Anda di halaman 1dari 3

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat: Bahan:
Beaker glass Lidokain
Kapas Eter
Sput tuberkulum Ketamin
aquades

B. Hewan Percobaan
Rattus navergicus

C. Cara Kerja

Tikus

Timbang

kontrol ketamin lidokain Eter

Amati setiap 2 menit selama 10 menit

Amati RR, Motalitas, Mata

Evaluasi dan catat


APKLIN

1. Intubasi
Intubasi endokodral adalah teknik untuk menjaga jalan napas agar pertukaran
CO2 dan O2 antara udara bebas dengan sistem respirasi berjalan baik. Metode yang
sering digunakan adalah intubasi orotrakeal. Dalam melakukan intubasiharus
memperhatikan jenis pipa yang digunakan benar pada tempat yang tepat. Indikasi utama
melakukan intubasi adalah 1) menjaga patensi jalan napas; dan 2) mempermudah
ventilasi posiif dan oksigenasi (Oentari dkk, 2014).
Pada pasien keadaan normal intubasi dilakukan dengan cara intubasi elektif.
Proses ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu persiapan, oksigenasi, laringoskop,
pemasangan pipa, posisi pipa, dan ventilasi. Namun, pada pasien dalam keadaan gawat
darurat intubasi dilakukan dengan metode rapid sequence intubation. Perbedaan metode
ini dengan intubasi biasa adalah pasien belum dipuasakan sebelumnya dan juga
penggunaan obat yang berbeda. Pada RSI obat yang digunakan merupakan obat-obat
dengan awita cepat seperti propofol, sodium thiopental, dan etomidat karena pada RSI
membutuhkan induksi atau hilangnya kesadaran dengan cepat ( Latief dkk, 2009).

2. Seksio Caesarea
Seksio Caesarea (SC) merupakan upaya persalinan dengan jalur lahir melalui
insisi pada dinding perut dan rahim. Indikasi melakukan SC adalah panggul ibu sempit
absolute, tumor jalan lahir, stenosis serviks, plasenta pervia, kelainan letak fetus, gawat
janin, bayi besar, dan hidrosefalus. SC memiliki beberapa jenis, yaitu SC trans peritoneal
profunda, klasik, dan ekstrapeitoneal (Oentari dkk, 2014).
Sebelum melakukan SC pasein terlebih dahulu mendapat medikasi pre-anestesi
dengan obat seperti ondansentron dan ranitidin. Di ruang operasi pasien di pasang
monitor tanda vital serta diberikan preloading dengan larutan kristaloid rnger laktat
selama 15 menit sebelum dilakukan anestesi (Arif dan Setiawan, 2015)
Anestesi yang diberikan melalu metode anestesi spinal. Anestesi ini menggunakan
jarum spinal yang di insersi pada celah vertebrata lumbal 3-4 menggunakan jarum
disposable dengan posisi pasien left lateral decubitus. Contoh obat yang dapat di gunakan
pada Anestesi ini adalh bupivakain hiperbarik. Salah satu komplikasi dari anestesi spinal
ini dapa menyebabakan menggigil yang membuat pasien tidak nyaman dan
membahayakan pasien. Untuk terapa menggigil pada SC akibat anestesi spinal dapat di
berikan meperidin, ketain, dan klonidin (Budiono, 2015)

Arif, S., K., Setiawan, I. 2015. Perbandingan Efek Kecepatan Injeksi 0,4 ml/dtk dan 0,2 ml/dtk
Prosedur Anestesi Spinal terhadap Kejadiann Hipotensi pada Seksio Sesaria. Jurnal Anestiologi
Indonesia. Vol (7) no (2) hal:79-88.
Budiono, U. 2015. Meperidin, Ketamin, dan Klonidin Efektif untuk Terapi Menggigil pada
Sectio Secaria dengan Anestesi Spinal. Jurnal Anestesiologi Indonesia.Vol ( 7) no (2) hal:120-
132.

Oentari, W., Gaol, H., L., Rosani, S., Marcelena, R., lilihata, G., Wibisono, E. dkk. 2014. Kapita
Selekta Kedokteran edisi VI. Jakarta: Media Aesculapius.

Latief, S., A., Suryadi, K., A., Dachlan, M., R. 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta:
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai