Anda di halaman 1dari 102

CLINICAL SCIENCE SESSION

THORACIC TRAUMA
Preceptor : dr. Arief Guntara, SpB

Disusun Oleh :
Devi Agustiani
Nur Anisa Sukma
Sonia
Arief Fadli Putra

SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RSUD AL IHSAN
ANATOMI
Thoracic wall dibentuk oleh thoracic cage
– 12 pasang ribs, breast bone (sternum), costal cartilages , dan 12 pasang thoracic
vertebrae
– Sbg tempat perlekatan otot; Melindungi isi thoracic cavity; Membantu fungsi
mekanis pernapasan
FASCIA OF THORACIC WALL
Subcutaneous tissue (superficial fascia, hypodermis)
• Lapisan yang tersusun oleh jaringan ikat longgar dan ireguler
• Lapisan ini mengandung lemak, kelenjar keringat, pembuluh darah,
pembuluh limfe, cutaneous nerve dan mammary gland.
Deep fascia (investing fascia)
• Merupakan membran fibrosa yang tipis, tanpa lemak, yang padat dan
biasanya terikat dengan longgar ke jaringan subkutan dan kulit di
atasnya.
• Fungsi: membantu mengokohkan bagian thorax bersama-sama dan
menjadi barrier terhadap infeksi.
MUSCLE OF
THORACIC WALL
VASCULATURE OF
THORACIC AORTA
 Pemasokan darah arterial untuk dinding thorax berasal dari:
 Thoracic aorta  melalui posterior intercostal artery dan subcostal
artery.
 Subclavian artery  melalui internal thoracic dan superior intercostal
artery.
 Axillary artery  melalui superior dan lateral thoracic artery.
 Setiap intercolis space disuplai oleh 3 arteri:
 2 large posterior intercostal a.
 Small pair of anterior intercostal a.
PLEURA
 Pleura adalah membran serosa dengan jaringan pembuluh darah dan limfatik.

 Terdiri dari :
 Visceral pleura yang melapisi paru
 Parietal pleura yang melapisi pulmonary cavity

 Parietal pleura memiliki 4 bagian :


 Costal part (bagian internal thoracic wall)
 Mediastinal part (aspek lateral mediastinum)
 Diaphragmatic part (thoracic surface
diaphragmatic)
 Cervical pleura (Superior thoracic aperture)
Pleural Cavity
 Merupakan potential space antara lapisan pleura, mengandung serous pelural
fluid yang berfungsi sebagai lubrikasi permukaan pelural dan memberikan
lapisan pelura bergerak secara halus dengan yang lainnya selama respirasi.
FISIOLOGI
VENTILASI PULMONAR
Meliputi inhalasi dan ekshalasi:
• Inhalasi
Disebut juga inspirasi dimana
merupakan proses udara masuk ke dalam
paru-paru.
-Otot-otot yang berperan penting dalam
proses inhalasi ini adalah :
>> Diaphragma
>> Otot eksternal Intercostalis
Ekshalasi
- menghembuskan udara keluar yang disebut juga
ekspirasi.
- “passive process”  tidak adanya kontraksi otot
yang dilibatkan.
-elastic recoil dari dinding dada dan paru-paru
yang akan kembali ke bentuk asal setelah
direnggangkan.
-“proses aktif” apabila menghembuskan nafas
secara kuat, contohnya selama olah raga.
- Otot-otot yang berkontraksi antara lain :
>> Otot abdominal
>> internal intercostalis
Faktor lain yang mempengaruhi ventilasi
pulmonary, adalah :
• Tekanan permukaan dari alveolar fluid
• Compliance of the lungs
• Resistansi saluran udara
GAS EXCHANGE

• Pada dasarnya, perpindahan gas


terjadi karena perbedaan gradien
tekanan atau tekanan parsial.
• Gas akan berdifusi dari tekanan yang
tinggi ke tekanan yang rendah.
• Komposisi udara atmosfer:
- Udara atmosfer, pada tekanan 760
mmHg di hari yang hangat, terdiri dari
oksigen (21%), nitrogen (79%),
karbondioksida (0,04%) dan berbagai
gas lainnya.
THORACIC TRAUMA
DEFINISI

Trauma thorax adalah cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda
tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut

EPIDEMIOLOGI
- Mortalitas tinggi, hingga 60%

- <10% trauma tumpul thorax dan 15-30% trauma tembus thorax

yang membutuhkan tindakan operatif


- Mayoritas dapat diatasi dengan teknik prosedur ATLS
PATOFISIOLOGI
Pemeriksaan dan penanganan awal pada pasien dengan trauma tho-
raks meliputi:
1. Primary survey (airway, breathing, circulation) dengan resusitasi
fungsi vital
2. Secondary survey terperinci, dan

3. Perawatan definitif
Primary survey
Cedera Yang Mengancam Jiwa
Airway

Breathing

Circulatio
n
AIRWAY PROBLEMS
I. Airway Obstruction
- Pembengkakan, perdarahan, atau muntahan yang teraspirasi ke

dalam jalan napas


- Trauma yang melibatkan leher dan dada

- Seperti: trauma laring


 Identifikasi “air hunger”:

 Look : retraksi otot interkostal dan supraklavikular. Inspeksi orofaring

untuk obstruksi benda asing

 Listen : pergerakan udara pada hidung, mulut, dan paru-paru pasien.

Stridor atau perubahan kualitas suara pada pasien yang dapat berbicara.
Ngorok, gurgling, disfonia.

 Feel : krepitus
II. Tracheobronchial Tree Injury

 Jarang terjadi, namun jika terjadi, fatal

 Mortalitas yang tinggi

 Umumnya disertai dengan hemoptisis, empisema, tension pneumotorax,

dan/atau sianosis

 Intubasi biasanya sulit dilakukan

 Penanganan operatif dengan segera dibutuhkan.


PENGELOLAAN JALAN NAPAS

Pemberian oksigen high flow sebelum dan setelah penilaian airway management

Bersihkan airway dari benda asing atau bila perlu dengan suctioning

Pasien dengan penurunan kesadaran >>> chin lift atau jaw thrust, pemasangan OPA/NPA, extraglotic dan
suproglotic devices (LMA, LTA), definitive airway management (endotracheal intubation atau surgical)

Imobilisasi cervical spine dengan hard collar atau menaruh kantung pasir di kedua sisi kepala pasien
BREATHING

 Leher dan dada pasien harus terbuka saat melakukan penilaian pernapasan dan vena leher.
 Menjaga imobilisasi tulang belakang bagian leher
 Menilai pergerakan pernapasan dan kualitas pernapasan (inspeksi, meraba dan
mendengarkan)
 Tanda tanda cendera dada atau hipoksia
 Peningkatan laju napas
 Berubah pola pernapasan (semakin dangkal)
 Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia pada pasien trauma, namun tidak adanya
sianosis tidak selalu menunjukan oksigenasi jaringan adekuat.
 Penilaian meliputi:
 Look: lihat pergerakan dinding dada
 Listen : dengarkan pergerakan udara pada kedua lapang paru
 Gunakan pulse oxymeter, menilai saturasi dan perfusi perifer
Cedera Mengancam Jiwa yang teridentifikasi pada
primary survey
Airway

Airway obstruction

Airway injury

Breathing

Tension pneumothorax

Open pneumothorax

Fail chest with underlying pulmonary contusion

Massive hemothorax
TENSION PNEUMOTHORAKS

Pneumotorkas terjadi ketika kebocoran udara


satu arah (one way valve) yang terjadi pada
paru – paru atau dinding dada
Pneumotorkas terjadi ketika kebocoran udara satu arah (one way valve) yang terjadi pada paru – paru atau dinding dada
Udara dipaksa masuk ke ruang pleura dan tidak
Udara dipaksa masuk ke ruang pleura dan tidak bisa dikeluarkan  mengempiskan paru – paru yang terkena
bisa dikeluarkan  mengempiskan paru – paru
TENSION PNEUMOTHORAKS yang terkena

Mediastinum bergeser ke arah yang


berlawanan, menurunkan aliran balik vena dan
menekan paru – paru yang berlawanan

Aliran balik vena menurun  syok obstruktif


(penurunkan otuput jantung)
Rontgen dada menunjukkan pneumotoraks sisi kiri besar (panah putih) yang berada di
bawah tekanan, bermanifestasi sebagai perpindahan dari jantung ke kanan (panah hi-
tam) dan depresi dari hemidiaphragm kiri (panah kuning).
TENSION
Adalah pneumotoraks yang PNEUMOTHORAX
disertai peningkatan
tekanan intra toraks yang Udara dipaksa masuk ke
semakin lama semakin ruang pleura tetapi tidak
bertambah (progresif). dapat keluar, yang akhirnya
Pada pneumotoraks tension membuat kolaps paru-paru
ditemukan mekanisme yang terkena.
ventil (udara dapat masuk
dengan mudah, tetapi tidak
dapat keluar).
• Penyebab paling umum dari tension
pneumothorax adalah ventilasi mekanis dengan
ventilasi tekanan positif pada pasien dengan
cedera pleura viseral.

