Anda di halaman 1dari 39

,BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal infeksius yang paling
umum pada masa kanak-kanak, glomerulonefritis akut memengaruhi
glomerulus dan laju filtrasi ginjal, yang menyebabkan retensi natrium dan air,
serta hipertensi. Biasanya disebabkan oleh reaksi terhadap infeksi
streptokokus, penyakit ini jarang memiliki efek jangka panjang pada system
ginjal. (Kathhleen, 2008)

Glomerulonefritis akut memengaruhi anak laki-laki lebih sering daripada anak


perempuan, dan biasanya terjadi pada usia sekitar 6 tahun. Terapi yang biasa
diberikan mencakup pemberian antibiotic, antihipertensi, dan diuretic juga
restriksi diet. Komplikasi potensial meliputi hipertensi, gagal jantung
kongestif, dan penyakit ginjal tahap akhir.

Di Indonesia tahun 1980, Glomerulonefritis menempati urutan pertama


sebagai penyebab penyakit ginjal tahap akhir dan meliputi 55% penderita
yang mengalami hemodialisis. (Kathhleen, 2008).

Insidens tidak dapat diketahui dengan tepat, diperkirakan jauh lebih tinggi
dari data statistik yang dilaporkan oleh karena banyaknya pasien yang tidak
menunjukkan gejala sehingga tidak terdeteksi. Kaplan memperkirakan
separuh pasien glomerulonefritis akut pascastreptokok pada suatu epidemi
tidak terdeteksi.

1
Glomerulonefritis akut pasca streptokok terutama menyerang anak pada masa
awal usia sekolah dan jarang menyerang anak di bawah usia 3 tahun.
Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Hasil
penelitian multicentre di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan terdapat 170
pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien
terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di
Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%) dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki
dan perempuan berbanding 1,3:1 dan terbanyak menyerang anak pada usia
antara 6-8 tahun (40,6%). Penyakit ini lebih sering terjadi pada musim dingin
dan puncaknya pada musim semi

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa/i memahami tentang Asuhan Keperawatan Dengan
Glomerulo Nefritis Akut (GNA)
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Klien dengan Glomerulo
Nefritis Akut diharapkan:
a. Mampu memahami tentang konsep medis mulai dari definisi sampai
dengan komplikasi serta prognosis Glomerulo Nefritis Akut.
b. Mampu melakukan pengkajian pada pasien GlomeruloNefritis Akut
(GNA)
c. Mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan
GlomeruloNefritis Akut (GNA)
d. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
Glomerulo Nefritis Akut (GNA)
e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
GlomeruloNefritis Akut (GNA)

2
C. Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini kami mengggunakan metode penulisan study
kepustakaan dan pengambilan data melalui teksbook dan beberapa sumber
yang lain.

D. Ruang Lingkup Penulisan


Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah hanya membahas tentang
Asuhan Keperawatan Dengan Glomerulo Nefritis Akut (GNA) meliputi
pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, komplikasi, prognosis dan asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan

E. Sistematika Penulisan
1. Kata pengantar
2. Daftar isi
3. BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari : latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan, ruang lingkup penulisan dan sistematika
penulisan.
4. BAB II TINJAUAN TEORITIS : A. Konsep Dasar Medis : pengertian,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, konsep tumbuh kembang anak prasekolah. Konsep
Dasar Keperawatan : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, evaluasi.
5. BAB III terdiri dari : kesimpulan dan saran
6. Daftar Pustaka.

3
BAB II

PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Medis


1. Anatomi Dan Fisiologi

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses


penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam
air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Susunan sistem perkemihan terdiri dari: dua ginjal yang menghasilkan


urin, dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria
(kandung kemih), satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan,
dan satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

Ginjal
Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostatis cairan
tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostatik
dengan mengatur volume cairan, keseimbangan osmotik, asam basa, ekskresi sisa
metabolisme, sistem pengaturan hormonal, dan metabolisme. Ginjal terletak di
retroperitoneal kiri dan kanan kolumna vertebralis, dikelilingi oleh jaringan
lemak dan jaringan ikat di belakang perionium. Bentuknya seperti biji buah
kacang merah dan jumlahnya ada dua. Dari letak anatominya ginjal kiri lebih
tinggi dari ginjal kanan, ini disebabkan karena ginjal kanan tertekan oleh hepar
yang berada tepat di atasnya. Pada orang dewasa berat ginjal 200 gram.

4
Satuan struktur dan fungsional ginjal
yang terkecil di sebut nefron. Tiap
nefron terdiri atas vaskuler dan tubuler
dan jumalahnya 1-4 jt. Komponen
vaskuler yang terdapat pada satu
nefron adalah glomerulus yang dilapisi
kapsula bowman, kemudian ada
tubulus proksimal, lengkung henle,
tubulus distal dan tubulus pengumpul.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis
viseral (langsung membungkus kapiler glomerlus) yang bentuknya besar dengan
banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk
kapiler secara teratur sehingga celah celah antara pedikel itu sangat teratur.

Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang
keluar dari korpuskel renal disebut dengan tubulus kontortus proksimal karena
jalannya yang berbelok belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula
tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat
lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut
sebagai tubulus kontortus distal.
1. Bagian Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka akan tampak bahwa ginjal terdiri
dari tiga bagian, yaitu bagian kulit
2. (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
a. Kulit Ginjal (Korteks)
Tersusun oleh lapisan fibrosis (lapisan tipis, elastis tapi kuat) untuk membungkus
ginjal.
b. Sumsum Ginjal (Medula)

5
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid
renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau
papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan
korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah
tampak bergaris garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan
duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut
dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang
merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini
terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi,
setelah mengalami berbagai proses.

c.Pelvis Renalis

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong
lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua
atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing masing bercabang membentuk
beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks
minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor,
urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam
kandung kemih (vesikula urinaria).

3. Fungsi Ginjal:
a. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat (air, kreatinin, ureum dan
asam urat) sisa metabolisme.
b. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Untuk pengeceran(saat siang hari) dan pemekatan(saat malam hari)
(khususnya fungsi dari tubulus).
4. Fisiologi Ginjal
a. Proses Filtrasi (glomerulus)

6
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen
yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate
gromerulus.

b. Proses Reabsorbsi (tubulus proksimal dan tubulus distal)

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa,
sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara
pasif di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali
penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan
terjadi secara aktif dan sisanya dialirkan pada papila renalis.

c. Proses sekresi.

Menyerap kembali/ memakai kembali elektrolit elektrolit yang sebelumnya


telah diserap dengan transpor aktif dan pasif (tidak memerlukan energi).

5. Pendarahan Ginjal
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan
arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang
menjadi arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri
interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen
glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan
gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena
renalis masuk ke vena cava inferior.

7
6. Persarafan Ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
Ureter.
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

b. Lapisan tengah lapisan otot polos.

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong


urin masuk ke dalam kandung kemih

Vesika Urinaria (Kandung Kemih)


Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti
buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.
Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Dinding kandung kemih terdiri dari:

a. Lapisan sebelah luar (peritoneum).

b. Tunika muskularis (lapisan berotot).

8
c. Tunika submukosa.

d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)

Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar.

Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:

a. Urethra pars Prostatica

b. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)

c. Urethra pars spongiosa.

Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).


Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan
urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:

a. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika


urinaria mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra
menjaga agar urethra tetap tertutup.

b. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah


dan saraf.

c. Lapisan mukosa.

9
Urin (Air Kemih)

Komposisi air kemih, terdiri dari:

a. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.

b. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea

amoniak dan kreatinin

c. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.

d. Pigmen (bilirubin dan urobilin).

e. Toksin.

f. Hormon

Glomerulus

Glomerulus berdiameter 200 m dibentuk oleh invaginasi suatu anyaman


kapiler yang menempati kapsula bowman, mempunyai dua lapisan seluler
yang memisahkan darah dari dalam kapiler glomerulus dan filtrate dalam

10
kapsula bowman yaitu lapisan endotel kapiler dan lapisan epitel khusus
yang terletak diatas kapiler glomerulus.

Kedua lapisan ini dibatasi oleh lamina basalis disamping itu terdapat sel-
sel stelata yang disebut sel masangial.

Apparatus juksta glomerulus

Arteriol aferen dan ujung akhir ansa henle asendens tebal, nefron yang
sam bersentuhan untuk jarak yang pendek. Pada titik persentuhan sel
tubulus asendens menjadi tinggi dinamakan macula densa, dinding
arteriola yang yang bersentuhan dengan ansa henle menjadi tebal karena
sel-selnya mengandung butir-butir sekresi renin yang besar yang disebut
sel jukstaglomerulus. Macula densa dan sel jukstaglomerulus erat sekali
kaitannya dengan pengaturan volume cairan ekstrasel dan tekanan darah.

Filtrasi glomerulus

Filtrasi glomerulus mengarahkan ultrafiltrat plasma ke dalam tubulus


proksimal. Molekul berukuran kecil sampai masa molekul sebesar 5 kD
dapat dengan bebas melewati sawar glomerulus. Pada orang dewasa
setiap hari dapat dibentuk 175 L filtrate glomerulus, 99 % darinya
selanjutnya diserap kembali oleh tubulus. Fungsi glomerulus dan tubulus
saling berkaitan erat. Semua komponen system renin angiotensin
terkandung di dalam apparatus jukstaglomerulus, generasi angiotensin II
lokal mampu mengendalikan tonus arteriolar aferen serta eferen dan
dengan demikian mengatur RBF serta GFR.

11
2. Pengertian

Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal infeksius yang paling


umum pada masa kanak-kanak, glomerulonefritis akut memengaruhi
glomerulus dan laju filtrasi ginjal, yang menyebabkan retensi natrium dan
air, serta hipertensi. Biasanya disebabkan oleh reaksi terhadap infeksi
streptokokus, penyakit ini jarang memiliki efek jangka panjang pada
system ginjal. (Kathhleen, 2008).
Glomerulonefritis akut memengaruhi anak laki-laki lebih sering daripada
anak perempuan, dan biasanya terjadi pada usia sekitar 6 tahun. Terapi
yang biasa diberikan mencakup pemberian antibiotic, antihipertensi, dan
diuretic juga restriksi diet. Komplikasi potensial meliputi hipertensi, gagal
jantung kongestif, dan penyakit ginjal tahap akhir.
Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah istilah yang secara luas digunakan
yang mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi
di glomerulus. (Brunner & Suddarth, 2001).
GNA adalah istilah yang secara luas di gunakan untuk mengacu pada
sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus pada
kebanyakan kasus stimulus reaksi antigen-antibodi berasal dari infeksi
streptococcus grup A dikerongkongan yang mencetuskan awitan

12
glomerulonefritis dengan interval 2-3 minggu (Smeltzer,Suzanne 2002)
Kesimpulan, Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah suatu reaksi
imunologis ginjal terhadap bakteri / virus tertentu. Yang sering terjadi
ialah akibat infeksi kuman streptococcus, biasanya menyerang anak
berusia sekitar 6 tahun , penyakit ini jarang memiliki efek jangka panjang
pada system ginjal.

3. Etiologi
a. Grup A beta-hemolytic Streptococcus
b. Staphylococus atau bakteri gram negatif
c. Syphilis
d. Abses visceral
e. Infeksi endokarditis
f. Hepatitis B
g. Virus Mumps
h. Varicella
i. Chlamydia psittaci
j. Coxsackie virus infection
Hubungan antara GNA dan infeksi streptococcus ini ditemukan pertama
kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa:
1. Timbulnya GNA setelah terjadinya infeksi skarlatina
2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti streptolisin pada serum pasien.
4. Patofisiologi
Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebutan lekosit dan
proliferasi sel, serta eksudasi eritrosit, lekosit dan protein plasma dalam
ruang Bowman.
Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai suatu respon

13
imunologi yang terjadi dengan adanya perlawanan antibodi dengan
mikroorganisme yaitu streptokokus A.
Reaksi antigen dan antibodi tersebut membentuk imun kompleks yang
menimbulkan respon peradangan yang menyebabkan kerusakan dinding
kapiler dan menjadikan lumen pembuluh darah menjadi mengecil yang
mana akan menurunkan filtrasi glomerulus, insuffisiensi renal dan
perubahan permeabilitas kapiler sehingga molekul yang besar seperti
protein dieskresikan dalam urine (proteinuria).
a. Pathogenesis
Menurut penyelidikan klinik-imunologis dan percobaan pada
binatang menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis
sebagai penyebab. Beberapa penyelidik menunjukkan hipotesis
sebagai berikut:
1) Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada
membrane basalis glomerulus dan kemudian merusaknya
2) Proses autoimun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam
tubuh menimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus
3) Streptococcus nefritogen dan membrane basalis glomerulus
mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk
zat anti yang berlangsung merusak membrane basalis ginjal
b. Patologi
Makroskopis ginjal tampak agak membesar, pucat dan terdapat
titik-titik perdarahan pada korteks. Mikroskopik tampak hamper
semua glomerulus terkena sehingga dapat disebut glomerulus
difus. Tampak proliferasi sel endotel glomerulus yang keras
sehingga mengakibatkan lumen kapiler dan ruang simpai Bowman
menutup. Disamping itu terdapat pula infiltrasi sel epitel kapsul,
infiltrasi sel polimorfonukleus dan monosit. Pada pemerksaan

14
mikroskop electron akan tampak membrane basalis menebal tidak
teratur. Terdapat gumpalan humps di subepitelium yang mungkin
dibentuk oleh globulin-gama, komplemenbdan antigen
streptokokus.

5. Menifestasi klinis
a. Hematuria (urine berwarna merah kecoklat-coklatan)
b. Proteinuria (protein dalam urine)
c. Oliguria (keluaran urine berkurang)
d. Nyeri panggul
e. Edema, ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari,
kemudian menyebar ke abdomen dan ekstremitas di siang hari
(edema sedang mungkin tidak terlihat oleh seorang yang tidak
mengenal anak dengan baik).
f. Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjadi
tinggi sekali pada hari pertama.
g. Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari
pertama dan akan kembali normal pada akhir minggu pertama
juga. Namun jika terdapat kerusakan jaringan ginjal, tekanan darah
akan tetap tinggi selama beberapa minggu dan menjadi permanen
jika keadaan penyakitnya menjadi kronik.
h. Dapat timbul gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu
makan, dan diare.
i. Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala,
kejang dan kesadaran menurun.
j. Fatigue (keletihan atau kelelahan).
k. Sakit kepala
6. Pemeriksaan Diagnostik

15
a. Laju Endap Darah (LED) meningkat
b. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan
air)
c. Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin darah meningkat bila
fungsi ginjal mulai menurun.
d. Jumlah urine berkurang
e. Berat jenis meninggi
f. Hematuria makroskopis ditemukan pada 50 % pasien.
g. Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder
leukosit dan hialin.
h. Titer antistreptolisin O (ASO) umumnya meningkat jika
ditemukan infeksi tenggorok, kecuali kalau infeksi streptokokus
yang mendahului hanya mengenai kulit saja.
i. Kultur sampel atau asupan alat pernapasan bagian atas untuk
identifikasi mikroorganisme.
j. Biopsi ginjal dapat diindikasikan jika dilakukan kemungkinan
temuan adalah meningkatnya jumlah sel dalam setiap glomerulus
dan tonjolan subepitel yang mengandung imunoglobulin dan
komplemen.

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Tidak ada pengobatan yag khusus yang memengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.
1) Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dahulu dianjurkan selama 6-
8 minggu. Tetapi penyelidikan terakhir dengan hanya istirahat 3-4
minggu tidak berakibat buruk bagi perjalanan penyakitnya.
2) Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotic ini tidak

16
memengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi
menyebarnya infeksi streptococcuk yang mungkin masih ada.
Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian
profilaksi yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman
penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap.
Secara teoretis anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman neritogen
lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil.
3) Makanan pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kg
BB/hari) dan rendah garam (1g/hari). Makanan lunak diberikan
pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu
normal kembali. Bila ada anuria atau muntah, diberikan IVFD
dengan larutan glukosa 10%. Pada pasien dengan tanpa
komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan,
sedangkan bila ada komplikasi seperti ada gagal jantung, edema,
hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus
dibatasi.
4) Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi,
pemberian sedative untuk menenangkan pasien sehingga dapat
cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral
diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin
sebanyak 0,07 mg/kg BB secara intramuscular. Bila terjadi
dieresis 5-10 jam kemudian, selanjutnya pemberian sulfat
parenteral tidak dianjurkan lagi karena member efek toksis.
5) Bila anuria berlangsung lama (5-7hari), maka ureum harus
dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum
dialysis, hemodialisisi, tranfusi tukar dan sebagainya.
6) Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut,
tetapi akhir-akhir ini pemberian furosamid (Lasix) secara

17
intravena (1mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat
buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
7) Bila timbul gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan
oksigen
b. Penatalaksanaan keperawatan
Pasien GNA perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan
pengobatan/pengawasan perkembangan penyakitnya untuk mencegah
penyakit menjadi lebih buruk. Hanya pasien GNA yang tidak terdapat
tekanan darah tinggi, jumlah urine satu hari paling sedikit 400ml dan
keluarga sanggup setra mengerti boleh dirawat diruah di bawah
pengawasan dokter. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah
gangguan faal ginjal, resiko terjadi komplikasi, diet, gangguan rasa
aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.
Gangguan faal ginjal. Ginjal diketahui sebagai alat yang salah satu
dari fungsinya adalah mengeluarkan sisa metabolism terutama protein
sebagai ureum, juga kalium, fosfat, asam urat, dan sebagainya. Karena
terjadi kerusakan pada glumerolus (yang merupakan reaksi autoimun
terhadap adanya infeksi streptococcus ekstrarenal) menyebabkan
gangguan filtrasi glomerulus dan mengakibatkan sisa-sia metabolism
tidak dapat diekskresikan maka di dalam darah terdapat ureum, dan
lainnya lagi yang disebutkan di atass meninggi. Tetapi tubulus karena
tidak terganggu maka terjadi penyerapan kembali air dan ion natrium
yang mengakibatkan banyaknya urine berkurang, dan terjadilah
oliguria sampai anuria.
Untuk mengetahui keadaan ginjal, pasien GNA perlu dilakukan
pemeriksaan darah untuk fungsi ginjal, laju endp darah (LED), urine,
dan foto radiologi ginjal. Urine perlu ditampung selama 24 jam, diukur

18
banyaknya dan berat jenisnya (BJ) dicatat pada catatan khusus (catatan
pemasukan/pengeluaran cairan). Bila dalam 24 jam jumlah urine
kurang dari 400 ml supaya memberitahukan dokter. Tempat
penampung urine sebaiknya tidak dibawah tempat tidur pasien karena
selain tidak sedap dipandang juga menyebabkan bau urine didalam
ruangan. Penampung urine harus ada tutpnya yang cocok, diberi etiket
selain nama juga jam dan tanggal mulai urine ditampung. Hati-hati
jika ada nama yang sama jangan tertukar; tuliskan juga nomor tempat
tidur atau nomor register pasien. Tempat penampung urine harus
dicuci bersih setiap hari; bila terdapat endapan yang sukar digosok
pergunakan asam cuka, caranya merendamkan dahulu beberapa saat
baru kemudian digosok pakai sikat. Untuk mebantu lancarnya dieresis
di samping obat-obatan pasin diberikan minum air putih dan
dianjurkan agar anak banyak minum (ad libitum) kecuali jika
banyaknya urine kurang dari 200 ml. berapa banyak pasien dapat
menghabiskan minum air supaya dicatat pada catatan khusus dan
dijimlahkan selama 24 jam. Kepada pasien yang sudah mengerti
sbelum mulai pencatatan pengeluaran/pemasukan cairan tersebut harus
diterangkaan dahulu mengapa ia harus banyak minum air putih dan
mengapa air kemih harus ditampung. Jika anak akan buang air besar
supaya sebelumnya berkemih dahulu ditempat penampungan urine
baru ke WC atau sebelumnya gunakan pot lainnya. Dengan demikian
bahwa banyaknya urine adalah benar-benar dari keseluruhan urine
pada hari itu.
Resiko terjadi komplikasi. Akibat fungsi ginjal tidak fisiologis
menyebabkan produksi urine berkurang, sisa metabolisme tidak dapat
dikeluarkan sehingga terjadi uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia,
hidremia, dan sebagainya. Keadaan ini akan menjadi penyebab gagal

