Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal ginjal kronik (GGK) adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, akibat destruksi struktur
ginjal progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolik (toksik
uremik) di dalam darah (Rahayu, 2018). World Health Organization (2015)
menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita GGK pada tahun 2014 telah
meningkat 50% dari tahun sebelumnya dan menjadi masalah besar di dunia
karena sulit disembuhkan. Angka kematian GGK sebesar 850.000 orang setiap
tahunnya dan merupakan peringkat ke-12 kematian di dunia (Organization,
2015). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar, penderita gagal ginjal kronik
sesuai diagnosa dokter di Indonesia sebesar 3,8% atau berjumlah 713.783 jiwa,
dengan prevalensi tertinggi di provinsi Jawa Barat berjumlah 131.846 jiwa,
diikuti oleh Jawa Timur 113.045 jiwa, sedangkan di daerah Maluku, diketahui
penderita gagal ginjal kronik yang berumur lebih dari 30 tahun menurut gejala
di Maluku dengan prevalensi 0,6% dengan jumlah sebesar 4.351 jiwa
(RIKESDAS), 2018). Adapun penanganan GGK dibagi dalam dua tahapan yaitu
penanganan konservatif dan terapi pengganti ginjal. Penanganan konservatif
dapat ditempuh dengan obat-obatan, diet dan kontrol yang teratur.
Sedangkan terapi pengganti ginjal terdiri dari Hemodialisis, peritoneal dialisis,
dan transplantasi ginjal (Wagiyo, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
1) Anatomi Fisiologi Ginjal
2) Pengertian CRF
3) Tanda dan Gejala
4) Etiologi
5) Pembagian Stadium
6) Penatalaksanaan Gambaran hemodialisa
7) Peran Perawat Hemodialisa
1.3 Tujuan
Tujian di buatnya makalah ini agar memperdalam terkait dengan teori
anatomi fisiologi gagal ginjal dan diharapkan perawat hemodialisa mengetahui
penanganan penyakit gagal ginjal berdasarkan teori tersebut.
A. ANATOMI FISIOLOGI GINJAL
Anatomi
Ginjal merupakan organ yang berada di rongga posterior abdomen,
terutama berada di daerah retroperitoneum , disebelah kanan dan kiri
tulang belakang , dibungkus lapisan lemak yang tebal. Setiap ginjal
panjangnya 6 sampai 7,5 sentimeter dan tebal 1,5 sampai 2,5 sentimeter.
Pada orang dewasa beratnya kira kira 140 gram.Bentuk ginjal seperti biji
kacang dan sisi dalamnya atau hilum menghadap ke tulang punggung. Sisi
luarnya cembung. (Pearce, 2016). Di bagian atas ginjal terdapat kelenjar
adrenal (suprarenal yang merupakan sebuah kelenjar endokrin) yang
fungsinya tidak berhubungan dengan ginjal.
Setiap ginjal dilindungi oleh tiga lapis jaringan penyokong. Lapisan
pertama yang paling dekat dengan struktur ginjal adalah kapsula fibrosa,
untuk mencegah penjalaran infeksi dari regio sekitar ke ginjal. Lapisan
kedua adalah lemak perirenal, yang melindungi ginjal dari benturan.
Lapisan terluar adalah fascia renal, merupakan jaringan ikat fibrosa yang
padat berfungsi memisahkan ginjal dan kelenjar adrenal dari struktur
sekitar (Marieb & Hoehn, 2015) .
Setiap ginjal mengandungi unit penapisnya yang dikenali sebagai
nefron. Nefron terdiri dari glomerulus 7 dan tubulus. Glomerulus berfungsi
sebagai alat penyaring manakala tubulus adalah struktur yang mirip
dengan tuba yang berikatan dengan glomerulus (Kathuria, 2010).
(Marieb & Hoehn, 2015)
Gambar 2.1

Struktur Anatomi Ginjal


Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat
banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah
menyaring/ membersihkan darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2
liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan
filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke tubulus. Cairan filtrat ini
diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi
urin sebanyak 1-2 liter/hari. Selain itu, fungsi primer ginjal adalah
mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas-
batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh
filtrasi glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubulus (Guyton & Hall, 2016).
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan
mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif (Price & Wilson, 2012).
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian
akan mengambil zat-zat dari hasil metabolisme. Zat-zat yang diambil dari
darah pun di ubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan
ke ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu dikandung
kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan keadaan
memungkinkan, maka urin yang ke dalam, dan berukuran kira- kira sebesar
kepalan tangan manusia dewasa.
Ginjal juga menghasilkan beberapa hormon yang penting untuk
fungsi vital dalam tubuh. Salah satunya renin, yang menjaga tekanan darah
tetap normal. Jika tekanan darah menurun, renin dihasilkan untuk
menghasilkan efek vasokonstriksi pada pembuluh darah kecil sehingga
meningkatkan tekanan darah (Guyton & Hall, 2016). Ginjal mendapatkan
darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian akan mengambil zat-
zat hasil metabolisme dari darah. Zat-zat yang diambil dari darah pun di
ubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter.
Setelah ureter,urin akan ditampung terlebih dahulu dikandung kemih. Bila
orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan keadaan
memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih akan di
keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2014).
Fungsi dasar nefron adalah mengekskresikan atau menjernihkan
plasma darah dan substansi yang tidak diperlukan tubuh sewaktu darah
melalui ginjal. Substansi yang paling penting untuk diekskresikan adalah
hasil akhir metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat dan lain-lain.
Selain itu ion-ion natrium, kalium, klorida dan hidrogen yang cenderung
untuk berakumulasi dalam tubuh secara berlebihan (Guyton & Hall, 2016).

B. PENGERTIAN CRF
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) adalah suatu keadaan dimana terjadi
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan
irreversibel tanpa memperhatikan penyebabnya (Smeltzer, 2018).
PGK merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat mengancam
kehidupan. Apabila pasien PGK sudah masuk tahap akhir, prosedur
pengobatan yang digunakan untuk memperbaiki keadaan tersebut adalah
melalui terapi pengganti ginjal (Alam & Hadibroto, 2017).

C. TANDA DAN GEJALA (MANIFESTASI KLINIS)


Berikut merupakan tanda dan gejala gagal ginjal kronis (Brunner &
Suddarth, 2015) :
1) Kardiovaskuler yaitu yang ditandai dengan adanya hipertensi,
pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital, friction
rub pericardial, serta pembesaran vena leher
2) Integumen yaitu yang ditandai dengan warna kulit abu-abu
mengkilat, kulit kering dan bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh serta rambut tipis dan kasar
3) Pulmoner yaitu yang ditandai dengan krekeis, sputum kental dan
liat, napas dangkal seta pernapasan kussmaul
4) Gastrointestinal yaitu yang ditandai dengan napas berbau
ammonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut, anoreksia, mual
dan muntah, konstipasi dan diare, serta perdarahan dari saluran GI
5) Neurologi yaitu yang ditandai dengan kelemahan dan keletihan,
konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas
pada telapak kaki, serta perubahan perilaku
6) Muskuloskletal yaitu yang ditandai dengan kram otot, kekuatan
otot hilang, fraktur tulang serta foot drop
7) Reproduktif yaitu yang ditandai dengan amenore dan atrofi
testikuler.

D. ETIOLOGI mba duwi


E. PEMBAGIAN STADIUM
F. PENATALAKSANAAN ( Gambaran terkait dengan hemodialisa di
dalamnya) mba duwi
G. PERAN PERAWAT HEMODIALISA

Merujuk pada definisi sehat yang dikeluarkan oleh WHO, maka


dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis, pelayanan kesehatan
dituntut untuk dapat memfasilitasi pasien agar mendapatkan kondisi
kesehatan yang optimal.
Perawat sebagai bagian yang integral dari tim pelayanan kesehatan
sangat berperan dalam mengupayakan terwujudnya kondisi kesehatan
yang optimal bagi pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis dengan
cara memberikan asuhan keperawatan paliatif yang bersifat komprehensif
dan holistik yang meliputi bio-psiko-sosio dan spiritual (Potter & Perry,
2015).
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

2. SARAN
Diharapkan setelah membaca makalah ini pembaca dapat mengerti terkait
dengan penyakit gagal ginjal kronik dan dapat menambah wawasan
tentang penanganan berdasarkan isi makalah ini demi mewujudkan
makalah yang lebih baik diharapkan pembaca merapat pembahasan isis
makalah ini agar dapat menyempurnakan isi makalah yang sudah di buat
oleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Sumah Fries Dene., 2020. Dukungan Keluarga Berhubungan dengan


Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi
Hemodialisa di RSUD dr. M. HAULUSSY Ambon. e-ISSN : 2685-677X
http://www.jurnal.ummu.ac.id/index.php/BIOSAINSTEK Jurnal
BIOSAINSTEK. Vol. 2 No. 1, 81– 86 DOI. On Proses

Anda mungkin juga menyukai