Anda di halaman 1dari 37

Nama : Neil Author

NPM : 1102019228
PBL B-11

Sasaran Belajar yang harus dicapai :


A. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Ginjal
1. Makroskopis
2. Mikroskopis
B. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Ginjal
1. Keseimbangan Cairan dan Gangguan Tekanan Darah
2. Sistem R-A-A
C. Memahami dan Menjelaskan Glomerulonefritis
1. Definisi
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Epidemiologi
5. Patofisiologi
6. Manifestasi Klinis
7. Diagnosis dan Diagnosis Banding
8. Tatalaksana
9. Komplikasi
10. Pencegahan
D. Memahami dan Menjelaskan Jenis dan Cara Pemeriksaan Penunjang
GNA
1. Patologi Anatomi
2. Patologi Klinik
E. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Urin dan Darah
A. Anatomi Ginjal
1. Anatomi Makroskopis
Ginjal merupakan organ berbentuk bean-shaped yang terletak
retroperitoneal (Organ retroperitoneal adalah organ yang terletak di
belakang ruang intraperitoneal dan oleh karena itu, organ ini tidak
tercakup oleh peritoneum).. Ginjal berada setinggi kolumna vertebralis
T12-L3. panjangnya sekitar 10 cm, lebarnya 5 cm dan tebalnya kurang
lebih 2,5 cm. Terdiri dari satu pasang ginjal, yakni ren dextra dan
sinistra. Ginjal kanan posisinya lebih inferior karena berbatasan dengan
liver dimana bagian superior dan posterior dari ginjal berhubungan
dengan diafragma. Pada permukaan posteroinferior berhubungan
dengan otot psoas major, di bagian anteriornya berbatasan dengan
organ-organ seperti liver, duodenum dan ascending colon. Ginjal kiri
berbatasan dengan lambung, limpa, pankreas, jejunum dan descending
colon.

Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus/hilum renale


tempat masuknya saraf, keluarnya ureter serta masuk dan keluarnya
pembuluh darah dan pembuluh limfe dan memiliki permukaan lateral
yang cembung, keduanya dilapisi oleh suafu simpai fibrosa tipis. Ujung
atas ureter yang disebut pelvis renalis, terbagi menjadi dua atau tiga
calix major. Cabang yang lebih kecil, yaitu calix minor, muncul dari
setiap calix major. Area yang mengelilingi calix, disebut sinus renalis,
biasanya mengandung sejumlah jaringan adiposa.
Sumber : Sobotta Atlas Anatomi Manusia Edisi 20 Halaman 179
Ginjal memiliki korteks di bagian luar dan medula di arah dalam.
Pada manusia, medula ginjal terdiri atas 8-15 struktur berbentuk
kerucut yang disebut piramides renale, yang dipisahkan oleh penjuluran
korteks yang disebut columna renalis. Atau lebih mudahnya columna
rrenales ini merupakan bagian korteks yang masuk ke dalam medula
ginjal. Setiap piramida medula plus jaringan korteks di dasarnya dan di
sepanjang sisinya membentuk suatu lobus ginjal.
Pada bagian superomedial ginjal terdapat glandula suprarenalis.
Glandula suprarenal ini ditutupi oleh renal fascia tempat perlekatannya
dengan diaphragmatic crura; glandula suprarenal pada ren dextra
berbentuk pyramid di sebelah anterior diafragma dan berbatasan
dengan vena cava inferior di sebelah anteromedial dan hepar di
anterolateral. Sedangkan glandula suprarenal pada ren sinistra
berbentuk semiliunar (bulan sabit), berbatasan dengan lien, gaster, dan
pancreas.

VASKULARISASI GINJAL
Setiap ginjal menerima darah dari a. renalis, yang bercabang
menjadi dua atau lebih arteri segmental di hilus. Di sinus renalis, arteri
tersebut memiliki 4 cabang utama pada bagian anterior dan 1 cabang
pada bagian inferior yaitu membentuk A. Segmentalis. Kemudian arteri
segmentalis akan bercabang menjadi a. interlobaris yang terjulur di
antara piramida ginjal menuju perbatasan korteks-medula. Di tempat
ini, a. interlobaris bercabang lebih lanjut membentuk a. arcuata yang
berjalan melengkung di sepanjang taut tersebut di dasar setiap piramida
ginjal. Darah meninggalkan ginjal melalui vena dengan perjalanan
yang sama seperti arteri dan memiliki nama yang sama. Vena renalis
akan bermuara ke vena cava inferior. Untuk posisinya , renal vein ada
di sebelah anterior renal artery, dan anterior renal pelvis.