19
ginjal akut atau kronik (GGA/GGK) jika tidak secepatnya
mendapatkan pertolongan. Karena adanya rretensi air dan natrium
dapat menyebabkan kongesti sirkulasi yang kemudian menyebabkan
terjadinya efusi ke dalam perikard dan menjadikan pembesaran
jantung. Jika keadaan tersebut berlanjut akan terjadi gagal jantung.
Keadaan uremia yang makin menngkat akan menimbulkan keracunan
pada otak yang biasanya ditandai dengan adanya gejala hipertensif
ensefalopati, yaitu pasien merasa pusing, mual, muntah, kesadaran
menurun atau bahkan lebih parah atau untuk mengenal gejala
komplikasi sedini mungkin pasien memerlukan:
1) Istirahat
2) Pengawasan tanda-tanda vital bila terdapat keluhan pusing
3) Jika mendadak terjadi penurunan haluaran urine periksalah dahulu
apakah pasien berkemih di tempat lain dan keadaan umumnya.
4) Jika pasien mendapat obat-obatan berikanlah pada waktunya dan
tunggu sampai obat tersebut betul-betul telah diminum (sering
terjadi obat tidak diminum dan disimpan di bawah bantal pasien).
Jika hal itu terjadi penyembuhan tidak seperti yang diharapkan.
5) Diet. Bila ureum darah melebihi 60 mg % di berikan protein 1 g/kg
BB/hari dan garam 1 g/hari (rendah garam). Bila ureum antara 40-
60 mg% protein diberikan 2 g/kg BB/hari dan masih rendah
garam. Jika pasien tidak mau makan karena merasa mual atau
ingin muntah atau muntah-muntah segera hubungi dokter, siapkan
keperluan infuse dengan cairan yang biasa dipergunakan ialah
glukosa 5-10% dan selanjutnya atas petunjuk dokter. Jika infuse
diberikan pada pasien yang tersangka ada kelainan jantung atau
tekanan darahnya tinggi, perhatikan agar tetesan tidak melebihi
yang telah dipergunakan dokter, bahayanya memperberat kerja

20
jantung.

6) Gangguan rasa aman dan nyaman.


Untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien disarankan agar
sering kontak dan berkomunikasi dengan pasien akan
menyenangkan pasien.. agar pasien tidak bosan pasien dibolehkan
duduk dan melakukan kegiatan ringan misalnya membaca buku
(anak yang sudah sekolah), melihat buku gambar atau bermain
dengan teman yang telah dapat berjalan. Sebagai perawat kita juga
harus mendampingi/mengajak bermain dengan pasien yang
memerlukan hiburan agar tidak bosan.
7) Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Penjelasan yang perlu disampaikan kepada orang tua pasien
adalah:
a) Bila ada anak yang sakit demam tinggi disertai rasa sakit
menelan atau batuk dan demam tinggi hendaknya berobat ke
dokter/pelayanan kesehatan supaya anak mendapatkan
pengobatan yang tepat dan cepat.
b) Jika anak sudah terlanjur menderita GNA selama dirawat
dirumah sakit, orang tua diharapkan dapat membantu usaha
pengobatannya misalnya untuk pemeriksaan atau tindakan,
sering memerlukan biaya yang cukup banyak sedangkan rumah
sakit tidak tersedia keperluan tersebut. (sebelumnya orang tua
diberi penjelasan mengenai perlunya pengumpulan urine dan
mencatat minum anak selama 24 jam, untuk keperluan

21
pengamatan perkembangan penyakit anaknya)
c) Bila pasien sudah boleh pulang, dirumah masih harus istirahat
cukup. Walaupun anak sudah diperbolehkan sekolah tetapi
belum boleh mengikuti kegiatan olahraga. Makanan, garam
masih perlu dikurangi sampai keadaan urine benar-benar
normal kembali (kelainan urine, adanya eritrosit dan sedikit
protein akanmasih diketemukan kira-kira 4 bulan lamanya).
Jika makanan dan istirahatnya tidak diperhatikan ada
kemungkinan penyakit kambuh kembali. Hindarkan terjadinya
infeksi saluran pernapasan terutama mengenai tenggorokan
untuk mencegah penyakit berulang. Kebersihan lingkungan
perlu dianjurkan agar selalu diperhatikan khususnya
streptococcus yang menjadi penyebab timbulnya GNA. Pasien
harus control secara teratur untuk mencegah timbulnya
komplikasi yang mungkin terjadi seperti glomerulus kronik
atau bahkan sudah terjadi gagal ginjal akut. Juga petunjuk
mengenai kegiatan anak yang telah boleh dilakukan.

7. Komplikasi
Komplikasi glomerulonefritis akut:
a. Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi
sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti
insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia
dan hidremia. Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang
terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialisis
(bila perlu).
b. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena
hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing,

22
muntah dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan karena spasme
pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
c. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesardan terjadi
gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di
miokardium.
d. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis
eritropoietik yang menurun.
e. Gagal Ginjal Akut (GGA)

10. Prognosis
Gajala fisik menghilang dalan minggu ke-2 atau minggu ke-3 dan tekanan
darah umumnya menurun dalam waktu 1 minggu. Kimia darah menjadi
normal pada minggu ke-2. Hematuria mikroskopik dan makroskopik dapat
menetap selama 4-6 minggu. Hitung Addis menunjukan kenaikan jumlah
eritrosit untuk 4 bulan atau lebih, dan LED meninggi terus sampai kira-
kira 3 bulan. Protein sedikit dalam urine dan menetap untuk beberapa
bulan. Eksaserbasi kadang-kadang terjadi akibat infeksi akut selama fase
penyembuhan, tetapi umumnya tidak mengubah proses penyakitnya.
Pasien tetap mennjukan kelainan urine salama 1 tahun dianggap menderita
glomerulonefritis kronik, walaupun dapat terjadi penyembuhan sempurna.
Laju endap darah (LED) digunakan untuk mengukur progresivitas
penyakit ini karena umumnya tetap meninggi pada kasus-kasus yang
menjadi kronik. Diperkirakan 95%akan sembuh sempurna, 2% meninggal
selama fase akut dari penyakit ini dan 2% menjadi glomerulonefritis

23
kronik.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Genitourinaria
1) Urine berwarna coklat keruh
2) Proteinuria
3) Peningkatan berat jenis urine
4) Penurunan haluaran urine
5) Hematuria
b. Kardiovaskular
Hipertensi ringan
c. Neurologis
1) Letargi
2) Iritabilitas
3) Kejang
d. Gastro Intestinal
1) Anoreksia
2) Muntah
3) Diare
e. Mata, Telinga, hidung dan tenggorokan
Edema periorbital sedang
f. Hematologis

24
1) Anemia sementara
2) Azotemia
3) Hiperkalemia
g. Integumen
1) Pucat
2) Edema menyeluruh
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan retensi
air dan hipernatremia
b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan oliguria
c. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia
d. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan
e. Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas
dan edema
f. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan rawat inapo anak
dirumah sakit
g. Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan pemahaman intruksi
perawatan dirumah

3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1: Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan
dengan retensi air dan hipernatremia

25
NIC NOC

1) Pantau dan catat TD anak setiap 1-2 jam selama


Kriteria hasil : anak memiliki
fase akut
perfusi jaringan normal yang
Rasional: pemantauan sering memungkinkan deteksi
ditandai oleh TD normal,
dini, dan penanganan segera terhadap TD anak
penurunan retensi cairan, dan
tidak ada tanda hipernatremia.
2) Lakukan tindakan kewaqspadaan berikut ini bila
terjadi kejang:
a. Pertahankan jalan napas melalui mulut dan letakkan
peralatan penghisap disisi tempat tidur anak
b. Sematkan tanda diatas tempat tidur anak dan pada
pintu, berisi peringatan tentang status kejang anak
yang ditujukan untuk petugas kesehatan.

Rasional: melakukan tindak kewaspadaan bila terjadi


kejang dapat mencegah cedera selama episode
serangan kejang. Kendati tidak umum pada
glomerulusnefritis akut, kejang dapat terjadi akibat
kurang perfusi oksigen ke otak.

3) Beri obat anti-hipetensi, misalnya hidralazin


hidroksida (Aprisonilene) sesuai program. Pantau
anak untuk adanya efek samping.
Rasional : Rasional: pemberian obat anti hipertensi
dapat diprogramkan, karena hipertensi tidak terkontrol
dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Kendati
penyebab persis hipertensi tidak diketahui, hipertensi

26
mungkin berhubungan dengan kelebihan beban cairan
didalam system sirkulasi.
4) Pantau status volume cairan anak setiap 1-2 jam.
Pantau haluaran urine; haluaran harus 1-2ml/kg/jam.
Rasional: pemantauan sangat penting dilakukan,
karena p
enambahan volume lebih lanjut akan meningkatkan
TD
5) Kaji status neurologis anak ( tingkat kesadaran,
reflek dan respon pupil) setiap 8 jam. Beritahu dokter
segera setiap ada perubahan signifikan pada status
anak
Rasional: pengkajian yang sering memungkinkan
deteksi dini dan terapi yang memadai untuk setiap
perubahan status neurologi anak.

b. Diagnosa 2: Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan


oliguria

27
NOC :
NIC :

1) Timbang berat badan anak setiap hari, dan pantau


haluaran urine setiap 4 jam. Hasil yang diharapkan: anak
Rasional: menimbang berat badan setiap hari dan dapat mempertahankan volume
pemantauan haluaran urine yang sering, cairan normal yang ditandai oleh
memungkinkan deteksi dini dan terapi yang tepat haluaran urin rata-rata sebanyak
terhadap perubahan yang terjadi pada status cairan 1-2 ml/kg/jam
anak. Kenaikan berat badan yang cepat
mengindikasikan retensi cairan. Penurunan haluaran
urin dapat mengindikasikan ancaman gagal ginjal
.
2)Kaji anak untuk deteksi edema, ukur lingkar
abdomen setiap 8 jam, dan (untuk anak laki-laki
periksa pembengkakan pada skrotum.
Rasional: pengkajian dan pengukuran yang sering,
memungkinkan deteksi dini dan pemberian terapi yang
tepat terhadap setiap perubahan kondisi anak. Lingkar
abdomen yang bertambah dan pembengkakan pada
skrotum biasanya mengindikasikan asites.

3)Pantau anak dengan cermat untuk melihat efek


samping pemberian terapi diuretic, khususnya ketika
menggunakan hidroklorotizid atau furosemid.

Rasional: obat-obatan diuretic dapat menyebabkan


hipokalemia sehingga membutuhkan pemberian
suplemen kalium per intravena.

28
4)Pantau dan catat asupan cairan

R/: anak membutuhkan pembatasan asupan cairan


akibat retensi cairan dan penurunan laju filtrasi
glomerulus; ia juga membutuhkan retriksi asupan
natrium.

5)Kaji warna, konsistensi dan berat jenis urine anak.

Rasional: urine yang berbusa mengindikasikan


peningkatan deplesi protein, suatu tanda kerusakan
fungsi ginjal.

6)Pantau semua hasil uji laboratorium yang di


programkan.

Rasional: peningkatan kadar nitrogen urea darah dan


kreatinin dapat mengindikasikan kerusakan fungsi
ginjal.

c. Diagnosa 3: Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang


berhubungan dengan anoreksia

29
NIC: NOC:
1) Beri diet tinggi karbohiodrat.
Hasil yang diharapkan: anak akan
Rasional: diet tinggi karbihidrat biasanya terasa lebih
mengalami peningkatan asupan
lesat dan member kalori esensial bagi anak.
nutrisi yang ditandai oleh makan
sekuran-kurangnya 80% porsi
2) Beri makanan porsi kecil dalam frekuensi sering,
setiap kali makan.
yang mencakup beberapa makanan favorit anak.

Rasional: menyediakan makanan dalam porsi yang


lebih kecil, untuk satu kali makan tidak akan
membebani anak sehingga mendorongnya makan lebih
banyak setiap kali anak duduk. Dengan member anak
makanan favoritnya, akan memastikan ia
mengkonsumsi setiap porsi makanan lebih banyak.

3) Batasi asupan natrium dan protein anak sesuai


program.

Rasional: karena natrium dapat menyebabkan retensi


cairan, biasanya natrium dibatasi dengan gangguan ini.
Pada kasus-kasus berat, ginjal tidak mampu
memetabolisasi protein sehingga membutuhkan
retriksi protein.

30
d. Diagnosa 4: Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan
kelelahan

NIC : NOC :

Hasil yang diharapkan: anak


1)Jadwalkan periode istirahat untuk setiap kali beraktivitas.
akan mengalami peningkatan
Rasional: periode istirahat yang sering dapat menyimpan toleransi beraktivitas yang
energy dan mengurangi produksi sisa metabolic yang dapat ditandai oleh kemampuan
membebani kerja ginjal lebih lanjut. bermain dalam waktu yang
lama.
2) Sediakan permainan yang tenang, menantang dan sesuai
usia.

Rasional: permainan yang demikian dapat menyimpan


energy tetapi mencegah kebosanan.

3)Kelompokan asuhan keperawatan anak untuk


memungkinkan anak tidur tanpa gangguan dimalam hari.

Rasional: mengelompokkan pemberian asuhan


keperawatan, membantu anak tidur sesuai dengan
kebutuhan.

31
e. Diagnosa 5: Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan imobilitas dan edema.

32
NIC : NOC :

1)Beri matras busa berlekuk sebagai tempat tidur anak.


Hasil yang diharapkan: anak
Rasional: matras busa berlekuk mengatasi bagian-bagian akan mempertahankan
tulang yang menonjol sehingga mengurangi resiko integritas kulit normal, yang
kerusakan kulit. ditandai oleh warna kulit
kemerah mudaan, dan tidak
2)Bantu anak mengubah posisi setiap 2 jam.
ada kemerahan, edema, serta
kerusakan kulit.
Rasional: mengganti posisi dengan sering dapat
mengurangi tekanan pada area kapiler dan meningkatkan
sirkulasi sehingga mengurangi resiko kerusakan kulit.

3)Mandikan anak setiap hari, menggunakan sabun yang


mengandung lemak tinggi

Rasional: deodorant dan sabun yang mengandung parfum


dapat mengeringkan kulit sehingga mengakibatkan
kerusakan kulit.

4) Topang dan tinggikan ekstremitas yang mengalami


edema.

Rasional: menopang dan meninggikan ekstremitas dapat


meningkatkan aliran balik vena dan dapat mengurangi
pembengkakan.

5)Pada anak laki-laki, letakkan bantalan sekitar


skrotumnya.

33
Rasional: pemberian bantalan dapat mencegah kerusakan
kulit.

6)Yakinkan kembali orang tua bahwa penyakit tersebut


jarang menyebabkan efek jangka panjang.

Rasional: orang tua biasanya kuatir tentang efek penyakit,


khususnya jika menjalani dialisis. Selama fase akut
penyakit.

7)Jelaskan kepada orang tua tentang pentingnya


mempertahankan anak pada restriksi diet natrium, sampai
edema mereda dan fungsi ginjal kembali normal.

Rasional: diet restriksi natrium diperlukan karena asupan


natrium yang berlebihan dapat menghalangi eksresi air.

8)Instruksikan orang tua untuk membatasi aktivitas anak


sampai dokter menyetujui bahwa anak dapat melakukan
aktivitas seperti sedia kala.

Rasional: restriksi aktivitas diperlukan untuk mencegah


stress pada ginjal yang dapat menyebabkan kekambuhan
penyakit.

10)Ajarkan orang tua tentang tanda dan gejala infeksi


pernapasan atas, seperti meningkatnya suhu tubuh, nyeri
tenggorokan dan batuk; juga ajarkan mereka tentang tanda
dan gejala gagal ginjal misalnya penurunan haluaran urine,

34
kenaikan berat badan dan edema.

Rasional: dengan mengetahui tanda dan gejala infeksi


berulang serta gagal ginjal mendorong orang tua mencari
bantuan medis

35
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penulisan makalah di atas, maka kami selaku penulis menarik
kesimpulan Kesimpulan, Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah suatu
reaksi imunologis ginjal terhadap bakteri / virus tertentu. Yang sering
terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada
usia 3-7 tahun. Masalah keperawatan yang muncul adalah Gangguan
perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan retensi air dan
hipernatremia Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
oliguria, Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia, Intoleran aktivitas yang berhubungan
dengan kelelahan, Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan imobilitas dan edema, Ansietas (orang tua) yang berhubungan
dengan rawat inapo anak dirumah sakit, Deficit pengetahuan yang
berhubungan dengan pemahaman intruksi perawatan dirumah. Pasien
GNA perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan
pengobatan/pengawasan perkembangan penyakitnya untuk mencegah
penyakit menjadi lebih buruk. Hanya pasien GNA yang tidak terdapat
tekanan darah tinggi, jumlah urine satu hari paling sedikit 400ml dan
keluarga sanggup setra mengerti boleh dirawat diruah di bawah
pengawasan dokter. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah
gangguan faal ginjal, resiko terjadi komplikasi, diet, gangguan rasa
aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.

36
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Untuk klien dan keluarga
Orang tua diharapkan dapat membantu usaha pengobatannya
misalnya untuk pemeriksaan atau tindakan, sering memerlukan
biaya yang cukup banyak sedangkan rumah sakit tidak tersedia
keperluan tersebut. (sebelumnya orang tua diberi penjelasan
mengenai perlunya pengumpulan urine dan mencatat minum
anak selama 24 jam, untuk keperluan pengamatan perkembangan
penyakit anaknya)
2. Untuk perawat
Perawat diharapkan dapat meningkatkan kwalitas asuhan
keperawatan dan pendokumentasian keperawatan yang lebih
akurat dan lengkap sesuai dengan keadaan klien guna
mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kepuasan klien.
Pentingnya memberikan edukasi kepada klien untuk menambah
pengetahuan Penjelasan yang perlu disampaikan kepada orang tua
pasien adalah: Bila ada anak yang sakit demam tinggi disertai rasa
sakit menelan atau batuk dan demam tinggi hendaknya berobat ke
dokter/pelayanan kesehatan supaya anak mendapatkan pengobatan
yang tepat dan cepat. Jika anak sudah terlanjur menderita GNA
selama dirawat dirumah sakit, orang tua diharapkan dapat
membantu usaha pengobatannya misalnya untuk pemeriksaan atau
tindakan, sering memerlukan biaya yang cukup banyak sedangkan
rumah sakit tidak tersedia keperluan tersebut. (sebelumnya orang
tua diberi penjelasan mengenai perlunya pengumpulan urine dan
mencatat minum anak selama 24 jam, untuk keperluan pengamatan

37
perkembangan penyakit anaknya). Bila pasien sudah boleh pulang,
dirumah masih harus istirahat cukup. Walaupun anak sudah
diperbolehkan sekolah tetapi belum boleh mengikuti kegiatan
olahraga. Makanan, garam masih perlu dikurangi sampai keadaan
urine benar-benar normal kembali (kelainan urine, adanya eritrosit
dan sedikit protein akanmasih diketemukan kira-kira 4 bulan
lamanya). Jika makanan dan istirahatnya tidak diperhatikan ada
kemungkinan penyakit kambuh kembali. Hindarkan terjadinya
infeksi saluran pernapasan terutama mengenai tenggorokan untuk
mencegah penyakit berulang. Kebersihan lingkungan perlu
dianjurkan agar selalu diperhatikan khususnya streptococcus yang
menjadi penyebab timbulnya GNA. Pasien harus control secara
teratur untuk mencegah timbulnya komplikasi yang mungkin
terjadi seperti glomerulus kronik atau bahkan sudah terjadi gagal
ginjal akut. Juga petunjuk mengenai kegiatan anak yang telah
boleh dilakukan.

3. Untuk mahasiswa
a. Mahasiswa diharapkan lebih memahami teori tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Glomerulo Nefritis Akut
sehingga mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan Glomerulo Nefritis Akut sehingga secara
khomprehensif.
b. Mahasiswa meningkatkan komunikasi terapeutik sehingga
terjadi trust antara klien dan mahasiswa guna tercapai tujuan
asuhan keperawatan

38
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Santosa Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi


dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: PT. Fajar Luterpratama

Smeltzer, S.2002. Buku ajar keperawatan Medikal bedah.ed.8. vol.2.

Lemone, P.2004. Medical Surgical nursing; critical thinking in client care


I.ED.3.Jil.1

Rudolph,A.2006. Buku ajar pediatrik II.ed.2, Cet.1;jil II.

39

Anda mungkin juga menyukai