• Tension pneumothorax jarang terjadi dari fraktur


thoracic spine

• Pengobatan tidak boleh ditunda untuk menunggu


pemeriksaan radiologis.
TENSION PNEUMOTHORAX DITANDAI OLEH
BEBERAPA ATAU SEMUA TANDA DAN GEJALA
BERIKUT INI:

Chest
Air hunger
pain

Respiratory
Tachycardia
distress

Tracheal deviation
Hypotension away from the side
injury

Unilateral
Cyanosis (late Neck vein absence
manifestation) distention of breath
sound
Ciri:
 Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif,
sehingga terjadi : kolaps total paru, mediastinal shift
(pendorongan mediastinum ke kontralateral), deviasi
trakhea → venous return ↓ → hipotensi & respiratory
distress berat.
 Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat
dengan cepat, takipneu, hipotensi, JVP ↑, asimetris
statis & dinamis
Penatalaksanaan:
 Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga
II, linea mid-klavikula)
 Water Seal Drainage (WSD)
Insp. : Ekspansi tidak simetris Trakea terdorong
Ausk. : Bs. Nafas satu sisi 
Perk. : Hipersonor satu sisi
+ Vena leher distensi
Syok
 Adanya hiperresonan pada perkusi, trakea yang deviasi, dan suara napas
yang tidak ada pada hemithorax yang terkena, merupakan tanda-tanda
ketegangan pneumotoraks.
 Dekompresi segera: awalnya dengan cepat memasukan jarum kaliber besar
ke interkostal kedua di garis mid klavicular yang terkena hemithoraks,
Namun, karena ketebalan dinding dada yang bervariasi, kinking kateter dan
komplikasi teknis atau anatomi lainnya,manuver ini mungkin tidak akan
berhasil. Tapi jika berhasil menjadi pneumotoraks sederhana.
Bukti terbaru  jarum 5 cm bisa mencapai ruang pleura >50%,
sedangkan jarum 8 cm >90%
PERAWATAN DEFINITIF MEMBUTUHKAN PENYISIPAN TABUNG DADA KE RUANG INTERKOSTAL
KELIMA (BIASANYA PADA TINGKAT PUTING) ANTERIOR KE GARIS MIDAXILLARY.
Tension Pneumo-thorax
Tindakan :

1. Dekompresi 2. Pipa
Toraks
Tension pneumothorax di kiri (panah biru) yang menggusur jantung dan
struktur mediastinum ke kanan (panah merah)
OPEN PNEUMOTHORAX

Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada sehingga
udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks dengan mudah.

Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar.

Dikenal juga sebagai sucking-wound.

Terjadi kolaps total paru.


Udara akan masuk dan
keluar lewat lubang
pada dinding dada
(tahanan lebih kecil)

 Gangguan
ventilasi

Sucking chest wound


PENATALAKSANAAN:
Penatalaksanaan awal pneumotoraks terbuka dilakukan dengan segera
menutup defek dengan dress oklusif steril.

Saat pasien bernafas, dressing menutupi luka, mencegah udara


masuk.

Setiap dressing oklusif (plastik wrap atau petrolatum kasa)


dapat digunakan sebagai tindakan sementara sehingga penilaian
cepat dapat berlanjut.

Kemudian bedah definitif penutupan defek sering diperlukan


 Pembalutan harus cukup besar
untuk menutupi tepi luka dan
kemudian ditempelkan dengan
aman di tiga sisi untuk
memberi efek katup tipe
flutter.
 Saat menghembuskan napas,
ujung terbuka dari dressing
memungkinkan udara keluar
dari ruang pleura.
 Melekatkansemua sisi dressing
dapat menyebabkan udara
menumpuk di rongga toraks,
menghasilkan tension
pneumothorax kecuali jika ada
chest tube
Open Pneumo-thorax : Tindakan

Tutup rapat
atau :

Kasa 3 sisi

Tutup !  Pipa toraks - WSD


FLAIL CHEST
Flail chest adalah area thoraks yang “melayang” (flail) oleh sebab
adanya fraktur iga multipel berturutan ≥ 3 iga , dan memiliki garis
fraktur ≥ 2 (segmented) pada tiap iganya dapat tanpa atau dengan fraktur
sternum.