Inervasi Ginjal
Persarafan pada ginjal muncul dari pleksus renalis dan terdiri dari
saraf simpatis dan parasimpatis
Sumber : Sobotta Atlas Anatomi Manusia Edisi 20 Halaman 178

Ureter
Ureter berjalan di dinding lateral pelvis dan memasuki urinary
bladder. Ureter mempunyai panjang sekitar 25-30 cm yang
menghubungkan ginjal dengan vesica urinaria. Ureter terbagi menjadi
dua bagian yaitu: pars abdominalis dan pars pelvica.

Vesica urinaria
Vesica urinaria adalah organ yang penting untuk menampung urine
sampai siap untuk dikeluarkan. Vesica urinaria memiliki empat
permukaan, yaitu: superior surface, dua permukaan inferolateral satu
permukaan posterior. Apex vesica urinaria (ujung anterior) mengarah
ke ujung superior pubic symphysis. Fundus vesica urinaria
berseberangan dengan apex, dibentuk oleh dinding posterior yang
konveks. Bagian corpus adalah bagian antara apex dan fundus.
Orificium uretra dan internal urethral orifice ada pada sudut
trigonum vesica urinaria. Ostium ureteris dikeliling oleh musculus
detrusor yang menjadi kuat ketika vesica urinaria berkontraksi sehingga
mencegah reflux urine ke dalam ureter.

Vascularisasinya merupakan cabang dari superior dan inferior


vesical artery yang merupakan cabang dari internal iliac artery.
Superior vesical arteries mensuplai bagian anterosuperior bladder. Pada
pria, fundus dan collum vesica urinaria disuplai oleh inferior vesical
arteries. Pada wanita, inferior vesical arteries digantikan oleh vaginal
arteries, yang memiliki cabang kecil ke bagian posteroinferior bladder.
Urethra
Urethra masculina dan feminine memiliki struktur yang berbeda.
Pada pria, urethra memiliki panjang 18-20cm, dibagi menjadi: urethra
pars preprostatica, urethra pars prostatica, urethra pars membranasea
(intermediate), dan urethra pars cavernosa (spongy).
Pada masculina, urethra dibagi menjadi bbrapa bagian, yaitu: pars
prostatica, Pars membranacea/intermedia dan pars spongiosa. Prostatic
urethra terdapat di sekitar prostat. Pars membranacea/intermedia
dikelilingi oleh musculus sphincter urethra. Pars spongiosa urethra ada
di bagian paling ujung.

2. Anatomi Mikroskopis
Pada bagian awal setiap nefron terdapat sebuah korpuskel ginjal
berdiameter sekitar 200 pm dan mengandung seberkas kapiler,
glomerulus, yang dikelilingi oleh simpai epitel berdinding ganda
disebut simpai (Bowman) glomerular. Lapisan internal (lapisan
viseral) simpai menyelubungi kapiler glomerulus. Lapisan parietal
eksternal membentuk permukaan luar simpai tersebut. Di antara kedua
lapis simpai Bowman terdapat ruang kapsular atau perkemihan yang
menampung cairan yang disaring melalui dinding kapiler dan lapisan
viseral. Setiap korpuskel ginjal memiliki kutub vaskular, tempat
masuknya arteriol aferen dan keluarnya arteriol eferen, serta memiliki
kutub tubular atau perkemihan tempat tubulus kontortus proksimal
berasal. Setelah memasuki korpuskel ginjal arteriol aferen biasanya
bercabang dan terbagi lagi menjadi dua sampai lima kapiler glomerulus
ginjal. (Mescher AL, 2009; page 326)

Sumber : Histologi Dasar Junqueira Edisi 12 Halaman 330

Lapisan parietal simpai glomerular terdiri atas selapis epitel


skuamosa yang ditunjang lamina basal dan selapis tipis serat retikular
di luar. Di kutub tubular, epitelnya berubah menjadi epitel selapis
kuboid yang menjadi ciri tubulus proksimal. (Mescher AL, 2009; page
326)
Sel-sel lapisan viseral ini yaitu podosit, memiliki badan sel
yang menjulurkan beberapa prosesus primer. Setiap prosesus primer
menjulurkan banyak prosesus (kaki) sekunder, atau pedikel
(L.pedicellus, kaki kecil) yang memeluk bagian kapiler glomerulus.
Badan sel podosit tidak berkontak dengan membran basal kapiler,
tetapi setiap pedikel berkontak langsung dengan struktur tersebut.
(Mescher AL, 2009; page 326)
Sumber : Histologi Dasar Junqueira Edisi 12 Halaman 330

Di antara sel-sel endotel bertingkap dari kapiler glomerulus dan


podosit yang menutupi permukaan luarnya, terdapat membran basal
glomerular tebal (-0,1 pm). Membran ini merupakan bagian yang
paling bermakna pada sawar filtrasi yang memisahkan darah dalam
kapiler dari ruang kapsular. (Mescher AL, 2009; page 326)

Sumber : Histologi Dasar Junqueira Edisi 12 Halaman 331


Selain sel endotel kapiler dan podosit, korpuskel ginjal juga
mengandung sel mesangial, yang menyerupai perisit dalam
menghasilkan komponen suatu selubung lamina eksternal. Sel
mesangial sulit dikenali pada sediaan rutin dari podosit, tetapi terpulas
lebih gelap. Sel ini dan matriks yang mengelilinginya membentuk
mesangium, yang mengisi ruang kecil di antara kapiler yang tidak
memiliki podosit. (Mescher AL, 2009; page 327)

Tubulus Kontortus Proksimal


Di kutub tubular korpuskel ginjal, epitel skuamosa pada lapisan
parietal simpai Bowman berhubungan langsung dengan epitel kuboid
tubulus kontortus proksimal. Tubulus berlekuk ini lebih panjang dari
tubulus kontortus distal sehingga lebih sering tampak pada potongan
korteks ginjal. Sel tubulus proksimal mereabsorpsi 60-65% air yang
disaring dalam korpuskel ginjal, beserta hampir semua nutrien, ion
vitamin dan protein plasma kecil. Air dan zat terlarutnya diangkut
secara langsung melalui dinding tubulus dan segera diambil oleh
kapiler peritubular. (Mescher AL, 2009; page 328)
Sel-sel tubulus proksimal memiliki sitoplasma asidofilik
yang disebabkan oleh adanya sejumlah besar mitokondria. Apeks sel
memiliki banyak mikrovili panjang, yang membentuk suatu
brushborder untuk reabsorpsi. Karena selnya berukuran besar, setiap
potongan melintang tubulus proksimal biasanya hanya mengandung
tiga sampai lima inti bulat. Pada sediaan histologis rutin brush border
dapat tidak teratur dan lumennya tampak terisi serabut. Kapiler dan
komponen mikrovaskular lain banyak dijumpai pada jaringan ikat
sekitar. (Mescher AL, 2009; page 328)
Sumber : Histologi Dasar Junqueira Edisi 12 Halaman 333

Gelung Nefron (Ansa Henle)


Tubulus kontortus proksimal berlanjut sebagai tubulus lurus
yang lebih pendek dan memasuki medula serta menjadi gelung nefron.
Gelung ini merupakan strukfur berbentuk U dengan segmen desendens
dan segmen asendens; keduanya terdiri atas selapis epitel kuboid di
dekat korteks, tetapi berupa epitel skuamosa di dalam medula. Di
medula luar, bagian lurus tubulus proksimal dengan diameter luar
sekitar 60 μm, tiba-tiba menyempit sampai sekitar 12 μm dan berlanjut
sebagai segmen tipis desendens tipis gelung nefron. Lumen pada
segmen nefron ini lebar dan dindingnya terdiri atas sel epitel
skuamosa dengan inti yang hanya sedikit menonjol ke dalam
lumen. (Mescher AL, 2009; page 329-330)
Kira-kira sepertujuh dari semua nefron terletak dekat perbatasan
korteks-medula sehingga disebut nefron jukstamedular, yang terutama
penting pada mekanisme yang memungkinkan ginjal menghasilkan
urine hipertonik yang pekat. Nefron jukstamedular biasanya memiliki
gelung yang sangat panjang dan masuk jauh ke dalam medula dengan
segmen lurus tebal di proksimal segmen desendens dan asendens tipis
yang panjang, dan segmen asendens tebal yang panjang. (Mescher AL,
2009; page 330)

Tubulus Kontortus Distal & Apparatus Jukstaglomerularis


Segmen tebal asendens gelung nefron menjadi lurus saat
memasuki korteks, dan kemudian berkelok-kelok sebagai tubulus
kontortus distal. Selapis sel kuboid tubulus tersebut berbeda dari sel
kuboid tubulus kontortus proksimal karena lebih kecil dan tidak
memiliki brush border. Karena sel-sel tubulus distal lebih gepeng dan
lebih kecil daripada sel tubulus proksimal, tampak lebih banyak inti
di dinding tubulus distal ketimbang di dinding tubulus proksimal.
Sel-sel tubulus kontortus distal memiliki banyak invaginasi membran
basal dan mitokondria terkait yang serupa dengan mitokondria tubulus
proksimal, yang menunjukkan fungsi transpor-ionnya. (Mescher AL,
2009; page 332)

Bagian awal tubulus distal yang lurus berkontak dengan kutub


vaskular di korpuskel ginjal nefron induknya dan membentuk struktur
khusus, apparatus juxtaglomerularis. Di tempat kontak dengan arteriol,
sel-sel tubulus distal menjadi kolumnar dan lebih erat terkemas dengan
inti apikal kompleks Golgi basal, dan sistem kanal dan pengangkut ion
yang lebih rumit dan bervariasi. Bagian tebal dinding tubulus distal
ini disebut macula densa. Bersebelahan dengan macula densa, tunica
media arteriol aferen juga termodifikasi. Sel otot polos membentuk
suatu fenotipe sekretorik dengan inti yang lebih bulat, RE kasar,
kompleks Golgi dan granula zimogen dan disebut sel granular
juxtaglomerular. Dari kutub vaskular juga terdapat sel lacis (Perancis
lacis, jalinan), merupakan sel mesangial ekstrasel yang mungkin
memiliki banyak fungsi pendukung yang sama dengan sel-sel tersebut
di dalam glomerulus. Sel lacis juga dapat menyebarkan sinyal dari
macula densa ke dalam glomerulus, yang memengaruhi vasokonstriksi
di tempat tersebut. (Mescher AL, 2009; page 332)
Sumber : Histologi Dasar Junqueira Edisi 12 Halaman 333

Ductus Coligens
Urine mengalir dari tubulus kontortus distal ke tubulus
colligens, bagian terakhir setiap nefron yang saling bergabung
membentuk ductus colligens yang lebih besar dan lebih lurus, berjalan
di tepi piramida ginjal dan bermuara ke dalam calyx minor. Tubulus
colligens dilapisi oleh epitel kuboid dan berdiameter sekitar 40 μm.
Sel-sel ductus collegens yang berkonvergensi berbentuk kolumnar dan
diameter ductus mencapai 200 μm di dekat puncak piramida medula
ginjal. Di sepanjang perjalanannya tubulus dan ductus colligens
terutama terdiri atas epitheliocytus principalis principal cell) yang
terpulas lemah dengan sedikit organel dan mikrovili. (Mescher AL,
2009; page 333)
CD = Ductus colligens. Sumber : Histologi Dasar Junqueira Edisi 12
Halaman 337

B. Fisiologi Ginjal
1. Keseimbangan Cairan dan Kelainan Tekanan Darah
Ginjal adalah organ yang terutama berperan dalam
mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit, dan
osmolaritas CES.
Ketika CES mengalami kelebihan air atau elektrolit tertentu
misalnya garam (NaCl) maka ginjal dapat mengeluarkan kelebihan
tersebur melalui urin. Jika terjadi defisit maka ginjal tidak dapat
menambahkan konstituen yang kurang tersebut tetapi dapat membatasi
pengeluarannya sehingga terjadi penghematan konstituen.
Dalam regulasi ini terdapat tiga mekanisme yaitu filtrasi
glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus

Filtrasi, filtrasi merupakan penyaringan plasma bebas protein


melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul bowman. Dalam keadaan
normal, 20% plasma yang masuk ke glomerulus tersaring. Rata-rata
filtrat sebentuk secara kolektif dari seluruh glomerulus adalah 125 ml
per menit.
semua konstituen di daiam darah yaitu H2O, nutrien, elektrolit, zar sisa,
dan sebagainya-secara nonselektif masuk ke lumen tubulus dalam jumlah
yang besar selama filtrasi. Yaitu, dari 20% plasma yang difiltrasi di
glomerulus, segala sesuaru yang ada di bagian plasma tersebut masuk ke
kapsul Bowman kecuali protein plasma dan juga darah.
Gaya yang berperan dalam filtrasi glomerulus :
 Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang
ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler glomerulus. Tekanan ini pada
akhirnya bergantung pada kontraksi jantung. Tekanan darah kapiler
glomerulus, dengan nilai rerata diperkirakan 55 mm Hg,
 Tekanan koloid osmotik Tekanan hidrostatik kapsul Bowman, tekanan
yang ditimbulkan oleh cairan di bagian awal tubulus ini, diperkirakan
sekitar 15 mm Hg
Reabsorpsi tubulus, Sewaktu filtrat mengalir melaiui tubulus, bahan-
bahan yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler
peritubulus. Perpindahan selektif bahan-bahan dari bagian dalam tubulus.
Bahan-bahan yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh melalui urin tetapi
dibawa oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke jantung
untuk diresirkulasi

Sekresi Tubulus, adalah pemindahan selektif bahan-bahan dari kapiler


peritubulus ke dalam lumen tubulus. Proses ini merupakan rute kedua bagi
masuknya bahan ke dalam tubulus ginjal dari darah, sedangkan yang
pertama adalah melalui filtrasi glomerulus.

REGULASI TEKANAN DARAH

Aldosteron
aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na+ oleh tubulus distal dan
koligentes. Hasil akhirnya adalah peningkatan fluks pasif Na+ masuk
ke dalam lumen dari sel tubulus dan peningkatan pemompaan Na.
Karena itu, Aldosterone mendorong retensi garam yang menyebabkan
retensi H2O dan peningkatan tekanan darah arteri.

Peptida Natriuretik Atrium


Kerja utama ANP adalah menghambat secara langsung reabsorpsi Na. di
bagian distal nefron sehingga ekskresi Na+ Di urin meningkat. ANP juga
meningkatkan ekslaesi Na- di urin dengan menghambat dua tahap SRAA.
ANP menghambat sekresi renin oleh ginjal dan bekerja pada korteks
adrenal untuk menghambat sekresi aldosteron. ANP juga mendorong
natriuresis dan diuresis dengan meningkatkan LFG melalui dilatasi arteriol
aferen, meningkatkan tekanan darah kapiler glomerulus, dan dengan
melemaskan sel mesangium glomerulus sehingga terjadi peningkatan K.
Dengan semakin banyaknya garam dan air terfiltrasi, semakin banyak
garam dan air yang dielakresikandi urin. Selain secara tidak langsung
menurunkan tekanan darah dengan mengurangi beban Na-, ANP secara
langsung menurunkan tekanan darah dengan menurunkan curah jantung
dan mengurangi resistensi vaskular perifer dengan menghambat aktivitas
saraf simpatis pada jantung dan pembuluh darah.

Sumber : Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Sherwood Lauralee Ed 6


Halaman 573
2. Sistem Renin Angiotensin Aldosterone
Sistem hormon terpenting dan paling terkenal yang
terlibatdalam regulasi Na+ adalah sistem Renin-Angiotensin-
Aldosteron. Sel granular apararus jukstaglomerulus mengeluarkan
suatu hormon enzimatik, renin, ke dalam darah sebagai respons
terhadap penurunan NaCl/volume CES/tekanan darah. Fungsi ini
adalah tambahan terhadap peran sel makula densa aparatus.
Jukstaglomerulus dalam otoregulasi. Secara spesifik, tiga masukan
berikut ke sel granular meningkatkan sekresi renin:
a. Sel granular itu sendiri berfungsi sebagai baroreseptor
intrarenal. Sel ini peka terhadap perubahan tekanan di dalam
arteriol aferen. Ketika mendeteksi penurunan tekanan darah
se1 granular ini mengeluarkan lebih banyak renin.
b. Sel makula densa di bagian tubuius aparatus jukstaglomerulus
peka terhadap NaCl yang melewatinya melalui lumen tubulus.
Sebagai respons terhadap penurunan NaCl, sel makula densa
memicu sel granular untuk\ mengeluarkan lebih banyak renin.
c. Sel granular disarafi oleh sistem saraf simpatis. Ketika tekanan
darah turun di bawah normal, refleks baroreseptor
meningkatkan aktivitas simpatis. Sebagai bagian dari respons
refleks ini, peningkaran aktivitas simpatis merangsang sel
granular mengeluarkan lebih banyak renin. (Sherwood L,
2009; Page 570)

Sinyal-sinyal yang saling terkait untuk meningkatkan sekresi


renin ini semuanya menunjukkan perlunya meningkatkan volume
plasma untuk meningkatkan tekanan arteri ke dormal dalam jangka
panjang. Melalui serangkaian proses kompleks yang melibatkan
SRAA, peningkatan sekresi renin menyebabkan peningkaran reabsorpsi
Na+ oleh tubulus distal dan koligentes. Klorida selalu secara pasif
mengikuti Na+ menuruni gradien listrik yang terbentuk oleh
perpindahan aktif Na+. Manfaat akhir dari rerensi garam ini adalah
bahwa retensi tersebut mendorong retensi H2O secara osmotis, yang
membantu memulihkan volume plasma sehingga penting dalam kontrol
jangka panjang tekanan darah. (Sherwood L, 2009; Page 570-571)
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, renin bekerja sebagai
enzim untuk mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin I.
Angiotensinogen adalah suatu protein plasma yang disintesis oleh hati
dan selalu terdapat di plasma dalam konsentrasi tinggi. Ketika melewati
paru melalui sirkulasi paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II
oleh angiotensin-converting enzme (ACE), yang banyak terdapat di
kapiler paru. Angiotensin II adalah perangsang utama sekresi hormon
aldosteron dari korteks adrenal. Korteks adrenal adalah kelenjar
endokrin yang menghasilkan beberapa hormon berbeda, masing-
masing disekresikan sebagai respons terhadap rangsangan yang
berbeda. (Sherwood L, 2009; Page 571)
Di antara berbagai efeknya, aldosteron meningkatkan reabsorpsi
Na+ oleh tubulus distal dan koligentes. Hormon ini melakukannya
dengan mendorong penyisipan saluran Na. tambahan ke dalam
membran luminal dan penambahan pembawa Na+-K+ ATPase ke
dalam membran basolateral sel tubulus distal dan koligentes. Hasil
akhirnya adalah peningkatan fluks pasif Na+ masuk ke dalam sel
tubulus dari lumen dan peningkatan pemompaan Na. keluar sel ke
dalam plasma- yaitu, peningkatan reabsorpsi Na-, disertai Cl mengikuti
secara pasif. Karena itu, SRAA mendorong retensi garam yang
menyebabkan retensi H2O dan peningkatan tekanan darah arteri.
Melalui mekanisme umpan balik negatif sistem ini menghilangkan
faktor-faktor yang memicu pelepasan awal renin yaitu, deplesi garam,
penurunan volume plasma, dan penurunan tekanan darah arteri.
(Sherwood L, 2009; Page 571)
Selain merangsang sekresi aldosteron, angiotensin II adalah konstriktor
poten arteriol sistemik, secara langsung meningkatkan tekanan darah
dengan meningkatkan resistensi perifer total. Selain itu, angiotensin II
merangsang rasa haus (meningkatkan asupan cairan) dan merangsang
vasopresin (suatu hormon yang meningkatkan retensi H2O oleh ginjal),
di mana keduanya ikut berperan dalam menambah volume plasma dan
meningkatkan tekanan arteri. (Sherwood L, 2009; Page 571)
Dengan mengubah-ubah jumlah renin dan aldosteron yang
disekresikan sesuai dengan jumlah cairan (yang ditentukan oleh garam)
di tubuh, ginjal dapat dengan repar menyesuaikan jumlah garam yang
ditahan atau dikeluarkan. Dengan melakukan hal ini ginjal
mempertahankan beban garam dan volume CES/tekanan darah arteri
pada tingkat yang relatif konstan meskipun konsumsi garam sangat
beruariasi dan adanya pengeluaran cairan penuh garam secara
abnormal. (Sherwood L, 2009; Page 571)
Sumber : Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Lauralee Sherwood Edisi 6 Halaman

572
D. Jenis dan Cara Pemeriksaan Penunjang Glomerulonefritis Akut
1. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Gambaran
Glomerulonefritis Progresif Cepat (GNPC) atau Rapidly
Progressive Glomerulonephritis (RPGN) merupakan salah satu varian
glomerulonefritis akut, sedangkan glomerulonefritis akut sendiri
adalah salah satu manifestasi penyakit glemerular. Sindrom ini
adalah suatu immunemediated glomerulonephritis yang ditandai
dengan pembentukan cresent sehingga disebut juga Cresentic
Glomerulonephritis. Cresent merupakan sebuah bentukan
menyerupai bulan sabit yang terdiri dari sebukan sel epitel parietal
yang mengalami proliferasi, monosit, makrofag dan fibrin. Cresent
terjadi akibat pecahnya dinding kapiler jalinan (tuft) glomerulus
disertai lepasnya sel-sel inflamasi dan fibrin menuju kapsula
Bowmann. Pada GNPC cresent terjadi pada lebih dari 60%
glomeruli. Salah satu bentuk cresent tampak pada gambar. (Suwitra,
K)
Membranoproliferatif Gromeluronefritis
Istilah ini mengacu pada pola lesi glomerulus dengan banyak
etiologi, di mana, sesuai dengan namanya, terjadi proliferasi
(endocapillary dan/atau mesangial) dan penebalan dinding kapiler
("membrano") oleh deposit imun dan/atau komplemen subendotel. ,
atau beberapa jenis perubahan subendotel lainnya (antara endotelium
dan membran basal). Seringkali, karena peningkatan sel matriks atau
mesangial, lobus berkas kapiler menonjol, memberikan tampilan
berlobus (juga disebut GN lobular).
Dalam hal ini bulan sabit telah berevolusi dengan proliferasi
kolagen, yang ditunjukkan oleh serat yang diwarnai dengan
pewarnaan perak : (panah hijau) (mereka juga mudah ditunjukkan
dengan pewarnaan trichrome). Lesi pada tahap ini disebut crescent
fibroepitel. Ketika seluruh crescent telah digantikan oleh jaringan
fibrosa dan tidak memiliki sel epitel, disebut fibrous crescent dan
merupakan lesi kronis yang ireversibel. Dalam mikrofotografi juga
ada zona dengan kerusakan kapsul Bowman : (panah merah.)
Proliferasi bulan sabit dapat dilihat pada semua GN proliferatif
endokapiler atau dapat ditemukan sebagai proliferasi ekstrakapiler
murni. Dalam kasus terakhir ini biasanya dikaitkan dengan (atau
karena) vaskulitis pembuluh darah kecil (granulomatosis Wegener,
poliangiitis mikroskopis, atau penyakit Churg-Strauss), atau dapat
berupa GN bulan sabit idiopatik. GN bulan sabit juga dapat terlihat
pada penyakit membran basal antiglomerulus.
Proliferasi seluler global dengan peningkatan ukuran glomerulus;
hilangnya lumen dan nukleus kapiler dengan aspek bentuk dan
ukuran yang bervariasi, menunjukkan bahwa ada beberapa jenis sel
yang berproliferasi. Dalam beberapa kasus proliferasi mesangial
berkontribusi untuk menonjolkan lobulus glomeruli: "lobulasi".

2. Pemeriksaan Patologi Klinik


Urinalisis
Pada pemeriksaan urin rutin ditemukan hematuri mikroskopis
ataupun makroskopis (gros), proteinuria. Proteinuri biasanya sesuai
dengan derajat hematuri dan berkisar antara ± sampai 2+ (100
mg/dL).3 Bila ditemukan proteinuri masif (> 2 g/hari) maka penderita
menunjukkan gejala sindrom nefrotik dan keadaan ini mungkin
ditemukan sekitar 2-5% pada penderita GNAPS.3 Ini menunjukkan
prognosa yang kurang baik. Pemeriksaan mikroskopis sedimen urin
ditemukan eritrosit dismorfik dan kas eritrosit, kas granular dan hialin
(ini merupakan tanda karakteristik dari lesi glomerulus) serta mungkin
juga ditemukan leukosit. Untruk pemeriksaan sedimen urin sebaiknya
diperiksa urin segar pagi hari. (Rachmadi D, 2010)

