PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi pulmonal (Pulmonary hypertension) atau yang disebut
hipertensi paru. Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru
yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan
aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi
penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan
aktivitas dan gagal jantung kanan. Penyakit ini pertama kali ditemukan
oleh Dr Ernst von Romberg pada tahun 1891.Penyakit ini adalah jenis
penyakit fatal yang menyerang banyak orang pada usia produktif.
Sedihnya, angka kejadian pada perempuan dua setengah kali lipat
dibanding laki-laki. Pada kasus hipertensi pulmonal primer, penyakit ini
diturunkan, atau terkait faktor genetik.
Meski diakui, meluasnya penyakit hipertensi pulmonal saat ini
kurang diketahui, namun diperkirakan sekitar 1-2 juta orang per tahun
terdiagnosis menderita penyakit ini. Bahkan, angka yang sebenarnya
diprediksi lebih tinggi mengingat diagnosis penyakit ini masih minim.
(wanita ) Di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik, hipertensi pulmonal
kurang terdiagnosis dan kurang pengobatan antara lain faktor kurangnya
kesadaran mengenai penyakit ini. Mereka yang menderita hipertensi
pulmonal kebanyakan tidak terobati. Bahkan penderita tidak sadar bahwa
mereka terkena penyakit berbahaya ini, tidak tahu tentang pengobatan
yang dapat meningkatkan harapan hidup dan memberi kualitas hidup yang
lebih baik.
Di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik, hipertensi pulmonal
kurang terdiagnosis dan kurang pengobatan antara lain karena faktor
kurangnya kesadaran mengenai penyakit ini. Mereka yang menderita
hipertensi paru kebanyakan tidak terobati. Bahkan penderita tidak sadar
Anatomi Jantung
Struktur Jantung :
Jantung dibagi oleh septum vertical menjadi empat ruang : atrium
dextrum dan sinistrum dan ventriculus dexter dan sinister. Atrium dextrum
terletak anterior terhadap atrium sinistrum dan ventriculus dexter anterior
terhadap ventriculus sinister.
Ruang Jantung :
- Atrium Dextrum
Atrium dextrum terdiri atas rongga utama dan sebuah kantong
kecil, auricula. Pada permukaan jantung, pada tempat pertemuan atrium
- Ventriculus Dexter
Ventriculus dexter membentuk sebagian besar facies anterior
cordis, dan terletak anterior terhadap ventriculus sinister. Ventriculus
dexter berhubungan dengan atrium dextrum melalui ostium
atrioventriculare dan dengan truncus pulmonalis melalui ostium truncus
pulmonalis. Mendekati ostium truncus pulmonalis bentuknya berubah
menjadi seperti corong, disebut infundibulum.
Dinding ventriculus dexter jauh lebih tebal dibandingkan dengan
dinding atrium dextrum. Permukaan dalam menunjukkan rigi-rigi yang
menonjol disebut trabeculae carnae. Terdapat tiga jenis trabeculae carnae :
1) Jenis pertama terdiri atas Musculi papillares, yang menonjol kedalam,
melekat melalui basisnya pada dinding ventrikel ; puncaknya
dihubungkan oleh tali – tali fibrosa ( chorda tendineae) ke cuspis
valva tricuspidalis.
HIPERTENSI PULMONAL
A. Definisi
Hypertensi Pulmonary atau yang biasa disebut Hipertensi Paru
merupakan kondisi yang tidak terlihat secara klinis sampai pada tahap
lanjut kemajuan penyakitnya. Penyakit ini ditandai dengan peningkatan
tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan
sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar
penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang
ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal
jantung kanan. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Dr Ernest von
Romberg pada tahun 1891.
1. Primer
2. Sekunder
Merupakan bentuk yang lebih umum dan diakibatkan oleh penyakit paru atau
jantung yang diderita oleh klien. Penyebab yang paling umum dari hipertensi
pulmonal sekunder adalah konstriksi arteri pulmonar akibat hipoksia karena
a) Mean pulmonary artery pressure (MPAP) >25 mmHg pada istirahat, atau
> 30 mmHg pada aktivitas fisik, dan
b) Pulmonary capillary wedge pressure (PCWP) > 15 mmHg, dan
c) Peningkatan tahanan vaskular pulmonal dan gradien transpulmonal
(gradien tekanan tekanan diastolik arteri pulmonal dan PCWP)
C. Patogenesis
b. Tes Vasodilator
Vasoreaktifitas adalah suatu bagian penting untuk evaluasi pasien
HAP, pasien yang respon dengan vasodilator terbukti memperbaiki
survival dengan menggunakan blok kanal kalsium (CCB) jangka panjang.
Definisi respon (European Society of Cardiology consensus) adalah
penurunan rata-rata tekanan arteri pulmonal paling < 10 mm Hg dengan
peningkatan kardiak output. Tujuan primer tes vasodilator adalah untuk
menentukan apakah pasien bisa diterapi dengan CCB oral. Rich et al 1992,
mempelajari 64 pasien HPP dengan nifedipin oral (20 mg) atau diltiazem
(60 mg), penurunan 20% mPAP dan PVR. Groves et al, 1993,
mempelajari respon akut epoprostenol iv pada 44 pasien HPP, peningkatan
14% HR, 5% penurunan mPAP, 47% penigkatan CO, dan 32% penurunan
PVR. Respon dengan epoprostenol iv juga dapat memprediksi respon
dengan CCB oral. Sitbon et al mengevaluasi 35 pasien terhadap respon
vasodilator epoprostenol iv, penurunan 30% PVR. Sitbon 1998,
melaporkan hasil tes NO inhalasi (10 ppm) 33 pasien, penurunan mPAP
dan PVR 20%. 10 dari 33 pasien yang respon akut positif juga respon
dengan CCB, pasien yang tidak respon akut dengan NO juga tidak respon
dengan CCB.
c. Biopsi paru
Jarang dilakukan karena sangat riskan pada pasien hipertensi
pulmonal, biopsi paru di indikasikan bila pasien yang diduga HPP, dengan
pemeriksaan standar tidak kuat untuk diagnosis definitif.
3. Laboratorium
E. Penatalaksanaan
Terapi konvensional
Tahanan vaskuler paru secara dramatis meningkat pada saat latihan
atau aktifitas pada pasien HPP, dan pasien sebaiknya harus memperhatikan
dan membatasi aktifitas yang berlebihan. Pemberian oksigen untuk
mengatasi sesak nafas dan hipoksia, saturasi oksigen dipertahankan diatas
90 %. Penggunaan digoksin saat ini masih kontroversial, karena belum ada
data terhadap keuntungan dan kerugian penggunaan digoksin pada HPP.
Penggunaan diuretik untuk mengurangi sesak dan edema perifer, dapat
bermanfat untuk mengurangi kelebihan cairan terutama bila ada
regurgitasi trikuspidal. Timbulnya trombosis in situ, gagal jantung kanan
dan stasis vena meningkatkan resiko terjadinya tromboemboli paru.
Perbaikan survival telah dilaporkan dengan antikoagulan oral, warfarin
Terapi Bedah
Atrial Septostomi dan Transplantasi paru
Atrial septostomi adalah membuat suatu right-to-left interatrial
shunt untuk mengurangi tekanan dan volume overload di jantung kanan.
Dengan berkembangnya strategi terapi obat, maka atrial septostomi
hanyalah suatu prosedur paliatif atau sebagai permulaan untuk tranplantasi
paru. Pemilihan pasien, waktu dan perkiraan ukuran septostomi adalah hal
yang masih krusial. Tranplantasi jantung-paru terutama untuk PAH yang
gagal dengan semua strategi terapi. Survival pasien PAH yang mengalami
tranplantasi paru kira-kira 66%-75% pada 1 tahun pertama. Dan yang
paling sering adalah bilateral transplantasi.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang
menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas.
Penyebab hipertensi pulmonal terdiri dari hipertensi pulmonal primer dan
hipertensi pulmonal sekunder. hipertensi pulmonal primer adalah hipertensi
pulmonal yang tidak diketahui penyebabnya, sedangkan penyebab yang
paling umum dari hipertensi pulmonal sekunder adalah konstriksi arteri
pulmonar akibat hipoksia karena penyakit paru obstruksi kronik (PPOK),
obesitas, inhalasi asap dan kelainan neuromuskular.
Sudoyo, Aru W dkk., 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Fakultas Kedokteran UI.