Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

ETIOLOGI DAN PREVENTIF BAROTRAUMA

OLEH:

TOGOS SAMUEL (406161009)

ANDIKA GHIFARI (406162105)

ANDITA RIZKY CINANTHIA (406162122)

PEMBIMBING:

Dr. DJOKO PRASETYO ADI, Sp.THT-KL

PROGRAM KEPANITERAANBAGIAN THT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA


RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO

SEMARANG

2017

BAB I

PENDAHULUAN

Barotrauma adalah kerusakan jaringan yang terjadi akibat perbedaan antara


tekanan udara (tekan barometrik) di dalam rongga udara fisiologis dalam tubuh
dengan tekanan di sekitarnya.(1) Barotrauma paling sering terjadi pada penerbangan
dan penyelaman. Tubuh manusia mengandung gas dan udara dalam jumlah yang
signifikan. Beberapa diantaranya larut dalam cairan tubuh. Udara sebagai gas bebas
juga terdapat di dalam saluran pencernaan, telinga tengah, dan rongga sinus, yang
volumenya akan bertambah dengan bertambahnya ketinggian.
Barotrauma merupakan segala sesuatu yang diakibatkan oleh tekanan kuat yang tiba-
tiba dalam ruangan yang berisi udara pada tulang temporal, yang diakibatkan oleh
kegagalan tuba eustakius untuk menyamakan tekanan dari bagian telinga tengah dan
terjadi paling sering selama turun dari ketinggian atau naik dari bawah air saat
menyelam. Barotrauma telinga tengah merupakan cedera terbanyak yang dapat terjadi
pada saat menyelam.2,3
BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI

II. 1 Telinga Tengah

II. 2. A Anatomi

Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari :


 Membran timpani yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara.
Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat
oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani dibagi atas 2 bagian
yaitu bagian atas disebut pars flasida (membrane sharpnell) dimana lapisan
luar merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan dalam
dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars tensa merupakan bagian yang tegang
dan memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat
kolagen dan sedikit serat elastin.
 Tulang pendengaran yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes. Tulang
pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan.
 Tuba eustachius, yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring. Sepertiga bagian lateral tuba yang berhubungan dengan telinga
tengah berupa tulang, sedangkan dua pertiga media adalah
fibrokartilaginosa.(1)

II. 2. B Fisiologi
Telinga tengah berperan penting dalam proses pendengaran. Suara bermula
dari gelombang tekanan udara, yang akan menggetarkan gendang telinga. Getaran ini
akan disampaikan ke dalam telinga dalam oleh tiga tulang pendengaran, stapes
bergerak ke dalam dan keluar dari telinga dalam seperti piston.(6)
Udara pada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara luar tubuh. Tuba
Eustachius berfungsi untuk ventilasi, drainase secret, dan proteksi agar menghalangi
masuknya secret dari nasofaring ke telinga tengah. Dengan adanya fungsi ventilasi
memungkinkan keseimbangan tekanan atmosfer pada kedua sisi membrane timpani.
Tuba akan membuka melalui kerja otot jika terdapat perbedaan tekanan sebesar 20
sampai 40 mmHg.(4)
Tuba Eustachius menghubungkan ruang telinga tengah dengan belakang
faring. Dalam keadaan biasa, hubungan saluran eustachius dan telinga tengah tertutup
dan terbuka melalui kontraksi aktif m. tensor veli palatine pada saat mengunyah atau
menguap.(1) Menjelaskan mengapa penumpang pesawat terbang merasa tuli
sementara saat pesawat lepas landas. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan
tekanan udara sekitar. Pada saat tersebut, tekanan udara disekitar telah turun
sementara tekanan udara di telinga tengah masih dengan tekanan udara saat masih di
darat. Perbedaan ini dapat diatasi dengan gerakan menelan sesuatu atau menguap.(1)

III. 1. 1 Barotrauma Telinga Tengah

Definisi

Barotitis Media (Aerotitis, Barotrauma) adalah gangguan telinga yang terjadi


akibat perubahan tekanan udara tiba-tiba di luar telinga tengah sehingga
menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Jika tekanan udara di dalam saluran telinga
dan tekanan udara di dalam telinga tengah tidak sama, maka bisa terjadi kerusakan
pada membrane timpani. Dalam keadaan normal, tuba eustachius (yang merupakan
penghubung antara telinga tengah dan nasofaring) membantu menjaga agar tekanan
di kedua tempat tersebut tetap sama dengan cara membiarkan udara dari luar masuk
ke telinga tengah atau sebaliknya.(5)

Perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah. Hal itu


mengakibatkan tuba eustachius gagal membuka, terutama pada penyelaman kompresi
udara (scuba) atau penyelaman dengan menahan napas. Kondisi tersebut sering
terjadi pada kedalaman 10 sampai 20 kaki. Gejalanya, telinga terasa nyeri dan penuh
serta kemampuan pendengaran berkurang.(1)

I. Etiologi dan Klasifikasi


Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh
menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi yang normal.
Kelainan ini terjadi pada keadaan-keadaan:2
a. Saat menyelam
Saat seseorang menyelam, ada beberapa tekanan yang berpengaruh yaitu
tekanan atmosfer dan tekanan hidrostatik. Tekanan atmosfer yaitu tekanan
yang ada di atas air. Tekanan hidrostatik yaitu tekanan yang dihasilkan oleh air
yang berada di atas penyelam. Barotrauma dapat terjadi baik pada saat
penyelam turun ataupun naik. Diver’s depth gauges digunakan hanya untuk
mengetahui tekanan hidrostatik (kedalaman air) dan berada pada angka nol
pada permukaan laut. Ini tidak dapat mengetahui 1 atmosfer (1 ATA)
diatasnya. Jadi, gauge pressure selalu 1 atmosfer lebih rendah dari tekanan
yang sebenarnya dan tekanan absolut.9

 Tekanan atmosfer
Tekanan atmosfer yang ada di laut yaitu 1 atmosfer atau 1 bar. 1
Atmosfer diperkirakan mendekati dengan 10 meter kedalaman laut, 33 kaki
kedalaman air laut, 34 kaki kedalaman air segar, 1 kg/cm2, 14,7 Ibs/in2 psi,
1 bar, 101,3 kilopascals, 760 mmHg.9

Tabel 1. Tekanan atmosfer dan Tekanan Gauge di bawah laut9


Tekanan Absolute Tekanan Gauge Kedalaman Laut
1 ATA 0 ATG Permukaan
2 ATA 1 ATG 10 meter (33ft)
3 ATA 2 ATG 20 meter (66 ft)
4 ATA 3 ATG 30 meter (99 ft)
Gambar 9. Tekanan di berbagai lapisan bumi
(dikutip dari kepustakaan 9)

 Tekanan Absolut
Tekanan absolut merupakan tekanan total yang dialami seorang penyelam
ketika berada di kedalaman laut yang merupakan jumlah dari tekanan atmosfer
yang berada di permukaan air ditambah tekanan yang dihasilkan oleh massa air di
atas penyelam (tekanan hidrostatik). Tekanan total yang dialami penyelam disebut
tekanan absolut. Tekanan ini menggambarkan keadaan atmosfer dan disebut
sebagai absolut atmosfer atau ATA.9

 Tekanan Gauge
Seperti yang telah dijelaskan, tekanan hidrostatik pada pada penyelam secara
umum diukur dengan suatu tekanan atau depth gauge. Seperti alat ukur yang telah
dijelaskan tekanan pada permukaan laut dan mengabaikan tekanan atmosfer (1
ATA). Tekanan gauge dapat diubah menjadi tekanan absolute dengan
menambahkan 1 tekanan atmosfer. 9

 Tekanan Parsial
Pada campuran gas, proporsi tekanan total yang dimiliki oleh masing-masing
gas disebut sebagai tekanan parsial (bagian atas tekanan). Tekanan parsial yang
dimiliki oleh masing-masing gas sebanding dengan persentase campuran. Setiap
gas memiliki proporsi yang sama dengan tekanan total campuran, seperti

7
proporsinya dalam komposisi campuran. Misalnya, udara pada 1 ATA
mengandung oksigen 21%, maka tekanan parsial oksigen adalah 0,21 ATA dan
udara pada 1 ATA mengandung nitrogen 78%, maka tekanan parsial nitrogen
adalah 0,78 ATA.9
Barotrauma pada saat menyelam dapat terjadi pada saat turun ke dalam air
yang disebut sebagai squeeze, sedangkan barotrauma pada saat naik ke permukaan
air secara cepat disebut reverse squeeze atau overpressure.9

b. Saat penerbangan
Seseorang dalam suatu penerbangan akan mengalami perubahan ketinggian yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan udara sekitar. Tekanan udara akan
menurun pada saat lepas landas ( naik / ascend ) dan meninggi saat pendaratan ( turun /
descend ). Tekanan Lingkungan yang menurun, menyebabkan udara dalam telinga
tengah mengembang dan secara pasif akan keluar melalui tuba auditiva. Jika
perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah dan lingkungan teralu besar, maka
tuba auditiva akan menciut. Untuk memenuhi regulasi tekanan yang adekuat, terjadi
perbedaan tekanan telinga tengah dengan tekanan atmosfir yang besar selama lepas
landas dan mendarat, menyebabkan ekstensi maksimal membran tympani. Keadaan ini
dapat mengakibatkan pendarahan. Pada ekstensi submaksimal, akan timbul perasaan
penuh dalam telinga dan pada ekstensi maksimal berubah menjadi nyeri.11
Berdasarkan letak anatomisnya, barotrauma dapat dibagi menjadi:10
1. Barotrauma Telinga
 Barotrauma telinga luar
 Barotraumas telinga tengah
 Barotraumas telinga dalam
2. Barotrauma Sinus Paranasalis
3. Barotrauma Pulmonal
4. Barotrauma Odontalgia

Patofisiologi

Trauma akibat perubahan tekanan, secara umum dijelaskan melalui Hukum Boyle.
Hukum boyle menyatakan bahwa volume gas berbanding terbalik dengan tekanan atau
P1xV1 = P2xV2. Hukum Boyle yang mengatakan bahwa volume gas berbanding terbalik

8
dengan tekanannya, maka pada saat tekanan di sekitar tubuh menurun/meninggi, terjadi
perbedaan tekanan antara di rongga tubuh dengan di luar, sehingga terjadi
penekanan/penghisapan terhadap mukosa dinding rongga dengan segala akibatnya.
Berdasarkan Hukum Boyle diatas dapat dijelaskan bahwa suatu penurunan atau
peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan)
suatu volume gas dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka
struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun kompresi. Barotrauma dapat terjadi
bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang
tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal.

Seperti yang dijelaskan di atas, maka tekanan yang meningkat di telinga tengah perlu
diatasi untuk menyeimbangkan tekanan, sedangkan tekanan yang menurun biasanya dapat
diseimbangkan secara pasif. Dengan menurunnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga
tengah akan mengembang dan secara pasif akan keluar melalui tuba eustachius. Dengan
meningkatnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah dan dalam tuba eustachius
menjadi tertekan. Hal ini cenderung menyebabkan penciutan tuba eustachius.

Jika perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah dan lingkungan sekitar menjadi
terlalu besar (sekitar 90 sampai 100cmHg), maka bagian kartilaginosa dari tuba eustachius
akan semakin menciut. Jika tidak ditambahkan udara melalui tuba eustachius untuk
memulihkan volume telinga tengah, maka struktur-struktur dalam telinga tengah dan jaringan
didekatnya akan rusak dengan makin bertambahnya perbedaan. Terjadi rangkaian kerusakan
yang dapat dipekirakan dengan berlanjutnya keaadan vakum relatif dalam rongga telinga
tengah.(1)

Mula-mula membrana timpani tertarik kedalam. Retraksi menyebabkan pecahnya


pembuluh-pembuluh darah kecil sehingga tampak gambaran injeksi dan bula hemoragik pada
gendang telinga tengah juga mukosa telinga tengah juga akan berdilatasi dan pecah,
menimbulkan hemotimpanum. Kadang-kadang tekanan yang tinggi diluar dapat
menyebabkan ruptur membrana timpani.(1)

Barotrauma pada telinga tengah dapat terjadi saat menyelam ataupun saat terbang.
Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki pertama di bawah air setara dengan perubahan
tekanan pada ketinggian 18.000 kaki pertama diatas bumi. Dengan demikian, perubahan
tekanan lingkungan terjadi lebih cepat pada saat menyelam dibandingkan dengan saat

9
terbang. Hal ini dapat menjelaskan relatif tingginya insidens barotrauma pada telinga tengah
pada saat menyelam.(1)

Barotrauma telinga tengah dapat terjadi pada penyelam kompresi udara (SCUBA/Self
Contained Underwater Breathing Apparatus) atau penyelaman dengan menahan napas.
Seringkali terjadi pada kedalaman 10 sampai 20 kaki. Sekalipun insidens reltif lebih tinggi
pada saat menyelam, masih lebih banyak orang yang bepergian dengan pesawat dibandingkan
orang menyelam. Pesawat komersial telah diberi tekanan udara namun hanya sampai 8.000
kaki. Maka berotrauma masih mungkin terjadi, namun insidensnya tidak setinggi yang
diakibatkan menyelam.