Pemeriksaan Darah
Kadang-kadang kadar ureum dan kreatinin serum meningkat
dengan tanda gagal ginjal seperti hiperkalemia, asidosis,
hiperfosfatemia dan hipokalsemia. Komplemen C3 rendah pada hampir
semua pasien dalam minggu pertama, tetapi C4 normal atau hanya
menurun sedikit, sedangkan kadar properdin menurun pada 50%
pasien. Keadaan tersebut menunjukkan aktivasi jalur alternatif
komplomen. Penurunan C3 sangat mencolok pada penderita GNAPS
kadar antara 20-40 mg/dl (harga normal 50-140 mg.dl). Penurunan
komplemen C3 tidak berhubungan dengan derajat penyakit dan
kesembuhan. Kadar komplemen C3 akan mencapai kadar normal
kembali dalam waktu 6-8 minggu. Bila setelah waktu tersebut kadarnya
belum mencapai normal maka kemungkinan glomerulonefritisnya
disebabkan oleh yang lain atau berkembang menjadi glomerulonefritis
kronik atau glomerulonefritis progresif cepat. Anemia biasanya berupa
normokromik normositer, terjadi karena hemodilusi akibat retensi
cairan. Di Indonesia 61% menunjukkan Hb < 10 g/dL. Anemia akan
menghilang dengan sendirinya setelah efek hipervolemiknya
menghilang atau sembabnya menghilang.
Adanya infeksi streptokokus harus dicari dengan melakukan
biakan tenggorok dan kulit. Biakan mungkin negatif apabila telah
diberi antimikroba sebelumnya. Beberapa uji serologis terhadap antigen
streptokokus dapat dipakai untuk membuktikan adanya infeksi, antara
lain antistreptozim, ASTO, antihialuronidase, dan anti Dnase B.
Skrining antistreptozim cukup bermanfaat oleh karena mampu
mengukur antibodi terhadap beberapa antigen streptokokus. Titer anti
streptolisin O mungkin meningkat pada 75-80% pasien dengan GNAPS
dengan faringitis, meskipun beberapa strain streptokokus tidak
memproduksi streptolisin O, sebaiknya serum diuji terhadap lebih dari
satu antigen streptokokus. Bila semua uji serologis dilakukan,lebih dari
90% kasus menunjukkan adanya infeksi streptokokus, titer ASTO
meningkat pada hanya 50% kasus. Pada awal penyakit titer antibodi
streptokokus belum meningkat, hingga sebaiknya uji titer dilakukan
secara serial. Kenaikan titer 2-3 kali berarti adanya infeksi. (Rachmadi
D, 2010)

E. Pandangan Islam terhadap Urin dan Darah


Menurut bahasa Arab, Najis memiliki makna qaddarah ( ‫) القذارة‬,
atau lebih spesifik disebut sebagai kotoran. Sementara menurut agama
Islam seturut dengan Asy- Syafi’iyah, Najis adala sesuatu yang dianggap
kotor dan mencegah sholat yang sah. Adapun menurut Menurut Al
Malikiyah, najis bersifat hukum suatu benda yang mengharuskan
seseorang tercegah dari salat. Najis Mutawassthah terbagi dua bagian,
yaitu : ‘ainiyah dan hukmiyyah. Najis ‘ainiyyah ialah, najis yang ada
rupa, bau, dan rasanya. Untuk mencucinya harus hilang rupa, bau, dan
rasanya.
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee. 2009. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta : EGC

Mescher, Anthony L. 2009. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Jakarta : EGC.

Prodjosudjadi, Wiguno. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam Jilid II.
Jakarta : Interna Publishing

Putz, Med & Pabst, Med. 1995. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : EGC

Rachmadi, Dedi. 2010. Diagnosis dan Penatalaksanaan Glomerulonefritis Akut. Bandung


: Bagian IKA FK UNPAD RS Dr. Hasansadikin Bandung

Anda mungkin juga menyukai