Akibatnya adalah: terbentuk area “flail” segmen yang mengambang akan


bergerak paradoksal (kebalikan) dari gerakan mekanik pernapasan dinding
dada.

Flail chest terjadi saat segmen dinding dada tidak memiliki kontinuitas
tulang dengan sisa thoracic cage

Kondisi ini biasanya diakibatkan oleh trauma yang berhubungan dengan


fraktur tulang rusuk multipel yaitu, dua atau lebih tulang rusuk yang
berdekatan retak pada dua atau lebih tempat.
Inspeksi Palpasi gerakan Rontgen dada
pergerakan pernafasan mungkin
toraks akan abnormal dan menunjukan
asimetris dan krepitasi fraktur beberapa fraktur
tidak tulang rusuk atau tulang rusuk,
terkoordinasi tulang rawan namun mungkin
dapat membantu tidak
diagnosis. menunjukkan
pemisahan
costochondral.
Perlakuan awal terhadap chest flail meliputi ventilasi yang
memadai, pemberian oksigen yang dilembabkan, dan resusitasi
cairan.

Dengan tidak adanya hipotensi sistemik, pemberian larutan


intravena kristaloid harus dikontrol dengan hati-hati untuk
mencegah kelebihan volume, yang selanjutnya dapat
membahayakan status pernapasan pasien.

Pengobatan definitif adalah memastikan oksigenasi yang


adekuat, mengatur cairan dengan baik, dan memberikan
analgesia untuk memperbaiki ventilasi.
PULMONARY CONTUSION
Merupakan Injury Pada Jaringan Interstitial
Atau Parenkim Paru (dengan atau tanpa
didahului fraktur iga atau pukulan pada dada)

Penyebab paling
banyak

Usia Muda:
Dewasa :
Osifikasi Rib
Fraktur Rib
Tidak Komplit

Pasien Dengan Hipoksia Signifikan (PaO2 <65 MmHg Dan


SaO2 <90%)  Intubasi Dan Ventilasi
Monitoring :

Peralatan
Analisis Gas Monitoring
Pulse Oximetry Ventilasi Yang
Darah EKG
Sesuai
CIRCULATION

 Pengukuran nadi (regularitas dan kualitas) dan


tekanan darah
 penilaian sirkulasi perifer dengan observasi dan
palpasi kulit (warna dan suhu)
 Monitoring jantung
 Pasang pulse oxymetri
 Trauma yang terjadi di area sternum dapat menyebabkan myocarial injury
sehingga mengakibatkan terjadinya dysritmia.
 Gambaran dysritmia pada EKG adalah adanya PEA yang terjadi pada kasus
cardiac tamponade, tension pneumothorax, profound hypovolemia, and
cardiac rupture
 Trauma thorax yang dapat memengaruhi sirkulasi
 Tension pneumothorax
 Massive hemothorax
 Cardiac tamponade
MASSIVE HEMOTHORAX

 Akumulasi cepat dari darah lebih dari


1500ml atau 1/3 dari jumlah darah
pasien yang berada di rongga thorax
 Biasanya terjadi karena luka tembus
yang merobek pembuluh darah di
hilus
 Dapat juga terjadi karena trauma
tumpul yg menyebabkan penetrasi
systemic / hilar vessel
Tanda:
 JVP dapat flat karena hipovolemia atau dapat meningkat jika berhubungan
dengan tension pneumothorax
 Hilangnya suara napas
 pekak pada perkusi pada salah satu lapang paru
 Penampakan syok
PENANGANAN

 Pemasangan jalur intravena dan infus kristaloid segera dan


transfusi darah
 Pemulihan volume darah dan dekompresi rongga dada >> single
chest tube setinggi nipple anterior midaxillary line
 Thoracotomy dengan indikasi (perdarahan tidak teratasi,
kebutuhan tranfusi persisten, kerusakan pada vena besar, struktur
hilar dan jantung)
TREATMENT- THORACOTOMY
CARDIAC TAMPONADE

 Dapat disebut sebagai pericardial effusion.

Merupakan keadaan akumulasi cairan pada rongga


pericardial

 Cardiac tamponade paling sering disebabkan oleh

trauma tembus

 Trauma tumpul dapat menyebabkan perikardium

terisi darah balik dari jantung, pembuluh darah


besar maupun pembuluh darah perikardium
Tanda
• Beck’s triad : peningkatan venous pressure,
penurunan tekanan arteri, dan suara jantung teredam
• Kusmaul’s sign
• Pulsus paradoksus

Penanganan:
• Pericardiosentesis
• Pericardiotomi via thoracotomi
SECONDARY SURVEY
Secondary
SECONDARY survey pada trauma thorax meliputi
SURVEY
pemeriksaan fisik lanjutan, ECG, pulse oximetry
monitoring, arteriol blood gas measurements, chest x-ray
pada pasien dengan tanpa suspek spinal colum instability,
Chest computed tomography (CT) scan pada pasien
dengna suspek injuri aorta atau spinal.
 Injuri yang berpotensi mengancam jiwa tidak dapat
divisualisasikan secara sempurna pada ultrasound.
Chest radiograph merupakan bagian yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi injuri setelah terjadi trauma
Trauma yang berpotensi mengancam jiwa :

Simple Pulmonary
Hemothorax Flail Chest
pneumothorax Contusion

Traumatic Traumatic Blunt


Blunt Cardiac
Aortic Diaphragmatic Esophageal
Injury
Disruption Injury Rupture
SIMPLE PNEUMOTHORAX

 Pneumothorax merupakan hasil dari masuknya


udara ke potential space antara pleura visceral dan
parietal.
 Udara tersebut akan mengganggu tekanan antara
pleura parietal dan visceral mengakiabtkan
kolapsnya paru
SIMPLE PNEUMOTHORAX

 ETIOLOGI:
 Trauma penetrasi dan non-penetrasi
 Thoracic spine fracture dislocations
 Laserasi paru dengan kebocoran udara (paling umum)
SIMPLE PNEUMOTHORAX

Clinical Approach
 Histrorical review
 Comprehensive physical exam
Inspeksi bruish, laceration, contusion, movement of chest wall &
compare breath sounds bilaterally
SIMPLE PNEUMOTHORAX

 Tanda :
 Suara napas menurun pada sisi yang terkena
 Perkusi : hipersonor
 Rontgen dada untuk konfirmasi diagnosis

Tatalaksana :
 Pemasangan chest tube pada ICS 4 atau 5 tepat di garis anterior midaxillary
 Pasien yang akan dirujukpun harus dipasang chest decompresi untuk mencegah
risiko expansi pneuomothorax
HEMOTHORAX

 Hemothorax merupakan jenis efusi pleura berupa darah (<1500ml)


akumulasi pada pleural cavity

 Penyebab :
HEMOTHORAX
 Clinical Approach and sign :
 - Expose area dada dan leher
 - Observasi pergerakan dinding dada
 - Lihat apakah ada injuri penetrasi pada dinding dada termasuk
pada posterior thorax
 - Bandingkan suara napas dada kiri dan kanan.
 - Biasanya perkusi menjadi dullness pada sisi yang terkena
 - LakukanX-ray dada dengan posisi supinasi  gambaran opak
homogenus
HEMOTHORAX

 Treatment :
 Self limited
 Sedang dalam keadaan akut  chest tube
 Evakuasi darah
 Mencegah hemothoraks membeku
 Memonitor kehilangan darah
HEMOTHORAX

 Operatif
 Indikasi:
 Jika dari chest tube dengan cepat terkumpul 1500ml darah
(Massive Hemothorax)
 Jika drainase darah > 200ml/jam selama 2-4 jam atau
membutuhkan transfuse

*Keputusan untuk intervensi melalui operasi didasarkan pada status


hemodynamic pasien
FLAIL CHEST

 Flail chest terjadi ketika segment dinding dada tidak memiliki


kontunuitas dengan thoracic cage (melayang)
 Penyebab :
 Trauma yang berhubungan dengan fraktur multiple ribs (2 atau lebih
rusuk yang berdekatan di 2 atau lebih tempat). Dapat juga terjadi
pada kondisi terpisahnya rusuk tunggal dari thorax
FLAIL CHEST

 Apabila cedera paru dibawahnya signifikan maka hipoksia serius dapat terjadi
 Gerakan dinding dada yang terbatas karena nyeri dan cedera paru-paru adalah
penyebab utama hipoksia

 Clinical Approach
 - Inspeksi : pergerakan dinding dada tidak simetris dan tidak terkoordinasi
 - Palpasi : pergerakan napas abnormal dan krepitasi fraktur tulang rusuk atau tulang
 - Penunjang : mungkin menunjukkan beberapa fraktur tulang rusuk
FLAIL CHEST

Tatalaksana
Initial :
 Ventilasi yang memadai
 Pemberian Oksigen
 Resusitasi cairan
Definitif :
 Oksigenasi adekuat
 Resusitasi cairan
 Analgetik (narkotik intravena)
PULMONARY CONTUSION

 Pulmonary contusion injuri pada jaringan interstitial paru atau parenkim paru
(dengan atau tanpa didahului fraktur iga atau pukulan pada dada)

 Penyebab tersering :
 Usia Dewasa  Fraktur Rib
 Usia Muda  Osifikasi Rib
Monitoring
Peralatan
Pulse Monitoring Ventilasi
AGD
oximetry EKG Yang
Sesuai
CIRCULATION

 Pengukuran nadi (kecepatan, regularitas dan kualitas) dan tekanan


 darah
 Penilaian sirkulasi perifer dengan observasi dan palpasi kulit (warna dan suhu)
 Penilaian distensi vena di leher
 Monitoring jantung
 Pasang pulse oxymetri
PULMONARY CONTUSION

 Trauma yang terjadi di area sternum dapat menyebabkan myocarial injury


sehingga mengakibatkan terjadinya dysritmia.
 Gambaran dysritmia pada EKG adalah adanya PEA yang terjadi pada kasus
cardiac tamponade, tension pneumothorax, profound hypovolemia, and
cardiac rupture
 Trauma thorax yang dapat memengaruhi sirkulasi
 Tension pneumothorax
 Massive hemothorax
 Cardiac tamponade
BLUNT CARDIAC INJURY

 - Trauma tumpul pada Jantung yang dapat mengakibatkan myocardial muscle


contusion, cardiac chamber rupture, coronary artery dissection and/or
thrombosis, dan valvular disruption
 - Cardiac rupture biasanya muncul dengan cardiac tamponade dan harus dikenali
saat primary survey  penggunaan FAST dapat memfasilitasi diagnosis
 - 50% Blunt cardiac injury berhubungan dengan motor vehicle crash, diikuti oleh
pedestrian struck by vehicles, motorcycle crash, falls from heights greater than
20 feet (6 meter)
BLUNT CARDIAC INJURY

 Diagnosis :
 - Anamnesis : Chest discomfort (namun seringnya pada contusion dinding dada
atau fraktur sternum dan/atau ribs
 - Physical Exam : Hipotensi, Dysritmia, JVP meningkat
 - Penunjang : Echocardiography  Abnormal Wall Motion
 EKG  Aritmia, RBBB, Kelainan ST segmen
BLUNT CARDIAC INJURY

 Observasi :
 Pasien dengan blunt injury dengan conduction abnormalities (ada
kelainan EKG) berisiko Dysritmia secara tiba tiba dan harus monitor
selama 24 jam pertama. Setelah interval ini risiko disritmia menurun
secara substansial.
 Pasen dengan tanpa kelainan EKG tidak dibutuhkan Monitoring
lanjutan
TRAUMATIC AORTIC DISRUPTION

Traumatic aortic disruption merupakan penyebab utama kematian secara


tiba tiba setelah kecelakaan kendaraan atau jatuh dari tempat tinggi.
Biasanya pasien dapat selamat dan pulih bila rupture aorta diidentifikasi
dan terapi dengan cepat.
Pasien dengan kemungkinan hidup terbak adalah memiliki laserasi
inkomplit dekat ligament arteriosum aorta
TRAUMATIC AORTIC DISRUPTION

 Etiology :
 - Trauma tumpul
 - Fraktur multiple 1st dan 2nd
 - Severe chest trauma
TRAUMATIC AORTIC DISRUPTION

 Sign dan Symptom spesifik dari traumatic aortic disruption biasanya tidak
muncul. Kecurigaan terhadap penyakit ini didapatkan pada history dan temuan
pada x-ray dada dan evaluasi lanjutan pasien
TRAUMATIC AORTIC DISRUPTION

 Tatalaksana :
 ABC
 Analgesik
 Treatment for Shock, Control of systolic B.P
 Short-acting beta blocker bila tidak ada kontraindikasi  target HR 80 BPM dan
BP MAP 60-70 mmHg. Bila Beta blocker esmolol tidak sufisien atau
kontraindikasi maka CCB (nicardipine) bila gagal diberikan nitrogliserin atau
nitroprusside
 Open repair, endovascular repair
TRAUMATIC DIAPHRAGMATIC INJURY

 Ruptur diafragma pada trauma toraks biasanya disebabkan oleh trauma tumpul
pada daerah toraks inferior atau abdomen atas. Bagian diafragma yang sering
terdiagnosis adalah left side karena bagian kanan terlindungi oleh liver
 Gambaran elevasi diafragma kanan pada chest x-ray menunjukkan terdapat
injury pada sisi tersebut.
 Terjadi karena perbedaan tekanan antara pleura dan peritoneal cavity.
 Trauma tumpul ini dapat mengakibatkan robekan radial yang besar sehingga
timbul herniasi
TRAUMATIC DIAPHRAGMATIC INJURY

 Tanda dan gejala


 Treatment :
 ABC
 NG TUBE : Aspiration gastric content , decompress abdominal herniation
BLUNT ESOPHAGEAL RUPTURE

Trauma esophagus kebanyakan disebabkan oleh injuri penetrasi. Meskipun jarang,


trauma tumpul esophagus juga dapat disebabkan oleh tekanan ekpulsif isi lambung
kedalam esophagus dari sebuah dorongan yang kuat ke upper abdomen.
Tekanan ejeksi ini memproduksi “linear tear” pada lower esophagus sehingga
bocor ke mediastinum sehingga menjadi mediastinitis. Konten gaster ini juga baik
secara cepat ataupun lambat dapat masuk ke pleural space menyebabkan empyema
BLUNT ESOPHAGEAL RUPTURE

 Disebabkan oleh ekspulsi yang kuat dari isi lambung ke esofagus akibat dari
pukulan keras di bagian perut atas.

 Robekan linear pada esofagus bagian bawah


 Bocor ke mediastinum


 Mediastinitis
BLUNT ESOPHAGEAL RUPTURE

 Gambaran klinis:
 - Gambaran klini mirip left pneumothorax or hemothorax tanpa fraktur ribs
 - Pain
BLUNT ESOPHAGEAL RUPTURE

 Treatment :
 - Drainage pleural space & mediastinum dengan direct repair injuri.
 Repair dilakukan dalam beberapa jam pertama dapat memperbaiki prognosis
pasien
OTHER MANIFESTATIONS OF THE CHEST
INJURIES

 Subcutaneous emphysema
Disebabkan oleh airway injury,
lung injury, atau blast injury.
Jika diperlukan ventilasi tekanan
positif, pertimbangkan untuk
melakukan torakostomi tuba pada
sisi emfisema subkutan jika terjadi
pneumothorax.
 Crushing injury to the chest
o Temuan yang terkait dengan
crushing injury pada dada, atau
asfiksia traumatis, termasuk tubuh
bagian atas, wajah, dan kebanyakan
lengan dengan petekie sekunder
akibat akut, kompresi sementara
vena cava superior.
o Pembengkakan besar-besaran dan
bahkan edema serebral dapat terjadi.
 Rib, Sternum, and Scapular
Fractures
 Tulang rusuk adalah komponen yang
paling sering cedera. Nyeri saat
bergerak biasanya mengakibatkan
gangguan pada toraks
 Mengganggu ventilasi, oksigenasi,
dan batuk yang efektif.
 Insiden atelektasis dan pneumonia
meningkat secara signifikan dengan
penyakit paru yang sudah ada
sebelumnya.
 Skapula, humerus, dan klavikula,
bersama dengan perlekatan ototnya,
memberikan penghalang cedera
pada tulang rusuk atas (1 hingga 3).
 Patah tulang skapula, tulang rusuk
pertama atau kedua, atau sternum
menunjukkan besarnya cedera yang
membuat kepala, leher, sumsum
tulang belakang, paru-paru, dan
pembuluh darah besar berisiko
mengalami cedera serius.
 Angka kematian bisa mencapai
35%.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai