebalan 5 cm dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal memiliki bentuk seperti kacang
dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang
disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter.
5
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut
medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia
dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul.
Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula.
6
Nefron
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu
juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai
regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring
darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh.
Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan
dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil
akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.
7
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau
badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).
Gambar 7. Nefron
Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang
berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri
aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau
penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari
glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong
8
plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang
telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula Bowman
terdapat tiga lapisan:
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus,
melewati ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula
Bowman dalam bentuk filtrat glomerular.
Filtrat plasma darah tidak mengandung sel darah ataupun molekul protein yang besar.
Protein dalam bentuk molekul kecil dapat ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia
melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter per menit,
menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per menitnya. Laju penyaringan glomerular
ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi ginjal.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan
filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian
selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal.
Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob
Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam
pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus
memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya
transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion
mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi
dan tubulus kolektivus melalui osmosis.
Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri
dari:
tubulus penghubung
tubulus kolektivus kortikal
tubulus kloektivus medularis
Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk
urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.
10
Ginjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah.Ginjal
mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium
dan hidroksil. Akibatnya, urin yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau
alkalis pada pH 8.
Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses homeostasis yang melibatkan
aldosteron untuk meningkatkan penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi.
Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau kekurangan
air akan segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan memberi sinyal pada kelenjar
pituitari dengan umpan balik negatif. Kelenjar pituitari mensekresi hormon
antidiuretik (vasopresin, untuk menekan sekresi air) sehingga terjadi perubahan
tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal. Akibatnya konsentrasi cairan jaringan akan
kembali menjadi 98%.
11
Bawaan
Congenital hydronephrosis
Congenital obstruction of urinary tract
Duplicated ureter
Ginjal sepatu kuda
Penyakit ginjal polycystic
Renal dysplasia
Unilateral small kidney
Didapat
Diabetic nephropathy
Glomerulonephritis
Hydronephrosis adalah pembesaran satu atau kedua ginjal yang disebabkan
oleh terhalangnya aliran urin.
Interstitial nephritis
Batu ginjal ketidaknormalan yang umum dan biasanya menyakitkan.
Tumor ginjal
o Wilms tumor
o Renal cell carcinoma
12
Lupus nephritis
Minimal change disease
Dalam sindrom nephrotic, glomerulus telah rusak sehingga banyak protein
dalam darah masuk ke urin. Other frequent features of the nephrotic syndrome
include swelling, low serum albumin, and high cholesterol.
Pyelonephritis adalah infeksi ginjal dan seringkali disebabkan oleh komplikasi
infeksi urinary tract.
Gagal ginjal
o Gagal ginjal akut
o Gagal ginjal kronis
Gambar 11. Kiri: Batu ginjal pada kaliks, infeksi. Tengah : Progressive
glomerulonephritis. Kanan : PAS stain tubulus dengan cast protein.
13
Umumnya, seseorang dapat hidup normal dengan hanya satu ginjal. Bila kedua ginjal
tidak berfungsi normal, dialisis dilakukan, di mana darah disaring di luar tubuh.
Transplantasi ginjal dapat dilakukan secara "cadaveric" (dari seseorang yang telah
meninggal) atau dari donor yang masih hidup (biasanya anggota keluarga). Ada
beberapa keuntungan untuk transplantasi dari donor yang masih hidup, termasuk
kecocokan lebih bagus, donor dapat dites secara menyeluruh sebelum transplantasi
dan ginjal tersebut cenderung memiliki jangka hidup yang lebih panjang. [1].
A. Definisi
Batu ginjal adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di ginjal dan bisa
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Sedangkan,
batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi.Batu terletak di sepanjang saluran kencing
yaitu ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
Gambar 13. Batu Ginjal di Kaliks Mayor, Kaliks Minor dan di Ureter
Batu ginjal, merupakan salah satu penyakit yang cukup banyak diderita. Selama 20
tahun terakhir, penderita batu ginjal semakin meningkat. Bukan saja terjadi di
Amerika Serikat, demikian juga di Indonesia. Di Indonesia sendiri, batu ginjal
merupakan salah satu penyebab utama terjadinya Gagal Ginjal Kronik (GGK).
