PENDAHULUAN
Gagal ginjal kronis (GGK) atau Chronic Kidey Disaese (CKD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah) (mansjoer ,2012). Peyakit ini meruapakan sindrom klinis yang terjadi
pada stadium gagal ginjal yang dapat mengakibatkan keatian kecuali jika
dilakukan terapi pengganti pada sistem sekresi tubuhnya. Sedangkan salah satu
penatalaksanaan pada ggal ginajl kronik adalah hemodialisa. Hal ini dikarenakan
keseimbangan air dan elektrolit. Terapi hemodialis yang dijalni penderita gagal
pasien (raharjo,2011).
Menurut data Indonesia Renal Registry (IRR) tahun 2016, sebanyak 98%
terapi peronial Dialisis (PD). Salah satu komplikasi atau dampak dilakukan
hemodialisa pada pasien (GGK) adalah hipoglikemia. Hal ini karena terlalu
banyak darah yang terbuang saat sirkulasi hemodialisa, termasuk glukosa yang
1
Sehingga kadar gula darah mengalami penurunan, yang mengakibatkan pasien
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari karya tulis ini adalah diperoleh pengalaman secara nyata
dalam merawat klien dengan gagal ginjal kronik dan diperoleh informasi
2. Tujuan khusus
ginjal kronik.
ginjal kronik.
kronik.
kronik.
ginjal kronik.
2
g. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada pasien
C. Ruang Lingkup
keperawatan pada Tn.D dengan gagal ginjal kronis diruang Hemodialisa I RSAU
Dr. Esnawan Antariksa Jakarta Timur yang dilaksanakan pada bulan Januari
2021
D. Metode Penulisan
Yang dimaksud dengan metode penulisan makalah ini adalah pendekatan yang
digunakan dalam menghimpun data atau informasi, dalam hal ini bahwa
makalah yang disusun oleh peserta didik merupakan laporan pengalaman serta
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari makalah ini terdiri dari BAB I pendahuluan: latar
3
keperawatan. BAB III tinjauan kasus, terdiri dari: pengkajian keperawatan,
4
BAB II
KONSEP TEORI
1. Anatomi Ginjal
Berikut ini adalah struktur dan anatomi ginjal menurut Pearce dan Wilson
(2006) :
disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang
lumbalis ketiga. Dan ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri karena
Gambar 2.1
Sumber : digiboxnet.wordpress.com
5
Setiap ginjal panjangnya antara 12 cm sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan
tebalnya antara 1,5 sampai 2,5 cm, pada orang dewasa berat ginjal antara 140
sampai 150 gram. Bentuk ginjal seperti kacang dan sisi dalamnya atau hilus
Pembuluh darah ginjal semuanya masuk dan keluar melalui hilus. Diatas
terdiri dari bagian kapiler disebelah luar, dan medulla disebelah dalam.
Gambar 2.2
Sumber : adamimage.com
6
Setruktur mikroskopik ginjal tersusun atas banyak nefron yang merupakan
satuan fungsional ginjal, dan diperkirakan ada 1.000.000 nefron dalam setiap
Malpighi / Glomerulus) yang erat tertanam dalam ujung atas yang lebar pada
unineferus. Tubulus ada yang berkelok dan ada yang lurus. Bagian pertama
sesudah itu terdapat sebuah simpai yang disebut simpai henle. Kemudian
tubulus tersebut berkelok lagi yaitu kelokan kedua yang disebut tubulus
kortek dan medulla, dan berakhir dipuncak salah satu piramid ginjal.
Gambar 2.3.
Sumber : adamimage.com
Selain tubulus urineferus, setruktur ginjal juga berisi pembuluh darah yaitu
arteri renalis yang membawa darah murni dari aorta abdominalis ke ginjal
7
aferentes), serta masing-masing membentuk simpul didalam salah satu
bergabung lagi untuk membentuk vena renalis, yang membawa darah kevena
kava inferior. Maka darah yang beredar dalam ginjal mempunyai dua
kelompok kapiler, yang bertujuan agar darah lebih lama disekeliling tubulus
2. Fisiologi Ginjal
a. Fungsi ginjal
lain dan sistem lain dalam tubuh. Ginjal punya dua peranan penting yaitu
sebagi organ ekresi dan non ekresi. Sebagai sistem ekresi ginjal bekerja
sebagai filtran senyawa yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh
seperti urea, natrium dan lain-lain dalam bentuk urin, maka ginjal juga
Selain sebagai sistem ekresi ginjal juga sebagai sistem non ekresi dan
bekerja sebagai penyeimbang asam basa, cairan dan elektrolit tubuh serta
8
aldosteron), pengatur hormon eritropoesis sebagai hormon pengaktif
Urin berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk kedalam ginjal.
Darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian
plasma darah, kemudian akan disaring dalam tiga tahap yaitu filtrasi,
1) Proses filtrasi.
Pada proses ini terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena proses
2) Proses reabsorsi.
9
3) Proses ekresi.
Sisa dari penyerapan urin kembali yang terjadi pada tubulus dan
B. Konsep Penyakit
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana
penyakit ginjal yang tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total
seperti sediakala. CKD adalah penyakit ginjal tahap ahir yang dapat
menyebabkan uremia.
10
2. Etiologi
Dibawah ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price dan Wilson (2006)
nefropati.
3. Klasifikasi
11
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
4. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2013) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal
sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada
bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari.
Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
b. Manifestasi dermatologi
c. Manifestasi Pulmoner
12
d. Manifestasi Gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
f. Manifestasi Muskuloskeletal
g. Manifestasi Reproduktif
5. Patofisiologi
adaptasi pertama adalah dengan cara hipertropi dari nefron yang masih utuh
Apabila 75% masa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan beban
solut untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan glomerulus dan
13
a. Stadium I
selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN ormal dan pasien
asimptomatik
b. Sadium II
Tahap ini merupakan isupisiensi ginjal dimana lebih dari 75% jaringan
yang berfungsi telah rusak dan gfr (glomelurus filtration rate) besar nya
hanya 25% dari normal kadar BUN mulai meningkat tergantung dari
pemekatan urine
c. Stadium III
Sadium ini merupakan stadium akhir dimana 90% dari masa nefron elah
hancur hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR
Klien akan mulai merasakan gejala yang lebih parah karna ginjal tidak
14
6. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
anorganik.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
ginjal.
15
2) Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
e. Renogram
16
h. Pemeriksaan radiologi Paru
j. EKG
k. Biopsi Ginjal
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak
ada (anuria).
porfirin.
17
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
mg/dL diduga
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
9) Hipertrigliserida
1. Pengkajian
saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu
18
c. Pola eliminasi
d. Pengkajian fisik
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
3) Antropometri.
4) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum,
bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
6) Dada
19
suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran
7) Abdomen.
buncit.
8) Genital.
terdapat ulkus.
9) Ekstremitas.
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
2. Diagnosa Keperawatan
berikut:
20
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2
seimbangan elektrolit).
3. Intervensi Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin dan retensi cairan
dan natrium.
cairan seimbang.
Kriteria Hasil:
Intervensi :
21
2) Batasi masukan cairan
6) Terapi hemodialisa
muntah.
Kriteria Hasil:
Intervensi:
selanjutnya.
22
7) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet sesuai terapi
nafas adekuat.
Kriteria Hasil:
3) Suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
pursed lips)
Intervensi:
cheyne stokes
jaringan adekuat.
Kriteria hasil :
23
2) Conjunctiva tidak anemis
3) Akral hangat
Intervensi :
2) Kaji nyeri
memperbaiki sirkulasi.
4. Implementasi
adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
24
Sebelum mengimplementasikan intervensi, perawat harus mengkaji
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Kozier, Erb, Berman & Snyder (2011) evaluasi adalah fase kelima
dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam konteks ini, evaluasi adalah
25
evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri,
26
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
Klien masuk di ruang Hemodialisa I RSAU dr. Esnawan Antariksa pada tanggal
4 Januari 2021. Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Januari 2021 pukul 09.00
1. Identitas klien
Klien bernama Tn. D usia 58 tahun dengan jenis kelamin laki-laki, agama
Islam dan suku bangsa Sunda. Status perkawinan klien menikah, pendidikan
adalah Bahasa Indonesia. Saat ini klien merupakan pensiun TNI, klien
beralamat di Jl. Aswontomo 877 Dirgantara III, sumber biaya klien untuk
2. Resume
tanggal 4 Januari 2021 dengan keluhan bengkak pada kaki, perutnya keras.
melakukan cuci darah dengan jadwal 2x seminggu selasa dan jumat pada pagi
27
hari sampai dengan saat ini. melakukan cuci darah sejak tanggai 23 April
2019.
3. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama :
2) Kronologis keluhan :
bedrest.
klien)
oleh anggota keluarga yang menjadi faktor risiko, yaitu ibu memiliki
riwayat DM.
28
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Perkawinan
: Keturunan
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor
risiko
yang menjadi faktor risiko, yaitu penyakit diabetes mellitus dari orang
29
e. Riwayat piskososial dan spiritual
keluarga klien yaitu istri dan anak, pola komunikasi dalam keluarga
mengikuti kegiatan rt, dampak penyakit klien setelah jatuh sakit terhadap
keluarganya adalah jadi sering sedih jika ingat kondisinya dank lien jadi
tergantung pada istri, tidak ada masalah yang mempengaruhi klien, klien
mengatakan jika stres klien akan minnum obat, hal yang dipikirkan klien
saat ini hanya ingin penyakitnya dan anaknya yang berada di luar kota,
lingkungan rumah menurut kllien lingkungan rumah jauh dari jalann raya,
lantai tidak licin, lingkungan rumah tidak bising dan tidak dekat dengan
jalan raya.
f. Pola kebiasaan
1) Pola nutrisi
Selama sakit frekuensi makan klien 3 kali sehari, nafsu makan baik
dan makan habis 1 porsi, makanan yang tidak disukai adalah makanan
makanan patangan yaitu pisang, makanan diet tidak ada karna pasien
30
2) Pola eliminasi
a) BAK
kuning pekat, tidak ada keluhan dalam berkemih dan klien tidak
b) BAB
Selama sakit frekuensi BAB klien 3-4 kali dalam seminggu, waktu
lunak, tidak ada keluhan saat BAB dan klien tidak menggunakan
laxatif.
Selama sakit frekuensi mandi 2 kali dalam sehari, waktu mandi pagi
hari dan sore hari, melakukan oral higiene 2 kali dalam sehari, waktu
oral higiene pagi dan sesudah makan dan frekuensi mencuci rambut 2
Selama sakit klien tidur siang 1-2 jam dalam sehari dan pada malam
Selama sakit klien tidak pernah melakukan olahraga dan tidak ada
31
6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
4. Pengkajian fisik
b. Sistem penglihatan
c. Sistem pernafasan
Jalan napas klien bersih, klien tidak sesak napas, klien tidak
tidak batuk, tidak terdapat sputum, hasil palpasi dada tidak ada benjolan
dan nyeri tekan, perkusi dada resonan, suara napas vesikuler dan klien
d. Sirkulasi
1) Sirkulasi perifer
ditungkai bawah.
32
2) Sirkulasi jantung
e. Neurosensori
negative, tidak ada kejang, tidak ada penurunan lapang perhatian, tidak
kg, tidak ada penurunan berat badan, tidak terdapat ulserasi gusi, tidak
dan muntah, tidak ada nyeri ulu hati, hepar tidak teraba, abdomen tampak
penggunaan diuretik.
g. Endokrin
Tidak terdapat nafas berbau keton, dan tidak terdapat luka ganggren.
h. Eliminasi
terdapat perubahan warna urin yaitu kuning pekat. Tidak ada diare dan
33
i. Aktivitas/istirahat
tidak ada gangguan tidur, keadaan tonus otot baik, tidak ada kelemahan
5555 5555
j. Integumen
Warna kulit kuning, keadaan kulit baik, tidak terdapat kerontokan rambut,
k. Sistem pendengaran
Tidak ada kelainan pada daun telinga, tidak terdapat serumen dan cairan
telinga, kondisi telinga tengah normal, cairan di telinga tidak ada, tidak
34
1,3mg/dL). Post HD : ureum 81 mg/dL (10-50 mg/dL), kreatinin 4,6 mg/dL
Terapi hemodialisa dengan jadwal selasa dan jumat pagi (2x seminggu),
pembatasan cairan minum sebanyak 800 ml/hari, Farbion 5000 3mL (IV),
Data fokus
a. Data Subjektif
penyakit diabetes sejak tahun 2011, klien mengatakan sering sedih jika
pekat.
b. Data Objektif
Kulit klien tampak kering, klien tampak lemah, klien sering menangis,
edema pada kaki (derajat 1), klien tampak meringis saat dipasangkan
35
Analisa Data
cc
- Klien mengatakan BB
kuning pekat
DO:
kering
kaki (derajat 1)
- BB pre HD 72 kg
BB post HD 70 kg
36
- Hasil pemeriksaan
laboraturium Pre HD :
- TD 140/80 mmHg
- Klien terpasang AV
meringis saat
dipasangkan AV fistula
- TD 140/80 mmHg
- Klien terpasang AV
dengan penyakitnya
karena belum
mengetahui tentang
37
penyakitnya
anaknya bisa
mengalami penyakit
DO:
B. Diagnosa Keperawatan
gangguan fungsi ginjal, retensi cairan dan natrium dibuktikan dengan DS:
kuning pekat. DO: Kulit klien tampak kering, klien tampak lemah,
10,7 mg/dl.
38
3. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invansif pemasangan
dibuktikan dengan DS: Klien mengatakan sering sedih jika ingat dengan
gangguan fungsi ginjal, retensi cairan dan natrium dibuktikan dengan DS:
kuning pekat. DO: Kulit klien tampak kering, klien tampak lemah, terdapat
edema pada kaki (derajat 1), BB pre HD 72 kg, BB post HD 70 kg, hasil
mg/dl.
39
x/menit, ureum dalam batas normal 10-50 mg/dl atau
Intervensi
output
Implementasi
Pukul 06:10 melakukan sirkulasi pada mesin Tn. D, RS: -, RO: telah
hemodialisa RS: klien tidak ada keluhan, RO: telah dilakukan tindakan
ditangan kiri, UFG 2 L selama 4,5 jam. Pukul 06:45 mengukur tanda-tanda
vital, RS: tidak ada keluhan, RO: TD: 160/80 mmHg, N: 100 x/menit, S:
36,30C, RR: 24 x/menit. Pukul 06:50 mengkaji berat badan klien, RS: klien
40
mengatakan berat badan naik 2 kg, RO: BB pre HD 72 kg, BB post HD 70
kg. Pukul 09:30 mengkaji keadaan umum klien RS: klien mengatakan
lelah, RO: klien tampak lemah. Pukul 09:35 mengkaji cairan input dan
urinenya sedikit <500 ml, klien suka minum es. Pukul 11:00 mengukur
terminasi, RS: tidak ada keluhan, RO: aff fistula, perawatan mesin
Pukul 06:15 melakukan sirkulasi pada mesin Tn. D, RS: -, RO: telah
hemodialisa RS: klien tidak ada keluhan, RO: telah dilakukan tindakan
ditangan kiri, UFG 2 L selama 4,5 jam. Pukul 06:50 mengukur tanda-tanda
vital, RS: tidak ada keluhan, RO: TD: 140/80 mmHg, N: 88 x/menit, S:
36,50C, RR: 24 x/menit. Pukul 07:00 mengkaji berat badan klien, RS: klien
kg. Pukul 09:30 mengkaji keadaan umum klien RS: klien mengatakan
lelah, RO: klien tampak lemah. Pukul 09:35 mengkaji cairan input dan
urinenya sedikit <500 ml, klien suka minum es. Pukul 11:00 mengukur
41
mmHg, N: 100 x/menit, S:36,30C, RR: 24 x/menit. Pukul 11.15 melakukan
terminasi, RS: tidak ada keluhan, RO: aff fistula, perawatan mesin
Evaluasi
mg/dl, BB post HD 70 kg
Objektif : BB post HD 70 kg
klien terpasang AV fistula di tangan kiri, klien tampak sering meringis saat
dipasangkan AV fistula.
42
Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal, TD: 110/70 –
rileks.
Intervensi
Implementasi
4,5 jam. Pukul 06.45 mengukur tanda-tanda vital, RS: tidak ada keluhan,
RO: TD: 160/80 mmHg, N: 100 x/menit, S: 36,3 0C, RR: 24 x/menit. Pukul
09.35 mengkaji skala nyeri, RS: klien mengatakan sedikit nyeri jika
tidak nyeri lagi, RO: klien tampak rileks. Pukul 11.00 megukur tanda-
43
tanda vital, RS: klien mengatakan sedikit lemas, RO: TD 140/80 mmHg,
Pukul 06:15 melakukan sirkulasi pada mesin Tn. D, RS: -, RO: telah
hemodialisa RS: klien tidak ada keluhan, RO: telah dilakukan tindakan
ditangan kiri, UFG 2 L selama 4,5 jam. Pukul 06:50 mengukur tanda-tanda
vital, RS: tidak ada keluhan, RO: TD: 140/80 mmHg, N: 88 x/menit, S:
36,50C, RR: 24 x/menit. Pukul 09:30 mengkaji skala nyeri klien. RS: klien
distraksi, RS: klien mengatakan sudah tidak nyeri lagi, RO: klien tampak
x/menit.
Evaluasi
44
Analisa : tujuan belum tercapai masalah belum teratasi
18-24x/menit.
Intervensi
45
c. Pertahankan teknik aseptik
Implementasi
Pukul 06.45 mengukur tanda-tanda vital, RS: tidak ada keluhan, RO: TD:
160/80 mmHg, N: 100 kali per menit, S: 36,30C, RR: 24 x/menit. Pukul
09.30 mengkaji keadaan umum klien RS: klien mengatakan lelah, RO:
klien tampak lemah. Pukul 09.35 mengkaji tanda dan gejala infeksi, RS:
tidak ada keluhan, RO: tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor,
Pukul 06:50 mengukur tanda-tanda vital, RS: tidak ada keluhan, RO: TD:
mengkaji keadaan umum klien RS: klien mengatakan lelah, RO: klien
tampak lemah. Pukul 10.30 mengkaji tanda dan gejala infeksi, RS: tidak
ada keluhan, RO: tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor,
46
mengatakan sedikit lemas, RO: TD 130/80 mmHg, N: 100 x/menit,
Evaluasi
dibuktikan dengan DS: Klien mengatakan sering sedih jika ingat dengan
47
mengatakan takut anaknya bisa mengalami penyakit yang sama
paham/mengerti.
Intervensi
perawatannya.
Implementasi
yang dialami, RS: klien mengatakan sering sedih jika ingat dengan
dialami klien, RS: klien dan keluarga sudah mengerti informasi yang
48
Evaluasi
49
BAB IV
PEMBAHASAN
keperawatan pada klien dengan gangguan rasa nyaman dan nyeri antara teori dan
A. Pengkajian
Etiologi pada kasus tidak terjadi kesenjangan antara kasus dan disebabkan
oleh Penyakit metabolik seperti diabetes militus. Hal ini dibuktikan dengan
adanya volume urine sedikit <500 cc. Sehingga tidak ditemukan kesenjangan
50
Manifestasi klinis yang ditemukan pada kasus yaitu tekanan darah 140/80
manifestasi klinis yang tidak muncul adalah pruritus, infeksi kulit dan
pandangan kabur. Pandangan kabur tidak terjadi karena kadar glukosa dalam
darah klien sudah stabil sehingga tidak menghasilkan osmolaritas yang dapat
mengganggu retina dan lensa mata. Pruritus dan infeksi kulit tidak terjadi
Komplikasi yang ada pada teori namun tidak ada pada kasus yaitu
tulang.
Pada penatalaksanaan medis tidak berbeda dengan secara teori dan kasus,
pada Tn. D diberikan terapi farbion 3ml post Hemodialisa dan A scorbic Avid
dan Jumat.
B. Diagnosis Keperawatan
Pada teori terdapat tujuh diagnosa keperawatan untuk gagal ginjal kronis
pada kasus empat terdapat diagnosis namun ada satu diagnosis yang ada di
kasus tapi tidak ada di teori, diagnosa yang tidak ada pada teori tetapi ada
pada kasus adalah gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek
51
Adapun diagnosis yang sama dengan teori adalah kelebihan volume cairan
retensi urine hal ini ditegakkan karena klien mengatakan volume urinenya
sedikit, BAK <500 . Klien mengatakan berat badan naik 2 kg, klien
mengatakan sedikit lemas dan klien mengatakan warna urine kuning pekat.
invasif . Hal ini ditegakkan karena klien terpasang AV fistula di tangan kiri
kurangnya terpapar informasi. Hal ini dibuktikan dengan klien belum bisa
menjelaskan pengertian dari DM, tanda dan gejala saat terjadi hipoglikemia
Diagnosa keperawatan yang tidak terdapat pada teori tetapi muncul pada
kasus, yaitu gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek prosedur
buku sumber referensi yang cukup dan data-data yang diperoleh pada saat
52
pengkajian sudah cukup mendukung dalam menentukan diagnosis
keperawatan.
C. Perencanaan
dan nyaman, interaksi sosial, harga diri, dan aktualisasi diri. Tahap
retensi cairan dan natrium. Sedangkan dalam kasus diagnosis prioritas yang
haluran urin, gangguan fungsi ginjal dan retensi urine. Sehingga tidak
haluran urin, gangguan fungsi ginjal dan retensi urine seluruh perencanaan
kurangnya terpapar informasi semua perencanaan yang ada pada teori telah
53
diterapkan pada kasus berdasarkan buku sumber Doenges, Moorhouse &
Geissler (2012), sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
D. Penatalaksanaan
Pada tahap implementasi mengacu pada rencana tindakan yang telah disusun
dan disesuaikan dengan kondisi, situasi, kebutuhan klien serta fasilitas yang
penurunan haluran urin, gangguan fungsi ginjal dan retensi urine seluruh
Hemodialisa.
54
E. Evaluasi
haluaran urine, gangguan fungsi ginjal dan retensi urine, gangguan rasa
dikarenakan klien mengatakan masih tidak bisa BAK. Pada diagnosis yang
Pada tahap evaluasi ini, penulis tidak menentukan hambatan saat evaluasi,
karena evaluasi penulis mengacu pada kriteria hasil yang telah dibuat
55
BAB V
PENUTUP
F. Kesimpulan
sebagai berikut
sedikit (BAK 4-5 kali dalam sehari, kurang lebih sebanyak 1-2 gelas aqua
tampak kering, klien tampak lemah, Tekanan Darah 140/80 mmHg, klien
56
masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema. Untuk mengatasi
gangguan rasa nyaman nyeri yaitu dengan cara kaji tingkat nyeri PQRST,
infeksi yaitu dengan cara kaji adanya tanda-tanda infeksi seperti kalor,
dolor, rubor, tumor dan fungsio laesa, monitor tanda dan gejala infeksi
4. Tindakan yang dilakukan yaitu mengkaji BB klien pre dan post HD,
Hemodialisa.
57
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi.
dalam batas normal yaitu 140/80 mmHg, nadi dalam batas normal
laesa, tekanan darah 140/60 mmHg, nadi 76x/menit dan klien tampak
G. Saran
58
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dalam melalui
3. Bagi penulis
59
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A., C,(2014). Rencana Asuhan
Jakarta:EGC
Evelyn C.Pearce. 2008. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT
Gramedia.
Kozier, B., Berman, A.and Shirlee J. Snyder. (2011). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep Proses dan Praktik edisi VII Volume 1. Jakarta : EGC
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. (2010) Chronic Kidney Disease: A Practical
Smeltzer, S. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Suwitra, Ketut. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Penyakit Ginjal
60