Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Panjang urethra pria adalah sekitar 15-20cm. Urethra dibagi menjadi segmen
anterior dan posterior. Urethra anterior (dari distal ke proksimal) meliputi meatus,
fosa navicularis, urethra penis atau pendulous, dan uretra bulbar. Urethra posterior
(dari distal ke proksimal) termasuk urethra membranosa dan urethra prostat.

Urethra terletak dalam korpus spongiosum, dimulai pada tingkat urethra


bulbar dan meluas sepanjang urethra penis. Urethra bulbar dimulai dari akar penis dan
berakhir pada diafragma urogenital. Urethra penis memiliki posisi yang lebih sentral
pada korpus spongiosum, berbeda dengan urethra bulat yang lebih dorsal.

Urethra membranosa melibatkan segmen memanjang dari diafragma


urogenital sampai verumontanum. Urethra prostatik meluas ke arah proksimal dari
verumontanum keleher kandung kemih. Dari eksternal ke internal, soft tissue jaringan
penis adalah kulit, superficial (dartos) fasia, deep (buck) fasia, dan tunika albuginea
yang mengelilingi korpus kavernosus dan spongiosum.

Sedangkan urethra pada wanita berukuran lebih pendek, kurang lebih 3,5-5cm
di bandingkan dengan urethra laki-laki. Setelah melewati diafragma urogenital,
urethra akan bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris dan bagina (vagina
opening). Terdapat M. Spinchter urethrae yang bersifat volunteer dibawah kendali
saraf somatis. Namun, tidak seperti urethra pada pria, urethra pada wanita tidak
memiliki fungsi reproduktif.

Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran


berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin keluar dari
tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat menyebabkan banyak
komplikasi, dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 1


B. Rumusan Masalah

Untuk mengangkat masalah yang ada, maka penulis menyusun beberapa rumusan
masalah. Rumusan masalah tersebut adalah:

1. ApapengertiandariStriktur Urethra?
2. ApaanatomidanfisiologidariStriktur Urethra?
3. Apaetiologidari gastritis Striktur Urethra?
4. ApapatofisiologidariStriktur Urethra?
5. BagaimanatandadangejaladariStriktur Urethra?
6. ApasajapenatalaksanaanStriktur Urethra?
7. Bagaimana test diagnostic untukStriktur Urethra?
8. ApasajakomplikasidariStriktur Urethra?
9. BagaimanaasuhankeperawatanpadaStriktur Urethra?

C. Tujuan Masalah

Adapuntujuan yang dilakukanadalahsebagaiberikut :


1. UntukmengetahuipengertiandariStriktur Urethra.
2. UntukmengetahuianatomidanfisiologidariStriktur Urethra.
3. UntukmengetahuietiologidariStriktur Urethra.
4. UntukmengetahuipatofisiologidariStriktur Urethra.
5. UntukmengetahuitandadangejaladariStriktur Urethra.
6. UntukmengetahuipenatalaksanaandariStriktur Urethra.
7. Untukmengetahui test diagnostic dariStriktur Urethra.
8. UntukmengetahuikomplikasidariStriktur Urethra.
9. UntukmengetahuiasuhankeperawatandariStriktur Urethra.

D. Metode Penulisan

Untukmemperoleh data daninformasimengenaimateri yang


disajikandalamsebuahmakalahini, kami melakukannyadenganmelalui:
1. Studipustaka
Pengumpulanmateridengancaramembacabuku yang
berkaitandenganmasalahatautopik yang dibahasdalammakalahini.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 2


2. Diskusikelompok
Pembahasanmateridengananggotadalamkelompok.

E. Sistematika Penulisan

Makalah ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS B

Bab ini berisi pengertian Stiktur Urethra, anatomi dan fisiologi dari Stiktur
Urethra, etiologi dari Stiktur Urethra, patofisiologi dan pathway dari Stiktur
Urethra, tanda dan gejala dari Stiktur Urethra, penatalaksanaan dari Stiktur
Urethra, test diagnostic dari Stiktur Urethra, komplikasi dari Stiktur Urethra,
konsep asuhan keperawatan dari Stiktur Urethra.