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih
(batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis
renalis, nefrolitiasis).
B. Etiologi
Seorang dapat menderita penyakit batu saluran kencing jika terdapat faktor
penunjangnya yaitu kurang minum sehingga konsentrasi zat pembentuk batu dalam
air seni menjadi lebih pekat sehingga mengakibatkan mudah terbentuk batu
kencing.
5. Sumbatan pada saluran kencing.
Untuk mencegah batu ginjal diharapkan banyak minum. Kurang minum adalah
penyebabnya. Air seni kita banyak mengandung mineral dan berbagai bahan kimiawi.
Urin belum tentu dapat melarutkan semua itu. Apabila kita kurang minum atau sering
menahan kencing, mineral-mineral tersebut dapat mengendap dan membentuk batu
ginjal. Beberapa jenis makanan dan obat bisa mempermudah terjadinya batu ginjal.
Karena itu berhati-hatilah dalam memilih makanan. Hal ini bukan berarti kita tidak
boleh menyantap makanan tersebut. Tapi makanlah secukupnya.
Selain hal-hal di atas, beberapa kondisi medis bisa mendasari terjadinya batu ginjal,
misalnya hiperkalsiuria dan hiperparatiroid. Hiperkalsiuria adalah keadaan dimana
seseorang menyerap lebih banyak kalsium dari asupan makanannnya dan lebih
banyak mengeluarkan kalsium dari urin. Hiperparatiroid adalah kelainan hormonal
dimana hormon yang mengatur metabolisme kalsium dihasilkan dalam jumlah
berlebih. Akibatnya kalsium dalam darah meningkat dan ekskresi kalsium melalui
urin pun bisa meningkat.
Batu ginjal banyak bentuknya. Antara lain batu kalsium, batu urat dan batu oksalat.
Yang paling sering adalah batu kalsium. Salah satu cara untuk membedakannya
adalah dengan menentukan komposisi kimiawi dalam urin yang dikumpulkan selama
24 jam. Tapi cara ini baru berhasil baik bila pada hari-hari menjelang pemeriksaan
pasien menyantap makanan yang memang dia makan sehari-hari. Selain itu, tidak
boleh ada satu kali pun saat berkemih yang luput dari pengambilan.
Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang
dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan
batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung
berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit.
Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut "batu
infeksi" karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi.
Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut "kalkulus
staghorn". Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.
Bila secara kebetulan mendapatkan batu yang keluar saat berkemih, ambillah batu itu
dan analisa dari batu tersebut bisa menunjukkan jenis batu ginjal yang dialami.
Sepanjang tidak menderita batu ginjal khususnya batu kalsium rasanya tidak menjadi
masalah minum suplementasi kalsium. Kalsium pun sangat kita butuhkan.
Selain itu, mengurangi jumlah kalsium yang kita makan dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya batu oksalat.
Kalsium dan oksalat saling berikatan dengan kuat dan dapat membentuk formasi batu
yang sangat keras. Tapi oksalat mempunyai kemampuan lebih dalam membentuk
batu ginjal. Karena itu, bila kalsium berkurang, oksalat akan lebih diserap oleh tubuh.
Akibatnya, risiko terjadinya batu oksalat meningkat.
C. Gejala
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung
kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Nyeri pinggang yang menjalar
ke perut bagian depan atau lipat paha, kadang-kadang disertai air seni berwarna
kemerahan, atau nyeri pada waktu akhir kencing.
Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat).
Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah
antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan
dan paha sebelah dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut
menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita
mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter.
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih,
bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan,
sehingga terjadilah infeksi.
Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di
dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.
D. Diagnosa
1. Riwayat penyakit.
2. Pemeriksaan fisik.
3. Pemeriksaan penunjang:
21
Batu yang tidak menimbulkan gejala, mungkin akan diketahui secara tidak sengaja
pada pemeriksaan analisa air kemih rutin (urinalisis).
Batu yang menyebabkan nyeri biasanya didiagnosis berdasarkan gejala kolik renalis,
disertai dengan adanya nyeri tekan di punggung dan selangkangan atau nyeri di
daerah kemaluan tanpa penyebab yang jelas.
Analisa air kemih mikroskopik bisa menunjukkan adanya darah, nanah atau kristal
batu yang kecil. Biasanya tidak perlu dilakukan pemeriksaan lainnya, kecuali jika
nyeri menetap lebih dari beberapa jam atau diagnosisnya belum pasti.
Rontgen perut bisa menunjukkan adanya batu kalsium dan batu struvit. Pemeriksaan
lainnya yang mungkin perlu dilakukan adalah urografi intravena dan urografi
retrograd.
E. Pengobatan
Batu kecil yang tidak menyebabkan gejala, penyumbatan atau infeksi, biasanya tidak
perlu diobati. Minum banyak cairan akan meningkatkan pembentukan air kemih dan
membantu membuang beberapa batu; jika batu telah terbuang, maka tidak perlu lagi
dilakukan pengobatan segera.
Kolik renalis bisa dikurangi dengan obat pereda nyeri golongan narkotik.
25
Batu di dalam pelvis renalis atau bagian ureter paling atas yang berukuran 1
sentimeter atau kurang seringkali bisa dipecahkan oleh gelombang ultrasonik
(extracorporeal shock wave lithotripsy, ESWL). Pecahan batu selanjutnya akan
dibuang dalam air kemih.
Kadang sebuah batu diangkat melalui suatu sayatan kecil di kulit (percutaneous
nephrolithotomy, nefrolitotomi perkutaneus), yang diikuti dengan pengobatan
ultrasonik. Batu kecil di dalam ureter bagian bawah bisa diangkat dengan endoskopi
yang dimasukkan melalui uretra dan masuk ke dalam kandung kemih.
Batu asam urat kadang akan larut secara bertahap pada suasana air kemih yang basa
(misalnya dengan memberikan kalium sitrat), tetapi batu lainnya tidak dapat diatasi
dengan cara ini. Batu asam urat yang lebih besar, yang menyebabkan penyumbatan,
perlu diangkat melalui pembedahan.
Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu
diberikan antibiotik.
Seiring dengan makin majunya teknologi kedokteran dalam terapi penyakit batu
ginjal, maka saat ini semakin besar peluang pasien untuk dapat menghindari operasi
terbuka untuk mengeluarkan batu ginjal dari dalam tubuhnya. Terapi batu ginjal
dimulai dari terapi natural atau pasif atau konservatif, yaitu dengan meminum obat-
obatan tertentu untuk membantu meluruhkan batu ginjal secara kimia, kemudian ke
terapi aktif, dimulai dari yang bersifat non-invasive seperti ESWL, kemudian terapi
minimal-invasive seperti Percutaneous Nephrolithotomy (PNL) dan Ureteroscopy
(URS), dan akhirnya sebagai pilihan terakhir adalah operasi terbuka.
26
Seperti telah dijelaskan dalam tulisan pertama, ESWL adalah terapi yang
menggunakan gelombang kejut (shock wave), yang ditembakkan dari luar tubuh ke
arah batu ginjal sampai batu ginjal tersebut hancur dan ukuran serpihannya cukup
kecil hingga dapat dikeluarkan secara natural dengan urinasi. Dikatakan sebagai
terapi non-invasive, karena tidak memerlukan pembedahan atau memasukkan alat
kedalam tubuh pasien. Sedangkan PNL dan URS dikatakan sebagai terapi minimal-
invasive karena memerlukan sedikit pembedahan dengan memasukkan alat kedalam
tubuh untuk menghancurkan dan mengeluarkan batu ginjal.
Dalam terapi PNL, guide wire dimasukkan melalui kulit dekat pinggang kemudian
dengan membuat lubang kecil menembus masuk ke dalam ginjal sampai ia
menemukan posisi batu ginjal. Sejenis tabung kecil kemudian dimasukkan sepanjang
guide wire untuk membuat tunnel, dimana nantinya lewat tunnel ini dimasukkan
instrumen kecil untuk menghancurkan batu ginjal dan mengeluarkan serpihannya.
Sedangkan URS prinsip kerjanya mirip dengan PNL, namun dalam URS digunakan
alat yang dinamakan ureteroscopes, dimana alat ini dimasukkan melalui urethra
(saluran kencing), kemudian melalui bladder (kandung kemih) dan ureter (saluran
kemih), sampai menemui posisi batu ginjal.
Dari beberapa terapi di atas, ESWL merupakan terapi pilihan pertama untuk kasus
umum penanganan batu ginjal dikarenakan keamanan, keefektifan serta
kefleksibelannya terhadap posisi batu ginjal. Sebagai perbandingan, terapi PNL hanya
efektif untuk penanganan batu ginjal yang masih berada dalam ginjal atau atau yang
berada pada ureter bagian atas. Sedangkan terapi URS efektif pada batu ginjal yang
berada pada ureter bagian bawah atau pada kandung kemih. Kemudian dari segi
keamanan dan kenyamanan, pasien yang diterapi dengan ESWL pada umumnya tidak
memerlukan obat bius atau penahan sakit saat terapi dilakukan, dan sudah dapat
melakukan aktifitas seperti biasa dalam satu atau dua hari setelah terapi. Sedangkan
untuk PNL dan URS diperlukan waktu pemulihan sekitar satu sampai dua minggu,
dan waktu pemulihan yang lebih panjang dibutuhkan lagi bagi pasien yang menjalani
27
Dari berbagai referensi diperoleh data bahwa tingkat keberhasilan terapi ESWL
sampai pasien benar-benar bebas dari batu ginjal adalah antara 60 sampai 90 persen.
Tingkat keberhasilan ini sangat ditentukan diantaranya oleh besar, jenis, dan lokasi
dari batu ginjal tersebut.
1. Konservatif:
Hanya dilakukan pada batu berukuran lebih kecil dari 4 mm dan tidak ada
komplikasi lainnya. Diharapkan batu dapat keluar sendiri melalui saluran kencing
dengan minum banyak air dan obat pelancar kencing.
Sejarah lithotripter
Teknologi ini ditemukan secara tidak sengaja oleh para pembuat pesawat angkasa
luar. Penemuan ini lalu diterapkan dalam dunia kedokteran, terutama dalam memecah
batu ginjal tanpa pembedahan.
Ketika itu sebuah pesawat angkasa luar milik Jerman tertabrak meteor. Anehnya,
benda-benda di dalamnya hancur, tapi bagian luar pesawat hanya penyok! Padahal
ada ruang antara dinding dan benda-benda tadi.
Setelah diteliti, akhirnya disimpulkan bahwa gelombang kejut yang berasal dari
fragmen-fragmen kecil yang melintasi atmosfer dapat menghancurkan benda yang
sangat keras. Penemuan ini lalu dikembangkan untuk dunia kedokteran, yakni untuk
memecah batu di dalam ginjal.
Ide penggunakan shock wave untuk menghancurkan batu ginjal ternyata memiliki
sejarah yang cukup panjang. Jerman tercatat sebagai negara yang mempelopori
29
pengembangan ESWL. Pada awalnya riset yang digulirkan hanya ingin mempelajari
interaksi antara shock wave dengan biological tissue pada hewan.
Riset awal penggunaan gelombang kejut tadi hanyalah untuk melihat interaksinya
dengan jaringan tulang pada makhluk hidup. Riset ini dilakukan antara 1968 - 1971 di
Jerman dan secara kebetulan, ada seorang pegawai perusahaan pegawai perusahaan
Dornier (saat ini perusahaan ini dikenal sebagai perusahaan pembuat mesin
lithotripter) secara tidak sengaja tersengat shock wave pada saat eksperimen.
Ternyata gelombang kejut mengakibatkan efek sampingan yang rendah pada otot dan
lemak. Selain itu jaringan sel tubuh dan jaringan tulang tidak mengalami kerusakan
saat dilalui oleh gelombang kejut.
Salah satu hasil dari riset ini adalah ditemukan bahwa shock wave mengakibatkan
efek samping yang rendah pada otot, lemak, dan jaringan sel tubuh, dan bone tissue
(jaringan tulang) tidak mengalami kerusakan saat dilalui oleh shock wave.
Hasil penelitian ini kemudian membawa lahirnya ide penggunaan shock wave untuk
menghancurkan batu ginjal dari luar tubuh. Pada tahun 1971, Haeusler dan Kiefer
telah memulai eksperimen in-vitro (dilakukan di luar tubuh) penghancuran batu ginjal
dengan shock wave. Kemudian pada tahun 1974 pemerintah Jerman secara resmi
memulai proyek penelitian dan aplikasi ESWL.
Selanjutnya pada awal tahun 1980 pasien pertama batu ginjal diterapi dengan ESWL
di kota Munich menggunakan mesin Dornier Lithotripter HM1. Sejak saat itu
eksperimen lanjutan dilakukan secara intensif dengan in-vivo (dilakukan di dalam
tubuh) maupun in-vitro. Akhirnya mulai tahun 1983, ESWL secara resmi diterapkan
di rumah
30
Tahun 1971, Haeusler dan Kiefer memulai uji coba secara in-vitro penghancuran batu
ginjal dengan gelombang kejut. Kemudian pada 1974 pemerintah Jerman secara
resmi memulai proyek penelitian dan aplikasi Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy
(ESWL). Awal tahun 1980 pasien pertama batu ginjal diterapi dengan ESWL di Kota
Munich menggunakan mesin Dornier Lithotripter HM1. Sejak saat itu eksperimen
lanjutan dilakukan secara intensif dengan in-vivo maupun in-vitro. Akhirnya mulai
tahun 1983, ESWL secara resmi diterapkan di rumah sakit di Jerman.
Di bawah 3 cm
Gambar 24. ESWL pada batu ginjal. Batu dipecah dengan ESWL menjadi fragmen-
fragmen yang lebih kecil.
Prosedur tanpa pembedahan tadi setidaknya membuat lega mereka yang takut dengan
meja operasi dan opname di rumah sakit. Dalam terapi ini ribuan gelombang kejut
31
ditembakkan ke arah batu ginjal sampai hancur dengan ukuran serpihannya cukup
kecil, sehingga dapat dikeluarkan secara alamiah saat kita kencing.
Meski hampir semua jenis dan ukuran batu dapat dipecahkan oleh ESWL, harus
ditinjau seberapa efektif dan efisien alat ini. ESWL hanya cocok digunakan pada batu
dengan ukuran kurang dari 3 cm dan terletak di ginjal atau di saluran kemih antara
ginjal dan kandung kemih (kecuali yang terhalang oleh tulang panggul).
Selain ukuran, jenis batu juga menjadi bahan pertimbangan, apakah dapat dipecahkan
oleh ESWL atau tidak. Soalnya, ada jenis batu tertentu yang sangat keras sehingga
sukar dipecahkan. ESWL juga dipantang bagi mereka yang menderita darah tinggi,
kencing manis, mengalami gangguan pembekuan darah dan fungsi ginjal, wanita
hamil dan anak-anak, serta memiliki berat badan berlebih.
Saat ini sudah muncul ESWL generasi keempat. Cukup mengejutkan sebab literatur
terakhir baru menyebutkan generasi kedua. Indonesia terbilang tidak ketinggalan
mengikuti perkembangan terbaru mesin-mesin kedokteran. Terbukti dua rumah sakit
besar di Jakarta sudah memilikinya.
ESWL generasi pertama masih terbatas pada tingkat keberhasilan pasien terbebas dari
batu setelah tindakan. ESWL pada saat itu masih memerlukan pembiusan. Sebagian
besar pasien merasa kurang nyaman. Generasi selanjutnya, ESWL dibuat lebih
nyaman dengan menggunakan piezoelektrik, sehingga pasien tidak perlu dibius. Pada
generasi keempat digunakan elektrokonduktif.
32
Saat ini ada tiga jenis pembangkit (generator) gelombang kejut yang digunakan dalam
ESWL, yaitu elektrohidrolik, piezoelektrik, dan elektromagnetik. Masing-masing
memiliki cara kerja yang berbeda, namun ketiganya menggunakan air atau gelatin
sebagai medium untuk merambatkan gelombang kejut yang dihasilkan.
Dipilih air atau gelatin sebab sifat akustik keduanya paling mendekati sifat akustik
tubuh (darah dan jaringan sel tubuh). Dengan demikian pasien tidak akan merasakan
sakit pada saat gelombang kejut masuk ke dalam tubuh.
Dari tiga jenis pembangkit di atas, elektrohidrolik merupakan pemecah batu yang
paling banyak digunakan saat ini. Secara umum gelombang yang dihasilkan generator
pembangkit akan difokuskan ke batu yang akan dipecahkan melalui reflektor berupa
lensa cembung-cekung atau keramik.Tetapi pada generasi terbaru, reflektornya yang
diarahkan ke batu terdiri atas banyak reflektor, sehingga batu menjadi cepat terurai.
Pada awalnya, gelombang kejut yang dihasilkan generator hanya memiliki tekanan
yang rendah. Kemudian difokuskan pada satu lokasi tempat batu ginjal berada. Hanya
pada titik fokus inilah gelombang kejut memiliki tekanan yang cukup besar untuk
menghancurkan targetnya, sehingga tidak akan merusak bagian di luar daerah fokus
ini.
Operasi ini sendiri cukup nyaman. Pasien cukup berbaring di atas sumber energi
gelombang kejut. Pada ESWL generasi terakhir pasien bahkan bisa dioperasi dari
33
ruangan terpisah. Jadi, begitu lokasi ginjal sudah ditemukan, dokter tinggal menekan
sebuah tombol dan ESWL di ruang tindakan pun bergerak sesuai keinginan dokter.
Posisi pasien bisa telentang atau telungkup tergantung pada posisi batu yang ada.
Elektrokonduktif yang digunakan ESWL terbaru ini memungkinkan batu lebih cepat
terurai. Reflektornya berada di sekeliling batu. Focusing-nya banyak. Ibaratnya batu
dikeroyok. Tindakan ini berjalan sekitar 45 menit. Sebelumnya, kami memerlukan
expantion chamber untuk menimbulkan jarak antara sumber gelombang kejut dengan
tubuh. Makin ada jarak, makin bagus.
Setelah tindakan ESWL berhasil pada binatang, maka tindakan ESWL pada manusia
mulai dilakukan. Dengan dilakukannya ESWL pada manusia, terjadi revolusi dalam
penanganan batu pada ginjal dan saluran kemih. Eksperimen memecahkan batu ginjal
manusia secara in-vitro dengan menggunakan gelombang kejut pertama kali
dilakukan pada 1972 di Munich, Jerman Barat.
Jerman merupakan negara pelopor alat ESWL. Tapi justru Prancis yang kemudian
mengembangkan dan melesat maju sebagai pembuat alat ESWL yang lebih nyaman
dan aman dengan menggunakan piezoelektrik. Alat ini tidak mempersyaratkan
pembiusan pasien. Generasi terakhir ESWL menggunakan elektrokonduktif.
ESWL di Indonesia
Di Indonesia, sejarah ESWL dimulai tahun 1987 oleh Prof. Djoko Raharjo di Rumah
Sakit Pertamina, Jakarta. Kini alat generasi terbaru Prancis ini sudah dimiliki
beberapa rumah sakit besar di Indonesia seperti Jakarta dan Bali. (Nis Antari)
34
Saat ini belum ada data pasti tentang berapa banyak rumah sakit di Indonesia yang
telah melayani prosedur ESWL. Mengingat harga lithotripter yang cukup mahal
mungkin hanya rumah sakit besar saja yang telah memiliki alat ini. Mengenai biaya
pengobatan dengan ESWL sangat tergantung berapa kali tindakan ESWL yang
diperlukan sampai pasien benar-benar bebas dari batu ginjal.
Saat ini di Indonesia masih banyak yang belum mengenal Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy (ESWL), sebagai salah satu terapi penyembuhan penyakit batu
ginjal. ESWL sebenarnya sudah bukan merupakan barang asing dalam dunia
kedokteran khususnya bagi para urologis. Sejak diperkenalkan penggunaannya di
awal tahun 1980-an, ESWL semakin populer dan menjadi pilihan pertama dalam
kasus umum penanganan penyakit batu ginjal.
Di Amerika, rata-rata pasien menjalani 1.5 kali tindakan ESWL sampai benar-benar
bebas dari batu ginjal. Untuk sekali tindakan ESWL diperlukan biaya sekitar 4,5 juta
rupiah, maka dapat dikatakan bahwa terapi ini selain menawarkan keamanan dan
kenyamanan, juga menawarkan biaya pengobatan yang relatif murah.
Dalam terapi ini, ribuan gelombang kejut ditembakkan ke arah batu ginjal sampai
35
hancur dengan ukuran serpihannya cukup kecil sehingga dapat dikeluarkan secara
alamiah dengan urinasi. Ilustrasi sederhana teknik ESWL dapat dilihat pada Gambar.
Treatment ESWL, pasien dibaringkan di atas tempat tidur khusus dimana generator
shock wave telah terpasang di bagian bawahnya. Sebelum proses penembakan
dimulai, dilakukan pendeteksian lokasi batu ginjal menggunakan imaging probe
(dengan ultrasound atau fluoroscopy), agar shock wave yang ditembakan tepat
mengenai sasaran.
memiliki tingkat keakurasian tembakan sangat tinggi dan pada saat bersamaan dapat
meminimalkan terjadinya luka pada ginjal akibat salah tembak.
Merupakan suatu hal yang menarik untuk mengetahui cara lithotripter bekerja, yaitu
bagaimana shock wave dihasilkan, kemudian merambat masuk ke dalam tubuh dan
menghancurkan sasarannya, tanpa merusak media yang dilewatinya.
Saat ini ada 3 jenis pembangkit shock wave yang digunakan dalam ESWL:
electrohydraulic, piezoelectric, dan electromagnetic generator. Masing-masing
memiliki cara kerja yang berbeda, namun ketiganya menggunakan air sebagai
medium untuk merambatkan shock wave yang dihasilkan.
Pada awalnya, shock wave yang dihasilkan generator hanya memiliki tekanan yang
rendah, kemudian difokuskan pada satu lokasi dimana batu ginjal berada. Hanya pada
titik fokus inilah shock wave memiliki tekanan yang cukup besar untuk
menghancurkan targetnya, sehingga tidak akan merusak bagian di luar daerah fokus
ini.
Dalam proses pengobatan, karena titik fokus lithotripter ini sudah fixed, sebaiknya
posisi pasien digeser sedemikian rupa sehingga batu ginjal tepat berada dalam titik
fokus tersebut. Untuk menghantarkan shock wave dari lithotripter ke tubuh pasien,
digunakan air atau gelatin sebagai media perantaranya, dikarenakan sifat akustik
keduanya paling mendekati sifat akustik tubuh (darah dan jaringan sel tubuh),
sehingga pasien tidak akan merasakan sakit pada saat shock wave masuk ke dalam
tubuh.
Dari hasil observasi pada proses ESWL, ditemukan bahwa pada awalnya batu ginjal
yang ditembak dengan shock waves pecah menjadi dua atau beberapa fragment besar.
Selanjutnya dengan bertambahnya jumlah tembakan, fragment tersebut pecah
kembali dan hancur. Umumnya diperlukan sekitar 1000 sampai 5000 tembakan
sampai serpihan-serpihan batu ginjal tersebut cukup kecil untuk dapat dikeluarkan
dengan proses urinasi.
38
Gambar 28. A. Batu yang dikeluarkan tanpa dipecahkan. B. Batu yang dipecahkan
terlebih dahulu.
Proses hancurnya batu ginjal diprediksi merupakan hasil kombinasi dari efek
langsung maupun tidak langsung dari shock waves. Untuk dapat menjelaskan proses
hancurnya batu ginjal, terlebih dahulu kita perlu mengetahui profil dari shock wave
yang dihasilkan di titik fokus penembakan. Hasil pengukuran tekanan pada titik fokus
penembakan dapat dilihat dalam Gambar 26. Secara umum, shock wave ditandai dan
diawali oleh high positive pressure (compressive wave) dengan durasi singkat sekitar
satu mikrodetik, kemudian diikuti oleh negative pressure (tensile wave) dengan
durasi sekitar tiga mikrodetik.
Gambar 29. Shock wave profile, diukur pada titik fokus penembakan
39
High positive pressure di dalam batu ginjal akan mengalami refraksi dan refleksi, dan
akhirnya membangkitkan tensile dan shear stress di dalam batu ginjal. Selanjutnya
retak akan terjadi dan merambat hingga menyebabkan batu pecah menjadi dua atau
beberapa fragment besar. Pada saat yang sama, tingginya compression stress dapat
menyebabkan erosi pada permukaan batu ginjal. Proses di atas dikatakan sebagai efek
langsung dari shock wave.
Gambar 30. Ilustrasi efek langsung dan tidak langsung dari shock wave pada batu
ginjal
40
Saat ini berbagai riset masih intensif dilakukan untuk mengatasi beberapa masalah di
atas. Diharapkan pada akhirnya akan dapat dikembangkan teknologi baru yang dapat
meningkatkan efisiensi lithotripter dalam menghancurkan batu ginjal dan disaat yang
bersamaan dapat meminimalkan injury pada ginjal.
4. URS (Ureterorenoscopy):
Walaupun beberapa batu dapat diterapi dengan ESWL, ada beberapa batu yang mana
URS (Ureterorenoscopy) lebih efektif. Prosedur ini dipilih berdasarkan lokasi dan
ukuran batu.
41
Rigid Ureteroscopy
Digunakan untuk batu yang berada di ureter. Rigid scope dimasukkan melalui vesika
urinaria ke ureter. Batu dihancurkan dengan laser dan diekstraksi melalui scope.
42
Flexible Ureteronephroscopy
Digunakan untuk batu yang berada di ginjal. flexibel scope dimasukkan melalui
vesika urinaria ke ureter sampai ke ginjal. Batu dihancurkan dengan laser dan
diekstraksi melalui scope.
Untuk batu yang besar di ginjal, incise kecil dibuat di lower back. Batu dihancurkan
langsung pada ginjal melalui scope.
Gambar 41. Staghorn di ginjal kanan, di ginjal kiri sudah hilang dengan PCN
48
5. Pembedahan:
Metoda konvensional ini dilakukan dengan cara membuat luka operasi dengan
pembiusan.
F. Pencegahan
Batu kalsium.
Sebagian besar penderita batu kalsium mengalami hiperkalsiuria, dimana kadar
kalsium di dalam air kemih sangat tinggi.
Batu ginjal terutama dialami oleh mereka yang berusia antara 20 hingga 40 tahun.
Walaupun lebih sering dialami oleh mereka yang berjenis kelamin pria, tapi akhir-
akhir ini kecenderungan juga meningkat diantara kaum wanita. Saat satu atau dua
batu terbentuk, maka akan mudah terbentuk batu lebih banyak lagi.
Banyak minum, terutama air putih. Jangan hanya minum saat kita merasa
haus. Haus sebenarnya merupakan tanda bahwa tubuh kita sudah mengalami
kekurangan cairan (dehidrasi).
Bila ditemukan gejala-gejala seperti nyeri pada daerah pinggang, disertai
mual dan muntah, air seni terlihat kemerahan, lebih sering berkemih, kadang
dapat disertai dengan demam, ini dapat merupakan gejala dari batu ginjal.
Cepatlah periksa ke dokter.
Untuk mendiagnosanya, dokter biasanya melakukan pemeriksaan tambahan
seperti pemeriksaan laboratorium untuk darah dan air seni, USG, atau ronsen
khusus dengan IVP (Intra Venous Pielography) yang dapat melihat keadaan
batu di dalam ginjal.
Batu yang kecil dapat keluar dengan sendirinya. Pengobatan yang lebih lanjut
diperlukan jika batu tersebut berukuran besar, terjadi gangguan dalam keluarnya air
seni, infeksi, perdarahan terus menerus atau bahkan kerusakan ginjal bila tidak
segera diatasi.
51
Referensi
Essentials of Surgery: Scientific Principles and Practice 2nd edition (January 15,
1997): by Lazar J., Md. Greenfield (Editor), Michael W. Mulholland (Editor), Keith
T. Oldham (Editor), Gerald B. Zelenock (Editor), Keith D. Lillimoe (Editor), Keit
Oldham By Lippincott Williams & Wilkins Publishers
Oxford Textbook of Surgery (3-Volume Set) 2nd edition (January 15, 2000): by Peter
J. Morris (Editor), William C. Wood (Editor) By Oxford Press
http://www.surgery.wisc.edu/urology/uwsp/mis.shtml
http://apps.uwhealth.org/health/adam/hie/2/19246.htm
52
53