OTOPSI
• PEMERIKSAAN DALAM
• INSISI
• PERBANDINGAN JENIS INSISI
• TEKNIK OTOPSI
• PEMERIKSAAN BAGIAN KEPALA
• PEMERIKSAAN DADA DAN RONGGA ABDOMEN
INTERNAL EXAMINATION
Dilakukan pembedahan dan pemeriksaan pada :
1. Cranial cavity
2. Thoracic cavity
3. Abdominal cavity
4. Dissection of spinal cord (when indicated)
5. Dissection of extremities (when indicated)
Bardale, R. Principles of Forensic Medicine and Toxicology First Edition. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher. 2011.
INSISI
A. Head
Coronal incision : insisi dimulai dari
bagian belakang telinga dan memanjang
secara koronal di kepala.
B. Trunk
Trunk incision : Terdapat 3 teknik insisi
pada trunk
Bardale, R. Principles of Forensic Medicine and Toxicology First Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher. 2011.
B. Trunk
Terdapat tiga teknik :
1. I-shaped incision:
Sayatan lurus, dari dagu (sympisis mentis) ke pubis(sympisis
pubis)
2. Y-shaped incision:
Dimulai pada titik yang dekat dengan prosesus akromial dan meluas
ke bawah payudara sampe proses xipiod. Sayatan serupa dibuat di sisi
tubuh yang berlawanan. Dari proses xipiod sayatan dibawa ke bawah
sampai ke simfisis pubis
3. Modified Y-shape incision:
Pertama buat sayatan lurus dari sternal notch ke simfisis pubis, lalu
sayatan dari sternal notch diperluas ke mid point klavikula kemudian
ke atas menuju leher di belakang telinga.
Bardale, R. Principles of Forensic Medicine and Toxicology First Edition. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher. 2011.
PERBANDINGAN JENIS INSISI
Modified
I - shaped incision Y - shaped incision Y - shaped incision
Keuntungan • Metode yang paling • Lebih kosmetik • Regio leher sangat mudah
umum • Regio aksilari dan leher diakses
• Mudah lebih mudah diakses • Lebih cepat dibanding
• Cepat teknik Y-shaped
Kerugian Tidak memberikan akses Membutuhkan lebih banyak • Membutuhkan lebih
yang baik dan adekuat waktu banyak waktu
pada regio aksilari dan • Tidak memberikan akses
leher yang baik dan adekuat
pada regio aksilari
Bardale, R. Principles of Forensic Medicine and Toxicology First Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publisher. 2011.
Teknik autopsy
• 1. Virchow 2.Rokitansky
Pada teknik ini organ dikeluarkan Setelah rongga tubuh dibuka, organ
satu persatu. Lalu dilakukan dilihat dan diperiksa dengan insisi organ
pembedahan. secara insitu, baru kemudian semua
Metode ini sempurna untuk organ tubuh dikeluarkan dalam
menilai patologi dari single organ. kumpulan organ (en block) untuk
diperiksa satu persatu diluar tubuh.
• 3.Goun • 4.Letulle
Pada teknik ini Thorak, Cervical, Pada teknik ini cervical, thoraks,
abdomen, dan urogenital sistem abdominal dan pelvis organ
organ dikeluarkan secara terpisah diangkat secara sekaligus dan
sesuai degan organ block dibedah menjadi blok-blok organ.
Teknik ini dianggap sebagai teknik
terbaik untuk mengamati
hubungan pathologi dan anatomi
antar struktur
Michael T.Sheaff,Deborah Jhopster. Post Mortem Technique Handbook second Edition.
Panama. Springer-Verlag London Limited.2005
PEMERIKSAAN BAGIAN KEPALA
• Setelah sayatan koronal dan kulit kepala direfleksikan
• Pemotongan tengkorak dengan menggergaji tulang.
• Garis pemotongan tulang memanjang horizontal di kedua sisi dari tengah jidat ke dasar mastoid process ke
external occipital protuberance
• -Ruang tengkorak diperiksa untuk mencari fraktur atau hematoma
• -Dura diperiksa untuk mengetahui adanya darah, cedera, atau kelainan lainnya.
• -Sinus sagital superior diperiksa untuk mengetahui adanya trombosis
• -Otak diperiksa secara in-situ dan kemudian dibedah, apakah terdapat cedera, kelainan bentuk pembuluh darah,
atau aneurisma. Sistem ventrikel juga harus diperiksa.
• Rongga dada dan perut harus diperiksa untuk melihat adanya injury, penyakit, lesi
patologis atau akumulasi darah / cairan
• Organ harus diperiksa untuk melihat adanya injury, penyakit, dan lesi patologis. Berat
organ, ukuran, bentuk, permukaan, konsistensi, permukaan potong, warna harus
diperhatikan.
Bardale, R. Principles of Forensic Medicine and Toxicology First Edition. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher. 2011.
Opening of Spinal Cord
• Spine tidak rutin dilakukan untuk pemeriksaan kecuali atas indikasi
Yaitu:
1. Injury
2. Penyakit yang mempengaruhi spinal cord
3. Keracunan – strychnine
Pemeriksaan organ dilakukan secara hati-hati dan dicatat :
- Ukuran : Pengukuran secara langsung menggunakan
pita pengukur.
Secara tidak langsung dilihat adanya penumpulan pada batas
inferior organ.
- Bentuk : Ada deformitas yang terjadi atau tidak
- Permukaan : Pada umumnya organ tubuh mempunyai
permukaan yang lembut, berkilat dengan kapsul pembungkus
yang bening.
Tim Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik FKUI. 2010.
- Konsistensi : diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ
tubuh tersebut.
- Kohesi : dengan memperkirakan kekuatan daya regang organ
tubuh pada saat ditarik. Jaringan yang mudah teregang
(robek) menunjukkan kohesi yang rendah sedangkan jaringan
yang susah menunjukkan kohesi yang kuat.
- Potongan penampang melintang : catat warna dan struktur
permukaan penampang organ yang dipotong.
Tim Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik FKUI. 2010.
EDWINA
Pemeriksaan Organ Internal
1. Lidah
2. Tonsil
3. Kelenjar gondok
4. Esophagus
5. Trakea
6. Tulang lidah (os hyoid), rawan gondok (cartilage thyroidea0 dan rawan cincin (cartilage
cricoidea)
7. Arteri carotis interna
8. Kelenjar timus
9. Paru-Paru
10. Jantung
1. Aorta thoracalis
2. Aorta abdominalis
3. Glandula suprarenalis
4. Ginjal, ureter dan kandung kemih
5. Hati dan kandung empedu
6. Limpa dan kelenjar getah being
7. Lambung, usus halus dan usus besar
8. Pankreas
9. Otak besar, Otak kecil dan Batang Otak
10. Alat Kelamin (genitalia)
Pemeriksaan Tulang Belakang
• Tulang belakang (Spine) tidak secara rutin dibuka/dilakukan autopsi kecuali terdapat indikasi
1. Jejas (Injury)
2. Penyakit yang berdampak ke spinal cord
3. Keracunan – strychnine.
• Metode membuka spinal cord
• 1. Posterior approach
• Insisi kulit dari garis tengah diatas prosesus spinosus dan laminektomi bilateral
menggunakan gergaji.
• 2. Anterior approach.
Prosedur Tambahan
• Saat melakukan otopsi, dokter forensik bisa membutuhkan dukungan
hasil laboratorium untuk menentukan kesimpulan dan pendapat
seperti
• Toksikologi
• Histopatologi
• Mikrobiologi
• Biokimia
• Studi Enzim
• Biologi Molekuler
• Studi Imunologi
Perawatan Mayat Setelah Otopsi
1. Semua organ dimasukkan ke dalam rongga tubuh
2. Lidah dikembalikan ke rongga mulut dan jaringan otak ke dalam
rongga tengkorak
3. Jahit tulang dada dan iga
4. Jahit kulit mulai dari bawah dagu sampai ke simfisis
5. Atap tengkorak (scalp) diletakkan kembali dan difiksasi dengan
menjahit otot temporalis lalu lanjut menjait kulit kepala
6. Bersihkan tubuh mayat dari darah kemudian kembalikan kepada
pihak keluarga
Ekshumasi
• Definisi
Proses hukum untuk menggali kembali kuburan mayat dan mengambil jasadnya untuk
pemeriksaan postmorterm
• Tujuam
• 1. Identifikasi
• 2. Autopsi kedua saat laporan autopsi pertama meragukan atau ambigu
• 3. Untuk insurance policy
• 4. Penyebab kematian yang diperdebatkan
• 5. Dugaan Pelanggaran
• Otorisasi untuk Ekshumasi
• Hanya dapat dilakukan jika ada perintah tertulis dari Magister Eksekutif atau Magister Judikatif
• Batas waktu untuk Ekshumasi
• Sesuai aturan negara
• Prosedur
• Prosedur penggalian harus dilakukan di bawah pengawasan Hakim dan di hadapan pemeriksa medis
dan polisi.
• Kuburan harus diidentifikasi dengan benar.
• Makam itu kemudian digali dengan hati-hati
• Peti mati harus diidentifikasi
• Tubuh diangkat dan harus diidentifikasi oleh kerabat
• Kondisi pakaian harus diperhatikan
• Sekitar 500 gm tanah dari kontak aktual tubuh dari atas, samping dan bawah harus dikumpulkan
untuk analisis kimia pada dugaan keracunan
• Demikian pula tanah dari lokasi kontrol harus dikumpulkan.
• Rambut dari kepala dan daerah kemaluan harus dikumpulkan
• Tubuh digeser untuk pemeriksaan postmortem.
• Prosedur otopsi harus dilakukan pada jalur yang sama dengan otopsi rutin. Jeroan yang tersedia harus
diawetkan untuk analisis kimia bersama dengan gigi, kuku dan tulang
Bardale, R. Principles of Forensic Medicine and Toxicology First Edition. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2011.
Postmorterm Artefact