BAB III PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 3


BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Definisi

Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan perut
dan kontraksi. (C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)

Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria daripada wanita terutama karena
perbedaan panjangnya uretra. (C. Long, Barbara;1996 hal 338)

Striktur Urethra adalah suatu kondisi penyempitan lumen urethra. Keadaan ini
menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran berkemih yang kecil
sampai tidak dapat mengeluarkan urine dari dalam tubuh. (Muttaqin A, 2011, hal 232)

Striktur Uretra adalah Penyempitan atau penyumbatan dari lumen uretra


sebagai akibat dari pembentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada uretra dan/
atau pada daerah peri uretra.

Jadi, striktur urethra adalah kondisi dimana terjadi penyempitan atau


penyumbatan di lumen urethra yang menyebabkan gangguan pada saat berkemih.

C. Anatomi Fisiologi

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 4


URETHRA

Uretraadalahsebuahsaluran yang
berjalandarileherkandungkemihkelubangluar, dilapisioleh membrane mukosa
yang bersambungdenganmembran yang melapisikandungkemih. Meatus
urinariusterdiriatasserabutototmelingkar,
membentuksfingteruretrapadawanitasekitar 2,5-3,5cmsedangkanpadapria 17-
22,5cm. halinilah yang menyebabkankeluhanpenyumbatankeluaran urine yang
lebihseringterjadipadapria.

Urethra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari


kandung kemih melalui proses miksi. Secara anatomis urethra dibagi menjadi
2 bagian, yaitu:
a. Urethra anterior
b. Urethra posterior
Bagian urethra anterior adalah bagian urethra yang terbungkus oleh korpus
spongiosum penis. Urethra anterior terdiri atas:
- Pars bulbosa
- Pars Pendikularis
- Fossa Navikularis
- Meatus urethra eksterna

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 5


Didalam lumen urethra anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang
berfungsi dalam proses reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi yang berada
didalam diafragma urogenitalis dna bermuara di urethra Pars Bulbosa. Letak
urethra wanita berada di bawah simphisis pubis dan bermuara di sebelah
anterior vagina.

Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani
(sperma). Urethra dilengkapi dengan sfingter urtehra interna yang terletak
pada pembatasan buli-buli dan urethra anterior dan posterior. Sfingter urethra
interna dipersyarafi oleh sistem safat simpatis sehingga saat kandung kemih
penuh, sfingter ini akan terbuka.
Sfingter urethra eksterna terdiri dari otot polos bergaris yang di
persarafi oleh saraf somatik yang dapat diperintah sesuai dengan keinginan.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 6


Pada saat berkemih sfingter ini akan terbuka dan akan tetap tertupup pada saat
seseorang menahan kencing.

D. Etiologi

Striktur uretra dapat terjadi dikarenakan hal-hal seperti berikut:

1. Kongenital

Striktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan dengan


anomali saluran kemih yang lain.

2. Trauma

-Cedera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi transuretral,


kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi)

- Cedera akibat peregangan

- Cedera akibat kecelakaan

- Uretritis gonorheal yang tidak ditangani

- Spasmus otot

- Tekanan dai luar misalnya pertumbuhan tumor

- Spasme otot

- Tekanan diluar misalnya pertumbuhan tumor.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 7


3. Post operasi

Beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktur uretra,


seperti operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi.

4.Infeksi

Merupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti


infeksi oleh kuman gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoika
atau non gonorrhoika telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya
namun sekarang sudah jarang akibat pemakaian antibiotik, kebanyakan
striktur ini terletak di pars membranasea, walaupun juga terdapat pada
tempat lain; infeksi jamur Chlamidia sering merupakan penyebab utama
tapi dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan individu yang
terinfeksi atau menggunakan kondom.

E. Patofisiologi

Penyebab paling umum striktur urethra adalah traumatik atau iatrogenik.


Penyebab yang jarang terjadi adalah karena peradangan ataupun infeksi, keganasan,
dan kongenital. Striktur urethra akibat infeksi biasanya merupakan gejala sekunder
dari urethritis gonococcal, yang masih umum dari beberapa populasi beresiko tinggi.
Penyebab yang paling penting adalah idiopati, reseksi transurethral, katerisasi
urethra, fraktur panggul dan operasi hipospadia, penyebab iatrogenik keseluruhan
(reseksi transurethral, katerisasi dan hipospadia). Adalah 45,5% dari kasus striktur
yang ada. Pada pasien yang berumur kurang dari 45tahun penyebab utamanya adalah
idiopati, operasi hipospadia dan fraktur panggul. Sedangkan pada pasien yang
berumur lebih dari 45tahun penyebab utamanya adalah reseksi multifokal/panurethral
adalah katerisasi urethra anterior, sedangkan fraktur panggul adalah penyebab utama
dari striktur urethra posterior.
Segala proses yang melukai lapisan epitelium urethra atau di bagian korpus
spongiosum pada proses penyembuhannya pasti akan meninggalkan bekas jaringan
parut (Scar) sehingga dapat menyebabkan striktur urethra. Hal ini akan di sadari
ketika pasien mengeluh kesulitan BAK yang merupakan tanda obstruksi karena

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 8


striktur urethra. Jejas pada urethral posterior yang berakibat pada terjadinya striktur
berhubungan dengan fibrosis periurethral yang luas.
Striktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan
mukosa pada uretra merupakan lanjutan dari kandung kemih, ureter dan ginjal.
Mukosanya terdiri dari epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna
epitelnya skuamosa dan berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular.
Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara
epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringan ikat) yang
tidak sama dengan semula.Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan
memperkecil lumen uretra, sehingga terjadi striktur uretra.
Karakteristik striktur urethra adalah perubahan epitel urethra oleh jaringan
fibrosa padat karena tromboflebitis lokal di korpus spongiosum dalam. Epitel itu
sendiri biasanya berbentuk utuh meskipun abnormal. Patogenesis striktur belum
dipelajadi secara luas namun dengan etiologi infeksi di jabarkan bahwa lokasi
kelenjar urethra berhubungan dengan tempat kejadian infeksi yang berhubungan
dengan striktur yang diimplikasikan sebagai penyebab. Namun, patogenesis penyakit
striktur menunjukkan bahwa perubahan utama adalah metaplasia epitel skuamosa
berlapis. Ini adalah epitel yang rapuh dan cenderung untuk robek saat terjadi distensi
selama berkemih. Robekan tersebut akan menyebabkan lubang di epitel yang
menyebabkan ekstravasasi urin saat berkemih yang memicu terbentuknya fibrosis
subepite yang dapat menyempitkan urethra dan terjadilah striktur urethra.

F. Manifestasi Klinis
Menurut C. Smeltzer, Suzanne (2002), tanda dan gejala pada pasien striktur urethra di
antaranya adalah:
- Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang
- Gejala infeksi
- Retensi urinarius
- Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan pielonefritis

Menurut Basuki B. Purnomo (2010) Derajat penyempitan uretra di bagi menjadi 3jenis,
yaitu:
- Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.
- Sedang: oklusi 1/3 s.d diameter lumen uretra.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 9


- Berat: oklusi lebih besar dari diameter lumen uretra.
Ada derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang
dikenal denganspongiofibrosis.

G. Komplikasi
1. ISK (Infeksi Saluran Kencing)
2. Gagal ginjal
3. Refluks Vesiko Urethra
4. Retensi Urine

H.Pencegahan
Elemen penting dalam pencegahan adalah menangani infeksi urethral dengan tepat.
Pemakaian kateter urethral untuk drainage dalam waktu lama harus dihindari dan
perawatan menyeluruh harus dilakukan pada setiap jenis alat urethral termasuk kateter.

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis: warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan keruh, pH : 7
atau lebih, dan ada bakteria.
b. Kultur urin: adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas, e. coli.
c. BUN/kreatin: meningkat
d.Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk mengetahui
panjangnya penyempitan uretra dibuat foto iolar (sisto) uretrografi.
e. Uroflowmetri: untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi
f. Uretroskopi: Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 10


J. Penatalaksanaan
1. Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat pemasangan kateter.

2. Medika mentosa
- Analgesik non narkotik untuk mengendalikan nyeri.
- Medikasi antimikrobial untuk mencegah infeksi.
3. Pembedahan
- Sistostomi suprapubis
- Businasi (Vasodilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.
- Uretrotomi interna: memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau
otis/sachse. Otis dimasukkan secara blind ke dalam bulibuli jika striktur
belum total. Jika lebih berat dengan pisau sachse secara visual.
- Uretritimi eksterna: tondakan operasi terbuka berupa pemotonganjaringan
fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis diantara jaringan uretra yang
masih baik.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 11


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STRIKTUR URETRA

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat mengidentifikasi mengenai
masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan. Pengkajian terhadap klien dengan gangguan urologi meliputi pengumpulan
datadan analisis data. Dalam pengumpulan data, sumber data klien yang diperoleh dari diri
klien sendiri, keluarga, perawat, dokter ataupun dari catatan medis.
1. Pengumpulan data
a. Identitas Klien
Meliputi: Nama, Umur, Nomer registrasi, Jenis kelamin, status, alamat, tanggal
masuk ruangan dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan pada klien berbeda-beda anatara klien yang satu dengan yang lainnya.
Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien adalah keluhan rasa tidak
nyaman, nyeri, karena spasme kandung kemih atau karena adanya bekas insisi pada
waktu pembedahan. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi klien dan ungkapan dari
klien sendiri.
c. Keadaan Umum
Pengukuran kesadaran, Penilaian GCS, ekspresi wajah klien dan suara serta
intonasi nada bicara klien.
d. Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas sehari-hari pada klien yang mengalami striktur urethra meliputi:
- Frekuensi makan
- Jenis kelamin
- Porsi makanan
- Kualitas minum
-Eliminasi meliputi: BAB (Warna, frekuensi, dan konsistensi) BAK (frekuensi,
banyaknya urine, warna urine).
-Personal Hygine (frekuensi mandi, mencuci rambut, gosok gigi, ganti
pakaian, menyisir rambut, menggunting kuku)
- Olah raga (frekuensi dan jenisnya)
- Rekreasi ( frekuensi dan tempat rekreasi)

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 12


e. Pemeriksaan Fisik Per-Sistem
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
terhadap bagian dari sistem tubuh sehingga akan ditemukan keadaan umum yang
meliputi penampilan, kesadaran, gaya bicara. Pada post op striktur urethra
mengalami gangguan pola eliminasi BAK sehingga dilakukan pemasangan kateter
tetap.
1. Sistem Pernapasan
Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya rasa sakit pada lubang
hidung, pergerakan cuping hidung pada waktu bernapas, kesimetrisan
gerakan dada pada saat bernapas, auskultasi bunyi napas dan gangguan
pernapasan yang timbul. Apakah bersih atau ada tidaknya ronchi, serta
frekuensi nafas. Hal ini penting karena imobilisasi berpengaruh pada
pengembangan paru dan mobilisasi secret pada jalan napas.

2. Sistem kardiovascular
Mulai dikaji warna konjungtiva, warna bibir, ada tidaknya peninggian vena
jugularis dengan auskultasi dapat dikaji bunyi jantung pada dada dan
pengukuran tekanan darah dengan palpasi dapat dihitung frekuensi denyut
nadi.

3.Sistem pencernaan
Yang dikaji meliputi keadaan bibir, lidah, nafsu makan, peristaltik usus dan
BAB klien. Tujuan pengkajian ini untuk mengetahui secara dini adanya
penyimpangan pada sistem ini.

4. Sistem Perkemihan
Genitouria dapat dikaji dari ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada
daerah pinggang, observasi dna palpasi pada daerah abdomen bawah untuk
mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang keadaan alat-alat
genitouria bagian luar mengenai bentuknya, ada tidaknya nyeri tekan dan
benjolan serta bagaimana pengeluaran urine, lancar atau tidaknya saat
miksi, serta bagaimana warna urine.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 13


5. Sistem Muskuloskeletal
Yang perlu dikaji pada sistem ini adalah derajat Range Of Motion dari
pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak bagian bawah,
ketidak nyamanna atau nyeri yang dilaporkan klien waktu bergerak,
toleransi klien waktu bergerak dan observasi adanya luka pada otot harus di
gaji pula, karena klien imobilitas biasanya tonus dan kekuatan ototnya
menurun.

6. Sistem Integumen
Yang perlu dikaji adalah keadaan kulitnya, rambutn, dan kuku, pemeriksaan
kulit meliputi: tekstur, kelembaban, turgor kulit, warna dan fungsi
perabaannya.

7. Sistem Neurosensori
Sistem neurosensori yang dikaji adalah fungsi serebral, fungsi saraf cranial,
fungsi sensori serta fungsi refleks.

8. Sistem Reproduksi
Perlu dikaji adanya gangguan di organ reproduksi yang menggangu
kegiatan sehari-hari klien, atau adanya prosedur pembedahan yang
menyebabkan gangguan di sistem lainnya.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien striktur uretra adalah sebagai berikut:
1. Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan post op cystostomi.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan post op cystostomi.
3. Resiko volume cairan berlebih berhubungan dengan larutan irigasi kandung
kemih diabsorbsi.
4. Resiko infeksi, hemoragi berhubungan dengan pembedahan.
5. Inkontinen, stress atau mendesak berhubungan dengan pengangkatan kateter
setelah bedah.
6. Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan penyakitnya (striktur).
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi
informasi.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 14


C. Intervensi Keperawatan

No DK Tujuan Intervensi Rasional


1. Gangguan pola Tidak terjadi a.Pemantauan output urine Mendeteksi gangguan
eliminasi BAK gangguan pola dan karateristik. pola eliminasi BAK
berhubungan eliminasi BAK secara dini.
dengan post op b.Pertahankan irigasi Mencegah bekuan
cystostomi. kemih yang konstan darah menyumbat
selama 24 jam. aliran urine.
c.Pertahankan kepatenan Mencegah bekuan
dauer kateter dengan darah menyumbat
irigasi. kateter.
d.Usahakan intake cairan Melancarkan aliran
(2500 3000). urine.
e. Setelah kateter diangkat, Mendeteksi dini
terus memantau gejala- gangguan pola
gejala gangguan pola eliminasi BAK.
eliminasi BAK
2. Gangguan rasa Pasien a. berikan penyuluhan Mengurangi
nyaman nyeri mengatakan kepada pasien agar tidak kemungkinan spasmus.
berhubungan perasaannya berkemih ke seputar
dengan post op lebih nyaman. kateter.
cystostomi. b. Pemantauan pasien pada Menentukan
interval yang teratur terdapatnya spasmus
selama 24 jam, untuk kandung kemih
mengenal gejala-gejala sehingga obat-obatan
dini spasmus kandung bisa diberikan.
kemih.
c. Berikan obat-obatan Gejala menghilang.
yang dipesankan
(analgetik, antispasmodik).
d. Beritahu pada pasien Memberitahu pasien
bahwa intensitas dan bahwa

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 15


frekuensi akan berkurang ketidaknyamanan
dalam 24 jam sampai 28 hanya temporer.
jam.
3. Resiko volume Gejala gejala Pemantauan pasien Deteksi dini
cairan dini intoksikasi mengenai gejala-gejala kemungkinan
berlebihan air secara dini keracunan air dalam 24 pengobatan dini.
berhubungan dikenal. jam pertama: bingung,
dengan larutan agitasi, kulit hangat,
irigasi kandung lembab, anoreksia, mual
kemih dan muntah.
diabsorbsi.

4. Resiko infeksi, Tidak terjadi a. Pantau tanda-tanda vital, Mencegah sebelum


hemoragi infeksi, melaporkan gejala-gejala terjadi shock.
dengan perdarahan shock dan demam.
pembedahan. minim. b. Pantau warna urine Warna urine berubah
darah merah segar bukan dari merah segar
merah tua beberapa jam menjadi merah tua pada
setelah bedah baru. hari ke 2 dan ke 3
setelah operasi.
c. Berikan penyuluhan Dapat mengiritasi,
kepada pasien agar perdarahan prostat pada
mencegah manuver periode dini pasca
valsava. bedah akibat tekanan.
d. Cegah pemakaian Dapat menimbulkan
termometer rectal, perdarahan.
pemeriksaan rectal atau
huknah sekurang-
kurangnya 1 minggu.
e. Pertahankan teknik Dapat menurunkan
aseptik dari sistem drainase resiko infeksi.
urine, irigasi bila perlu
saja.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 16


f. Usahakan intake yang
banyak.
5. Inkontinen, Pasien dapat a. Pengkajian terjadi Mendeteksi kontinen.
stress atau mengendalikan tetesan urine setelah
mendesak berkemih. kateter diangkat.
berhubungan b. Katakan kepada pasien Pasien harus
dengan bahwa itu biasa dan dibesarkan harapannya
pengangkatan kontinen akan pulih. bahwa ia itu normal.
kateter setelah c. Berikan penyuluhan Bantuan untuk
bedah. latihan-latihan perineal. mengendalikan
kandung kemih.
6. Resiko Fungsi seksual a. Beri intervensi kepada Klien mengatakan
disfungsi dapat pasien bahwa dalam perubahan fungsi
seksual dipertahankan. berhubungan seksual, seksual.
berhubungan pengeluaran sperma akan
dengan melalui lumen buatan..
penyakitnya b. Berikan informasi Kurang pengetahuan
(striktur). menurut kebutuhan. dapat membangkitkan
Kemungkinan kembali cemas, dan berdampak
tingkat fungsi seperti disfungsi seksual.
semula. Kejadian ejakulasi
retrograde (air kemih
seperti susu). Mencegah
hubungan seksual 3 sampai
4 minggu setelah operasi.
7. Kurang Pasien a. Berikan penyuluhan Dapat menimbulkan
pengetahuan menguraikan kepada pasien. Mencegah perdarahan.
berhubungan pantangan aktivitas berat 3 sampai 4
dengan kurang kegiatan serta minggu setelah operasi.
informasi, salah kebutuhan b. Cegah mengedan waktu Mengedan bisa
interpretasi berobat jalan. BAB selama 4 sampai 6 menimbulkan
informasi minggu, memakai pelunak perdarahan, pelunak
tinja laksatif sesuai tinja bisa mengurangi

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 17


kebutuhan. kebutuhan untuk
mengedan waktu BAB.
c. Anjurkan minum Dengan pemberian
sekurang-kurangnya 2500 minum yang banyak
sampai 3000 ml/hari bila maka klien akan BAK
klien tidak memiliki dan tidak terjadi
kontraindikasi. penyumbatan.

D.Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan-
tindakan yang direncanakan oleh perawat. Dalam melaksanakan proses keperawatan harus
kerjasama dengan tim kesehatan-kesehatan yang lain, keluarga klien dan dengan klien
sendiri, yang meliputi 3 hal:
1. Melaksanakan tindakan keperawatan dengan memperhatikan kode etik dengan
standar praktek dan sumber-sumber yang ada.
2. Mengidentifikasi respon klien.
3. Mendokumentasikan/mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan dan respon
pasien.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:


1. Kebutuhan klien.
2. Dasar dari tindakan.
3. Kemampuan perseorangan dan keahlian/keterampilan dari perawat.
4. Sumber-sumber dari keluarga dan klien sendiri.
5. Sumber-sumber dari instansi.

E.Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah merupakan pengukuran dari keberhasilan rencana keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan klien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam
menggunakan proses keperawatan. Adapun evaluasi klien dengan post op striktur uretra
yang dipasangi kateter tetap dilakukan berdasarkan kriteria tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan asuhan keperawatan dikatakan berhasil apabila dalam evaluasi terlihat
pencapaian kriteria tujuan perawatan yang diberikan.
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Striktur Urethra adalah suatu kondisi penyempitan lumen urethra. Keadaan ini
menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran berkemih yang kecil
sampai tidak dapat mengeluarkan urine dari dalam tubuh. Striktur Uretra adalah
Penyempitan atau penyumbatan dari lumen uretra sebagai akibat dari pembentukan
jaringan fibrotik (jaringan parut) pada uretra dan/ atau pada daerah peri uretra.

Jadi, striktur urethra adalah kondisi dimana terjadi penyempitan atau


penyumbatan di lumen urethra yang menyebabkan gangguan pada saat berkemih.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 19


Daftar Pustaka

Sussane, C Smelzer. (2002)Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) ed. VII, Vol 2,
Jakarta: EGC.

Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika

Wong, L Donna. (2004) Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta: EGC

Haryono, Rudi (2013) Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan, Edisi 2, Vol 4.
Yogyakarta: Rapha Publishing.

Carpenito, L. J (2011) Handbook of Nursing Diagnosis, 8/E yang diterjemahkan menjadi


Buku Saku Diagnosis Keperawatan, E/8 Editor: Monica Ester, Jakarta: EGC.

Lewis, Sharon L (2011) Medichal-Surgical Nursing: Assessment and Management of


Clinical Approach, Edisi 8, Jilid II: EGC.

TimBy, Barbara K. (2014) Introduction Medical Surgical Nursing Edisi 11

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Striktur Urethra 20

Anda mungkin juga menyukai