Pada saat pesawat mulai naik, akan terjadi perubahan tekanan udara yang tiba-tiba,
dimana akan timbul tekanan positif pada rongga telinga tengah dan negatif pada bagian luar
membran timpani. Hal ini akan menimbulkan penonjolan keluar dari membrane timpani
(bulging), sedangkan saat pesawat akan mendarat akan terjadi keadaan yang sebaliknya akan
timbul tekanan negatif pada liang telinga tengah dengan tekanan positif pada bagian luar
telinga akibatnya terjadi retraksi-penarikan ke arah dalam. Di sinilah sangat dibutuhkan
fungsi normal tuba eusthacius untuk dapat mengalirkan udara yang terperangkap di telinga
tengah keluar melalui nasofaring.

Barotrauma telinga luar, tengah dan dalam. Barotrauma telinga ini bisa terjadi secara
bersamaan dan juga dapat berdiri sendiri.

Barotrauma telinga luar berhubungan dengan dunia luar, maka pada waktu menyelam,
air akan masuk ke dalam meatus akustikus eksternus. Bila meatus akustikus eksternus
tertutup, maka terdapat udara yang terjebak. Pada waktu tekanan bertambah, mengecilnya
volume udara tidak mungkin dikompensasi dengan kolapsnya rongga (kanalis akustikus
eksternus), hal ini berakibat terjadinya decongesti, perdarahan dan tertariknya membrana
timpani ke lateral. Peristiwa ini mulai terjadi bila terdapat perbedaan tekanan air dan tekanan
udara dalam rongga kanalis akustikus eksternus sebesar ± 150 mmHg atau lebih, yaitu
sedalam 1,5 – 2 meter.(8)

Barotrauma telinga tengah akibat adanya penyempitan, inflamasi atau udema pada
mukosa tuba mempengaruhi kepatenannya dan merupakan penyulit untuk menyeimbangkan
tekanan telinga tengah terhadap tekanan lingkungan yang terjadi pada saat ascent maupun

10
descent, baik penyelaman maupun penerbangan. Terjadinya barotrauma tergantung pada
kecepatan penurunan atau kecepatan peningkatan tekanan lingkungan yang jauh berbeda
dengan kecepatan peningkatan tekanan telinga tengah.

Barotrauma telinga dalam biasanya adalah komplikasi dari barotrauma telinga tengah
pada waktu menyelam, disebabkan karena malakukan maneuver valsava yang dipaksakan.
Bila terjadi perubahan dalam kavum timpani akibat barotrauma maka daerah kavum timpani
akan mengalami edema dan akan menekan stapes yang terletak pada foramen ovale dan
membran pada foramen rotunda, yang mengakibatkan peningkatan tekanan di telinga dalam
yang akan merangsang labirin vestibuler sehingga terjadi deviasi langkah pada pemeriksaan
“Stepping Test”. Dapat disimpulkan , gangguan pada telinga tengah dapat berpengaruh pada
labirin vestibuler dan menampakkan ketidakseimbangan laten pada tonus otot melalui refleks
vestibulospinal.

Faktor Risiko

Hal-hal yang menjadi factor predisposisi terjadinya barotrauma:

 Sumbatan pada tuba eustachius


 Menyelam dalam jangka waktu lama
 Naik kepermukaan dengan cepat setelah penyelaman.

Gejala-gejala klinik barotrauma telinga

1.Gejala descent (menyelam) barotrauma:


-Nyeri (bervariasi) pada telinga yang terpapar.
-Kadang ada bercak darah dihidung atau nasofaring.
-Rasa tersumbat dalam telinga/tuli konduktif.

2.Gejala ascent (penerbangan) barotrauma:


-Rasa tertekan atau nyeri dalam telinga.
-Vertigo.
-Tinnitus/tuli ringan.
-Barotrauma telinga dalam sebagai komplikasi.

11
Grading klinis kerusakan membrane timpani akibat barotrauma(7)
-Grade 0 : gejala tanpa tanda-tanda klinis
-Grade 1 : injeksi membrane timpani.
-Grade 2 : injeksi, perdarahan ringan pada membrane timpani.
-Grade 3 : perdarahan berat membrane timpani.
-Grade 4 : perdarahan pada membrane timpani menonjol dan agak kebiruan.
-Grade5 : perdarahan pada meatus eksternus + rupture membrane timpani.

II.Preventif
Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah
permen karet atau melakukan perasat Valsava, terutama sewaktu pesawat terbang mulai
turun untuk mendarat.4
Barotrauma dapat dicegah dengan menghindari terbang ataupun menyelam pada
waktu pilek dan menggunakan teknik pembersihan yang tepat. Jika terasa nyeri, agaknya
tuba eustacius telah menciut. Yang harus dikerjakan jika ini terjadi pada saat menyelam
adalah hentikan menyelam atau naiklah beberapa kaki dan mencoba menyeimbangkan
tekanan kembali. Hal ini tidak dapat dilakukan jika sedang terbang dalam pesawat
komersial, maka perlu untuk mencegah penciutan tuba eustakius. Metode terbaik adalah
dengan mulai melakukan manuver-manuver pembersihan dengan hati-hati beberapa menit
sebelum pesawat mendarat. Jika pasien harus terbang dalam keadaan pilek, maka
sebaiknya menggunakan dekongestan semprot hidung atau oral.. Tindakan prefentif
terdiri atas nasal spray vasokonstriktor 12 jam sebelum penerbangan, dekongestan oral
dan mengunyah permen karet ketika mendarat.1,12,13,14

12
IV. KESIMPULAN

Barotrauma terjadi karena adanya perbedaan antara tekanan udara di rongga-rongga


tubuh dengan tekanan udara luar secara tiba-tiba. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan
tubuh untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan tekanan tiba-tiba tersebut. Sehingga
terjadi kelainan seperti barotraumas atau barosinusitis.

Penyebab terjadinya barotraumas adalah penyumbatan pada tuba eustachius. Jika


terjadi penyumbatan tersebut maka udara tidak akan sampai ke telinga tengah dan terjadilah
perbedaan tekanan. Faktor risiko barotraumas adalah perubahan ketinggian dan penyelaman.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Adams Boeis Higler. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT. ECG, 1997.
2. Aly, Rusly, dr. Barotrauma. Banda Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
2010.
3. Cummings, Charles W. Cummings Otolaryngology Head and Neck Surgery Fourth
Edition. Maryland: Elsevier.2005.
4. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007.
5. Barotitis Media. 2012; http://sehat-enak.blogspot.com/2010/01/barotitis-media-aerotitis-
barotrauma.html. (diakses 1 Januari 2012)
6. Probes R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. New York: Thieme. 2006
7. Anatomy of Inner Ear. 2010; http://galileo.phys.virginia.edu/classes/304/pix.htm (diakses
4 Januari 2012).
8. Ear Barotrauma. 2012; http://www.medtogo.com/ear-lung-barotrauma.html (diakses 6
Januari 2012)
9. Edmonds, Carl MD, et al. Physics Diving Chapter 2 dalam Diving Medicine for SCUBA
Divers 5th Edition. Australia: National Library of Australia. 2013; 11-28.
10. Direction of Commander, Naval Sea Systems of Command. Mixed Gas Surface Supplied
Diving Operations in US Navy Diving Manual Revision 6. 2011; 180-199.
11. Ajeng, Darmafindi dan Indriawati Ratna. Pengaruh Frekuensi Penggunaan Pesawat
Terbang dengan Kejadian Barotrauma. Yogyakarta: Bagian Fisiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2011.;1-6.
12. Ballenger, JJ. Etc. Ballenger’s Otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. USA:
PMPH-USA. 2009. P. 215-6
13. Metin, TO. Diagnosis in Othorhinolaryngology- An Illustrated Guide. Turkey : Springer.
2009. P. 33
14. Menner, AL. A Pocket Guide to The Ear. New York : Thieme Stuttgart. 2003. P. 85

14

Anda mungkin juga menyukai