TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Barotrauma
2.1.1. Definisi
Barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik yang
terjadi pada saat menyelam atau saat terbang. Barotrauma merupakan segala sesuatu
yang diakibatkan oleh tekanan kuat yang tiba-tiba dalam ruangan yang berisi udara pada
tulang temporal, yang diakibatkan oleh kegagalan tuba eustachius untuk menyamakan
tekanan dari bagian telinga tengah dengan adekuat dan terjadi paling sering selama turun
dari ketinggian atau naik dari bawah air saat menyelam. Barotrauma dapat terjadi
bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru) mejadi ruang
tertututup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal.2
Dysbarism adalah istilah yang mencangkup penuh seluruh efek samping dari
perubahan tekanan , sementara barotrauma menggambarkan kerusakan mekanis dari gas
yang dilepaskan ke dalam jaringan.2
Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh menjadi
ruang tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi yang normal.2
Kelainan ini terjadi pada keadaan-keadaan:
a. Saat menyelam
Saat seseorang menyelam, ada beberapa tekanan yang berpengaruh yaitu tekanan
atmosfer dan tekanan hidrostatik. Tekanan atmosfer yaitu tekanan yang ada di atas air.
Tekanan hidrostatik yaitu tekanan yang dihasilkan oleh air yang berada di atas penyelam.
Barotrauma dapat terjadi baik pada saat penyelam turun ataupun naik.
Diver’s depth gauges digunakan hanya untuk mengetahui tekanan hidrostatik
(kedalaman air) dan berada pada angka nol pada permukaan laut. Ini tidak dapat
mengetahui 1 atmosfer (1 ATA) diatasnya. Jadi, gauge pressure selalu 1 atmosfer lebih
rendah dari tekanan yang sebenarnya dan tekanan absolut.3
Tekanan atmosfer
Tekanan atmosfer yang ada di laut yaitu 1 atmosfer atau 1 bar. 1 Atmosfer
diperkirakan mendekati dengan 10 meter kedalaman laut, 33 kaki kedalaman air laut, 34
kaki kedalaman air segar, 1 kg/cm2, 14,7 Ibs/in2 psi, 1 bar, 101,3 kilopascals, 760
mmHg.3
Tekanan Absolut
Tekanan absolut merupakan tekanan total yang dialami seorang penyelam ketika
berada di kedalaman laut yang merupakan jumlah dari tekanan atmosfer yang berada di
permukaan air ditambah tekanan yang dihasilkan oleh massa air di atas penyelam
(tekanan hidrostatik). Tekanan total yang dialami penyelam disebut tekanan absolut.
Tekanan ini menggambarkan keadaan atmosfer dan dissebur sebagai absolut atmosfer
atau ATA.3
Tekanan Gauge
Seperti yang telah dijelaskan, tekanan hidrostatik pada pada penyelam secara
umum diukur dengan suatu tekanan atau depth gauge. Seperti alat ukur yang telah
dijelaskan tekanan pada permukaan laut dan mengabaikan tekanan atmosfer (1 ATA).
Tekanan gauge dapat diubah menjadi tekanan absolute dengan menambahkan 1 tekanan
atmosfer.3
Tekanan Parsial
Pada campuran gas, proporsi tekanan total yang dimiliki oleh masing-masing gas
disebut sebagai tekanan parsial (bagian atas tekanan). Tekanan parsial yang dimiliki oleh
masing-masing gas sebanding dengan persentase campuran. Setiap gas memiliki proporsi
yang sama dengan tekanan total campuran, seperti proporsinya dalam komposisi
campuran. Misalnya, udara pada 1 ATA mengandung oksigen 21%, maka tekanan parsial
oksigen adalah 0,21 ATA dan udara pada 1 ATA mengandung nitrogen 78%, maka
tekanan parsial nitrogen adalah 0,78 ATA.3
Barotrauma pada saat menyelam dapat terjadi pada saat turun ke dalam air yang
disebut sebagai squeeze, sedangkan barotrauma pada saat naik ke permukaan air secara
cepat disebut reverse squeeze atau overpressure.4
b. Saat penerbangan
Seseorang dalam suatu penerbangan akan mengalami perubahan ketinggian yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan udara sekitar. Tekanan udara akan
menurun pada saat lepas landas (naik/ascend) dan meninggi saat pendaratan
(turun/descend). Tekanan lingkungan yang menurun, menyebabkan udara dalam telinga
tengah mengembang dan secara pasif akan keluar melalui tuba auditiva. Jika perbedaan
tekanan antara rongga telinga tengah dan lingkungan teralu besar, maka tuba auditiva
akan menciut. Untuk memenuhi regulasi tekanan yang adekuat, terjadi perbedaan
tekanan telinga tengah dengan tekanan atmosfir yang besar selama lepas landas dan
mendarat, menyebabkan ekstensi maksimal membran tympani. Keadaan ini dapat
mengakibatkan pendarahan. Pada ekstensi submaksimal, akan timbul perasaan penuh
dalam telinga dan pada ekstensi maksimal berubah menjadi nyeri.5
Berdasarkan letak anatomisnya, barotrauma dapat dibagi menjadi:4
a. Barotrauma Telinga
Barotrauma telinga luar
Barotraumas telinga tengah
Barotraumas telinga dalam
b. Barotrauma Sinus Paranasalis
c. Barotrauma Pulmonal
d. Barotrauma Odontalgia
2.1.3. Epidemiologi
Kerusakan pada tubuh akibat perubahan tekanan dari luar biasanya terjadi di
daerah khusus. Salah-satunya yang paling banyak terjadi pada olahraga atau hiburan
menyelam, yang menggunakan scuba ( self-contained ) atau peralatan alat bantu
pernapasan bawah air.
Kasus barotrauma di Amerika Serikat dapat ditemukan pada 2,28 kasus per
10.000 penyelaman pada kasus berat. Sedangkan pada kasus ringan tidak diketahui
karena banyak penyelam tidak mencari pengobatan. Risiko barotrauma meningkat pada
penyelam dengan riwayat asma, selain itu juga meingkat 2,5 kali pada pasien dengan
paten foramen ovale. Kematian akibat barotrauma di pesawat militer telah dilaporkan
terjadi pada tingkat 0,024 per juta penerbangan. Tingkat insiden dekompresi untuk rata-
rata penerbangan sipil sekitar 35 per tahun. Sedangkan pada departemen pertahan
Australia dapat ditemukan 82 insiden per juta jam waktu terbang.2
Hukum Boyle menyatakan bahwa terdapat hubungan antara volume gas dalam
ruangan tertutup dengan tekanan lingkungan sekitar. Penurunan atau peningkatan pada
tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu volume
dalam ruangan tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur
tersebut dapat rusak karena ekspansi atau kompresi. Barotrauma dapat timbul akibat
adanya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar struktur tubuh yang terkait.2
Barotrauma yang terjadi pada saat penurunan disebut squeeze. Syarat untuk terjadinya
squeeze adalah:4
Adanya ruangan yang berisi udara
Ruangan tersebut memiliki dinding yang kuat
Ruangan tersebut tertutup
Ruangan tersebut memiliki membran dengan suplai darah dari arteri maupun vena
yang memasuki ruangan dari luar
Adanya perubahan tekanan pada lingkungan sekitar secara tiba - tiba
Barotrauma yang terjadi pada saat penyelam naik dari kedalaman secara cepat
disebut reverse squeeze atau overpressure. Terjadi usaha tubuh untuk mengeluarkan
isi dari ruangan untuk menyesuaikan tekanan.4
Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamnesis umumnya didapatkan adanya riwayat menyelam atau
penerbangan di mana terdapat perubahan cepat pada tekanan lingkungan. Secara
spesifik, barotrauma juga dapat ditemukan riwayat ventilasi tekanan positif yang
mengakibatkan peningkatan tekanan paru sehingga menyebabkan terjadinya
pulmonary barotrauma.4 Pasien dengan barodontalgia biasanya memiliki satu atau
lebih keadaan sebagai berikut yaitu karies, inflamasi periapikal akut maupun kronik,
kista gigi residual, sinusitis, maupun riwayat operasi gigi dalam waktu dekat. Riwayat
infeksi telinga tengah maupun luar juga dapat menjadi penanda barotrauma telinga
tengah maupun luar. Pada sinus barotrauma biasanya pasien memiliki riwayat rinitis
dan polip nasi.3,4
5) Barotrauma Odontalgia
Barodontalgia terjadi bila terdapat udara yang dibentuk oleh pembusukan
berada pada sambungan yang kurang baik sehingga udara tersebut terperangkap.
Gejala klinis yang terjadi adalah keretakan gigi maupun lepasnya tambalan gigi.3
3) Overpressure Pulmonal
Disebabkan karena ekspansi dari gas yang masuk ke paru - paru saat
menyelam. Ekspansi ini bila melebihi kapasitas pengembangan paru akan
dipaksakan untuk masuk ke dalam jaringan sekitar dan pembuluh darah
sehingga menimbulkan emboli. Gejala yang ditimbulkan bergantung pada
daerah emboli. Gas pada jaringan sekitar paru akan menimbulkan emfisema
mediastinum dan subkutis, bahkan pneumothoraks.3,7
c. Pemeriksaan Fisik
Pada peneriksaan fisik ditemukan pembengkakan dan perdarahan pada daerah
yang mengalami squeeze maupun overpressure, adanya krepitasi pada emfisema
subkutis, dan defisit neurologis pada pasien dengan emboli gas.3
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita barotrauma adalah pemeriksaan lab
berupa:3
Analisa Gas Darah
Untuk mengevaluasi gradien alveolus-arteri untuk mengetahui terjadinya emboli
gas.
Darah Lengkap
Pasien yang memiliki hematokrit lebih dari 48% memiliki sekuele neurologis
yang persisten selama 1 bulan setelah perlukaan.
Kadar Serum Kreatin Fosfokinase
Peningkatan kadar serum kreatin fosfokinase menandakan peningkatan
kerusakan jaringan karena mikroemboli.
Peralatan Pemeriksaan
a. Berapa banyak udara yang tersisa di dalam tangki? Komposisi? (terutama
dalam teknis diving)
b. Keberadaan karbon monoksida?
c. Regulator / tangki / SM termasuk pengujian dalam kondisi yang relevan.
d. Dive computer log down loaded (ini adalah bukti terbaik dari kecepatan pada
saat naik)
e. Apakah penyelam menggunakan beban terlalu banyak pada sabuk berat
badan.
Autopsi
a. CT scan tubuh harus dilakukan dalam waktu 8 jam kematian
b. Temuan otopsi termasuk deskripsi situs dan perkiraan volume gas
c. Histologi organ yang relevan khususnya paru-paru, jantung dan otak
d. Toksikologi termasuk karbon, alkohol monoksida dan obat
2. Penyimpanan Tubuh
Jenazah sering dibawa ke kamar mayat dengan masih menggunakan
peralatan menyelam, pakaian basah, sirip, masker,sabuk berat. Karena efek dari
isolasi setelan yang basah adalah temuan umum untuk jenazah untuk menunjukkan
awal posting perubahan dekomposisi mortem, walaupun pendinginan. Patologi
harus tepat dalam meninjau, mempertimbangkan, dan mendokumentasikan
(termasuk fotografi) penampilan luar dari tubuh pada saat penerimaan pertama di
tempat yang memiliki fasilitas.
4. Autopsi
Kehilangan perlengkapan menyelam harus dicatat, dan perlengkapan harus
disimpan dengan saluran yang tertutup untuk penyegelan gas pernapasan untu
kanalisis.
Pemeriksaan Luar
Adanya busa pada disekitar hidung atau mulut (cairan edema pulmonal)
sering terlihat pada kasus tenggelam. Hal ini cepat hilang sehingga pemeriksaan
cepat pada tubuh harus dilakukan. Tanda - tanda kompresi pada hidung dan atau
mulut dan pendarahan kecil pada konjungtiva biasanya mengindikasikan squeeze
masker yang menandakan penyelarasan tekanan yang kurang saat turun pada
kedalaman. Pemeriksaan membran timpani dengan otoskopi dapat
memperlihatkan perforasi biasanya pada penurunan). Gigitan pada bibir atau
lidah dapat mengindikasikan fitting (periksa juga mouthpiece). Perdarahan,
abrasi, dan lebam pada wajah dan ekstremitas menunjukkan perlukaan yang
terjadi sebelum sirkulasi berhenti. Ini dapat terjadi karena trauma oleh batu, atau
gigitan binatang. Kerusakan setelah kematian oleh lingkungan dapat dideteksi
dengan tidak adanya perdarahan pada jaringan lunak sekitarnya.
Pemeriksaan Dalam
a. Kepala dan Leher
Pada pemeriksaan dalam, langka pertama yang dilakukan adalah
mengikat ateri karotis pada dasar leher. Kepala kemudian dibuka dan dilihat
adanya gas pada arteri serebralis. forceps arteri ditempatkan ditengah arteri
serebral, basilar dan vetebral sebelum dipotong, otak kemudian diletakkan
dibawah air dan klem dilepaskan untuk menobservasi apakah ada gelembung
udara yang keluar dari ujung pembuluh darah.
Membran timpani harus diperiksa untuk melihat adanya perforasi
menggunakan ostoskopi. Jika terdapat kerusakan membran timpani atau ada
bukti lain gangguan pada telinga tengah atau dalam, telinga tengah dan dalam
harus diperiksa dan idealnya dikeluarkan, untuk kemudian diperiksa dan
dilihat kerusakannya.
Pemeriksaan nuropati pada otak dianjurkan untuk dilakukan. Pada
beberapa kasus emboli gas arteri serebralis, terdapat perdarahan perivaskuler
pada batang otak dan dasar ventrikel keempat, walaupun signifikansi tidak
tetap. Waktu minimum untuk fiksasi formalin pada otak untuk pemeriksaan
neuropatologis yang optimal adalah sekitar 48 jam immersi pada 20%
formalin.
Jika pemeriksaan neuropatologi pada otak tidak dapat dilakukan,
pemeriksaan pada otak yang segar harus dilakukan dengan sistematis
danhati-hati. Jika resusitasi awalnya berhasil dan penyelam bertahan hidup
untuk sementara waktu sebelum kematian, perubahan patologis pada otak
dan medullaspinalis lebih dapat terjadi.
b. Sistem saraf
Dalam sistem saraf pusat, petekie dapat ditemukan diberbagai
tempat, termasuk sum-sum tulang belakang. jika korban bertahan selama satu
hari atau lebih, infark awal mungkin akan terlihat. Secara histologi, akan
terlihat perdarahan berbentuk cincin disekitar pembuluh darah dan mungkin
juga ditemukan pada white matter.
c. Dada dan Abdomen
Penemuan gas pada jantung, vena kava inferior, dan vena porta telah
dideskripsikan di atas. Paru-paru yang overexpanded yang menutupi jantung
dan menunjukkan immersi dari kosta dapat ditemukan pada tenggelam dan
kondisi dimana adanya pemerangkapan udara perifer seperti asma dan
aspirasi dalam pada muntah; hal ini juga dapat merupakan karakteristik dari
resusitasi.
Adanya air pada abdomen dan edema pada paru dan trakea
menandakan adanya tenggelam. Paru dapat diinflasi dengan udara di dalam
air untuk menemukan kebocoran paru yang menunjukkan adanya barotrauma
pulmonal.
Jantung harus diperiksa dengan teliti untuk mendeteksi
aterosklerosis koroner dan kelainan jantung lainnya yang dapat
menyebabkan kematian tiba-tiba. Foramen ovale pada jantung harus periksa
patensinya karena hal ini dapat menyebabkan tejadinya emboli gas
paradoksis.
2.2. Dysbarism
2.2.1. Definisi
Adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh perbedaan tekanan atmosfer
sekeliling dan tekanan gas total pada berbagai jaringan, cairan dan rongga dalam tubuh,
kecuali Hipoksia (dorland).8
Rongga dalam tubuh:
Sinus paranasalis
Cavum tympani
Saluran pencernaan yang bermuara di mulut dan anus
Paru-paru, saluran yang nermuara pada hidung dan mulut
Gigi-gigi berlubang
Dysbarism dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Sebagai akibat pengembangan gas-gas dalam rongga tubuh. Golongan ini sering
juga disebut : pengaruh mekanis pengembangan gas-gas dalam rongga tubuh atau
pengaruh mekanis akibat perubahan tekanan sekitar tubuh.
b. Sebagai akibat penguapan gas-gas yang terlarut dalam tubuh. Kelompok ini kadang-
kadang juga disebut penyakit dekompresi, sehingga kadang-kadang mengaburkan
pengertian penyakit dekompresi yang digunakan orang untuk istilah pengganti
dysbarism.
b. Telinga
Bertambahnya ketinggian akan menyebabkan tekanan dalam telinga tengah
menjadi lebih besar dari tekanan di luar tubuh, sehingga akan terjadi aliran udara
dani telinga tengah ke luar tubuh melalui tuba Eustachii. Bila bertambahnya
ketinggian terjadi dengan cepat, maka usaha mengadakan keseimbangan tidak cukup
waktu; hal ini akan menyebabkan rasa sakit pada telinga tengah karena teregangnya
selaput gendang, bahkan dapat merobekkan selaput gendang. Kelainan ini disebut
aerotitis atau barotitis. Kejadian serupa dapat terjadi juga pada waktu ketinggian
berkurang, bahkan lebih sering terjadi karena pada waktu turun tekanan di telinga
tengah menjadi lebih kecil dari tekanan di luar sehingga udara akan mengalir masuk
telinga tengah, sedang muara tuba eustachii di tenggorokan biasanya sering tertutup
sehingga menyukarkan aliran udara.
Bila ada radang di tenggorokan lubang tuba Eustachii makin sempit sehingga
lebih menyulitkan aliran udana melalui tempat itu; hal ini berarti kemungkinan
terjadinya banotitis menjadi lebih besar. Di samping itu pada waktu turun udara yang
masuk ke telinga tengah akan melalui daerah radang di tenggorokan, sehingga
kemungkinan infeksi di telinga tengah sukar dihindarkan.
c. Sinus Paranasalis
Muara sinus paranasalis ke rongga hidung pada umumnya sempit. Sehingga
bila kecepatan naik atau turun sangat besar, maka untuk penyesuaian tekanan antara
rongga sinus dan udara luar tidak cukup waktu, sehingga akan timbul rasa sakit di
sinus yang disebut aerosinusitis. Karena sifat sinus paranasalis yang selalu terbuka,
maka aerosinusitis ini dapat terjadi pada waktu naik maupun turun dengan
prosentase yang sama. Pada keadaan radang saluran pernapasan bagian atas,
kemungkinan terjadinya aerosinusitis makin besar. Aerosinusitis ini lebih jarang bila
dibandingkan dengan aerotitis, karena bentuk saluran penghubung dengan udara
luar.
d. Gigi
Pada gigi yang sehat dan normal tidak ada rongga dalam gigi, tetapi pada gigi
yang rusak kemungkinan terjadi kantong udara dalam gigi besar sekali. Dengan
mekanisme seperti pada proses aerotitis dan aerosinusitis di atas, pada kantong udara
di gigi yang rusak ini dapat pula timbul rasa sakit. Rasa sakit ini disebut
aerodontalgia. Patofisiologi aerodontalgia ini masih belum jelas.
2.2.3. Pengaruh Penguapan Gas yang Larut dalam Tubuh
Dengan berkurangnya tekanan atmosfer bila ketinggian bertambah, gas-gas yang
tadinya larut dalam sel dan jaringan tubuh akan keluar sebagian dari larutannya dan
timbul sebagai gelembung-gelembung gas sampai tercapainya keseimbangan baru.
Mekanismenya adalah sesuai dengan Hukum Henry.
Pada kehidupan sehari-hari peristiwa ini dapat dilihat pada waktu kita membuka
tutup botol yang bersisi limun, air soda atau bir yaitu timbul gelembung-gelembung gas.
Gelembung-gelembung gas yang timbul dalam tubuh manusia bila tekanan atmosfer
berkurang sebagian besar terdiri dari gas N2. Gejala-gejala pada penerbang baru timbul
pada ketinggian 25.000 kaki. Semakin cepat ketinggian bertambah, semakin cepat pula
timbul gejala. Pada ketinggian di bawah 25.000 kaki gas N2masih sempat dikeluarkan
oleh tubuh melalui paru-paru. Gas tersebut diangkut ke paru-paru oleh darah dari scl-sel
maupun jaringan tubuh.
Timbulnya gelembung-gelembung ini berhenti bila sudah terdapat keseimbangan
antara tekanan udara di dalam dan tekanan udara di luar. Hal ini dapat di-mengerti dengan
mengingat Hukum Henry dan Hukum Graham. Gelembung-gelembung ini memberikan
gejala karena urat-urat saraf di dekatnya tertekan olehnya, di samping itu tertekan pula
pembuluh-pembuluh darah kecil di sekitarnya. Menurut sifat dan lokasinya, gejala-gejala
ini terdiri atas :
c. Bends
Bends adalah rasa nyeri yang dalam dan terdapat di sendi serta dirasakan terus-
menerus, dan umumnya makin lama makin bertambah berat. Akibatnya penerbang
atau awak pesawat tak dapat sama sekali bergerak karena nyerinya. Sendi yang
terkena umumnya adalah sendi yang besar seperti sendi bahu, sendi lutut, di samping
itu juga sendi yang lebih kecil seperti sendi tangan, pergelangan tangan dan
pergelangan kaki, tetapi lebih jarang.
d. Chokes
Chokes adalah rasa sakit di bawah tulang dada yang disertai dengan batuk
kering yang terjadi pada penerbangan tinggi, akibat penguapan gas nitrogen yang
membentuk gelembung di daerah paru-paru. Chokes lebih jarang terjadi bila
dibandingkan dengan bends, tetapi bahayanya jauh lebih besar, karena
dapamenganqam jiwa penerbang.
e. Gejala pada kulit
Gejala-gejala pada kulit adalah perasaan seperti ditusuk-tusuk dengan jarum,
gatal-gatal, rasa panas dan dingin, timbul bercak kemerah-merahan dan gelembung-
gelembung pada kulit. Gejala-gejala ini tidak memberikan gangguan yang berat, tetapi
merupakan tanda bahaya atau tanda permulaan akan datangnya bahaya dysbarism
yang lebih berat.
2.3.2. Etiologi
Secara empiris penyakit dekompresi disebabkan oleh supersaturasi nitrogen. Hal
ini berhubungan dengan tidak cukupnya waktu untuk membuang gas yang berlebihan
ke paru dimana terjadi difusi menuju ke udara luar sehingga gas nitrogen membentuk
gelembung di jaringan dan di darah.
2.3.3. Epidemiologi
Penyakit dekompresi bervariasi dalam frekuensi kejadian dan berat ringannya
tergantung pada faktor-faktor berikut
a. ketinggian, lama di ketinggian, dan kecepatan naik
Semakin tinggi, semakin lama di ketinggian, dan semakin cepat naik ke
ketinggian menyebabkan semakin tinggi insiden penyakit dekompresi dan semakin
berat derajat penyakit.
b. Kegiatan fisik
Semakin banyak kegiatan fisik cenderung menyebabkan semakin mudah
mengalami penyakit dekompresi.
c. umur dan bentuk badan
Semakin tua dan semakin tinggi IMT menyebabkan semakin tinggi insiden
penyakit dekompresi
d. Kepekaan individual
kepekaan individu yang berbeda-beda menyebabkan insiden penyakit
dekompresi yang berbeda berdasarkan kepekaan individu tersebut.
2. Aly, Rusly, dr. Barotrauma. Banda Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala. 2010;35-8.
3. Edmonds, Carl MD, et al. Physics Diving Chapter 2 dalam Diving Medicine for
SCUBA Divers 5th Edition. Australia: National Library of Australia. 2013; 11-28.
4. Direction of Commander, Naval Sea Systems of Command. Mixed Gas Surface
Supplied Diving Operations in US Navy Diving Manual Revision 6. 2011; 180-199.
5. Ajeng, Darmafindi dan Indriawati Ratna. Pengaruh Frekuensi Penggunaan Pesawat
Terbang dengan Kejadian Barotrauma. Yogyakarta: Bagian Fisiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2011.;1-6.
6. Edmonds, Carl MD, et al. Other Barotrauma Chapter 11 dalam Diving Medicine for SCUBA
Divers 5th Edition. Australia: National Library of Australia. 2013; 130-134.
7. Lawrence, Chris Dr. Autopsy and Investigation of Scuba Diving Fatalities. Australia:
The Royal College of Pathologist of Australia. 2012;1-16.
8. Vicent J. M. Suzanna E. Dana, 1998.Handbook of Forensic Pathology. “Barotrauma and
Dysbarism”. Landes Bioscience
Patofisiologi
peningkatan ketinggian
supersaturasi sementara
tubuh berusaha membuat keseimbangan baru dengan mengirim kelebihan gas ke vena dan
(gagal)
disebabkan oleh
ketidakcukupan waktu untuk membuat keseimbangan baru antara lingkungan internal tubuh
dan lingkungan eksternal tubuh
aeroembolisme
bends
chokes
gejala kulit
gejala neurologi
gejala sirkulasi