Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

Cronic Kidney Disease (CKD)

Oleh:

NAMA : TRATIKA YUHERLIZA


NIM : 21120106

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2023
1. Konsep penyakit

A. Definisi
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan
makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu
kronik dan akut (Nurarif & Kusuma, 2013).

Gagal ginjal kronik atau Cronic Kidney Disease (CKD) penyakit ginjal
tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif
dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer dan
Bare, 2011). GGK adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama atau lebih 3
bulan denganLFG kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 (Perhimpunan Nefrologi
Indonesia, 2011).

B. Etiologi
1. Glomerulonefritis
2. Kencing manis
3. Penyakit pembuluh darah, ( adanya gelembung berisi cairan padaginjal )
4. Penyakit jairngan ikat
5. Hipertensi
6. Hipoplasia atau displasia ginjal
7. Penggunaan obat jangka panjang anti inflamasi
8. Hiper protein
C. Anatomi Fisiologi

Gambar 1: Anatomi ginjal

Sistem perkemihan merupakan suatu rangkaian organ yang terdiri dari ginjal, ureter,
vesika urinaria, dan uretra. Ginjal yang terus menerus menghasilkan urine, dan
berbagai saluran dan reservoir yang dibutuhkan untuk membawa urine keluar tubuh.
( Wilson,2006) Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di
kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjalkanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal
kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga kesebelas.
Ginjal terletak dibagianbelakang abdomen atas, di belakang peritoneum, didepan dua
iga terakhir, dan tiga otot besar-transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan
psoas mayor (Wilson,2006). Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian :
a. Bagian dalam (interna) medula. Substansia medularis terdiri dari pyramidrenalis yang
jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan
apeksnya menghadap ke sinus renalis.

b. Bagian luar (eksternal) korteks. Substansia kortekalis berwarna coklat merah,


konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa,
melengkung sepanjang basis piramid yang berdekatan dengan sinus renalis, dan
bagian dalam diantara piramid dinamakankolumna renalis.

c. Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal


d. Procesus renalis, yaitu bagian pyramid/yang menonjol kea rah korteks
e. Hilus renalis, yaitu suatu bagian atau area di mana pembuluh darah,serabut saraf atau
duktus memasuki atau meninggalkan ginjal

f. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus


pengumpul dan calix minor

g. Calix minor, yaitu percabangan dari calix major


h. Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis
i. Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang
menghubungkan antara calix major dan ureter

j. Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.


Ginjal dibungkus oleh suatu massa jaringan lemak yang disebut kapsula
adipose atau peritoneal feet. Bagian yang paling tebal terdapat pada tepi ginjal
memanjang melalui hilus renalis. Satuan fungsional ginjal dinamakan nefron,
mempunyai lebih kurang 1.3 juta nefron, selama 24 jam dapat menyaring 170 liter
darah, Nefron terdiri dari bagian :

a. Glomerulus

Bagian ini merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang terletak


di dalam kapsula bowman dan menerima darah dari
arteriol aferen dan meneruskan darah ke sistem vena melalui arteriol
eferen.Filtrasi glomerulus adalah proses dimana sekitar20% plasma yang
masuk ke kapiler glomerulus menembus kapiler untuk masuk ke ruang
interstisium, kemudian ke dalamkapsula bowman. Pada ginjal yang sehat,
sel darah merahatau protein plasma hamper tidak ada yang mengalami
filtrasi.Proses filtrasi menembus glomerulus serupa dengan yang terjadi
pada proses filtrasi diseluruh kapiler lain. Hal yang berbeda pada ginjal
adalah bahwa kapiler glomerulus sangat permeable terhadap air dan zat-
zat terlarut yang berukuran kecil ( Muttaqin& Sari, 2011).

b.Tubulus proksimal konvulta

Tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan kapsula bowman


dengan panjang 15mm dan diameter 55um. Bentuknya berkelok-kelok
menjalar dari korteks ke bagian medula dan kembali ke kortkes sekitar
2/3 dari natrium yang terfiltrasidiabsorpsi secara isotonis bersama klorida.

c. Gelung henle

Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis selanjutnya ke


segmen tebal penjangnya 12mm, total panjang ansa henle 2-14 mm.
klorida secara aktif diserap kembali pada cabang asendens
mempertahankan kenetralan listrik

d.Tubulus distal konvulta

Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok dan


letaknya jauh dari kapsula bowman, panjagnya 55mm. tubulus distal dari
masing-masing nefron bermuara ke duktus koligens yang panjangnya
20mm.
e. Duktus koligen

Medula ini saluran yang secara metabolic tidak aktif. Pengaturan


secara halus dari eksresi natrium urine terjadi disini dengan aldosteron
yang paling berperan terhadap reabsorpsi natrium.

2. Fisiologi ginjal

Fungsi utama ginjal adalah untuk regulasi volume, osmolalitas,


elektrolit, dan konsentrasi asam basa cairan tubuh dengan mengeksresikan air
dan elektrolit dalam jumlah yang cukup untuk mencapai keseimbangan
elektrolit dan cairan tubuh total dan untuk mempertahankan konsentrasi
normalnya dalam cairan ekstraselular (ECF). (Wilson&Price,2006) Menurut
Sylvia A Price,ginjal terdiri dari dua fungsi utama, yaitu:

a. Fungsi Eksresi
1) Mempertahankan osmolalitas plasma dengan mengubah-ubah
eksresi air.

2) Mempertahankan volume dan tekanan darah denganmengubah-


ubah eksresi Na+

3) Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masingelektrolit


individu dalam rentang normal.

4) Mempertahankan PH plasma sekitar 7,4 dengan


mengeluarkan kelebihan H+ dan membentuk kembal HCO2.

b. Fungsi Noneksresi Mensintesis dan mengaktifkan hormone :


1) Renin : Penting dalam pengaturan tekanan darah
2) Eritropetin : Merangsang produksi sel-sel darah meraholeh
sumsum tulang belakang.

3) Prostaglandin : Sebagian besar adalah vasodilatasi bekerja


secara local.

D. Patofisiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan
metabolic (DM), Infeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus Urinarius, Gangguan
Imunologis, Hipertensi, Gangguan tubulus primer (nefrotoksin) dan Gangguan
kongenital yang menyebabkan GFR menurun.

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus


dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefronnefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat
disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode
adaptif ini memungkinkanginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron –nefron rusak.
Beban bahanyang harus dilarut menjadi lebih besar dari pada yang bisa direabsorpsi
berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus.

Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri


timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai
kreatinin clearance turun sampai 15ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara C Long)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein ( yang normalnya
dieksresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat (Smeltzer dan Bare, 2011).
E. Manifestasi Klinis
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2011), Tanda dan gejala Gagal ginjal kronik
adalah:

1. Gangguan pada sistem gastrointestinal.


a. Anoreksia, mual, dan muntah yang berhubungan dengan gangguan
metabolisme protein dalam usus dan terbentuknyazat-zat toksik.

b. Fetor uremik : disebabkan ureum yang berlebihan pada airliur yang


diubah menjadi amonia oleh bakteri sehingga nafasberbau ammonia.

2. Gangguan sistem Hematologi dan kulit.


a. Anemia, karena berkurangnya produksi eritropoetin.
b. Kulit pucat karena anemia dan kekuningan karenapenimbunan
urokrom.

c. Gatal-gatal akibat toksin uremik.


d. Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalamdarah).
e. Gangguan fungsi kulit (Fagositosis dan kemotaksisberkurang).
3. Sistem Syaraf dan otak.
a. Miopati, kelelahan dan hipertropi otot.
b. Ensepalopati metabolik : Lemah, Tidak bisa tidur,gangguan
konsentrasi.
4. Sistem Kardiovaskuler
a. Hipertensi
b.Nyeri dada, sesak nafas

c.Gangguan irama jantung akibat sklerosis dini


d.Edema

5. Sistem endokrin
a.Gangguan seksual : libido, fertilitas dan penurunan seksual pada
laki-laki, pada wanita muncul gangguan menstruasi.

b.Gangguan metabolisme glukosa, retensi insulin dan gangguan


sekresi insulin.

6. Gangguan pada sistem lain. a.Tulang :


osteodistrofi renal.

b.Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

 Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca,


Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein,
antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin)

 Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume,


glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP,TKK/CCT

2. Pemeriksaan EKG : Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda


perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebalkorteks ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostate

4. Pemeriksaan Radiologi : Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde


Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaanrontgen tulang, foto polos abdomenss.

G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan
mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2011) :

1. Dialisis
Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius,
seperti hiperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki abnormalitas
biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas,
menghilangkan kecendrungan peradrahan, dan membantu penyenbuhan luka.
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode terapi yang
bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan
kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah
sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga
kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2
jenis dialisis :

a. Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)


Hemodialisis atau HD adalah dialisis dengan menggunakan mesin
dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada prose ini, darah
dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser. Di dalam
mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat
racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan
khusus untuk dialisis), lalu setelah darah selesai dibersihkan, darah
dialirkan kembali kedalam tubuh. Proses inidilakukan 1-3 kali seminggu
di rumah sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.

b. Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)


Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah dengan
bantuan membran peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak
perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh mesin
dialisis.

2. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat
menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah
jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah,
hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi
hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium,
pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.

3. Koreksi Anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi,
kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi.
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb.
Transfuse darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada
infusiensi koroner.

4. Koreksi Asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parentera.
Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan,
jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisi dan dialysis peritoneal dapat juga
mengatasi asidosis.

5. Pengendalian Hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator dilakukan.
Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena
tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.

6. Transplantasi Ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal kronik, maka
seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

2. Asuhan Keperawatan (Teoritis)


1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas Pasien Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Umur (lebih
banyak terjadi pada usia 30- 60 tahun), Agama, Jenis Kelamin (pria lebih
beresiko daripada wanita), Pekerjaan, Status perkawinan, Alamat, Tanggal
masuk, Yang mengirim, Cara masuk RS, dan Diagnosa medis dan nama
Identitas Penanggung Jawab meliputi : Nama, Umur, Hub dengan pasien,
Pekerjaan dan Alamat.

2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh klien sebelum
masuk ke rumah sakit. Pada klien dengan gagal ginjal kronik biasanya
didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai dari urine keluar sedikit
sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak
selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah,
napas bau
(ureum), dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan
kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan
kulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kepala, nyeri panggul,
penglihatan kabur, perasaan tak berdaya dan perubahan pemenuhan
nutrisi (Muttaqin, 2011).

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


Biasanya klien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal
ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat
nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih,infeksi system perkemihan yang
berulang, penyakit diabetes mellitus, dan hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji
mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan (Muttaqin, 2011).

4) Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita
penyakit yang sama dengan klien yaitu gagal ginjal kronik, maupun
penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang bisa menjadi factor
pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal kronik.

3. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATANPersepsi


terhadap penyakit :
Biasanya persepsi klien dengan penyakit ginjal kronik mengalami kecemasan
yang tinggi. Biasanya klien mempunyai kebiasaan merokok, alkohol dan
obat-obatan dalam kesehari-hariannya.

4. POLA NUTRISI / METABOLISME


a. Pola Makan
Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema), penurunanberat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah.

b.Pola Minum

Biasanya klien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik tak
sedap pada mulut (pernapasan ammonia).

5. POLA ELIMINASI
a. BAB Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi.
b. BAK Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine
6. POLA AKTIVITAS /LATIHAN
Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri terganggu dan
biasanya membutuhkan pertolongan atau bantuan orang lain. Biasanya klien
kesulitan menentukan kondisi, contohnya tidak mampu bekerja dan
mempertahankan fungsi perandalam keluarga.

7. POLA ISTIRAHAT TIDUR


Biasanya klien mengalami gangguan tidur , gelisah karena adanya nyeri
panggul, sakit kepala dan kram otot/kaki ( memburuk pada malam hari).

8. POLA KOGNITIF –PERSEPSI


biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal kronik
ini pada tingkat asietas sedang sampai berat.

9. POLA PERAN HUBUNGAN


Biasanya klien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya sehari-hari karena
perawatan yang lama.

10. POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI


Biasanya terdapat masalah Seksual berhubungan dengan penyakityang di derita.

11. POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI


a. Body image/gambaran diri
Biasanya mengalami perubahan ukuran fisik, fungsi alat tubuh
terganggu, keluhan karena kondisi tubuh, pernah operasi, kegagalan
fungsi tubuh, prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh

b. Role/peran
Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yangdiderita

c. Identity/identitas diri
Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak
mampu menerima perubahan, merasa kurang memilikipotensi

d. Self esteem/harga diri


Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri,
mengecilkan diri, keluhan fisik

e. Self ideal/ideal diri


f. Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib,
merasa tidak memiliki kemampuan, tidak memiliki harapan,merasa tidak
berdaya

12. POLA KOPING-TOLERANSI STRES


Biasanya klien mengalami factor stress contoh financial, hubungan dan
sebabnya, perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan,
menolak, ansietas, takut,marah, mudah tersinggung, perubahan kepribadian
dan perilaku serta perubahan proses kognitif.

13. PEMERIKSAAN FISIK


a.Keadaan Umum dan TTV

1) Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat


2) Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkaturemia
dimana dapat mempengaruhi sistem saraf pusat.

3) TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya


hipertensi.

b. Kepala
1) Rambut : Biasanya klien berambut tipis dan kasar, kliensering
sakit kepala, kuku rapuh dan tipis.

2) Wajah : Biasanya klien berwajah pucat


3) Mata : Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur,
konjungtiva anemis, dan sclera tidak ikterik.

4) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip danklien


bernafas pendek dan kusmaul

5) Bibir : Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut,ulserasi gusi,


perdarahan gusi, dan napas berbau

6) Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.


7) Lidah : Biasanya tidak terjadi perdarahan
8) Leher : Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroidatau
kelenjar getah bening
c. Dada / Thorak
1) Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek,
pernapasan kussmaul (cepat/dalam)

2) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan


3)Perkusi : Biasanya Sonor

4)Auskultasi : Biasanya vesicular

d. Jantung
1) Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat
2) Palpasi : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal2 linea
deksta sinistra

3) Perkusi : Biasanya ada nyeri


4) Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat
e. Perut / Abdomen
1) Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau
penumpukan cairan, klien tampak mual dan muntah

2) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara5-35


kali/menit

3) Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian


pinggang, dan adanya pembesaran hepar pada stadium akhir.

4) Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinyaacites.


f. Genitourinaria
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, distensi
abdomen, diare atau konstipasi, perubahan warna urine menjadi
kuning pekat, merah, coklat dan berawan.
g. Ekstremitas
Biasanya didapatkan adanya nyeri panggul, odema pada ektremitas,
kram otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak
kaki,keterbatasan gerak sendi.

h. Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya
area ekimosis pada kulit.

i.System Neurologi
Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori,
penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral,seperti perubahan
proses fikir dan disorientasi. Klien sering didapati kejang, dan adanya
neuropati perifer

14. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan pertukaran gas b/d edema pulmonal, kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung

2. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensicairan dan


natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake yang tidak adekuat

4. Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah,


ketidakmampuan memenuhi metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal
yang menimbulkan hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi yang buruk selama
sakit, fatigue

5. Kerusakan integritas kulit

6.Resiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2011. Asuhan keperawatan gangguan sistem
perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

M.Clevo Rendi dan Margareth TH. 2012. Asuhan keperawatan medikal


bedah dan penyakit dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nettina, Sandra M. 2002. Pedoman praktik keperawatan. Jakarta: EGC.

Nurarif & Kususma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa dan NANDA NIC NOC. Jilid 2.MedAction

Smeltzer,s.c dan Bare,b.g. 2011. Buku ajar keperawatan medical bedah.


Brunner & Suddarth. Edisi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai