Anda di halaman 1dari 48

Trauma Thorax

Pembimbing :

dr. Marshal, Sp.B, SpBTKV(K)


Dibuat Oleh :
Budiman (120100084)
Dasta Senorita Ginting (120100251)
Sumawar Diyanti (120100062)
Prasetyo Tri Nugroho (120100408)
Lavenia (120100080)
Departemen Ilmu Bedah USU Tionoto Santoso (120100217)
RSUP H. Adam Malik Renno Junia Hawan (120100066)

Medan Dharshine Rajah (120100442)

2017 Maya Diana S (120100178)


Darius Hartanto (120100113)
Latar Belakang

• 25 % dari semua kejadian trauma berat.


• <10 % : Trauma tumpul
• 15 – 30 % : Trauma tembus
• Kebanyakan pasien meninggal akibat perdarahan.
Anatomi Thorax
Rongga Toraks (Cavum Thoracis) Dinding Toraks
Suatu ruangan berbentuk 1. Anterior : sternum
silinder ireguler dengan
apertura thoracis superior 2. Posterior : 12
yang sempit dan apertura vertebrae thorakalis
thoracis inferior yang beserta diskus
relatif lebih lebar.
intervertebralis
Terdiri atas : dinding
toraks, 2 cavitas pleura, 3. Lateral : os costae dan
pulmo dan mediastinum 3 lapis muskulus di
Fungsi : proteksi organ- spatium intercostalis
organ vital, berperan
penting untuk pernapasan,
dan stabilisasi pergerakan
ekstremitas superior
 Permukaan luar tiap paru-paru,
berdekatan dinding toraks
internal yang dibatasi oleh
membran serosapleura yang
dibentuk oleh epitelium
squamosa
 Permukaan luar tiap paru-paru
diselimuti oleh pleura viseral,
sedangkan bagian dinding
internal permukaan lateral
Tekanan (-)
mediastinum dan permukaan
superior diagfragma dibatasi
oleh pleura parietal
 Ruang antara lapisan membran
serosa rongga pleura
Fisiologi Pernafasan
Fisiologi Pernafasan
• Inspirasi adalah proses aktif  akibat kontraksi
otot-otot diafragma (n. phrenicus) dan otot interkostalis

Tekanan
Kontraksi otot Volume Tekanan
intrapleural
diafragma dan intrathorax intrathorakal
Semakin
otot interkostalis ↑↑↑ ↓↓↓
NEGATIF

Tekanan Volume paru


UDARA MASUK intrapulmoner ↑↑↑
semakin negatif (paru kembang)
• Ekspirasi  proses pasif
• Elastisitas thorax dan paru (ukuran semula)

Relaksasi otot Volume Tekanan Tekanan


diafragma dan intrathorax intrathorakal intrapleural
otot interkostalis ↓↓↓ ↑↑↑ Semakin positif

Tekanan Volume paru


UDARA KELUAR intrapulmoner ↓↓↓
semakin positif (paru kempis)
JENIS TRAUMA THORAKS
Immediately life-threatening  Potentially life-threatening 
primary survey secondary survey

Obstruksi jalan nafas Kontusio paru

Tension pneumothoraks Kontusio miokardia

Open pneumothoraks Aortic disruption

Hemothoraks masif Traumatic diphragmatic rupture

Flail Chest Tracheobronchial disruption

Tamponade Jantung Esophageal disruption


PATOFISIOLOGI TRAUMA THORAKS
Immediately
Life-Threatening Injury
Open Pneumotoraks
(Sucking Chest Wound)

Gangguan pada dinding dada berupa adanya hubungan langsung


antara rongga pleura dengan lingkungan luar.

Terdapat ekuilibrium tekanan intratorakal dan tekanan atmosfer.

Gangguan ventilasi  Hipoksia dan hiperkarbia


Gejala :
sesak, nyeri dada dan
batuk-batuk.

Udara yang keluar-masuk


rongga toraks melalui
defek tersebut
menimbulkan bunyi
seperti menghisap,
disebut sebagai “sucking
chest wound”
Open Pneumotoraks

Pemeriksaan fisik :
• Look : Tampak luka terbuka pada dada
• Listen : Suara pernafasan melemah sampai
menghilang, sucking chest wound
• Feel : Stem fremitus yang berkurang pada sisi
trauma, perkusi hipersonor
Open Pneumothorax
Penutupan dengan plester 3 sisi
steril  efek Flutter Type Valve

 Saat inspirasi kasa akan menutup


menutup luka sehingga mencegah
udara masuk ke rongga pleura
Insersi Chest
 Saat ekspirasi, udara dapat keluar Tube + WSD
melalui sisi plester yang terbuka
Tension Pneumothorax
• Pneumothorax yang terjadi ketika terdapat mekanisme ventil atau
one-way valve  udara yang masuk ke rongga pleura tidak bisa keluar
• Peningkatan tekanan pleura  paru kolaps  mendorong mediastinum
ke arah kontralateral  venous return ↓  CO ↓
Tanda dan Gejala
• Nyeri dada
• Distress pernafasan
• Takiakardia
• Hipotensi
• Deviasi trakea ke arah kontralateral
• Suara pernafasan menghilang pada sisi trauma
• Distensi vena leher
• Sianosis (gejala lanjutan)
Tension Pneumothorax
• Look : Ketinggalan pergerakan nafas, distress pernafasan ,
deviasi trakea, distensi vena jugular, cyanosis

• Listen : suara pernafasan melemah sisi trauma

• Feel : Stem fremitus melemah dan perkusi hipersonor pada sisi


trauma
Tension Pneumothorax
Tension Pneumothorax
Tanda dan Gejala Tension Pneumothorax mirip dengan
tamponade jantung, sehingga dapat dibedakan dengan :
•perkusi hipersonor,
•deviasi trakea ke arah kontralateral, dan
•suara nafas yang menghilang pada sisi trauma
Terapi Tension Pneumothorax
• Segera lakukan dekompresi dengan insersi jarum kaliber besar pada
intercostal space II linea mid klavikularis hemitoraks ipsilateral.
• Mengubah tension pneumothorax  simple pneumothorax
• Setelah keadaan stabil dilanjutkan dengan pemasangan WSD pada
intercostal space V linea aksilaris anterior  Terapi Definitif
Flail Chest

• Terjadi akibat hilangnya kontinuitas


tulang iga  Gangguan pergerakan
dinding dada
• Biasa disebabkan oleh trauma yang
menyebabkan fraktur iga sebanyak 2
atau lebih
• Gerakan parado
Tanda dan Gejala
• Gerakan Paradoxical dinding dada
• Hipoksia (akibat kontusio paru)
• Nyeri dada

• Pada palpasi  Gerakan nafas abnormal dan krepitasi pada costae


• X-Ray  Fraktur iga multipel
Tatalaksana
• Terapi inisial = ventilasi dan oksigenasi, dan resusitasi cairan
• Terapi definitif = pastikan oksigenasi cukup, pemberian cairan,
pemberian analgesik

• Operasi untuk stabilisasi flail chest dapat diperlukan


Massive Hemothorax

• Terjadi akibat akumulasi darah sebanyak


>1500mL atau satu pertiga / lebih volume
darah pasien dalam rongga toraks.
• Sering disebabkan oleh luka tusuk yang
merusak pembuluh darah sistemik atau
pembuluh darah pada hilus paru. Dapat
juga disebabkan oleh trauma tumpul
• Gejala: penderita mengeluh nyeri dan
sesak napas disertai dengan tanda-tanda
syok.
Hemothorax Massive
Pemeriksaan fisik :
• Look :Tanda shock
• Listen : Suara pernafasan menghilang pada sisi trauma
• Feel : Perkusi Beda
Tatalaksana Massive Hemothorax
• Restorasi volume darah
• Dekompresi dengan single Chest Tube (36 / 40 French) biasa setentang
puting pada linea axilaris anterior

Indikasi Thoracotomy pada pasien Hematothorax Massive :


• Produksi perdarahan initial >1500 cc
• Atau jika pendarahan terus berlangsung (200mL/ jam selama 2-4 jam)
Cardiac Tamponade
• Terjadi akibat akumulasi cairan/ darah dalam rongga pericardium 
gangguan pengisian jantung
• Timbul akibat trauma tajam atau tumpul
• Diagnosis
• Pulsus paradoksus penurunan tek darah sistolik
> 10 mmHg saat inspirasi
• Trias Beck
• Distensi Vena Jugular
• Hipotensi
• Suara Jantung Menjauh
Tamponade Jantung
• Tanda dan Gejala mirip dengan Tension Pneumothorax
• Pemeriksaan fisik
• Trias Beck
• Pulsus paradoksus
• Pemeriksaan Penunjang
• Foto Thorax  water bottle appearance
• EKG  low voltage pada kompleks QRS pada seluruh sadapan
• Focused assessment sonography in trauma (FAST)  cairan perikard (+)
Tamponade Jantung
Tamponade Jantung
• Pemberian O2
• Resusitasi cairan sesuai tatalaksanan syok hipovolemik
• Pericardiosentesis
• Dengan guide USG dan pantau dengan EKG
• Perikardiotomi melalui torakotomi diindikasi bila terdapat ahli bedah
Potentially Life-Threatening Injury
Traumatic Aortic Disruption
• Merupakan penyebab kematian yang sering
terjadi akibat kecelakaan lalu lintas atau
jatuh dari ketinggian

• Darah dapat masuk ke mediastinum.


Hipotensi persisten atau rekuren dapat
terjadi akibat lokasi perdarahan yang
terpisah dan tidak teridentifikasi
Ruptur Aorta Traumatik
• Tanda dan gejala spesifik : sering tidak dijumpai

• Temuan pada chest X-ray :


- pelebaran mediastinum
- deviasi trakea ke sisi kanan
- depresi dari bronkus utama kiri
- elevasi dari bronkus utama kanan
- deviasi esofagus ke kanan
- pelebaran garis paratrakeal
- hemothoraks kiri
- fraktur dari tulang iga pertama atau kedua atau skapula
Ruptur Aorta Traumatik
• Helical contrast enhanced computed tomography (CT) thorax 
sensitivitas dan spesifisitas mendekati 100%
• Untuk tentukan luasnya ruptur  CT Angiogram atau Aortography

• Terapi dilakukan dengan perbaikan langsung dari kerusakan atau


reseksi bagian yang robek dan diganti dengan interposition graft.
• Endovascular repair pada saat ini dapat menjadi pilihan terapi
alternatif.
TracheoBronchial Tree Injury
• Lokasi trauma tersering adalah 1 inch (2,54cm) dari karina.
• Pasien biasa mengalami hemoptysis, emfisema subkutan, atau
tension pneumotoraks.
• Ekspansi paru yang tidak sempurna setelah pemasangan chest tube
mengindikasikan terjadinya TracheoBronchial Tree Injury.
• Bronkoskopi digunakan untuk konfirmasi diagnosis.
• Intubasi dibutuhkan untuk mendapatkan oksigenasi yang adekuat,
tetapi tindakan ini sulit dilakukan pada kebanyakan kasus sehingga
tindakan operasi emergensi merupakan suatu indikasi.
Traumatic Diaphragmatic Injury
• Paling sering terjadi pada diafragma kiri
• Trauma tumpul menyebabkan robekan radial yang besar sehing
terjadi herniasi.
• Trauma pada diafragma kanan ditandai dengan peningkatan
diafragma kanan pada X-Ray
• Trauma pada diafragma kiri ditandai dengan selang NGT yang tampak
pada rongga thorax.
• Terapi adalah dengan operasi perbaikan diafragma
Blunt Cardiac Injury
• Dapat disebabkan oleh kontusio otot jantung, ruptur bilik jantung, diseksi
atau trombosis arteri koroner, atau gangguan katup jantung.

• Diagnosis kontusio miokardium dapat ditegakkan hanya melalui inspeksi


langsung dari miokardium yang mengalami trauma.

• Kondisi penting yang dapat terjadi adalah hipotensi, disritmia, abnormalitas


gerakan dinding jantung pada pemeriksaan ekokardiografi dua dimensi.

• Peningkatan tekanan vena sentral tanpa penyebab yang jelas dapat


mengindikasikan disfungsi ventrikel kanan akibat kontusio.
Pulmonary Contusion
• Contusio paru dapat terjadi tanpa fraktur iga ataupun flail chest,
terutama pada pasien muda dengan iga yang belum terosifikasi
sempurna. Namun, pada orang dewasa sering disertai fraktur iga dan
berpotensi menyebabkan kematian.
• Gagal nafas dapat terjadi secara perlahan.
• Pasien dengan hipoksia yang signifikan (yaitu, PaO2 <65 mmHg [8,6
kPa] atau SaO2 <90%) memerlukan intubasi dan ventilasi dalam satu
jam pertama setelah cedera.
• Pasien dipantau dengan pulse oxymetry, EKG, dan bantuan ventilator
diperlukan untuk terapi yang optimal.
Esophageal Injury
• Trauma esofagus umumnya disebabkan oleh trauma tembus,
meskipun jarang terjadi tetapi dapat mengancam jiwa

• Disebabkan oleh ekspulsi yang kuat dari isi lambung ke esofagus


akibat benturan hebat pada abdomen bagian atas. Hal ini dapat
menyebabkan robekan pada bagian bawa esofagus sehingga dapat
menyebabkan kebocoran ke mediastinum.

• Hal ini menyebabkan mediastinitis dan ruptur langsung atau lambat


kedalam rongga pleura dapat menyebabkan empiema.
Tatalaksana
• Drainase luas dari rongga pleura dan mediastinum dan diperbaikin
secara langsung melalui torakotomi.
• Terapi yang dilakukan delam beberapa jam setelah trauma dapat
memberikan prognosis yang lebih baik
Reference
• American College of Surgeons. Advanced Trauma Life Support (ATLS).
9th ed. P.94
• Netter, F.H. 2012. Atlas of Human Anatomy. 6thed. New York: Elsevier.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai