NPM : 1102019228
PBL B-11
VASKULARISASI GINJAL
Setiap ginjal menerima darah dari a. renalis, yang bercabang
menjadi dua atau lebih arteri segmental di hilus. Di sinus renalis, arteri
tersebut memiliki 4 cabang utama pada bagian anterior dan 1 cabang
pada bagian inferior yaitu membentuk A. Segmentalis. Kemudian arteri
segmentalis akan bercabang menjadi a. interlobaris yang terjulur di
antara piramida ginjal menuju perbatasan korteks-medula. Di tempat
ini, a. interlobaris bercabang lebih lanjut membentuk a. arcuata yang
berjalan melengkung di sepanjang taut tersebut di dasar setiap piramida
ginjal. Darah meninggalkan ginjal melalui vena dengan perjalanan
yang sama seperti arteri dan memiliki nama yang sama. Vena renalis
akan bermuara ke vena cava inferior. Untuk posisinya , renal vein ada
di sebelah anterior renal artery, dan anterior renal pelvis.
Inervasi Ginjal
Persarafan pada ginjal muncul dari pleksus renalis dan terdiri dari
saraf simpatis dan parasimpatis
Sumber : Sobotta Atlas Anatomi Manusia Edisi 20 Halaman 178
Ureter
Ureter berjalan di dinding lateral pelvis dan memasuki urinary
bladder. Ureter mempunyai panjang sekitar 25-30 cm yang
menghubungkan ginjal dengan vesica urinaria. Ureter terbagi menjadi
dua bagian yaitu: pars abdominalis dan pars pelvica.
Vesica urinaria
Vesica urinaria adalah organ yang penting untuk menampung urine
sampai siap untuk dikeluarkan. Vesica urinaria memiliki empat
permukaan, yaitu: superior surface, dua permukaan inferolateral satu
permukaan posterior. Apex vesica urinaria (ujung anterior) mengarah
ke ujung superior pubic symphysis. Fundus vesica urinaria
berseberangan dengan apex, dibentuk oleh dinding posterior yang
konveks. Bagian corpus adalah bagian antara apex dan fundus.
Orificium uretra dan internal urethral orifice ada pada sudut
trigonum vesica urinaria. Ostium ureteris dikeliling oleh musculus
detrusor yang menjadi kuat ketika vesica urinaria berkontraksi sehingga
mencegah reflux urine ke dalam ureter.
2. Anatomi Mikroskopis
Pada bagian awal setiap nefron terdapat sebuah korpuskel ginjal
berdiameter sekitar 200 pm dan mengandung seberkas kapiler,
glomerulus, yang dikelilingi oleh simpai epitel berdinding ganda
disebut simpai (Bowman) glomerular. Lapisan internal (lapisan
viseral) simpai menyelubungi kapiler glomerulus. Lapisan parietal
eksternal membentuk permukaan luar simpai tersebut. Di antara kedua
lapis simpai Bowman terdapat ruang kapsular atau perkemihan yang
menampung cairan yang disaring melalui dinding kapiler dan lapisan
viseral. Setiap korpuskel ginjal memiliki kutub vaskular, tempat
masuknya arteriol aferen dan keluarnya arteriol eferen, serta memiliki
kutub tubular atau perkemihan tempat tubulus kontortus proksimal
berasal. Setelah memasuki korpuskel ginjal arteriol aferen biasanya
bercabang dan terbagi lagi menjadi dua sampai lima kapiler glomerulus
ginjal. (Mescher AL, 2009; page 326)
Ductus Coligens
Urine mengalir dari tubulus kontortus distal ke tubulus
colligens, bagian terakhir setiap nefron yang saling bergabung
membentuk ductus colligens yang lebih besar dan lebih lurus, berjalan
di tepi piramida ginjal dan bermuara ke dalam calyx minor. Tubulus
colligens dilapisi oleh epitel kuboid dan berdiameter sekitar 40 μm.
Sel-sel ductus collegens yang berkonvergensi berbentuk kolumnar dan
diameter ductus mencapai 200 μm di dekat puncak piramida medula
ginjal. Di sepanjang perjalanannya tubulus dan ductus colligens
terutama terdiri atas epitheliocytus principalis principal cell) yang
terpulas lemah dengan sedikit organel dan mikrovili. (Mescher AL,
2009; page 333)
CD = Ductus colligens. Sumber : Histologi Dasar Junqueira Edisi 12
Halaman 337
B. Fisiologi Ginjal
1. Keseimbangan Cairan dan Kelainan Tekanan Darah
Ginjal adalah organ yang terutama berperan dalam
mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit, dan
osmolaritas CES.
Ketika CES mengalami kelebihan air atau elektrolit tertentu
misalnya garam (NaCl) maka ginjal dapat mengeluarkan kelebihan
tersebur melalui urin. Jika terjadi defisit maka ginjal tidak dapat
menambahkan konstituen yang kurang tersebut tetapi dapat membatasi
pengeluarannya sehingga terjadi penghematan konstituen.
Dalam regulasi ini terdapat tiga mekanisme yaitu filtrasi
glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus
Aldosteron
aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na+ oleh tubulus distal dan
koligentes. Hasil akhirnya adalah peningkatan fluks pasif Na+ masuk
ke dalam lumen dari sel tubulus dan peningkatan pemompaan Na.
Karena itu, Aldosterone mendorong retensi garam yang menyebabkan
retensi H2O dan peningkatan tekanan darah arteri.
572
D. Jenis dan Cara Pemeriksaan Penunjang Glomerulonefritis Akut
1. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Gambaran
Glomerulonefritis Progresif Cepat (GNPC) atau Rapidly
Progressive Glomerulonephritis (RPGN) merupakan salah satu varian
glomerulonefritis akut, sedangkan glomerulonefritis akut sendiri
adalah salah satu manifestasi penyakit glemerular. Sindrom ini
adalah suatu immunemediated glomerulonephritis yang ditandai
dengan pembentukan cresent sehingga disebut juga Cresentic
Glomerulonephritis. Cresent merupakan sebuah bentukan
menyerupai bulan sabit yang terdiri dari sebukan sel epitel parietal
yang mengalami proliferasi, monosit, makrofag dan fibrin. Cresent
terjadi akibat pecahnya dinding kapiler jalinan (tuft) glomerulus
disertai lepasnya sel-sel inflamasi dan fibrin menuju kapsula
Bowmann. Pada GNPC cresent terjadi pada lebih dari 60%
glomeruli. Salah satu bentuk cresent tampak pada gambar. (Suwitra,
K)
Membranoproliferatif Gromeluronefritis
Istilah ini mengacu pada pola lesi glomerulus dengan banyak
etiologi, di mana, sesuai dengan namanya, terjadi proliferasi
(endocapillary dan/atau mesangial) dan penebalan dinding kapiler
("membrano") oleh deposit imun dan/atau komplemen subendotel. ,
atau beberapa jenis perubahan subendotel lainnya (antara endotelium
dan membran basal). Seringkali, karena peningkatan sel matriks atau
mesangial, lobus berkas kapiler menonjol, memberikan tampilan
berlobus (juga disebut GN lobular).
Dalam hal ini bulan sabit telah berevolusi dengan proliferasi
kolagen, yang ditunjukkan oleh serat yang diwarnai dengan
pewarnaan perak : (panah hijau) (mereka juga mudah ditunjukkan
dengan pewarnaan trichrome). Lesi pada tahap ini disebut crescent
fibroepitel. Ketika seluruh crescent telah digantikan oleh jaringan
fibrosa dan tidak memiliki sel epitel, disebut fibrous crescent dan
merupakan lesi kronis yang ireversibel. Dalam mikrofotografi juga
ada zona dengan kerusakan kapsul Bowman : (panah merah.)
Proliferasi bulan sabit dapat dilihat pada semua GN proliferatif
endokapiler atau dapat ditemukan sebagai proliferasi ekstrakapiler
murni. Dalam kasus terakhir ini biasanya dikaitkan dengan (atau
karena) vaskulitis pembuluh darah kecil (granulomatosis Wegener,
poliangiitis mikroskopis, atau penyakit Churg-Strauss), atau dapat
berupa GN bulan sabit idiopatik. GN bulan sabit juga dapat terlihat
pada penyakit membran basal antiglomerulus.
Proliferasi seluler global dengan peningkatan ukuran glomerulus;
hilangnya lumen dan nukleus kapiler dengan aspek bentuk dan
ukuran yang bervariasi, menunjukkan bahwa ada beberapa jenis sel
yang berproliferasi. Dalam beberapa kasus proliferasi mesangial
berkontribusi untuk menonjolkan lobulus glomeruli: "lobulasi".
Pemeriksaan Darah
Kadang-kadang kadar ureum dan kreatinin serum meningkat
dengan tanda gagal ginjal seperti hiperkalemia, asidosis,
hiperfosfatemia dan hipokalsemia. Komplemen C3 rendah pada hampir
semua pasien dalam minggu pertama, tetapi C4 normal atau hanya
menurun sedikit, sedangkan kadar properdin menurun pada 50%
pasien. Keadaan tersebut menunjukkan aktivasi jalur alternatif
komplomen. Penurunan C3 sangat mencolok pada penderita GNAPS
kadar antara 20-40 mg/dl (harga normal 50-140 mg.dl). Penurunan
komplemen C3 tidak berhubungan dengan derajat penyakit dan
kesembuhan. Kadar komplemen C3 akan mencapai kadar normal
kembali dalam waktu 6-8 minggu. Bila setelah waktu tersebut kadarnya
belum mencapai normal maka kemungkinan glomerulonefritisnya
disebabkan oleh yang lain atau berkembang menjadi glomerulonefritis
kronik atau glomerulonefritis progresif cepat. Anemia biasanya berupa
normokromik normositer, terjadi karena hemodilusi akibat retensi
cairan. Di Indonesia 61% menunjukkan Hb < 10 g/dL. Anemia akan
menghilang dengan sendirinya setelah efek hipervolemiknya
menghilang atau sembabnya menghilang.
Adanya infeksi streptokokus harus dicari dengan melakukan
biakan tenggorok dan kulit. Biakan mungkin negatif apabila telah
diberi antimikroba sebelumnya. Beberapa uji serologis terhadap antigen
streptokokus dapat dipakai untuk membuktikan adanya infeksi, antara
lain antistreptozim, ASTO, antihialuronidase, dan anti Dnase B.
Skrining antistreptozim cukup bermanfaat oleh karena mampu
mengukur antibodi terhadap beberapa antigen streptokokus. Titer anti
streptolisin O mungkin meningkat pada 75-80% pasien dengan GNAPS
dengan faringitis, meskipun beberapa strain streptokokus tidak
memproduksi streptolisin O, sebaiknya serum diuji terhadap lebih dari
satu antigen streptokokus. Bila semua uji serologis dilakukan,lebih dari
90% kasus menunjukkan adanya infeksi streptokokus, titer ASTO
meningkat pada hanya 50% kasus. Pada awal penyakit titer antibodi
streptokokus belum meningkat, hingga sebaiknya uji titer dilakukan
secara serial. Kenaikan titer 2-3 kali berarti adanya infeksi. (Rachmadi
D, 2010)
Mescher, Anthony L. 2009. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Jakarta : EGC.
Prodjosudjadi, Wiguno. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam Jilid II.
Jakarta : Interna Publishing
Putz, Med & Pabst, Med. 1995. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : EGC