Anda di halaman 1dari 29

Trauma Thorax

Jumain.,S.Kep. Ns., M.Kep


Anatomi Rongga Thorax
Mediastinum Superior
Anterior
Mediastinum Inferior
Media

Posterior
Superior Inferior

Trachea
Posterior :
Bronchus primer
Anterior : Medial : Oesophagus
Ductus thoracicus
Ductus thoracicus
V. Cava
Ligamentum Semua organ Aorta descendens
Arcus Aorta sternopericardiale jantung Truncus
A. & & sympaticus
Branchiochepalica
Jar. ikat Radix pulmonis Vena azygost
N. Vagus
Vena cava inferior
N. Phrenicus
Trauma Thorax
 Penyebab mortalitas yang bermakna
 Banyak kematian yang dapat dicegah dengan upaya
diagnosis dan terapi yang akurat
 Hipoksia, hiperkarbia dan asidosis seringkali terjadi
akibat trauma thorax
 Terjadi akibat : kegagalan distrubusi O2 e.c hipovolemi,
ketidak seimbangan ventilasi-perfusi pulmonal,
perubahan tek. Intratrorakal & penurunan derajat
kesadaran
 Sebagian besar trauma thorax mengancam jiwa
ditatalaksana dengan mempertahankan kontrol saluran
pernafasan atau memasang chest tube
 Secondary survey dilakukan berdasarkan anamnesis
trauma dan kecurigaan tinggi akan adanya trauma yang
spesifik
Trauma Thorax : cedera atau luka pada rongga thorax yag dapat
menyebabkan cedera pada dinding dan isi rongga
thorax

Trauma tumpul Trauma tembus


(Blunt thoracic trauma) (penetrating thoracic trauma)
Mengancam Jiwa Berpotensi Mengancam Jiwa
(Segera kenali saat Primary Survey) (Segera kenali saat Secondary Survey)

• Obstruksi Jalan Nafas akut (A) • Simple Pneumothorax


• Cedera laringotrakes • Hemothorax
• Obstruksi akibat dislokasi • Trauma Tracheobronchial
os. Clavicula • Trauma Tumpul Jantung
• Kegagalan ventilasi (B) • Ruptur Aorta Traumatic
• Tension pneumothorax • Ruptur Diafragma Traumatic
• Open pneumothorax • Ruptur Tumpul Oesophagus
• Flail chest dan kontusio
paru
• Hemothorax masif
• Kegagalan Sirkulasi (C)
• Temponade jantung
• Hemothorax masif
Primary Survey
1. Airway (Jalan Napas)
 Kenali trauma major yang mengenai jalan napas
 Pastensi jalan napas dan pertukaran udara  pergerakan napas melalui
hidung, mulut & lapang paru pasien
 Lakukan inspeksi orofaring (menilai adanya obstruksi)
 Amati retraksi intercosta dan supraclavicula
 Pasien dapat disertai trauma laring  GK seringkali tidak jelas
 Inspeksi kesimetrisan clavicula dan palpasi pada art. Sternoclavicula 
dislokasi posterior  obstruksi SPA
 Observasi akan adanya obstruksi SPA  stridor, perubahan makna kualitas
suara (jika mampu bicara)
 TX  pointed clamp atau fiksasi manual
2. Breathing (Pernapasan)
 Dada dan leher harus pasien harus diperiksa secara mnyeluruh
untuk menilai pernapasan dan vena leher
 Pergerakan dan kualitas respirasi dinilai dengan observasi,
palpasi dan pendengaran suara napas.
 Tanda hipoksia yang penting  peningkatan kecepatan pernapasan
dan perubahan pola napas (semakin dangkal)
 Sianosis merupakan tanda lanjut
 Trauma thorax yang dapat menyebabkan gg. Penapasan  Tension
pneumothorax, Open pneumothorax, Flail chest, kontusio paru,
dan Hemothorax masif
Tension Pneumothorax
Nyeri dada

Distensi vena leher

Air hunger (RR )

Deviasi Trakea

Sianosis

Hipotensi

Takikardi

Hiperesonansi &
One-way valve Suara nafas hilang
Tension Pneumothorax
 Tatalaksana tidak boleh ditunda karena menunggu
radiologi selesai
 Pertama  berikan oksigen
 Memerlukan dekompresi segera  penusukan jarum
kaliber besar pada ruang ICS 2 midclavicula pada
hemithoraks yang sakit
 Manuver ini bermanfaat u/ merubah tension  simple
pneumothorax
 Tatalaksana definitif  Chest tube
Open pneumothorax (sucking chest wound)

 (+) defek dinding thorax


 Udara cenderung mengalir
ke lokasi yang tekanannya
lebih rendah
 Ventilasi efektif terganggu
 hipoksia & hiperkarbia
 Tx : tutup defek dengan
occlusive dressing ,
rekatkan 3 posisi  katup
Flail Chest & Kontusio Paru

 Dua atau lebih tulang iga


mengalami fraktur pada
2 tempat atau lebih
 Terjadi gg. pernapasan
dinding dada
 Kesulitan utama flail
chest  kontusio paru
 Nyeri & trauma paru 
hipoksia
Flail Chest & Kontusio Paru

Tanda dan Gejala :


 Pernapasan lemah
 Pergerakan thorax asimetris dan tidak terkoordinasi
 Palpasi : gangguan pergerakan & krepitasi
 Foto thorax : dijumpaii fraktur costae multiple
 AGD : menunjukan kegagallan pernapasan dengan hipoksia
Tx : Ventilasi adekuat, oksigen dan resusitasi cairan, analgesia
3. Circulation

Trauma thorax utama yang dapat mempengaruhi sirkulasi  hemothoraks


masif dan temponade jantung
Pemeriksaan
 Denyut nadi : Kualitas, kecepatan, dan regularitas
 Ukur tekanan darah dan tekanan nadi
 Nilai sirkulasi perifer : Inspeksi dan palpasi kulit untuk menilai warna dan
suhu
 Inspeksi vena leher : distensi ? Distensi vena mungkin tidak tampak pada
hipovolemia walaupun ada temponade jantung, tension pneumothorak,
dll.
 Monitor jantung dan pulse oximeter harus dipasang pada penderita
Hemothorax masif

 Mempengaruhi pernapasan dan sirkulasi


 Hemotorax masif  akumulasi cepat lebih dari 1500 mL
darah atau 1/3 dari volume darah pasien dalam rongga
thorax
 Biasanya terjadi akibat luka tembus yang merobek
pembuluh darah sistemik. Namun dapat juga terjadi
pada trauma tumpul
 Perdarahan  hipoksia dan hipovolemi
 750-1500  geala awal shock (takikardi,takipnea,TD )
Hemothorax masif (2)

 Respon pernapasan  hambatan pergerakan napas


(asimetris)  gangguan ventilasi dan oksigenasi
 Apabila terjadi terus menerus  empiema dan
fibrothorax
 Terapi :
 Restorasi vol. Darah (kristaloid tetesan cepat dan transfusi)
 Dekompresi kavitas thorax (WSD)
Sumber : Kumpulan kuliah Ilmu bedah UI
Hemothorax masif

 Jika dievakuasi 1500 mL darah atau jika drainase lebih


dari 200 ml/jam selama 2 – 4 jam  transfusi dan
pertimbangkan torakotomi (Komisi Trauma IKABI, 2008)
 Luka tembus dinding anterior sebelah medial garis mid
clavicula & luka tembus posterior sisi medial scapulae 
waspadai kemungkinan perlunya torakotomi 
kerusakan PD besar
Temponade Jantung
 Biasanya terjadi akibat luka tembus >>
 Trauma tumpul  perikardium terisi darah dari jantung dan PD.
 Sakus pericardium  jar fibrous  diperlukan restriksi aktiviras
jantung & mengganggu pengisian jantung
 Diagnostik klasik : Trias Beck’s ( tek. Vena ,  tek. Arteri &
suara jantung yang menjauh)
 Tanda kusmaul ( tek vena saat inspirasi spontan)  gg.
Tekanan vena yang berhubungan dengan temponade
 Metode diagnostik ecocardiogram, FAST atau pericardial window
 Jika intervensi bedah tidak ada, perikardiosentesis dapat
membantu menegakkan diagnostik + terapi (bukan terapi
definitif)
 Infus IV  memperbaiki curah jantung sementara
Secondary Survey
 Pemeriksaan fisik lebih dalam
 Pemeriksaan Rontgen thoraks
 AGD
 Pulse oximetry
 Pengawasan EKG
Simple pneumothorax

 Pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka


pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan
dengan dunia luar.
 Simple pneumothorax dapat berubah menjadi tension
pneumothorax bila tidak dikenali dan ventilasi tek. Positif
dilakukan
 Tx : pemasangan WSD
Hemothorax

 <1500 mL darah
 Dislokasi fraktur tulang belakang torakal juga
berhubungan dengan hemothorax
 Foto thorax dan CT scan dapat membantu menegakkan
diagnosis
 Tatalaksanan meliputi pemasangan WSD
Trauma Tracheobronchial Tree

 Trauma pada trakea atau bronkus utama


 Pasien datang dengan hemoptysis, emfisema subkutan
atau tension pneumothorax dengan pergeseran
mediastinal.
 Memerluka repair operatif
Trauma Tumpul Jantung

 Menyebabkan kontusio muskulorum miokardial, ruptur


cardiac chamber, diseksi arteri coroner dan atau
thrombosis kerusakan valvular
 Ruptur dapat terjadi akibat temponade yang seharusnya
dikenali saat primary survey. Namun tanda dan gejala
temponade muncul secara perlahan pada ruptur atrium.
 Sekuele : hipotensi, disaritmia, ganggguan pergerakan
dinding pada ekokardiogram
Ruptur Aorta

 Tanda dan gejala spesifik dari ruptur aorta traumatic


sering tidak dijumpai
 Pada foto rontgen thorax AP ± ditemukan pelebaran
mediastinum
 Diagnosis didukung oleh gambaran helical CT scan
 Ahli bedah harus terlibat dalam tatalaksana
Ruptur Diafragma Traumatic

 Tanda radiologi yang sering dijumpai ialah elevasi


diagfrgma pada sisi yang sakit
 Memerlukan tindakan laparotomi untuk repair
Ruptur Tumpul Oesophagus

 Ekspulsi dari isi lambung menuju oesephagus  ejeksi


penu energi tinggi  robekan linear esofagus bawah 
mediastinitis  nyeri hebat
 Rx drainase luas permukaan pleura dan mediastinum
dan repair langsung mll torakotomi

Anda mungkin juga menyukai