Anda di halaman 1dari 26

Askep Transplantasi ginjal

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transplantasi ginjal adalah pengambilan ginjal dari tubuh seseorang kemudian
dicangkokkan ke dalam tubuh orang lain yang mengalami gangguan fungsi ginjal yang berat dan
permanen. Saat ini, transplantasi ginjal merupakan terapi pilihan pada gagal ginjal kronik
stadium akhir yang mampu memberikan kualitas hidup menjadi normal kembali.
Transplantasi ginjal telah banyak dilaksanakan di seluruh dunia, sejumlah lebih dari
20.000 orang tiap tahun. Di Singapura telah dilakukan lebih dari 842 transplantasi ginjal dengan
total donor cadaver 588 dan 282 donor hidup. Di Indonesia sejak tahun 1977 hingga sekarang
baru mampu mengerjakan sekitar 300 lebih transplantasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia
masih menerapkan sistem donor hidup.4 Di Bali, selama enambelas tahun terakhir 46 pasien (35
orang laki-laki dan 11 orang perempuan) penyakit ginjal stadium akhir menjalani transplantasi
ginjal, sebagian besar diantaranya dikerjakan di luar negeri dengan menggunakan donor cadaver.
Pada dasarnya tujuan utama transplantasi ginjal adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup dan harapan hidup bagi penderita gagal ginjal. Kelangsungan hidup pasien-pasien
transplantasi ginjal ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah skrining penderita,
persiapan pratransplantasi, pendekatan bedah yang diambil pada waktu transplantasi dan
penatalaksanaan penderita paska transplantasi termasuk penggunaan obat-obat imunosupresif.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
transplantasi ginjal.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dari ginjal
b. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari transplantasi ginjal
c. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana etiologi terjadinya transplantasi ginjal
d. Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa termologi dalam transplantasi ginjal
e. Mahasiswa mampu menjelaskan syarat-syarat dilakukannya transplantasi ginjal
f. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana cara dilakukannya transplantasi ginjal
g. Mahasiswa mampu menjelaskan apa saja persiapan sebelum dilakukannya transplantasi ginjal
h. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang berperan dalam keberhasilan transplantasi
ginjal
i. Mahasiswa mampu mejelaskan apa saja komplikasi dari transplantasi ginjal
j. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana persiapan pembedahan pada transplantasi ginjal
k. Mahasiswa mampu menjelaskan apa saja obat-obat imunosupresi
l. Mahasiswa mampu menjelasakan keuntungan dan kekurangan transplantasi ginjal
m. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan transplantasi ginjal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Ginjal
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin.
a. Letak
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal
ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior)
ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi
rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya
terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal
dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu
meredam goncangan.
Potongan membujur ginjal:

Gambar 1. Potongan membujur ginjal

b. Struktur detail
Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11 cm dan ketebalan 5
cm dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan yang
menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan
arteri renal, vena renal, dan ureter.
c. Organisasi
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla.
Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat
adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan
jaringan ikat longgar yang disebut kapsula. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang
dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara
menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh.
Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan
menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor.
Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin. Sebuah nefron terdiri dari sebuah
komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh
saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut
glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari
arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan.
Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula
Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang
dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan
ginjal lewat arteri eferen. Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam
kapsula Bowman terdapat tiga lapisan:
1. kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus
2. lapisan kaya protein sebagai membran dasar
3. selapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus, melewati
ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula Bowman dalam bentuk filtrat
glomerular. Filtrat plasma darah tidak mengandung sel darah ataupun molekul protein yang
besar. Protein dalam bentuk molekul kecil dapat ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia
melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125
cc filtrat glomerular per menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes
diagnosa fungsi ginjal. Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan satu tubulus
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan filtrat
glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya
adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal. Lengkung Henle diberi
nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung
Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel
yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan
memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan
berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi
dan tubulus kolektivus melalui osmosis. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam
sistem pengumpul yang terdiri dari:
 tubulus penghubung
 tubulus kolektivus kortikal
 tubulus kloektivus medularis
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus
juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah
tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus
dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.

Gambar 2. Jaringan ginjal

2.2 Definisi
Transplantasi ginjal melibatkan menanamkan ginjal dari donor hidup atau kadaver
menusia resipien yang mengalami penyakit ginjal tahap akhir (Brunner and Suddarth).
Transplantasi ginjal dapat dilakukan secara “cadaveric” (dari seseorang yang telah
meninggal) atau dari donor yang masih hidup (biasanya anggota keluarga).
Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke dalam tubuh
seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama ginjal lama yang fungsinya sudah
memburuk akan bekerja bersama-sama untuk mengeluarkan sampah metabolisme dari dalam
tubuh.
Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke dalam tubuh
seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama ginjal lama yang fungsinya sudah
memburuk akan bekerja bersama-sama untuk mengeluarkan sampah metabolisme dari dalam
tubuh.

2.3 Etiologi
Penyakit gagal ginjal terminal (stadium terakhir)

2.4 Beberapa terminologi dalam transplantasi


a. Autograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari individu yang
sama.
b. Isograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari saudara kembar.
c. Allograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari individu lain
dalam spesies yang sama.
d. Xenograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari spesies yang
berbeda. Misalnya ginjal baboon yang ditransplantasikan kepada manusia.

2.5 Syarat-Syarat Transplantasi Ginjal


a. Recipient:
 Usia 13-60 tahun
 Tidak mengidap penyakit berat, keganasan, TBC, hepatitis, Jantung
 Harus dapat menerima terapi imunosupresif dalam waktu yang lama dan harus patuh minum
obat
 Sudah mendapat HD yang teratur sebelumnya
 Mau melakukan pemeriksaan pasca transplantasi ginjal.

b. Donor:
 Usia 18-50 tahun
 Mempunyai motivasi yang tinggi tanpa paksaan
 Kedua ginjal normal, tidak terinfeksi
 Tidak mengidap penyakit berat yang dapat memperburuk fungsi ginjal dan komplikasi setelah
operasi
 Hasil laboratorium semuanya dalam batas normal.

Jika donor hidup tidak tersedia, pasien harus menunggu jaringan yang diambil dari
mayat yang cocok, dan untuk mendapatkan donor yang cocok akan diatur oleh organisasi
dibawah aturan pemerintah yaitu organisasi yang dibiayai secara federal yang mengkoordinasi
pertukaran organ,dan dengan sistim komputer akan mencocokkan donor mayat dengan calon
penerima.

2.6 Cara Transplantasi Ginjal


a. Ginjal yang rusak diangkat. Kelenjar adrenal dibiarkan ditempatnya arteri dan vena renal diikat.
b. Ginjal transplan diletakkan di fosa iliaka.
c. Arteri renal dari ginjal donor dijahit ke arteri iliaka dan vena renal dijahit kevena iliaka.
d. Ureter ginjal donor dijahit kekandung kemih atau ke ureter pasien

2.7 Persiapan Transplantasi Ginjal


a. Persiapan resipient dan keluarga
Perawat mempunyai peran penting sebagai advokat untuk memastikan bahwa semua upaya
dibuat untuk menentukan dan bertindak atas keinginan pasien berkenan dengan pendonoran dan
perawat juga berperan vital dalam mendukung keluarga secara psikologis, terutama saat mereka
mencoba menerima donor dari mayat, serta sebagai koordinator transplan yaitu memastikan
bahwa keluarga mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memberikan surat persetujuan.
Setelah ada persetujuan dari keluarga, tim akan menjelaskan mengenai operasi dan
perawatannya:
 Lokasi dan letak ginjal baru
 Penggunaan bermacam-macam peralatan yang mungkin diperlukan selama perawatan
 Pengambilan darah yang sering dilakukan
 Untuk mencegah infeksi pasien ditempatkanditempat khusus, dimana anggota keluarga tidak
diperbolehkan masuk
 Kemungkinan timbul komplikasi seperti infeksi, rejeksi setelah operasi
 Mobilisasi: merubah posisi, membatukkan, latih duduk dan berdiri serta cara nafas efektif.
Dengan demikian diharapkan pasien dan keluarga akan merasa aman dan dapat bekerja
sama dan bersikap lebih terbuka untuk membantu perawatan.
b. Persiapan donor dan keluarga
Pada prinsipnya sama dengan persiapan operasi pada umumnya hanya spesifikasinya
2jam sebelum operasi resipient dan donor dikompres dengan cairan bethadin pada daerah yang
akan dioperasi dan setelah operasi resipient masuk kedalam ruangan khusus dan steril.

c. Persiapan ruangan dan peralatan


Ruangan yang akan dipakai setelah operasi 2 hari sebelumnya harus dibersihkan,semua
peralatan dan obat-obatan dimasukkan ke ruangan tersebut dengan disinari ultraviolet selama
24jam. Resipient transplantasi biasanya dirawat dalam area lengkap yang dirancang secara
khusus baik untuk fase penyembuhan maupun fase pemulihan, hal ini untuk menghindari
pemindahan pasien, menurunkan resiko terhadap infeksi bagi pasien yang mengalami
imunosupresan.

d. Persiapan pasien sebelum operasi


Persiapan ini termasuk pengkajian yang berhubungan dengan riwayat penyakit yang lalu
(mis: HT,DM,kanker), tingkat kecemasan pasien, pengetahuan pasien dan keluarga tentang
prosedur transplan,efek samping dari pembedahan juga termasuk pemeriksaan laboratorium,
ECG, pemeriksaan radiologi (mis: foto thorak,USG ginjal,CT scan ginjal, IVP),pemeriksaan
fisik (mis: BB, TTV, pola eliminasi urine, adakah tanda-tanda infeksi, gangguan pernafasan,
tanda-tanda kelebihan/kekurangan cairan elektrolit) dan dialisis dalam 24 jam pembedahan.
Dialisis ini dilakukan untuk menggembalikan kimia darah ke kadar mendekati normal,
memperbaiki perubahan agregasi trombosis yang ditimbulkan oleh uremia dan mengeluarkan
kelebihan cairan
Bila donor hidup, persiapan dapat dilakukan sehari sebelum transplantasi, tetapi bila donor
mayat/cadaver semua persiapan harus selesai dalam beberapa jam.

e. Persiapan pasien setelah transplantasi ginjal


 Setelah operasi pasien langsung ditempatkan diruangan khusus yang telah disediakan peralatan
dan obat-obatan
 Memonitor tanda-tanda vital, tingkat kesadaran pasien dan derajat nyeri
 Menghitung jumlah line intravena yang terpasang, catat tempat insisi, jenis cairan dan kecepatan
tetesan
 Monitor balutan abdomen dan catat apakah ada drain
 Catat dan amati letak kateter urether serta drainase urine dari tiap kateter
 Temukan akses vaskuler dan tentukan patensinya dengan meletakkan jari atau stetoskop tepat
diatas tempat akses dan raba atau dengarkan karakteristik bunyi denyutan disebut desiran (bruit)
 Bila terpasang NGT sambungkan selang tersebut ke sistim drainase yang sesuai
 Ukur lingkar abdomen pada insisura iliaka, ini merupakan informasi dasar yang digunakan nanti
untuk pengkajian ada tidaknya komplikasi (mis: kebocoran uretra, limfosel atau perdarahan)
 Pada pasien anak dipantaunya lebih sering daripada pasien dewasa karena sifat dinamik dari
cairan anak dan status kardiovaskuler seperti tekanan darah, BB
 Rungan harus ditutup dan hanya anggota tim transplantasi ginjal yang diperkenankan masuk
 Setiap petugas yang memasuki ruangan harus memakai masker dan baju serta alas kaki yang
khusus
 Keluarga pasien tidak diperkenankan masuk ruangan tersebut, hanya diperbolehkan melihat
melalui kaca, semua itu dilakukan untuk mencegah infeksi.

Bicarakan dengan dokter anda mengenai transplantasi yang akan dijalani, karena tidak
semua orang cocok untuk transplantasi. Beberapa kondisi dapat membuat proses transplantasi
berbahaya atau tidak mungkin berhasil.
Ginjal baru dapat diperoleh dari donor yang baru saja meninggal dunia, atau dari donor
hidup. Donor hidup bisa keluarga, bisa juga bukan - biasanya pasangan atau teman. Jika anda
tidak memiliki donor hidup, anda akan dimasukkan ke dalam daftar tunggu untuk memperoleh
ginjal dari donor meninggal. Masa tunggu tersebut dapat berlangsung bertahun-tahun.
Petugas transplantasi akan mempertimbangkan tiga faktor untuk menentukan kesesuaian
ginjal dengan penerima (resipien). Faktor tersebut akan menjadi tolak ukur untuk memperkirakan
apakah sistim imun tubuh penerima akan menerima atau menolak ginjal baru tersebut.
a. Golongan darah.
Golongan darah penerima (A,B, AB, atau O) harus sesuai dengan golongan darah donor. Faktor
golongan darah merupakan faktor penentu kesesuaian yang paling penting.
b. Human leukocyte antigens (HLAs).
Sel tubuh membawa 6 jenis HLAs utama, 3 dari ibu dan 3 dari ayah. Sesama anggota keluarga
biasanya mempunyai HLAs yang sesuai. Resipien masih dapat menerima ginjal dari donor
walaupun HLAs mereka tidak sepenuhnya sesuai, asal golongan darah mereka cocok, dan tes
lain tidak menunjukkan adanya gangguan kesesuaian.
c. Uji silang antigen.
Tes terakhir sebelum dilakukan pencangkokan adalah uji silang organ. Sejumlah kecil darah
resipien dicampur dengan sejumlah kecil darah donor. Jika tidak terjadi reaksi, maka hasil uji
disebut uji silang negatif, dan transplantasi dapat dilakukan. Pembedahan untuk cangkok ginjal
biasanya memakan waktu 3 sampai 4 jam. Lama rawat di rumah sakit biasanya adalah satu
minggu. Setelah keluar dari rumah sakit, resipien masih harus melakukan kunjungan secara
teratur untuk memfollow-up hasil pencangkokan. Sedangkan bagi pendonor hidup, waktu yang
dibutuhkan hampir sama dengan resipien. Walaupun demikian, karena teknik operasi untuk
mengangkat ginjal donor semakin maju, maka waktu rawat menjadi lebih pendek, mungkin 2
sampai 3 hari.

2.8 Faktor-faktor yang berperan dalam keberhasilan transplantasi ginjal


Transplantasi ginjal merupakan transplantasi yang paling banyak dilakukan dibanding
transplantasi organ lain dan mencapai lama hidup paling panjang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan transplantasi ginjal terdiri faktor yang bersangkut paut dengan
donor, resipien, faktor imunologis, faktor pembedahan antara lain penanganan pra-operatif dan
paska operasi.
a. Donor ginjal
Kekurangan ginjal donor merupakan masalah yang umum dihadapai di seluruh dunia.
Kebanyakan negara maju telah menggunakan donor jenasah (cadaveric donor). Sedangkan
negara-negara di Asia masih banyak mempergunakan donor hidup (living donor). Donor hidup
dapat berasal dari individu yang mempunyai hubungan keluarga (living related donor) atau tidak
ada hubungan keluarga (living non related donor). Kemungkinan mempergunakan donor hidup
bukan keluarga berkembang menjadi suatu masalah yang peka, yaitu komersialisasi organ tubuh.
• Donor hidup
Donor hidup, khususnya donor hidup yang mempunyai hubungan keluarga harus memnuhi
beberapa syarat :
- Usia lebih dari 18 tahun s/d kurang dari 65 tahun
- Motivasi yang tinggi untuk menjadi donor tanpa paksaan.
- Kedua ginjal normal.
- Tidak mempunyai penyakit yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal dalam waktu
jangka yang lama.
- Kecocokan golongan darah ABO, HLA dan tes silang darah (cross match).
- Tidak mempunyai penyakit yang dapat menular kepada resepien.
- Sehat mental.
- Toleransi operasi baik.
Pemeriksaan calon donor meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis lengkap; termasuk tes
fungsi ginjal, pemeriksaan golongan darah dan sistem HLA, petanda infeksi virus (hepatitis B,
hepatitis C, CMV, HIV), foto dada, ekokardiografi, dan arteriografi ginjal.
• Donor jenazah
Donor jenazah berasal dari pasien yang mengalami mati batang otak akibat kerusakan otak
yang fatal, usia 10-60 tahun, tidak mempunyai penyakit yang dapat ditularkan seperti hepatitis,
HIV, atau penyakit keganasan (kecuali tumor otak primer). Fungsi ginjal harus baik sampai pada
saat akhir menjelang kematian. Panjang hidup ginjal transplantasi dari donor jenasah yang
meninggal karena strok, iskemia, tidak sebaik meninggal karena perdarahan subaracnoid.

b. Resipien Ginjal
Pasien gagal ginjal terminal yang potensial menjalani transplantasi ginjal harus dinilai
oleh tim transplantasi. Setelah itu dilakukan evaluasi dan persiapan untuk transplantasi.
Frekuensi dialisis menjadi lebih sering menjelang opersi untuk mencapai keadaan seoptimal
mungkin pada saat menjalani operasi.
Dilakukan pemeriksaan jasmani yang teliti untuk menetapkan adanya hipertensi, penyakit
pembuluh darah perifer dan penyakit jantung koroner, ulkus peptikum dan keadaan saluran
kemih. Disamping itu pemeriksaan laboratorium lengkap termasuk pertanda infeksi virus
(hepatitis, CMV, HIV) foto dada, USG, EKG, ekokardiografi, pemeriksaan gigi geligi dan THT.
Resipien yang potensial untuk transplantasi ginjal:
- Dewasa
- Pasien yang kesulitan menjalani hemodialisis dan CAPD.
- Saluran kemih bawah harus normal bila ada kelainan dikoreksi terlebih dahulu
- Dapat mnejalani terapi imunosupresi dalam jangka waktu lama dan kepatuhan berobat tinggi
- Kontra indikasi
a) Infeksi akut : tuberkolosis, infeksi saluran kemih, hepatitis akut.
b) Infeksi kronik, bronkietaksis.
c) Aterotema yang berat.
d) Ulkus peptikum yang aktif.
e) Penyakit keganasan.
f) Mal nutrisi

c. Imunologi transplantasi
Ginjal donor harus mempunyai kecocokan secara imunologi dengan ginjal resepien agar
transplantasi berhasil baik. Golongan darah (ABO) yang sama merupakan syarat yang utama.
Kesesuaian imunologis pada transplantasi ginjal dinilai dengan memeriksa pola HLA.
Bila ginajal yang dicontohkan tidak cocok secara imunologis akan timbul reaksi rejeksi.
Reaksi ini sebenarnya merupakan usaha tubuh resepien untuk menolak benda asing yang masuk
ketubuhnya. Ada tiga jenis reaksi rejeksi yang dikenal pada transplantasi ginjal, yaitu :
1. Reaksi hiperakut
Terjadi segera dengan beberapa menit atau beberapa jam setelah klem pembuluh darah dilepas.
Disebabkan adanya antibodi terhadap sistem ABO atau sistem HLA yang tidak cocok. Rejeksi
hiperaktif tidak bisa diatasi harus dilaksanakan nefrektomi ginjal cangkok. Rejeksi hiperakut saat
ini jarang terjadi oleh karena dapat dihindarkan dengan pemeriksaan reaksi silang.
2. Rejeksi akut
Biasanya terjadi dalam waktu 3 bulan pasca transplantasi, dapat dicetuskan oleh penghentian
atau pengurangan dosis obat imunoisupresi. Manifestasi klinis : demam, mialgia malaise, nyeri
pada ginjal baru, produksi urine menurun, berat badan meningkat, tekanan darah naik, kreatinin
serum meningkat, histopatologi.
Terapi rejeksi akut :
- Metil prednisolon: 250 mg-1 gr IV/hari selama 3 hari. Respon umumnya setelah didapatkan 3
hari.
- ALG (anti limphocyte globulin), ATG (anti thympocyte globulin) atau antibodi monoklonsl
(OKT-3) sebagai terapi alternatif bila tidak teratasi.
3. Rejeksi kronik
Terjadi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun pasca transplantasi. Pada rejeksi kronik
terjadi penurunan fungsi ginjal cangkok. Belum ada pengobatan yang spesifik untuk mengobati
rejeksi kronik.

Keberhasilan transplantasi ginjal menurut harapan klinis:


a. Lama hidup ginjal cangkok (Graft Survival)
Lama hidup ginjal cangkok sangat dipengaruhi oleh kecocokan antigen antara donor dan
resipien. Waktu paruh ginjal cangkok pada HLA identik 20-25 tahun, HLA yang sebagian cocok
(one-haplotype match) 11 tahun dan pada donor jenazah 7 tahun. Lama hidup ginjal cangkok
pada pasien diabetes militus lebih buruk daripada non diabetes.
b. Lama hidup pasien (Patient Survival)
Sumber organ donor sangat mempengaruhi lama hidup pasien dalam jangka panjang. Lama
hidup pasien yang mendapat donor ginjal hidup lebih baik dibanding donor jenasah, mungkin
karena pada donor jenasah memerlukan lebih banyak obat imonosupresi. Misalnya pada pasien
yang ginjal cangkoknya berfungsi lebih dari satu tahun, didapatkan lama hidup pasien 5 tahun
(five live survival) pada donor hidup 93 % dan pada donor jenasah 85 % penyakit eksternal
seperti diabetes militus akan menurunkan lama hidup pasien.

2.9 Komplikasi
a. Penolakan pencangkokan
Yaitu sebuah serangan dari sistem kekebalan terhadap organ donor asing yang dikenal oleh
tubuh sebagai jaringan asing. Reaksi tersebut dirangsang oleh antigen dari kesesuaian organ
asing. Ada tiga jenis utama penolakan secara klinik, yaitu hiperakut, akut, dan kronis.
b. Infeksi
Infeksi meninggalkan masalah yang potensial dan mewakili komplikasi yang paling serius
memberikan ancaman kehidupan pada periode pencangkokan jaman dulu. Infeksi sistem urine,
pneumonia, dan sepsis adalah yang sering dijumpai.

c. Komplikasi sistem urinaria


Salah satunya adalah terputusnya ginjal secara spontan. Komplikasi yang lain adalah bocornya
urine dari ureteral bladder anastomosis yang menyebabkan terjadinya urinoma yang dapat
memberi tekanan pada ginjal dan ureter yang mengurangi fungsi ginjal.

d. Komplikasi kardiovaskular
Komplikasinya bisa berupa komplikasi lokal atau sistem. Hipertensi dapat terjadi pada 50%-60%
penderita dewasa yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya stenosis arteri
ginjal, nekrosis tubular akut, penolakan pencangkokkan jenis kronik dan akut, hidronefrosis.

e. Komplikasi pernafasan
Pneumonia yang disebabkan oleh jamur dan bakteri adalah komplikasi pernafasan yang sering
terjadi.

f. Komplikasi gastrointestinal
Hepatitis B dan serosis terjadi dan mungkin dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan
hepatotoksik.

g. Komplikasi kulit
Karsinoma kulit adalah yang paling umum. Penyembuhan luka dapat menjadi lama karena status
nutrisi yang kurang, albu,in serum yang sedikit dan terapi steroid.

h. Komplikasi-komplikasi yang lain


Sistem lain juga diakibatkan oleh komplikasi sesudah pencangkokan diabetes militus yang
disebabkan oleh steroid, mungkin bisa berkembang. Akibat terhadap muskuluskeletal yang
termasuk adalah osteoporosis dan miopaty. Nekrosis tulang aseptik adalah utamanya disebabkan
oleh terapi kortikosteroid. Masalah reproduksi yang digambarkan dalam frekuensi CRF muncul
setelah transplantasi.

i. Kematian
Rata-rata kematian setelah 2 tahun pelaksanaan transplantasi tersebut hanya 10%. Hal ini
menggambarkan adanya penurunan tingkat kematian yang berarti dalam dua dekade yang lalu,
sebelumnya tingkat ketahanan hidup hanya 40-50%. Khususnya rata-rata kematian yang
menurun yang diakibatkan oleh infeksi pada dua tahun pertama setelah dua tahun
pencangkokkan telah terjadi.

2.10 Persiapan Pembedahan


1. Persiapan pra-operatif untuk calon resipien bertujuan untuk :
a. Menilai kemampuan menjalani operasi besar.
b. Menilai kemampuan menerima obat imunosupresi untuk jangka waktu yang lama.
c. Menilai status vaskular tempat anastomosis.
d. Menilai traktus urinarius bagian bawah.
e. Menghilangkan semua sumber infeksi.
f. Menilai dan mempersiapkan unsur psikis.

2. Persiapan pra-operatif untuk calon donor bertujuan untuk ;


a. Menilai kerelaan (tak ada unsur paksaan atau jual beli)
b. Menilai kemampuan untuk nefrektomi
c. Menilai akibat jangka panjang ginjal tunggal
d. Menilai kemungkinan anastomosis
e. Menilai kecocokan golongan darah ABO, HLA dan crossmatch.

2.11 Obat-Obat Imunosupresi


Untuk mencegah terjadinya rejeksi, kepada pasien yang mengalami transplantasi ginjal
diberikan obat-obat imunosupresi. Pilihan obat, kombinasi obat serta dosis obat tergantung
kepada respons dan kecocokan antara antigen donor dengan resepien disamping faktor lain. Ada
berbagai macam obat imunosupresi yang tersedia, pada umumnya dikelompokkan menjadi:
1. Obat imunosupresi Konvensional :
a. Siklosporin- A
b.Kortikosteroid
c. Azatioprin
d. Antibodi monoklonal: OKT-3
e. Antibodi poliklonal : ALG (antilyphocyte globulin), ATG (anti thympocyte globulin)
2. Obat imunosupresi baru
Ada lebih dari 12 obat imunosupresif baru yang diteliti, namun sampai saat ini yang dianggap
memenuhi syarat dari hasil percobaan klinis dan sudah dipakai luas hanyalah tacrolimus dan
mycophenolate mofetil (MMF).
Catatan :
a. Efek samping tacrolimus hampir sama dengan siklosporin
b. Infeksi yang timbul biasanya CMV (cytomegalo virus)
c. ATG (anti thympocyte globulin)
d. ALG (anti limpocyte globulin)
e. MMF (micophenolate mofetil)

Obat imunosupresan berguna untuk mencegah reaksi penolakan, yaitu reaksi dimana
sistem tubuh menyerang ginjal baru yang dicangkokkan. Obat imunosupresan harus diminum
setiap hari selama ginjal baru terus berfungsi. Kadang-kadang, reaksi penolakan tetap terjadi
walaupun penderita sudah minum obat imunosupresan. Jika hal ini terjadi, penderita harus
kembali menjalani dialisis, atau melakukan transplantasi dengan ginjal lain. Obat imunosupresan
akan melemahkan daya tahan tubuh, sehingga dapat mempermudah timbulnya infeksi.
Beberapa jenis obat imunosupresan juga dapat merubah penampilan. Wajah akan
tampak lebih gemuk, berat badan bertambah, timbul jerawat, atau bulu di wajah. Tetapi tidak
semua resipien mengalami gejala tersebut. Selain itu, imunosupresan juga dapat menyebabkan
katarak, diabetes, asam lambung berlebihan, tekanan darah tinggi, dan penyakit tulang.
2.12 Keuntungan dan Kekurangan Transplantasi Ginjal
1. Keuntungan Transplantasi Ginjal:
a. Ginjal baru akan bekerja seperti halnya ginjal normal.
b. Penderita akan merasa lebih sehat dan "lebih nomal".
c. Penderita tidak perlu melakukan dialysis
d. Penderita yang mempunyai usia harapan hidup yang lebih besar.

2. Kekurangan Transplantasi Ginjal:


a. Butuh proses pembedahan besar.
b. Proses untuk mendapatkan ginjal lebih sulit atau lebih lama.
c. Tubuh menolak ginjal yang dicangkokkan.
d. Penderita harus rutin minum obat imunosupresan, yang mempunyai banyak efek samping.

2.13Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Transplantasi Ginjal


A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status pernikahan,
pendidikan, pekerjaan, alamat, no register, Tanggal MRS, Tanggal Pengkajian, Diagnosa medis
b. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan keluarga, pekerjaan,
alamat.
c. Keluhan Utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, biasanya datang dengan keluhan nyeri pada
pinggang, bengkak/edema pada ekstremitas, perut kembung, sesak, urine output sedikit sampai
tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual,
muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal pada kulit.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign prostatic
hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi system
prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
dokumentasikan.
e. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji onet penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik,
adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji
pula sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat
pengobatn apa.

f. Riwayat Kesehatan Keluarga


Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Bagaimana
pola hidup yang biasa di terapkan dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi system
perkemihan yang berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan penyakit menular pada
keluarga.
g. Riwayat Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri (
gambaran diri ) dan gangguan peran pada keluarga.
h. Lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal, area
lingkungan rumah, dll.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan TTV
 Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat
 Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi
system saraf pusat
 TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah terjadi perubahan dari
hipertensi ringan sampai berat
b. Sistem Pernafasan
Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon uremia didapatkan adanya pernafasan
kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon
dioksida yang menumpuk di sirkulasi

c. Sistem Hematologi
Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan adanya friction rub yang
merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD
meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama
jantung, edema penurunan perfusiperifer sekunder dari penurunan curah jantungakibat
hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventikel.
Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai akibat dari
penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah,
dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan mengalami perdarahan sekunder
dari trombositopenia.
d. Sistem Neuromuskular
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses berfikir
dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet
syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
e. Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas system rennin-
angiostensin- aldosteron. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial,
penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat
penimbunan cairan dan hipertensi.
f. Sistem Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi
testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic
tertentu. Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampaiamenorea.
Angguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada gagal ginjal
yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit) terjadi penuruna klirens metabolic insulin
menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan
kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan
gangguan metabolism vitamin D
g. Sistem Perkemihan
Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan libido berat
h. Sistem pencernaan
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari bau mulut ammonia,
peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan
intake nutrisi dari kebutuhan.
i. Sistem Muskuloskeletal
Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk saat malam
hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area
ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak dan sendi,
keterbatasan gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi
perifer dari hipertensi.

3. Pemeriksaan Bio-Psiko
a. Pre-operative
 Status nutrisi : kebutuhan nutrisi, obesitas, penggunaan obat dan alcohol
 Status pernafasan : pola pernafasan, frekwensi dan kedalaman
 Status kardiovaskuler :fungsi system kardiovaskuler
 Fungsi hepatic : fungsi hepar
 Fungsi endokrin: pemeriksaan kadar gula darah
 Fungsi imonologi : reaksi alergi sebelumnya, medikasi, transfuse darah
 Terapi medikasi sebelumnya : segala medikasi sebelumnya, termasuk obat –obatan yang dijual
bebas dan frekwensi penggunaanya
 Pertimabanagn gerontology : lansia dianggap memiliki resiko pembedahan yang lebih buruk
dibandingkan pasien yang lebih muda

b. Pasca operatif
 Status pernafasan : frekwensi kedalaman , pola pernafasan
 Status sirkulasi dan kehilangan darah : tanda-tanda vital , tekana darah arteri dan vena sentral ,
warna dan suhu kulit , keluaran urin , keadaan luka insisi , dan selang drainase
 Nyeri : lokasi dan intesitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian preoart analgesic , adanya
distensi abdomen
 Drainase ; keluaran urin dan drainase ( jumlah,warna,tipenya ) dari selang yang di pasang pada
saat pembedahan, penurunan atau tidak adanya drainase urin
B. Diagnosa
Pre Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan dari transplantasi ginjal.

Post Operasi
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka operasi, spasme otot, atau adanya distensi
abdomen/kandung kemih.
2. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan drainase urin ; resiko tinggi infeksi
berhubungan denagn drainase urin
3. Kelebihan atau kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, gagal
ginjal, penolakkan tranplantasi, tingginya volume cairan intravena.
4. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunosupresi
5. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan resiko dari reaksi imun transplantasi dan efek
samping dari obat-obatan imunosupresi, atau kebutuhan hemodialisa lanjut.
6. Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan di rumah berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang perawatan diri, riwayat ketidak patuhan.
C. Intervensi
Pre Operasi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx 1 Tujuan: menurunkan anxietas dan cemas a. Kaji ketakutan dan a. Memberi data da
praoperatif kecemasan pasien sebelum untuk pengkajian
Kriteria hasil : dilakukan pembedahan praoperatif
- Rasa cemas berkurang
- Pasien dapat menyebutkan proses b. Kaji pengetahuan pasien
transplantasi ginjal mengenai prosedur b. Memberiakn das
- Wajah rileks. pembedahan dan lebih lanjut
kemungkinan hasil akhir
pembedahan.

c. Evaluasi perubahan makna


bagi pasien dan anggota
keluarga atau pasangannya c.
. Memudahakan
pemahan akan re
atau respon pasie
terhadap kemung
d. Dorong pasien untuk hasil akhir pemb
mengutarakan dengan kata-
kata reaksi , perasaan dan d. verbalisasi respo
ketakutannya. diperlukan untuk
mengkaji pemah
pasien terhadap h
tersebut dan
pemecahannya.

e. Dorong pasien untuk


membagi perasaanya e. memudahkan pa
denagn pasangannya. dan pasanagnya
menerima dukun
bersama dan
mengurangi pera
terisolasi satu sa
Post Operasi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Dx 1 Tujuan : pengurangan rasa nyeri a. kaji tingkat nyeri pasiena. memberikan data dasar un
dan gangguan rasa nyaman mengevaluasi keberhasilan
Kriteria Hasil : strategi dalam meredakan
- Pasien dapat toleransi terhadap rasa nyeri
nyeri
- Ungkapan rasa nyeri b. berikan preparat b. meningkatkan penguranga
berkurang/hilang analgesic yang nyeri
- Ekpresi wajah tenang. diresepkan

c. Lakukan kompres c. meningkatkan relaksasi d


hangat dan masase pada peredaan nyeri otot serta
daerah yang terasa pegal gangguan rasa nyaman
serta mengalami
gangguan rasa nyaman

d. Fiksasi luka insisi


dengan kedua belah
tangan atau bantal pada
saat melakukan gerakan
atau melakukan latihan
batuk d. meminimalkan tarikan ata
tegangan pada luka insisi d
e. Bantu dan dorong memberikan dukungan pa
ambulasi dini pasien

e. dimudahkan dilanjutkann
kembali latihan aktivitas o
2 Dx 2 Tujuan : mempertahankan eliminasia. kaji system drainase urina. memberikan dasar bagi
urin ; saluran kemih yang bebas dengan segera pengkajian dan tindakan
dari infeksi. selanjutnya
Kriteria Hasil : Pasien akan
mempertahankan keluaran urine b. kaji keadekuatan b. memberikan data dasar
yang adekuat. keluaran urin dan potensi
system drainase

c. pertahankan sistem
drainase urin yang
tertutup c. mengurangi resiko kontam
bakteri dan infeksi
d. observasi warna ,
volume, bau dan d. memberikan informasi me
konstituen urin kecukupan keluaran urin,
dan patensi system drainas
debris dalam urin

e. meningkatkan keluaran ur
adekuat dan mencegah sta
e. pertahankan asupan urinarius.
cairan yang adekuat
3 Dx 3 Tujuan : mempertahankan a. timbang berat badan a. penimbangan berat setiap
keseimbanagn cairan yang normal pasien setiap hari merupakan indicator yang
Kriteria Hasil : sensitive untuk menunjukk
Pasien mengeluarkan urine yang kehilangan atau penambah
adekuat dan tidak menahan cairan. cairan

b.mendeteksi retensi urin ak


curah jantung atau keluara
b. ukur asupan dan yang buruk
keluaran cairan yang
akurat c. memastikan agar cairan in
tidak kelebihan atau kekur
c. berikan semua terapi tanpa disengaja
parenteral dengan pompa
infuse
d. membantu mendeteks
dini komplikasi dari pemb
d. pantau jumlah dan atau pemasangan selang y
karakteristik urin mungkin terjadi

e. apabila volume cairan atau


jantung mengalami peruba
tanda-tanda vital akan
terpengaruh

e. pantau tanda-tanda vital


: suhu tubuh , denyut
nadi , pernafasan dan f. apabila volume cairan men
tekanan darah akibat curah jantung atau k
renal yang buruk, cairan a
f. lakukan auskultasi tertumpuk. Demikian pula
jantung dan paru setiap jantung akan berubah ketik
pergantian shift terjadi gagal jantung kong
Auskultasi yang sering dil
akan menjamin deteksi din
4 Dx 4 Tujuan: Resiko infeksi dapat a. Lakukan cuci tangan a. Mencegah terjadinya kont
dicegah dengan bersih sebelum, melalui tangan
Kriteria Hasil : selama, dan setelah
- Pasien akan mengalami merawat pasien.
penyembuhan jaringan normal
- Pasien tidak demam, insisi kering, b. Gunakan tehnik aseptik
urine jernih/kuning tanpa sediment, dengan saksama dalam b. Mencegah terjadinya infek
paru-paru bersih. merawat semua kateter, prosedur
selang infus sentral, pipa
endoktrakheal, dan
selang infuse perifer.

c. Periksa suhu tubuh


setiap 4 jam.

d. Pertahankan lingkungan
yang bersih. c. Mengetahui adanya perub
suhu
e. Lepaskan kateter secepat
mungkin sesuai program.d. Menjaga kenyamanan pasi

f. Ganti segera balutan e. Mengetahui kenormalan m


yang basah untuk pasien
membatasi media bagi
organisme.
f. Mencegah infeksi
g. Berikan nutrisi yang
adekuat.

g. Meningkatkan nutrisi,
h. Larang pengunjung dan mengembalikan nutrisi tub
perawat dengan infeksi
saluran pernapasan aktifh. Mempertahankan kenyam
untuk kontak dengan pasien
pasien.

i. Pantau nilai-nilai
laboraturium, khususnya
SDP (sel darah putih)
dan periksa spicemen i. Mengetahui kenormalan n
dari drainase yang nilai laboratorium
dicurigai untuk dikultur
dan sensitivitas.

j. Inspeksi daerah insisi


tiap hari terhadap semua
tanda-tanda inflamasi;
nyeri, kemerahan,
bengkak, panas, dan
drainase. j. Mencegah infeksi

k. Auskultasi paru terhadap


bunyi nafas setiap 4 jam.

l. Anjurkan dan bantu


ambulasi dini.

m. Perhatikan karakter urinek. Memantau bunyi paru


dan laporkan bila keruh
dan bau busuk.

n. Beritahu dokter setiap l. Mencegah komplikasi


adanya indikasi infeksi.
m. Mengetahui ketidak norma
urine
o. Berikan antimicrobical,
sesuai program.

n. Untuk mengetahui penang


selanjutnya

o. Mempercepat penyembuh
5 Dx 5 Tujuan : cidera berkurang, dan a. Pantau dan laporkan a. Untuk mengetahui adanya
mencegah resiko dari transplantasi tanda dan gejala reaksi terhadap reaksi imun
dan efek samping imun(kemerahan,
Kriteria Hasil : bengkak,nyeri tekan
- Pasien akan mempertahankan diatas sisi transplantasi,
fungsi ginjal. peningkatan suhu,
- Tidak ada tanda dan gejala reaksi peningkatan sel darah
imun putih, penurunan
- Immunosupresan sesuai toleransi haluaran urine,
tanpa adanya efek samping peningkatan proteinuria,
peningkatan BB tiba-
tiba, peningkatan BUN
dan kreatinin, edema).

b. Periksa tanda-tanda vital


setiap 2-4 jam.

c. Monitor masukan dan


haluaran cairan setiap
jam selanjutnya setiap 3 b. Mengetahui keadaan pasie
jam.

d. Pantau dan laporkan efek


c. Mempertahankan integrita
samping dari obat-obatan
immunosupresif

e. Siapkan pasien untuk d. Mencegah terjadinya alerg


operasi mengangkat terhadap obat tersebut
ginjal yang ditolak jika
terjadi reaksi hiperakut

f. Berikan dukungan e. Mencegah terjadinya reak


kepada pasien dan yang berlebihan
keluarga.

f. Memotivasi pasien
6 Dx 6 Tujuan : agar pasien dapat merawat a. Kembangkan rencana a. Meningkatkan pengetahua
dirinya sendiri dirumah penyuluhan bekerja sama pasien
Kriteria Hasil : mengerti tentang dengan koordinator
instruksi pulang. transplantasi. Pastikan
pasien dan anggota
keluarga mengetahui:
- Nama, frekuensi,
indikai, dosis, dan efek
samping dari semua obat
yang di berikan.
- Tanda dan gejala
infeksi untuk di
laporkan.
- Tanda dan gejala reaksi
imun untuk di laporkan.
- Diet – biasanya
pembatasan natrium; atur
untuk konsul tentang
diet.
- Bagaimana
mengumpulkan specimen
yang di perlukan, seperti
pengumpulan urine 24
jam dan urine bersih.
- Nilai normal
laboraturium untuk
kreatinin dan BUN.
- Kaji berat badan dan
suhu tubuh setiap hari.
Pastikan pasien
mempunyai catatan berat
badan dan suhu tubuh
setiap hari.

b. Tinjau ulang jadwal


untuk kunjungan lanjut
ke kantor atau klinik
transplantasi. Pastikan
pasien mengetahui
dimana dan seberapa
sering darah perlu di b. Mencegah terjadinya kom
periksa. Pastikan semua
instruksi perawatan
mandiri dan perjanjian
evaluasi di tulis.

c. Anjurkan pasien untuk


berpartisipasi penuh
dalam kegiatan
perawatan diri sejak di
rumah sakit (meminum
obat sendiri, mengukur
berat badan sendiri, c. Menambah wawasan dan
mengukur suhu, pengetahuan pasien dalam
memonitor nilai-niali perawatan diri
laboraturium).

d. Anjurkan pasien untuk


meningkatkan kegiatan
ketika di rumah sakit.
Jika di ijinkan, mungkin
pasien dapat melihat
fasilitas lain seperti
kafetaria dan toko d. Melatih mobilisasi fisik
souvenir.

e. Ingatkan pasien :
- Bahwa agen
imunosupresif harus di
berikan untuk
mempertahankan
cangkokan ginjal.
- Memakai gelang
waspada-medik untuk e. Mepercepah penyembuha
identifikasi diri sebagai mengurangi efek samping
seorang dengan cangkok
ginjal dan pengguna agen
imunosupresif.
- Menghindari diri dari
kegiatan olahraga
kontak.

f. Rujuk pasien pada


bimbingan pekerjaan
untuk bantuan rencana
kerja bila pasien merasa
siap.

f. Membiasakan pasien untu


melakukan aktivitasnya ke
g. Libatkan anggota
keluarga dalam semua
penyuluhan jika
memungkinkan.
g. Memberikan informasi ke
keluaraga pasein agar bisa
membantu pasien dalam
perawatan diri dirumah
h. Tekankan kembali
perlunya melaporkan
lebih awal tanda-tanda.

h. Mempercepat penanganan
apabila terlihat tanda dan g
yang muncul.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara "memanfaatkan"
sebuah ginjal sehat (yang diperoleh melalui proses pendonoran) melalui prosedur
pembedahan. Ginjal sehat dapat berasal dari individu yang masih hidup (donor hidup) atau
yang baru saja meninggal (donor kadaver). Ginjal ‘cangkokan’ ini selanjutnya akan
mengambil alih fungsi kedua ginjal yang sudah rusak.
Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke dalam tubuh
seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama ginjal lama yang fungsinya
sudah memburuk akan bekerja bersama-sama untuk mengeluarkan sampah metabolisme dari
dalam tubuh. Kedua ginjal lama, walaupun sudah tidak banyak berperan tetap berada pada
posisinya semula, tidak dibuang, kecuali jika ginjal lama ini menimbulkan komplikasi infeksi
atau tekanan darah tinggi.

3.2 Saran
Karena ginjal ‘baru’ ini bukan merupakan ginjal yang berasal dari tubuh pasien
sendiri, maka ada kemungkinan terjadi reaksi tubuh untuk menolak ‘benda asing’ tersebut.
Untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan ini, pasien perlu mengonsumsi obat-obat anti-
rejeksi atau imunosupresan segera sesudah menjalani transplantasi ginjal. Obat-obat
imunosupresan bekerja dengan jalan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko
terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal cangkokan.
Kita harus senantiasa merawat ginjal kita dengan cara minum yang banyak tiap
harinya antara 8-10 gelas/ hari agar ginjal kita tidak cepat rusak dan aktivitas kerja dalam
ginjal tetap terjaga sehingga tidak perlu mengadakan pencangkokan atau membawa dari
ginjal orang lain.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna maka dari itu penulis minta kritik dan saran yang membangun untuk
kelancaran pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
penulis khususnya dan untuk pembaca umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Born B Colin. 2002. Manual Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta

Green H.J. Pengantar Fisiologi Tubuh Manusia. Binarupa Aksara Publisher : Tangerang

Price Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed.6. EGC :
Jakarta

Reeves Charlene. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika : Jakarta

Tierniy M Lawrence, dkk. 2003. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam. Salemba
Medika : Jakarta

http://www.wartamedika.com/2008/04/transplantasi-ginjal.html
Diposting oleh Lale Ulfia Prihatini di 14.24

Anda mungkin juga menyukai