1. Dinding dada
Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding dada adalah tulang
iga, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula dan scapula. Jarinan lunak yang
membentuk dinding dada adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah
intrerkostalis dan torakalis interna.
a. Dasar torak
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus. Diafragma mempunyai lubang
untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta esofagus
b. Isi rongga torak.
Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh pleura visceralis dan
parietalis.
Rongga Mediastinum dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian
anterior, medius, posterior dan superior.
Rongga dada dibagi menjadi 3 rongga utama yaitu ;
1. Rongga dada kanan (cavum pleura kanan )
2. Rongga dada kiri (cavum pleura kiri)
3. Rongga dada tengah (mediastinum).
Trauma Thorax
KLASIFIKASI
Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma tembus atau tumpul.
2. Tension pneumotoraks
Tanda : dispnoe, hilangnya bunyi napas, sianosis, asimetri toraks, mediastinal shift
Tanda: dispnoe, penampakan syok, hilang bunyi napas, perkusi redup, hipotensif
4. Tamponade
Tanda: dispnoe, Trias Beck (hipotensi, distensi vena, suara jantung menjauh), CVP > 15
5. Ruptur aorta
6. Ruptur trakheobronhial
Ro toraks : gastric air bubble di toraks, fraktur iga-iga terbawah, mediastinal shift
9. Perforasi esofagus
Ro toraks: udara dalam mediastinum, pelebaran retrotracheal-space, pelebaran mediastinum, efusi pleura,
pneumotoraks
A. Pneumothorax
Contoh kasus :
Keluhan Utama :Seorang pria 28 tahun datang dengan keluhan sesak nafas.
Riwayat perjalanan penyakit : Sekitar 1 jam yang lalu, sebelum di bawa ke IRD RS, pasien mengalami
kecelakaan tunggal akibat tergelincir di jalan karena jalan licin, lalu gagang motor (stang motor) yang di
kendarai membentur dada sebelah kanan pasien.
Survey primer : dalam batas normal kecuali frekuensi nafas meningkat, 28x/menit
Survey sekunder :
Inspeksi : tampak jejas di daerah hemithorax kanan, tampak peningkatan frekuensi nafas, dan
pergerakkan nafas tidak sama (sebelah kanan tertinggal)
Palpasi : krepitasi (-), nyeri tekan (-), stemfremitus hemithorax kanan meningkat
Perkusi : Hipersonor hemithorax kanan
Auskultasi : vesikuler pada kedua hemithorax, akan tetapi sebelah kanan lebih menurun dari kiri,
bunyi jantung normal.
Pemeriksaan Labor : biasanya dalam batas normal kecuali jika ada luka terbuka mungkin ada tanda
infeksi pada laboratorium.
Pemeriksaaan x-ray : cukup posisi PA saja, kecuali ada penetrasi trauma maka tambah posisi lateral
Tatalaksana pada kasus : Paket hemat (ceftri, rani, keto, ats), Pak Ber dak suka pake ceftri, beliau minta
hipobac sm cefirome alasannya dari EBM (sensitivitas) dan berdasakan pengalaman, kasi oksigen, head
up 30 45 derajat, pemasangan WSD (chest tube)
Pemasangan Chest Tube
a. Tentukan tempat insersi, biasanya setinggi putting (sela iga V) anterior linea midaksilaris pada area
yang terkena
Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)
Penatalaksanaan: WSD
Tension Pneumothorax
Adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks yang semakin lama semakin bertambah
(progresif). Pada pneumotoraks tension ditemukan mekanisme ventil (udara dapat masuk dengan mudah, tetapi
tidak dapat keluar).
Ciri:
Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi : kolaps total paru, mediastinal shift
(pendorongan mediastinum ke kontralateral), deviasi trakhea venous return hipotensi & respiratory
distress berat.
Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat, takipneu, hipotensi, JVP , asimetris
statis & dinamis
Penatalaksanaan:
1. Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-klavikula)
2. WSD
Open Pneumothorax
Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada sehingga udara dapat keluar dan masuk rongga intra
toraks dengan mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar. Dikenal juga sebagai suckingwound. Terjadi kolaps total paru.
Penatalaksanaan:
1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme ventil)
2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka
3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ intra toraks lain.
Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)
B. Hemothorax
Contoh kasus (luka tembus biasanya disertai pneumothorax, untuk kasus dibawah kita bahas
hemothorax saja)
Keluhan utama : seorang pria 30tahun mengeluh nyeri dan sesak nafas dada sebelah kanan
Riwayat perjalanan penyakit : kurang lebih 1 jam SRMS, pasien mengalami luka tembak pada dada
bagian kanan oleh orang tak dikenal.
Survey primer : tanda tanda syok
Survey sekunder :
Inspeksi : luka tembus peluru dengan diameter 1/2cm, pergerakkan paru tertinggal
Perkusi : redup pada hemithorax dextra
Auskultasi : vesikuler pulmo dextra menurun, bunyi jantung normal
Pemeriksaan Labor : disesuaikan, biasanya ada tanda infeksi dan Hb menurun.
Pemeriksaan X- ray : ada radio opak dan ada air fluid level (sudut costofrenikus tumpul), cari apakah
ada pneumothorax, fraktur iga (flail chest), untuk tentukan posisi/ track corpus alienum atau penyulit
lainnya. (dibawah ini hanya contoh foto belaka)
Hemothorax
Hemothorax massive
Tatalaksana :
Secure A-B-C (pemberian cairan utk resusitasi),
Stabilisasi KU,
Paket hemat (ceftri, rani, ATS, keto), jenis obat bisa di sesuaikan.
Pemasangan WSD untuk penilaian jumlah perdarahan sebagai pengambilan langkah torakotomi.
Penilain WSD sama seperti Pneumothorax, Cuma bedanya, produksi darah jadi perhatian khusus,
sebagai indikasi operasi, respiratory bubble (+) bila disertai pneumothorax, undulasi (+), expiratory
bubble (+) bila robeknya parenkim paru.
Post pemasangan WSD dan harus Ro Ulang, pelepasan WSD juga Ro Ulang
Definisi: Terakumulasinya darah pada rongga toraks akibat trauma tumpul atau tembus pada dada.
Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau A. mamaria interna. Perlu diingat bahwa
rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan, sehingga pasien hematotoraks dapat syok berat
(kegagalan sirkulasi) tanpa terlihat adanya perdarahan yang nyata, oleh karena perdarahan masif yang
terjadi terkumpul di dalam rongga toraks.
Penampakan klinis yang ditemukan sesuai dengan besarnya perdarahan atau jumlah darah yang
terakumulasi. Perhatikan adanya tanda dan gejala instabilitas hemodinamik dan depresi pernapasan
Pemeriksaan
Indikasi Operasi
Adanya perdarahan masif (setelah pemasangan WSD):
Ditemukan jumlah darah inisial > 750 cc, pada pemasangan WSD < 4 jam setelah kejadian trauma.
Bila berat badan dianggap sebagai 60 kg, maka indikasi operasi, bila produksi WSD:
Penatalaksanaan
Tujuan:
Tindakan Bedah : WSD (pada 90% kasus) atau operasi torakotomi cito (eksplorasi) untuk menghentikan
perdarahan.
Lokasi di antara garis aksilaris anterior dan posterior pada sela iga V atau VI.