Anda di halaman 1dari 116

Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 1

TOPIK PRAKTIKUM SEMESTER GASAL TAHUN I

TOPIK : Praktikum Anatomi


PERTEMUAN KE : 1
SUB TOPIK : Jantung (Cor) dan Vasa Darah Besar
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM: Mahasiswa mampu menjelaskan
anatomi viscera thoraxis dengan
baik.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Mahasiswa akan dapat:
1. Mengidentifikasi anatomi permukaan cor
2. Menjelaskan batas-batas jantung, katup-katup jantung,tempat
mendengar bunyi jantung
3. Menjelaskan dan mengidentifikasi sistema conductorium cor
4. Menjelaskan dan engidentifikasi vasa inervasi pada cor

DASAR TEORI

Jantung (Cor) dan Vasa Darah Besar

Jantung merupakan organ otot visceral berongga yang berbentuk


seperti kerucut dengan dasar datar yang terletak di cavum thorak
dengan basis didorsokranial yang menghadap ke kanan , atas dan dorsal
, tempat keluarnya pembuluh darah dan apex di ventrokaudal kiri (
mengarah ke kiri, bawah dan ventral) . Secara topografi selain diatas
jantung terbagi atas tiga permukaan jantung yang masing –masing
menghadap dinding thorax yang berbeda yaitu facies sternocostalis,
facies posterior dan facies diaphragmatica. Jantung mempunyai 4
ruangan terdiri atas 2 atrium dan 2 ventrikel dan didalamnya terdapat
katup-katup jantung. Terdapat sistema conductorium, yaitu suatu
sistem yang terlibat dalam penjalaran impuls listrik di otot jantung,
2 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

terdiri dari nodus sinoauricularis, nodus atrioventricularis, fasciculus


atrioventricularis.

Skenario
Seorang pengacara, umur 50 th mengeluh nyeri dada kiri yang
dijalarkan sampai bahu dan lengan kiri. Keluhan dirasakan ketika dia
sedang membela kliennya di persidangan.Nyeri berkurang setelah dia
minum obat yang diberi dokter beberapa waktu yang lalu.Oleh dokter
yang memeriksa dikatakan bahwa dia menderita penyakit jantung
koroner.

Pertanyaan minimal :
1. Jelaskan tentang struktur anatomi jantung (lengkapilah dengan
gambar)!
2. Bagaimana vascularisasi jantung?
3. Jelaskan tentang inervasi jantung dan systema conductorium!
Bagaimana hubungan antara inervasi jantung dan systema
conductorium?
4. Pada penyakit jantung koroner, kelainan apa yang terjadi pada
jantung?
5. Mengapa timbul nyeri dada yang dijalarkan sampai bahu dan
lengan kiri?
6. Mengapa keluhan timbul pada saat persidangan? Hal- hal apa lagi
yang bisa memicu serangan? Mengapa demikian?

Petunjuk Identifikasi
1. Permukaan Luar / Facies Externa
Jantung berbentuk konus, dengan basis didorsokranial dan apex di
ventokaudal kiri. Dibasis cordis muncul 2 arteri besar yaitu aorta (
di kanan ) dan truncus pulmonalis ( di kiri ).
a. Bangunan yang tampak dari ventral ( facies sternocostalis )
- Aorta ascendens, melanjutkan diri menjadi arcus aorta.
- Truncus pulmonalis, bercabang dua yaitu a. pulmonalis
dextra dan a. pulmonalis sinistra. Antara arcus aorta
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 3

dan truncus pulmanalis dihubungkan oleh ligamentum


arteriosum Botalli.
- V. cava superior, terletak didorsolateral kanan aorta.
- Atrium dextra dan atrium sinistra.
- Auricula dextra dan auricula sinistra.
- Ventriculus dexter dan ventriculus sinister.
- Sulcus interventricularis anterior, memisahkan ventriculus
dexter dan sinister.
- Incisura apixis cordis, takikan diapex cordis yang dibentuk
oleh sulcus interventricularis anterior.
- Sulcus coronarius, terdapat diantara atrium danventriculus.
- Apex cordis. Pukulan pada dinding dada dari denyutan
apex cordis disebut ictus cordis.
b. Bangunan yang tampak dari dorsal (facies diafragmatica dan
facies pulmonalis)
- Atrium dextra dan atrium sinistra
- Vv. Pulmonales (4)
- A. pulmonalis dextra dan a. pulmonalis sinistra
- V. cava inferior
- Ventriculus dextra dan ventriculus sinistra, dipisahkan
oleh sulcus interventricularis posterior.
2. Permukaan Dalam (facies interna)
a. Facies interna atrium dextrum
Bangunan - bangunan yang bermuara ke atrium dextrum:
- V. cava superior, melalui ostium venae cavae superiores.
- V. cava inferior, melalui ostium venae cavae inferiores. Di
bagian ventralnya terdapat valvula venae cava inferiores
- Sinus coronarius, yaitu tempat berkumpulnya darah
vena dari jantung untuk bermuara ke atrium dextrum
melalui ostium sinus coronarii di dinding medial. Padanya
terdapat valvula sinus coronarii.
- Vv. cordis minimae, datang dari dinding jantung masuk ke
atrium dextrum melalui foramina venarum minimarum
di septum interatriorum.
4 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Bangunan bangunan lain:


- Septum interatriorum, padanya terdapat fossa ovalis
dengan tepi meninggi disebut limbus fossa ovalis
- Mm. Pectinati, terdapat dibagian dalam auricula sehingga
permukaan dalamnya tidak rata
b. Facies interna ventriculus dextrum
- Ostium atrioventriculare dextrum, merupakan penghubung
antara atrium dextrum dan ventriculus dextrum. Tepinya
dibatasi oleh annulus fibrosus.
- Valva tricuspidalis (Valva atrioventricularis dextrum), yaitu
katub yang menutupi ostium AV dextrum. Mempunyai 3
cuspis yaitu: cuspis anterior, cuspis posterior dan cuspis
septalis. Pangkal cuspis melekat di annulus fibrosus,
sedangkan tepi bebasnya dihubungkan dengan mm.
Papillares oleh cordae tendineae.
- Ostium trunci pulmonalis, terdapat disebelah kranial dan
merupakan pangkal truncus pulmonalis.
- Valva trunci pulmonalis, yaitu katub yang menutupi
ostium trunci pulmonalis dan terdiri dari 3 valvula
semilunaris (anterior, dextra dan sinistra). Pada tepi
bebasnya ditengah - tengah menebal disebut nodulus
valvula semilunaris sedangkan ditepinya menipis disebut
lunula valvula semilunaris.
- Trabecula carneae
- Mm. Papillares. Pada m. papillaris anterior berpangkal
chorda dari cuspis anterior dan posterior sedangkan pada
m. papillaris posterior berpangkal chorda dari cuspis
anterior dan septalis.
c. Facies interna atrium sinistrum
Bangunan yang bermuara ke atrium sinistrum adalah :
- Vv. Pulmonales dextra (2)
- Vv. Pulmonales sinistra (2)
Bangunan lain :
- Mm. pectinati di dinding dalam auricula.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 5

d. Facies interna ventriculus sinistra


- Ostium atrioventriculare sinistrum, merupakan
penghubung antara atrium sinistrum dan ventriculus
sinistrum. Tepinya dibatasi oleh annulus fibrosus.
- Valva bicuspidalis (Valva atrioventricularis sinistrum), yaitu
katub yang menutupi ostium AV sinistrum. Mempunyai
2 cuspis yaitu: cuspis anterior, dan cuspis posterior.
Pangkal cuspis melekat di annulus fibrosus, sedangkan
tepi bebasnya dihubungkan dengan mm. Papillares oleh
cordae tendineae.
- Ostium aortae, terdapat disebelah kranial dan merupakan
pangkal aorta.
- Valva aortae, yaitu katub yang menutupi ostium aortae
dan terdiri dari 3 valvula semilunaris (posterior, dextra
dan sinistra). Pada tepi bebasnya ditengah-tengah
menebal disebut nodulus valvula semilunaris sedangkan
ditepinya menipis disebut lunula valvula semilunaris.
- Trabecula carneae
- Mm. Papillares. Pada m. papillaris anterior berpangkal
chorda dari cuspis anterior sedangkan pada m. papillaris
posterior berpangkal chorda dari cuspis posterior.
- Vestibulum aorticum, yaitu ruangan di proksimal pangkal
aorta
- Sinus aortae, ruangan di distal ostium aortae.
3. Bangunan - Bangunan Lain
a. Septum interventriculare, terbagi 2 bagian yaitu pars
membranacea septi (di-kaudal pangkal aorta) dan pars
musculare septi (dikaudal pars membranacea).
b. Lapisan dinding jantung (dari luar ke dalam) :
- Epicardium, selaput yang melapisi myocardium. Di pangkal
aorta, a. pulmonalis, muara vv. Cavae dan vv.pulmonalis
melipat/membalik menjadi pericardium.
- Myocardium, lapisan otot jantung yang berjalan trans-
versal, sirkulair dan membentuk jirat. Otot ini melekat di
sceleton cordis.
6 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

- Endocardium.
c. Pembungkus jantung (pericardium)
Ada 2 lapisan :
- lamina fibrosa, disebelah luar
- lamina serosa , disebelah dalam dan merupakan lanjutan
dari epicardium yang membalik keluar.
d. Cavum pericardii, yaitu ruangan diantara epicardium dan
pericardium yang berisi cairan serosa. Cavum pericardii di
kaudal tempat melipatnya epicardium menjadi pericardium
di aorta, v. cava inferior dan truncus pulmonalis disebut sinus
tranversus pericardii, sedangkan cavum pericardii yang berada
di kaudal tempat melipatnya epicardium menjadi pericardium
di antara vv.pulmonalis dextra dan sinistra disebut sinus
obliquus pericardii.
e. Systema conductorium, yaitu suatu sistem yang terlibat dalam
penjalaran impuls listrik di otot jantung, terdiri dari :
- nodus sinoauricularis
- nodus atrioventricularis
- fasciculus atrioventricularis
- serabut purkinje / moderator band.
f. Sceleton cordis, yaitu rangka jantung tempat perlekatan otot
- otot jantung, terdiri dari:
- annuli fibrosi
- trigoni fibrosi
- tendo infundibuli.
4. Vascularisasi Jantung
a. Systema arteri
Jantung mendapat darah dari :
- a. coronaria cordis dextra, arteri ini keluar dari sinus
aortae dextra berjalan di sulcus coronarius ke kanan
dorsal kemudian di sulcus interventricularis posterior
dan berakhir sebagai r. interventricularis posterior.
- a. coronaria cordis sinistra, arteri ini keluar dari sinus
aortae sinistra berjalan di sulcus coronarius ke kiri dorsal,
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 7

disini mempercabangkan r. circumflexus, kemudian


berjalan di sulcus interventricularis anterior dan berakhir
sebagai r. interventricularis anterior.
Cabang-cabang aa. Coronaria merupakan cabang
terminal, sehingga bila arteri tersebut mengecil atau
tersumbat daerah otot jantung yang disuplainya tidak
mendapat darah dari arteri yang lain sehingga timbul
infark myocardium.
b. Systema vena
Vena-vena dari jantung akan bermuara ke atrium dextrum
secara langsung (yaitu vv. Cordis minimae) atau melalui
sinus coronarii. Vena - vena yang bermuara di sinus coronarii
adalah:
- V. cordis magna, terdapat di sulcus interventricularis
anterior berjalan bersama dengan r. interventricularis
anterior a. coronaria cordis sinistra.
- V. cordis parva, berada di sulcus coronarius.
- V. cordis media, berada di sulcus interventricularis
posterior berjalan bersama dengan r. interventricularis
posterior a. coronaria cordis dextra, bermuara di v. cordis
parva.
- V. posterior ventriculi sinistri, datang dari dinding dorsal
ventriculus sinister.
- V. obliqua atrii sinistri, datang dari dinding atrium
sinistrum.
5. Proyeksi Eksterna
a. Batas - batas jantung :
- Batas kanan atas : tepi kranial costa 3 kanan, + 2 cm linea
sternalis.
- Batas kanan bawah : tepi kaudal costa 5 kanan.
- Batas kiri atas : spatium intercostale (SIC) II kiri, + 3 cm
linea sternalis.
- Batas kiri bawah: SIC V kiri agal latral dari linea para sternalis.
- Batas kaudal : SIC V .
8 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

b. Letak katup - katup jantung :


- Valvula tricuspidalis: setinggi SIC V kanan linea mediana.
- Valvula bicuspidalis : setinggi SIC III kiri linea mediana.
- Valvula semilunaris aortae : setinggi perlekatan costa 3
pada sternum kanan linea mediana.
- Valvula semilunaris a. pulmonalis : setinggi perlekatan
costa 3 pada sternum kiri linea mediana.
c. Tempat mendengar bunyi jantung :
- Bunyi valvula tricuspidalis : di SIC V kanan sebelah lateral
linea sternalis
- Bunyi valvula bicuspidalis : di ictus cordis, pada SIC V
kiri.
- Bunyi valvula semilunaris aortae : di SIC II kanan lateral
linea sternalis.
- Bunyi valvula semilunaris a. pulmonalis : di SIC II kiri
lateral linea sternalis.
6. Aspek Klinis
a. “ Kebocoran “ jantung : insufisiensi atau stenosis katub
jantung.
b. Infark myocardium.
c. Kelainan kongenital :
- foramen ovale persistens (foramen ovale tidak
menutup)
- ductus arteriosus persistens (ductus arteriosus yang tidak
menutup)
- tetralogi fallot ( kombinasi dari hypertrophi myocardium
ventriculus dexter, atresia / stenosis a. pulmonalis,
dextroposisi aortae dan defect subaortal).
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 9

TOPIK : Praktikum Anatomi


PERTEMUAN KE : 2
SUB TOPIK : Apparatus respiratorius dan Pulmo
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM: Mahasiswa mampu menjelaskan
anatomi viscera thoracis
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Mahasiswa akan dapat:
1. Menjelaskan dan mengidentifikasi bangunan pada apparatus
respiratorius meliputi trachea, bronchus, bronchiolus ,
alveolus serta pulmo
2. Menjelaskan vaskularisasi dan inervasi bangunan pada
apparatus respiratorius

DASAR TEORI

Apparatus respiratorius dan Pulmo

Apparatus respiratorius pada thorak terdiri atas trachea , bronchus,


bronchiolus, pulmo. Dinding trachea mengandung tunica cartilaginea
(16-20 cartilago hyalin) berbentuk tapal kuda yang menutupi dinding
ventral dan lateral. Bercabang menjadi 2 yaitu bronchus primarius
dexter dan sinister. Pulmo terbagi atas pulmo dexter dan pulmo sinister
yang dibungkus oleh pleura visceralis yang melapisi tiap pulmo dari
luar dan pleura parietalis sebagai dinding kantong yang menyelubungi
pulmo.

Skenario
Habis ujian akhir, Difla mahasiswa FK UMY semester 3 bermaksud
mengisi waktu senggangnya dengan merapikan buku-buku yang
berserakan.Ketika sedang berbenah, tiba-tiba dia bersin - bersin dan
batuk. Nafasnya sesak dan terdengar mengi..Sejak SMP Difla memang
sering sesak nafas dan selalu membawa obat berupa spray.Temen
kostnya segera menyemprotkan obat tersebut tetapi setelah diulang
3 kali sesak nafasnya tidak berkurang akhirnya dibawa ke UGD RS.
10 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Pada pemeriksaan terdapat retraksi /tarikan spatium intercosta .dan


pada auskultasi paru terdengar whezing dan eksperium memanjang.
Setelah mendapat suntikan keluhannya berkurang. Dokter menjelaskan
bahwa Difla menderita asma bronkhiale yaitu terjadinya penyempitan
bronkhiolus akibat menghirup debu rumah.

Pertanyaan :
1. Jelaskan percabangan trachea beserta struktur anatomi dan
histologinya!
2. Jelaskan hubungan antara penyempitan bronkhiolus dan retraksi
spatium intercosta, terdengarnya mengi, whezing dan experium
memanjang!
3. Jelaskan proyeksi eksterna pulmo agar bisa melakukan pemeriksaan
pulmo dengan tepat!
4. Pada kasus diatas hirupan debu rumah akan memacu saraf otonom
sehingga diberikan obat yang melawan pacuan saraf tersebut .
Jelaskan tentang inervasi pulmo !

Petunjuk Identifikasi
Apparatus respiratorius pada thorax terdiri atas :
1. trachea
2. bronchus
3. bronchiolus ------------------
4. bronchiolus respiratorius
5. ductus alveolus terdapat di dalam pulmo
6. sacculus alveolus
7. alveolus ------------------------

Trachea – Bronchus
- mulai dari VC 6 sampai VT 5/6
- dindingnya mengandung tunica cartilaginea (16-20 cartilago hyalin)
berbentuk tapal kuda yang menutupi dinding ventral dan lateral
- bercabang menjadi 2 bronchus primarius pada bifurcatio trachea
setinggi VT 4-5
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 11

- percabangan bronchus : bronchus primarius (bronchus principalis)


– bronchus secundus (bronchus lobaris) – bronchus tertius
(bronchus segmentalis) – bronchiolus – bronchiolus respiratorius
- ductus alveolus – sacculus alveolus – alveolus (terdapat pada
dinding tiap sacculus)
- bronhus primarius dexter : lebih tegak, panjang 2 cm, bercabang
menjadi 1 bronchus epiarterialis (lobus superior pulmo) dan 2
bronchus hyparteriales (lobus medius dan inferior pulmo dexter)
- bronchus primarius sinister : panjang 5 cm, lebih miring ke
laterokaudal, bercabang menjadi 2 bronchus hyparteriales (lobus
superior dan inferior pulmo sinister)

Vaskularisasi :
- Trachea : cabang dari a. thyroidea superior, a. thyroidea inferior, a.
thoracica interna
- Bronchus : 3-5 aa. bronchiales (biasanya 2 cabang sebelah sinister
dan 1 cabang sebelah dexter) (cabang dari aortae descendens)

Aliran vena :
- trachea ke v. thyroidea inferior
- bronchus ke v. bronchiales

Inervasi :
- n. vagus
- n. laryngeus reccurens

Pulmo
Proyeksi pulmo pada dinding ventral thorax :
- puncak apex pulmo terletak setinggi collum costa pertama,
- margo inferior pulmo dexter : dari tempat perlekatan costa ke-5
kanan pada sternum ke lateral kaudal samapi costa ke-7 pada linea
axillaris media,
12 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

- margo inferior pulmo sinister : dari tempat perlekatan costa ke-4


kiri pada sternum ke lateral kaudal sampai costa ke-7 kiri pada
linea axillaris media,
- fissura horisontalis pulmo dexter terletak mulai linea axillaris
media sepanjang costa ke-4 kanan sampai perlekatannya pada
sternum,
- fissura obliqua pulmo dexter mulai dari linea axillaris media di
costa ke-4 kanan ke kaudal medial mencapai margo inferior pada
spatium intercostale (s.i.c) ke-5 kanan,
- fissura horisontalis pulmo sinsiter : mulai dari linea axillaris media
di costa ke-4 kiri ke kaudal medial mencapai margo inferior di
lateral perlekatan cartilago costalis ke-6 pada costa ke-6,
Proyeksi pulmo pada dinding dorsal thorax :
- margo inferior pulmo dexter : dari tepi kaudal VT 10 ke lateral
mencapai costa ke-7 di linea axillaris media,
- margo inferior pulmo sisnister : sama dengan pulmo dexter,
- fissura horisontalis pulmo dexter dan sinister mulai collum costa
ke-3 ke lateral mencapai linea axillaris media pada costa ke-4,
Bangunan-bangunan pada masing-masing pulmo :
- apex pulmo
- basis pulmo (facies diafragmatica)
- facies mediastinalis
- facies costalis (dinding ventral, lateral dan dorsal)
- margo inferior (dinding medial)
- margo anterior
- hilus pulmonis
- lig. Pulmonalis

Pulmo dexter:
- terdiri atas 3 lobus: lobus superior, lobus medius dan lobus
inferior
- bangunan pada facies mediastinalis :
- impressio cardiaca
- sulcus v. cava superioris
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 13

- sulcus a. subclaviae
- sulcus v. azygos
- sulcus oesophagus
- bangunan pada hilus pulmonis sebelah dorsal dari kranial ke
kaudal :
- bronchus eparterialis
- bronchus hyparterialis yang I
- bronchus hyparterialis yang II
- di sebelah kaudal ventral dari bronchus eparterialis
- cabang r. dexter a. pulmonalis
- cabang arteria lainnya
- sebelah kaudal dari cabang r. dexter a. pulmonalis dan brochus
hyparterialis II
- 3 venae pulmonales

Pulmo sinister:
- terdiri atas 2 lobus : lobus superior dan inferior
- bangunan pada facies mediastinalis :
- impressio cardiaca
- sulcus arcus aortae
- sulcus aortae descendentis
- bangunan pada hilus pulmonis di sebelah ventral kranial :
- 2 cabang r. sinister a. pulmonalis
- 2 bronchus hyparteriales (di sebelah kaudodorsalnya)
- venae pulmonales (sebelah ventrokaudal bronchi)

Vaskularisasi :
- a.v. pulmonalis (r. dexter dan r. sinister) → respirasi
- a.v. bronchialis → nutrisi jaringan

Aliran limpha :
- dari bronchi → lnn. pulmonales→ lnn. bronchiales
(lnn. bronchiopulmonalis) pada hilus pulmonalis → lnn.
14 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

tracheobronchiales (di kaudal dan lateral bifurcatio trachea)


→ lnn trachelaes

Inervasi pulmo dan pleura visceralis :


- plexus pulmonalis anterior (cabang dari plexus cardiaci)
- plexus pulmonalis posterior (dari rr. bronchiales posterior n. vagus
dan rr. mediastinales dari ganglia paravertebrale T1-5)
- bersifat: parasimpatis efferen, visceralis afferen dan simpatis
efferen

Pleura
- merupakan pembungkus pulmo yang terdiri atas 2 lapisan :
1. pleura visceralis – melapisi tiap pulmo dari luar
2. pleura parietalis – sebagai dinding kantong yang menyelubungi
pulmo
- hilus pulmonis
- lig. pulmonalis
- terbagi menjadi : pleura costalis (melekat pada dinding thorax)
pleura mediastinalis (melekat pada mediastinum)
pleura diafragmatica (melekat pada diafragma)
cupula pleura (menutupi apex pulmo)

- cavum pleura
- sinus costomediastinalis adalah tempat melipatnya pleura
mediastinalis menjadi pleura costalis
- sinus costomediastinalis anterior dexter
- sinus costomediastinalis anterior sinister
- sinus costomediastinalis posterior dexter
- sinus costomediastinalis posterior sinister
- sinusphrenicocostalis(tempatmelipatnyapleuradiafragmatica
menjadi pleura costalis) dexter
- sinus phrenicocostalis sinister
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 15

Vaskularisasi:
- a.v. spinalis
- a.v. intercostalis
Inervasi :
- n. spinalis

Aplikasi Klinis
- Pada bronkhitis menimbulkan suara ronkhi basah kasar pada
auskultasi pulmo
- Pada asma bronkhial akan menimbulkan suara wheezing,
- Pada Odem pulmo, biasanya akibat gagal jantung, menimbulkan
suara pulmo basah basal
- Corpus alienum (benda asing) yang masuk sampai trachea
selanjutnya ke bronchus akan menuju ke bronchus sebelah mana?
mengapa?
-
16 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

TOPIK : Praktikum Anatomi


PERTEMUAN KE : 3
SUB TOPIK : Dinding Thorax dan Mediatinum
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM: Mahasiswa mampu menjelaskan
dan mengidentifikasi dinding tho-
rax dan mediastinum
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Mahasiswaakandapatmenjelaskan
dan mengidentifikasi bangunan
skeletal, musculi, fascia, vasa dan
nervi yang pada dinding thorax.
dan bangunan mediastinum

DASAR TEORI
Dinding Thorax dan Mediatinum

Thorak merupakan regio pada tubuh yang terletak diantara collum


dan abdomen. Dinding thorak dibentuk oleh columna vertebrae di
posterior, costae dan spatium intercostal di lateral serta sternum dan
cartilage costae di anterior.
Mediastinum adalah bangunan-bangunan yang terletak di sebelah
medial kedua pulmo yang dapat dibagi menjadi 2 bagian mediastinum
supracardial dan retrocardial.

Skenario
Seorang laki-laki, 15 tahun, pagi itu bangun kesiangan padahal
ada ulangan di sekolahnya. Dia bergegas mempersiapkan diri dan
segera berangkat. Jarak ± 100 m dari sekolahnya, ban motornya
bocor. Motornya ditinggal di bengkel sementara Salman melanjutkan
perjalanan ke sekolah dengan berlari.Sampai di halaman sekolah
nafanya terengah-engah dan keringatnya bercucuran.

Pertanyaan :
1. Jelaskan tentang otot-otot bantu pernapasan termasuk perlekatan,
fungsi dan inervasinya!
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 17

2. Setelah berlari mengapa Salman terengah-engah?


3. Pada orang yang sesak napas, selain otot dada otot apa saja yang
berfungsi untuk membantu pernapasan?

A. Petunjuk Identifikasi
Anatomi Permukaan
- clavicula
- procesus acromialis
- sternum
- fossa suprasternalis
- processus xyphoideus
- margo costalis
- glandulae mammae
- areola mammae
- papilla mammae
- processus spinosus VC VII
- margo medial scapulae
- spina scapulae
- angulus inferior scapulae
Pada dinding ventral thorax terdapat garis khayal :
- linea axillaris anterior
- linea axillaris media
- linea axillaris posterior
- linea midclavicularis
- linea para sternalis
- linea midsternalis

Bangunan Skeletal
- vertebrae thoracalis
- costa
- sternum

Fascia
- fascia pectoralis superficialis
18 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

- fascia superficialis dorsi


- endothoracis

Musculi
Di sebelah anterior :
- m. pectoralis mayor
- m. pectoralis minor
- m. serratus anterior
- m. intercostalis interni
- m. transversus thoracis ( sternocostalis )
Di sebelah posterior :
- m. trapezius
- m. supraspinatus
- m. infraspinatus
- m. teres minor
- m. teres major
- m. rhomboideus major
- m. rhomboideus minor
- m. latissimus dorsi
- m. serratus posterior superior
- m. serratus posterior inferior
- m. longissimus thoracis
- m. iliocostalis thoracis
- m. intercostalis externi
- m. subcostalis

Arteria
• aortae thoracalis ( lanjutan dari arcus aortae)
• aa. intercostalis 1-2 (cabang a. intercostalis suprema dari truncus
costocervicalis)
• aa. intercostalis 3-12 (cabang aortae thoracalis)
Tiap a. intercostalis setinggi collum costa mempercabangkan :
- r. posterior , bercabang lagi menjadi:
- r. spinalis → foramen intervertebrale → canalis vertebralis
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 19

- r. muscularis
- r. cutaneus lateralis
- r. cutaneus medialis
- r. anterior, berjalan di sebelah dalam mm. Intercostalis
externa. Bercabang:
- rr. muscularis→ mm. intercostalis
- r. cutaneus lateralis, menembus m. intercostalis externus.
Bercabang:
- r. posterior ke kulit dorsal dada
- r. anterior ke kulit ventral dada.
Mempercabangkan rr. mammarii lateralis →
glandulae mammae
• aa. intercostalis 4-6
cabangnya : r. cutaneus anterior
rr. mammarii medialis ke glandula mammae
- mammarii interna (cabang a. subclavia)
cabangnya :
- rr. intercostalis anteriores pada s.i.c. 1-6
- rr. perforantes (menembus m. pectoralis major ke kulit
dada)
- rr. sternalis
- a. musculophrenica, cabangnya rr. intercostalis anteriores
pada s.i.c. 7-10
- a. epigastrica superior ( beranastomose dengan a.
epigastrica inferior)

Aliran Venae
- v. intercostalis dextra 1-3 → v. intercostalis suprema dextra → v.
azygos
- v. intercostalis dextra 4-12 → v. azygos
- v. intercostalis sinistra 1-2 → v. intercostalis suprema sinistra → v.
hemyazygos accessoria
- v. intercostalis sinistra 3-6 → v. hemyazygos accessoria
- v. intercostalis sinistra 7-12 → v. hemyazygos
20 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

- vv. cutanea pectoralis → v. mammarii interna


v. epigastrica superior
v. thoracoepigastrica
v. subclavia
V. azygos : terletak di kanan corpora vertebra thoracalis dan
merupakan lanjutan v. lumbalis ascendens. Bermuara
ke v. cava superior setinggi VTh.IV
V. hemiazygos : terletak di kiri corpora vertebra thoaracalis . Setinggi
V.Th 6 membelok ke kanan bermuara ke v. azygos.
Setinggi VTh. 9 dan 10 terdapat hubungan antara v. azygos dan v.
hemiazygos.

Aliran Lympha
- dinding ventral dan lateral thorax → nll. pectorales (kaudal tepi
lateral m. pectoralis minor)
- daerah tepi lateral sternum, pleura costalis, spatia intercostalis
→ nll. parasternales/ thoracici interni (sepanjang a. mammarii
interna)
- bangunan sepanjang vasa darah intercostales → nll. intercostales
(sic. bagian dorsal, lateral dari columna vertebralis) → ductus
thoracicus
- dinding dorsal thorax → nll. subscapulares (sepanjang a.
subscapularis) → nll. apicales
- diafragma→ nll. diafragmatici
- kelompok ventral (di dorsal procesus xyphoideus dan pada
hubungan costa ke-7 dengan cartilago costa ke-7)→ nll.
parasternales
- kelompok lateral (lateral n. phrenicus)→ nll. mediastinales
posteriores
- kelompok dorsal (dorsal crura medialis pars lumbalis→ nll.
mediastinales posteriores dan nll. aortici
- nll. parasternales → angulus venosus, ductus thoracicus, ductus
lymphaticus dexter,
- nll. pectorales→ nll. apicales dan nll. centrales (nll. axillares) →
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 21

truncus subclavius → ductus lymphaticus dexter (kanan) dan


ductus thoracicus (sinister) → angulus venosus (tempat pertemuan
v. subclavia dan v. jugularis interna)

Inervasi
Nn. thoracalis (MS segmen thoracales) :
Cabang-cabangnya :
- r. meningeus →melalui foramen vaertebrale ke canalis vertebralis
- r. posterior/dorsalis, cabangnya : r. lateralis dan r. medialis. Masing
– masing bercabang menjadi rr. Muscularis dan rr. Cutaneus.
- r. anterior/ventralis (n. intercostalis) (berjalan mengikuti a.
intercostalis
cabangnya) :
- rr. musculares → mm. intercostales, m. subcostalis, m. levator
costalis, m. serratus poterior, m. transversus thoracis
- r. sensibilitas – r. cutaneus anterior, menjadi r. lateralis dan r.
medialis
- r. cutaneus lateralis, menjadi r. anterior dan r. posterior
- r. anterior n. cutaneus lateralis n. intercostalis 4-6 : menjadi rr.
mammarii laterales
- r. lateralis n. cutaneus anterior n. intercostalis 2-4 : menjadi rr.
mammarii mediales

Mediastinum
Mediastinum adalah bangunan-bangunan yang terletak di sebelah
medial kedua pulmo.
Pembagian mediastinum bermacam-macam, dalam buku ini berdasar
letaknya terhadap cor :
1. Mediastinum supracardiale (sebelah ventral cor)
Aorta ascendens :
- mulai dari ventrikel dexter setinggi perlekatan costae
III pada sternum (corpus VT 5) pergi ke kranial sampai
mempercabangkan a. anonyma setinggi perlekatan costae I
22 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

pada sternum (corpus VT 3), melanjutkan diri sebagai arcus


aortae.
Arcus aortae:
- pergi ke kiri dorsal sampai setingi VT 4
- cabang-cabangnya :
- a. anonyma (truncus brachiocephalicus), bercabang
menjadi a. subclavia dextra dan a. carotis commmunis
dextra
- a. carotis communis sinistra
- a. subclavia sinistra
Truncus pulmonalis (a. pulmonalis)
mulai setinggi perlekatan costae III pada sternum, kiri linea
mediana, pergi ke kranial dorsal dan bercabang menjadi r. dexter
(a. pulmonalis dexter) dan r. sinister (a. pulmonalis sinister)
- a. pulmonalis dexter : pergi ke kanan, kaudal arcus aortae,
ventral bronchus primarius dexter
- a. pulmonalis sinister : pergi ke kiri, ventral bronchus primarius
sinister
- antara permulaan r. sinister dan arcus aortae terbentang lig.
arteriosum Botalli
Vena cava superior:
- dibentuk oleh v. anonyma (brachiocephalica) dextra dan
sinistra
- mulai setinggi perlekatan costae I pada sternum di sebelah
kanan linea mediana ke kaudal
- bermuara ke dalam atrium dexter setinggi perlekatan costae
III pada sternum sebelah kanan linea mediana
Nervus vagus dexter:
- membentuk plexus vagalis posterior pada dinding posterior
oesophagus
- cabang-cabangnya : n. reccurens dexter (di sebelah ventral
a. subclavia dexter), r. cardiacus superior dexter, r. cardiacus
inferior dexter, n. cardiacus thoracalis dexter
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 23

N. vagus sinister:
- membentuk plexus vagalis anterior pada dinding anterior
oesophagus
- cabang-cabangnya : n. reccurens sinister (melingkungi arcus
aortae), r. cardiacus superior sinister, r. cardiacus inferior
sinister, n. cardiacus thoracalis sinister
N. phrenicus dexter:
- berjalan ke kaudal bersama a. pericardiophrenica, di sebelah
lateral v. cava superior dan v. anonyma dexter
- mencapai diafragma pada foramen vena cavae
N. phrenicus sinister:
- berjalan di sebelah lateral ventral arcus aortae dan mencapai
diafragma pada sebelah dorsolateral apex cordis
- kedua nn. phrenici memberi cabang afferen ke pleura
mediastinalis dan pericardium (rr. pericardiaci)
Glomus aorticum:
- terdapat di dalam jaringan ikat antara arcus aortae dan a.
pulmonalis
- merupakan cabang afferen dari arcus aortae → rr. carcdiaci n.
vagi
- sebagai khemoreseptor dengan rangsangan berupa kenaikan
kadar CO2 dan kenaikan kadar asam laktat dalam darah.
Thymus
- merupakan jaringan limphoepithelial pembuat limphocyt
- terletak di sebelah ventral trachea, aortae ascendens, arcus
aortae dan cabang-cabangnya
- tumbuh selama 2-3 tahun setelah lahir, setelah pubertas
mengalami involusi dan jaringannya diganti jaringan lemak,
- thymus neonatus terdiri atas lobus dexter dan sinister

2. Mediastinum retrocardiale
Trachea:
- bifurcatio trachea setinggi VT 4, bercabang menjadi bronchus
primarius dexter dan sinister
24 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Oesophagus:
- oesophagus pars thoracalis menembus diafragma melalui
hiatus oesophagus setinggi VT 10
- angustia superior, angustia media, angustia inferior
Aortae descendens (aortae thoracalis)
- mulai dari sebelah kiri corpus VT 4, menembus diafragma
melalui hiatus aorticus setinggi VT 12
- cabang-cabangnya : a. intercostalis ke 3-12, 3-5 aa.
bronchiales, 3-5 aa. oesophagealis, rr. pericardiaci, aa.
phrenicae superiores
Ductus thoracicus
- masuk ke cavum thorax melalui hiatus aorticus, berjalan
di sebelah dorsal oesophagus, dan bermuara ke angulus
venosus sinister (pertemuan v. jugularis interna sinister dan v.
subclavia sinister)
V. azygos
- masuk cavum thorax melalui celah antara crus medius dan
crus intermedius pars lumbalis diafragma sebelah dexter
- berjalan di sebelah dextra corpus VT, setinggi VT 3 ke ventral
dan bermuara ke v. cava superior
- kepadanya bermuara : v. hemyazygos, v. intercostalis dextra
4-12, v. intercostalis suprema dextra (muara dari a. intercostalis
dextra 1-3), v.oesophagea, v. bronchialis posteriores
V. hemiazygos
- masuk cavum thoracis melalui celah antara crus medius dan
intermedius pars lumbalis disfragma sebelah kiri
- berjalan ke kranial di sebelah kiri corpora VT, dan setinggi VT
6 ke kanan bermuara ke v. azygos
- setinggi VT 9 ada anastomose antara v. hemiazygos dan v.
azygos
- kedalamnya bermuara : v. intercostalis sinistra 6-12, v.
hemiazygos accessoria, v. intercostalis suprema sinistra, vv.
oesophagea
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 25

Aplikasi Klinis
1. Penyebaran carcinoma mammae melalui aliran lympha
2. Tempat pemeriksaan ictus cordis (pukulan kontraksi cor pada
dinding thorax) pada linea mid-clavicularis setinggi s.i.c IV-V.
3. Tempat pemeriksaan bronchus primarius pulmo dan pulmo

DAFTAR PUSTAKA
Kanagasuntheran,R., Krisnamurti,A., Sikanandasingham,P., 1980, A
New Approach to Dissection od The Human Body, 2nd Edition,
JBW Printers and Binders Pte. Ltd., Singapore
Moore, K.L., 1990, Clinically Oriented Anatomy, 3nd Edition, Williams
and Wilkins, Baltimore, London.
Snell, R.S., 1997, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa kedokteran, Ed.3,
EGC, Jakarta.
Williams,PL., etc, 1989, Gray’s Anatomy, 27th Edition, Churchill
Livingstone, London.
26 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

TOPIK : Praktikum Histologi


PERTEMUAN KE : 1
SUB TOPIK : Sistem Kardiovaskuler

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:


Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang struktur
histologi organ-organ dalam sistem kardiovaskuler

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: -

DASAR TEORI

Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler merupakan subsistem dari sistem sirkulatori.


Sistem kardiovaskuler tersusun oleh komponen-komponen jantung
(cor), arteri, kapiler dan vena. Sistem kardiovaskuler sering disebut
sebagai sistem vaskuler darah. Sistem vaskuler darah ini berfungsi untuk
menyebarkan oksigen, bahan nutrisi, antibodi dan hormon ke seluruh
jaringan tubuh serta mengumpulkan karbon dioksida dan produk
limbah metabolik lain untuk dikeluarkan melalui organ ekskretoris.
Histogenesis sistem kardiovaskuler berasal dari mesoderm.

A. Cor Atau Jantung.


Kelengkapan jantung yang perlu diperhatikan ialah :
1. Tunica cordis = dinding jantung
Ini tersusun oleh 3 lapisan, dari dalam ke luar dijumpai :
a. Endocardium. Berupa membrana tipis, mengkilat,
melapisi semua dataran dalam jantung.
Pada atrium, membrana lebih tebal dibandingkan dengan
yang melapisi ventriculus.
Endocardium, dari dalam ke luar, tersusun oleh :
i. endothelium: tersusun oleh satu lapis sel yang
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 27

menempel pada lamina basalis tipis.

ii. stratum subendothelialis: merupakan jaringan ikat


longgar dengan :
- fibroblas dan
- serabut kolagen, elastik dan beberapa sel otot
polos
iii. stratum-subendocardialis: merupakan jaringan
ikat longgar terletak di antara endocardium dam
myocardium, yang berisi pembuluh darah, syaraf dan
cabang-cabang sistem penghantar impuls jantung
(sel Purkinje).
b. Myocardium merupakan lapisan dinding paling tebal,
tersusun oleh sel-sel otot jantung dengan jaringan ikat
kolagen padat.
- pada atrium: lapisan otot beranyaman :
* transversal dan miring di bagian luar.
* tegak lurus di bagian dalam.
* di bagian terdalam, otot menyusun diri sebagai
penonjolan-penonjolan memanjang : mm.
Pectinati.
* antara otot ada berkas elastik dan retikuler.
- pada ventriculus: otot tersusun menjadi 2 lapis :
<> lapisan dalam: berkas melingkar, ada yang
melintasi septum interventriculare menuju ke
ventriculus di sebelah.
<> lapisan luar: tersusun spiral, mulai pada basis
ventriculus sampai mm. papilares.
<> berkas serabut elastik disini lebih tipis daripada
di atrium.
c. Epicardium: Ini merupakan lamina visceralis pericardium
yang terdiri atas
- mesothelium dengan sel-sel pipih selapis menempel
pada lamina basalis.
28 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

- lapisan subepicardialis, berupa jaringan ikat longgar


tipis mengandung
<> serabut saraf, cabang pembuluh darah vena dan
lympha
<> jaringan lemak biasanya tertimbun pada lapisan
ini.

Pericardium
Ini merupakan bungkus cor, terdiri atas 2 lembaran yang
membatasi cavitas pericardialis, berisi cairan yang memungkinkan
jantung berkontraksi baik tanpa terganggu oleh pembungkusnya.
Pericardium dalam arti luas terdiri atas :
* lamina visceralis, sering dinamakan epicardium, menempel
pada myocardium.
* lamina perietalis (dalam arti sempit sering juga disebut
pericardium).

2. Skeleton cordis = kerangka jantung:


Tersusun oleh Jaringan ikat fibrus padat, terdiri atas :
- septum membranaceum: bagian septum interventri-
cularis, dengan serabut kolagen padat, elastik dan sel
lemak.
- trigonum fibrosum dextrum et sinistrum terdiri atas :
* sel-sel bulat; substantia. intercellularis dengan
serabut kolagen
* pada usia lanjut sering mengapur.
- annulus fibrosus: jaringan ikat kolagen padat, sebagai
cincin mengitari dan memperkuat valvula pada ostium
atriventricularis dan mengelilingi lubang pangkal arteria
pulmonalis dan aorta.

3. Valvula cordis = katub jantung


Ini merupakan jaringan ikat padat yang dilapisi oleh
endothelium pada kedua sisinya.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 29

Ada dua jenis:


3.1. Valvula atrioventricularis: ada 2 macam:
a. valvula tricuspidalis antara atrium dextrum dan
ventriculus dextrum.
b. valvula bicuspidalis/nitralis antara atrium sinistrum
dan ventriculus sinistrum
3.2. Valvula seminularis: ada 2 macam:
a. valvula seminularis Pulmonaris: terletak di antara
ventriculus dextrum dan
a. pulmonalis.
b. valvula semilunaris aortae: terletak di antara
ventriculus sinistrum dan aorta.
Struktur valvula
- valvula atrioventricularis tersusun oleh :
* endocardium: di bagian atrium lebih tebal
dibandingkan dengan yang ada di bagian
ventriculus.
* jaringan chondroid sebagai jaringan penyokong.
Jaringan ini :
- berpangkal pada annulus fibrosus
- mempunyai sel-sel bulat dengan substantia
intercellularis.
- valvula semilunaris lebih tipis dibandingkan dengan
valvula di atas.

4. Systema conducens cardiacum


Sistem ini sebenarnya myocardium yang telah mengalami
modifikasi struktur dan fungsi. Sistem ini dapat menimbulkan
dan menghantarkan impuls, yang menyebabkan otot jantung
berkontraksi teratur, merambat dari atrium ke ventriculus.
Komponen sistem ini adalah :
a. nodus sinoatrialis : juga disebut “pace maker” jantung,
terdapat di tela subepicardiaca pada pertemuan v.
cava superior dan atrium dextrum di daerah sulkus
terminalis.
30 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Struktur :
- serabut otot fusiform, kecil (kira-kira separuh sel
atau serabut otot atrium).
- antara serabut otot ada jaringan ikat elastik dengan
banyak kapiler.
b. nodus atrioventricularis: terdapat di bawah bagian
belakang septum interatriale.
Struktur:
- myofibra bercabang-cabang, tidak teratur, lebih kecil
daripada otot jantung sendiri. Ke arah ventriculus
serabut-serabut mengumpul membentuk berkas
dinamakan fasciculus atrioventricularis (lihat 4 c).
- jaringan ikat antara serabut-serabut otot.
c. fasciculus atrioventricularis: berkas ini berupa: truncus:
berasal dari nodus atrioventricularis yang terdapat pada
trigonum fibrosum. Sampai pars membranacea berkas
pokok ini bercabang menjadi 2 :
- crus dextrum di bawah endocardium pada ventriculus
dexter, di belakang pars membranacea.
- crus sinistrum: di bawah endocardium pada
ventriculus sinister, di bagian atas septum
interventriculare. Pada 1/3 bagian atas dan tengah,
berkas bercabang ke muka dan belakang.

Myofibra Conducens (Serabut Purkinje)


Ini adalah myofibra penyusun fasciculus atrioventricularis
yang ada di bawah endocardium se-bagai modifikasi serabut otot
jantung. Sel otot juga dinamakan myocytus cardiacus conducens.
Sel Purkinje lebih besar daripada sel otot jantung, mengandung
myofilamen tersebar di dalam sitoplasmanya. Masing-masing sel
dihubungkan oleh discus intercalatus.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 31

B. Vasa Sanguinea
Pembuluh darah dibagi berdasarkan atas jenis dan ukuran, sebagai
berikut:
1. Vas (haemo) capillaris atau pembuluh (darah) kapiler
* dengan mikroskop optik, dinding tersusun oleh :
<> endothelium: endotheliocytus pipih memanjang, sesuai
sumbu panjang pembuluh; nucleus juga pipih dengan
nucleolus.
<> membrana basalis :
- anyaman serabut kolagen dan retikuler.
- fibroblastocytus, macrophagocytus stabilis dan
pericytus di permukaan luar.
* dengan mikroskop elektron ternyata dapat dibedakan 3 jenis
kapiler :
a. vas capillaris nonfenestratum atau kapiler berdinding
utuh.
- endothelium utuh; sel saling berhubungan secara
zonula occludens.
- vesicula pinocytotica tampak dalam cytoplasma;
membrana cellularis sering melekuk ke arah dalam,
seperti gelembung.
- distribusi pada otot, otak nervus peripherialis,
kelenjar eksokrin.
b. vas capillaris fenestratum/visceralis atau kapiler
berdinding berlubang-lubang.
- endothelium tidak utuh, terputus-putus oleh lubang
(porus) selebar 800-1000
- terdapat di glomerulus renalis, kelenjar endokrin,
lamina propria di intestinum.
c. vas cavillare sinusoideum: kapiler dengan pelebaran
- endothelium fenestratum
- membrana basalis tidak selalu ada: membrana
basalis non-continus.
32 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

<> Pada hepar : endotheliocytus diganti dengan


macrophagocytus stellatus (sel Kupffer). Pada
lobulus hepatis dinding kapiler ini terdiri atas:
- endothelium fenestratum
- membrana basalis non-continus.
<> pada adenohypophysis, insula pancreatica,
cortex glandulae adrenalis :
- endothelium fenestratum,
- membrana basalis continus.
Fungsi : tempat pengambilan nutrisi, hormon,
metabolit secara pinocytosis atau melalui
sistem porus. Pada ujung arteria kapiler
dinamakan vas capillaris arteriale. Pada ujung
vena kapiler dinamakan vas capillaris venosum.

2. Arteria
Dalam arti luas, arteria dapat diartikan sebagi pembuluh darah
yang mengalirkan darah dari cor menuju ke jaringan atau organ.
Ada 2 jenis pembuluh yang termasuk ke dalam golongan ini, yaitu
arteri dan arteriola.
a. Arteria
Struktur umum dinding arteria :
- tunica intima: tersusun oleh :
* endothelium.
* stratum subendotheliale dengan fibroblastocytus,
serabut kolagen dan elastik.
* membrana elastica interna: tersusun oleh serabut
elastik; pada arteria lebih besar lapisan ini kurang
teratur.
- tunica media: terdiri atas otot polos; di sela-sela otot ada
fibroblastus dan serabut kolagen, elastik, retikuler. Dalam
tunica media ada juga membrana elastica externa.
- tunica externa (adventitia): jaringan ikat longgar. Sesuai
dengan sifat khas bagian dinding arteria, yang dapat
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 33

menunjang peranan arteria, maka dibedakan 3 macam


arteria :
* arteria myotypica: dengan ciri khas: otot polos pada
tunica media mencolok, melingkar tunica externa
tebal, sering lebih tebal dibandingkan dengan tunica
media.
* arteria elastotypica dengan ciri khas :
- membrana elastica interna sukar dibedakan dari
tunica media.
- tunica externa relatif tipis. Pada arteria besar
membrana elastica bersifat fenestrate.
* arteria mixotypica merupakan bentuk peralihan
antara arteria myotypica dan arteria elastotypica.
Ciri : tunica media mengandung banyak berkas otot
polos, sehingga membrana elastica terputus-putus.
Fungsi : Arteria berfungsi memberikan darah dari cor
kepada jaringan secara berdenyut (vasokonstriksi
dan vasodilatasi).
b. Arteriola
Arteriola mempunyai diameter kurang dari 400 mikron.
Struktur: dinding arteriola terdiri atas lapisan-lapisan :
- tunica interna atau tunica intima :
* dilapisi endothelium.
* serabut elastik membentuk rete elasticum,
menggelombang.
- tunica media : tersusun oleh otot polos, yang makin besar
arteriola, makin bertambah banyak.
- tunica externa atau tunica adventitia: jaringan ikat longgar
dengan fibroblastocytus, serabut kolagen dan elastik.
Fungsi :
- mengatur distribusi darah ke anyaman kapiler.
- mempertahankan tekanan darah dalam sistem
arteri. Arteriola precapillaris atau metarteriola dan
akhirnya menjadi vas capillaris arteriola. Pangkal
34 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

arteriola precapillaris dilengkapi dengan sphincter


precapillaris. Dalam organ arteriola membentuk
anyaman: rete arteriolare.

3. Vena
Secara umum vena dapat diartikan sebagai pembuluh yang
membawa darah dari jaringan kembali ke arah cor.Termasuk ke
dalam golongan pembuluh ini adalah vena dan venula.
a. Vena
Struktur umum dinding vena :
- tunica interna (intima): tersusun oleh :
* endothelium
* stratum subendotheliale: tersusun oleh serabut
kolagen dan serabut elastik, yang membentuk rete
elasticum.
- tunica media: dibandingkan dengan arteria, ini relatif
lebih tipis.
- tunica externa (adventitia): lebih tebal daripada tunica
media:
* otot polos antara tunica media dan tunica externa.
* Jaringan ikat longgar: serabut kolagen dan elastik.
Berdasar sifat khas dinding vena, maka dikenal 2 jenis
vena :
* vena myotypica : diameter 2-9 mm. Tunica media
cukup tebal.
* vena fibrotypica dengan ciri khas:
- tunica media sangat tipis
- tunica externa merupakan lapisan tertebal, berupa
jaringan ikat, berisi fibroblastocytus, otot polos, serabut
kolagen dan elastik. Vena dalam jaringan membentuk
anyaman: rete venosum, yang menerima venula.
b. Venula: dinding venula pada pokoknya serupa dinding vena,
hanya tipis:
- tunica interna (intima) dilapisi endothelium.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 35

- tunica media; terutama tersusun oleh otot polos di sana-


sini dan serabut elastik.
- tunica externa (adventitia): jaringan ikat longgar.

Dikenal :
1. venula post cavillaris sebagai lanjutan vas capillare
venosum, berukuran terkecil. Endothelium diperkuat
oleh stratum subendotheliale, dengan fibroblastocytus
dan serabut kolagen tipis.
2. venula colligens mengumpulkan venula post capillaris.
Diameter lebih dari 40 mikron. Unsur polos di tunica
media makin banyak. Makin besar diameter, otot polos
makin banyak diperkuat oleh serabut elastik.Terjadi
venula muscularis.

Valvula
Vena dengan diameter melebihi 2 mm. Dilengkapi dengan katup
atau valvula, terutama di daerah tungkai dan kaki, untuk mencegah
darah mengalir kembali menjauhi cor.
Valvula tersusun oleh :
- endothelium: melapisi kedua-dua sisi.
- stratum subendotheliale : serabut elastik yang datang dari
dinding vena membentuk anyaman rete elasticum.
- terdiri atas sepasang bagian dengan tepi bebas mengarah ke
cor.
Ruang pada pangkal valvula dan dibatasi oleh dinding vena di
atas valvula dinamakan Plexus venosus.

4. Anastomosis arteriovenosa atau arteriolovenularis


Merupakan hubungan antara sistem arteri dan sistem vena.
Dikenal 2 jenis :
1. anastomosis arteriovenosus simplex :
Hubungan berlangsung sederhana antara arteriola dan
venula.
36 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

2. anastomosis arteriovenosa glomeriformis:


Arteria afferens, yaitu arteri yang masuk ke dalam jaringan ikat
kehilangan lamina elastika interna, diganti oleh lapisan otot
yang mengalami modifikasi, terakit epitheloid, dinamakan
myocytus epithelioideus. Tunica intima yang mengalami
perubahan tersebut dinamakan pulvinar tunicae intima.
Akibatnya lumen disitu dapat berubah-ubah ukuran.
Anastomosis terbentuk oleh 2 bagian (segmen) :
* segmentum arteriale: terdiri atas unsur arteriola.
* segmentum venosum: terdiri atas unsur venula dengan
lumen lebih lebar dan menerima segmentum arteriale.
Tempat : telapak kaki dan tangan, di bawah kuku; di
telinga.
Fungsi : mengatur aliran darah dan suhu di tempat
tersebut.

5. Glomera
Ini adalah reseptor kimia yang dapat mengubah konsentrasi
oksigen, karbondioksida dan hidrogen di dalam darah (lihat sistem
saraf).
Dikenal :
a. glomus caroticum: pada percabangan a. carotis communis.
b. glomus aorticum: antara pangkal a. subclavia dan a. carotis.
Struktur :
- endothelium
- sel parenchyma, epitheloid berhubungan dengan
endotheliocytus.
Ada dua jenis sel:
* endocrinocytus granularis: granula dalam cytoplasma
mengandung catecholamin, 5-hydroxytryptamin.
* epithelioidocytus sustentans menyokong sel tersebut
tadi.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 37

6. Vasa Vasorum
Ini adalah pembuluh-pembuluh darah kecil di dalam dinding arteri
dan vena besar yang memiliki diameter melebihi 1 mm.
Distribusi: pada arteri pembuluh ini hanya mencapai lapisan luar
tunica media, sedangkan tunica intima masih dapat mendapat
nutrisi dari darah yang ada dalam rongga arteria.
Pada pembuluh darah vena anyaman lebih banyak dan mencapai
tunika intima, sebab darah yang mengalir dalam rongga vena
relatif sudah kekurangan oksigen dan nutrisi dibandingkan dengan
pembuluh darah di arteria.
Fungsi : vasa vasorum memberi nutrisi (termasuk oksigen) kepada
dinding arteri dan vena.
Dalam perjalanan vasa vasorum dari luar arteria dan vena, vasa
vasorum didampingi nervi vasorum; pada waktu meninggalkan
arteria dan vena, pembuluh didampingi pula vasa lymphatica
vasorum.
38 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

TUGAS PRAKTIKAN
Sistem Kardiovaskuler
Arteria Dan Vena
Sediaan : SCV-1; HE
Perhatikan :
Arteria : Pada irisan melintang
- lumen/dinding pembatas rata, berbentuk bulat ovoid
- dinding tebal tersusun oleh
* tunica intima dengan :
- endothelium
- stratum subendotheliale
- membrana elastica interna
* tunica media tebal, terdiri atas :
- lapisan otot polos melingkar
- membrana elastica externa
* tunica externa jaringan ikat tipis
Vena : Bandingkan dengan arteria
- lumen tampak lebih memipih dan bentuk lonjong
- dinding lebih tipis, tersusun oleh
<> tunica intima, hanya terdiri atas endothelium stratum
subendotheliale tanpa membrana elastica interna
<> tunica media terdiri atas lapisan otot polos tipis yang tertata
melingkar
<> tunica externa lapisan tertebal, mengandung
- otot polos tersusun membujur
- jaringan ikat dengan serabut kolagen dan elastik yang
terdapat di antara sel otot.

Aorta
Sediaan : SCV-2a; H E dan SCV-2b; Hematoksilin-Orcein-Anilin biru
Perhatikan : dinding aorta tersusun oleh
- tunica intima tersusun oleh :
<> endotheliocytus berbentuk polihedral
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 39

<> stratum subendotheliale mengandung serabut elastik


<> membrana elastica interna kurang jelas
- tunica media tersusun oleh membrana elastica fenestrata,
berlapis-lapis, diselingi oleh
* otot polos tersebar
* membrana elastica externa yang tidak jelas
- tunica externa jaringan ikat tipis, dengan serabut kolagen tersusun
secara spiral dan membujur.
CATATAN : perhatikan perbedaan kedua jenis teknik pewarnaan
dalam hal membedakan struktur lapisan masing-masing.

Cor
Sediaan : SCV-3; H E
Perhatikan : Lapisan dinding Cor dari arah lumen keluar
- Endocardium tersusun oleh
* endothelium
* stratum subendotheliale
- Myocardium dengan myofibra conducens cardiaca, kemerah-
merahan. Pada stratum subendotheliale tampak myofibra
conducens (serabut Purkinje); sel-sel otot ini mempunyai
sitoplasma pucat, dengan nucleus besar, bulat atau ovoid.
Epicardium merupakan lamina visceralis pericardii. Lapisan ini
berupa jaringan ikat tipis, dilapisi mesothelium tipis.

Valvula Atrioventricularis
Sediaan : SCV-4; H E
Perhatikan Dinding ATRIUM :
Endocardium pada atrium dindingnya lebih tebal daripada yang
terdapat di ventriculus sedangkan myocardium pada atrium dindingnya
lebih tipis daripada yang terdapat di ventriculus.

Valvula :
- Endocardium melapisi kedua sisi (sisi arah atrium dan ventriculus).
Pada permukaan yang menghadap ke atrium, endocardium lebih
40 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

tebal dibandingkan dengan permukaan yang menghadap ke arah


ventriculus.
- Poros terdiri atas jaringan ikat kolagen padat dengan serabut
elastik.
- Annulus fibrosus merupakan lanjutan jaringan ikat pada poros di
pangkal valvula.

Musculus Papillaris Dan Chorda Tendinea


Sediaan : SCV-5; H E
Perhatikan : musculus papillaris
- berbentuk kerucut
- pars distalis dilapisi lanjutan chorda tendinea dan endocardium
tipis
- pars proximalis hanya dilapisi endocardium tipis saja
- myofibra banyak, paralel ke pars distalis
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 41

TOPIK : Praktikum Histologi


PERTEMUAN KE : 2
SUB TOPIK : Sistem Limfatika
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM: Mahasiswa dapat memahami
struktur histologi organ-organ
dalam sistem limfatika
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: -

DASAR TEORI
Sistem Limfatika

Sistem limfatika atau juga sering disebut sistem imun tersusun


oleh organ limfoid dan sel-sel yang tersebar di seluruh tubuh.Sistem
limfatika bertanggung jawab melindungi tubuh terhadap gangguan
atau perusakan oleh mikro-organisme dan substansi asing. Sel khusus
sistem ini mengenal zat “asing” (non-self) dan yang tidak asing (“self”),
serta dapat menginaktifkan atau menghancurkan agen-agen yang
“non-self” tadi. Dalam tubuh dikenal 2 tipe respons imun tubuh yaitu
imunitas seluler dan imunitas humoral. Imunitas seluler terutama
diperankan oleh limfosit T yang akan membuat limfokin, bereaksi dan
membunuh mikroorganisme, sel asing (sel tumor/sel transplan) dan
sel terinfeksi virus. Imunitas humoral terutama diperankan limfosit B
yang menghasilkan antibodi, kemudian akan menginaktivasi antigen
asing tersebut.
Organ limfoid tersusun oleh sel epitel dan serabut retikuler yang di
antaranya dipenuhi oleh limfosit dan sel yang berperan dalam proses
respon imun tubuh. Kumpulan struktur tersebut membentuk organ
limfoid besar seperti thymus, lien dan limfonodi. Kumpulan lebih
kecil disebut noduli lymphatici biasanya bergerombol dijumpai pada
sistem pencernaan seperti tonsil, Plaques Peyer, dan appendix, sistem
pernafasan dan sistem urinarius. Organ limfoid tersebar di seluruh
jaringan tubuh sehingga sangat efisien dalam mempertahankan diri
atau menjaga tubuh dari substansi asing.
42 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Organ limfoid dapat dibedakan menjadi 2, yaitu organ limfoid


sentral dan organ limfoid perifer. Organ limfoid sentral adalah thymus
dan sumsum tulang, dimana limfosit T dan B berasal. Limfosit bermigrasi
dari organ tersebut ke organ limfoid perifer yaitu limpa (lien), nodus
limfatikus, noduli solitarii, tonsil, appendix dan Plaques Peyer.

Antigen dan Antibodi


Segala substansi asing yang dilawan sistem imun dikenal sebagai
antigen (Ag); substansi tersebut memacu terjadinya respon dari host.
Respon tersebut dapat berupa respon seluler, humoral atau keduanya.
Ag dapat berupa sel-seperti bakteri, sel tumor atau dalam bentuk
makromolekul seperti protein, polysaccharide atau nukleoprotein.
Spesifisitas respon imun diatur oleh domain yang disebut antigenic
determinant yang dimiliki antigen.
Antibodi merupakan glikoprotein plasma yang terdapat dalam
sirkulasiyangmelakukaninteraksispesifikdenganantigenicdeterminant.
Antibodi disekresi oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi dan
diferensiasi limfosit B. Ada 5 kelas antibodi (imunoglobulin = Ig) yaitu
: IgG, 75% dari total serum imunoglobulin; Ig A terdapat dalam serum
dalam jumlah sangat sedikit; Ig M terdapat dalam serum ± 10% dan
merupakan Ig yang muncul pada respon imun awal. IgD bersama IgM
merupakan imunoglobulin utama yang terdapat di permukaan limfosit
B. Aktivitas IgD belum banyak diketahui.Ig E memiliki afinitas kuat
dengan sel mast dan basofil.

Limfosit dan Antigen-Presenting Cells


Ada 2 jenis limfosit, yaitu limfosit T dan limfosit B. Kedua sel
tersebut secara fungsional berbeda tetapi secara struktural sama.
Limfosit B (sel B) berasal dari sumsum tulang, bermigrasi dan tinggal
di organ limfoid selain thymus. Apabila teraktivasi, sel B berproliferasi
dan berdiferensiasi menjadi sel plasma penghasil antibodi. Sebagian
dari sel B tidak menjadi sel plasma tetapi menjadi sel B “memory”
yang akan cepat bereaksi pada paparan kedua oleh antigen yang sama.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 43

Limfosit T (sel T) merupakan 35% limfosit sirkulasi. Sel T berasal juga dari
sumsum tulang dan bermigrasi ke thymus, disitu mereka berproliferasi
dan masak dalam organ limfoid selain thymus.
Sel T memiliki sub-populasi yaitu sel T-helper (TH) , T-suppressor
(TS), T-cytotoxic (Tcyt) atau T-killer dan T-delayed type hypersensitivity
(TDTH).
Antigen-Presenting cells (APC) ditemukan di semua jaringan
limfoid. Mereka mampu memproses antigen dan mempresentasikan
kepada limfosit sehingga mengaktivasi limfosit. APC merupakan
populasi heterogen yang termasuk ke dalam sistem mononuklear
fagosit seperti makrofag, sel Langerhans, sel dendritic organ limfoid,
limfosit B.

Organa Lymphatica
A. Nodus Lymphaticus
Organ ini berbentuk seperti biji kacang dan dibungkus oleh
kapsula. Organ ini tersebar di seluruh tubuh sepanjang vasa lymphatica,
di daerah ketiak, lipat paha, leher, dada dan perut, terutama pada
mesenterium.
1. Capsula merupakan selubung terdiri atas jaringan ikat fibrus padat,
mengandung banyak berkas kolagen dan elastis.
Di sini ada 2 macam pembuluh limfa, yaitu :
- vas lymphaticum afferens : memasuki nodus di bagian
konveks.
- vas lymphaticum efferens: meninggalkan nodus pada bagian
konkaf.
Di bagian konkaf ini, yang disebut hilum masuk dan keluar juga
pembuluh darah dan syaraf Dinding pembuluh limfa dilengkapi
otot polos.Trabecula dipercabangkan oleh capsula, masuk ke
dalam nodus, mengandung banyak berkas kolagen dan membagi
nodus tidak tuntas.
2. Cortex: bagian luar nodus, terpisah dari capsula oleh rongga
bernama sinus capsularis.
Cortex tersusun oleh :
44 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

a. nodulus lymphaticus: bundar sebagai kumpulan padat


lymphocyti. Pada nodulus bagian pusat letak sel kurang
berpadatan. Pusat ini disebut centrum germinale; di sini
lymphocytus B mengalami proliferasi/diferensiasi menjadi
plasmocytus atau sel plasma. Daerah tepi nodulus dengan
lymphocyti yang berpadatan dinamakan corona.
b. Zona thymodependens atau Paracortex, tersusun oleh
lymphocyti yang tidak berpadatan. Daerah ini merupakan
tempat lymphocytus T dan tempat lymphocytus darah
berpindah ke dalam aliran limfa.
3. Medulla merupakan pusat nodus lymphaticum, terpulas lebih
pucat, terdiri atas :
- Chorda medullaris, tersusun oleh :
o jaringan lymphoid.
o plasmocytus.
o macrophagocytus.
- sinus medullaris sebagai rongga.
4. Stroma :
Berupa jaringan ikat retikuler, terdiri atas 2 komponen, yaitu :
- komponen sel :
o reticulocytus.
o macrophagocytus stabilis.
o sel bebas: lymphocytus dan plasmocytus.
- substantia intercellularis: mengandung berkas kolagen dan
retikuler.
5. Sinus lymphaticus :
Rongga berbentuk kurang teratur.
Susunan dinding :
- dua macam sel :
* reticulocytus.
* macrophagocytus stabilis.
- serabut retikuler.
Rongga ini menampung cairan limfa dari vas lymphaticum
afferens di bawah capsula sebagai si-nus subcapsularis.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 45

Dari sini limfa ditampung oleh sinus corticalis Perinodularis


sepanjang trabe-cula, kemudian oleh sinus medullaris di
medulla dan akhirnya dikumpulkan oleh vas lymphatic-cum
efferens meninggalkan nodus di hilum.Di dalam dinding
usus terdapat pula nodulus lym-phaticus yang bergerombol-
gerombol membentuk lempeng PEYER.
Fungsi nodus lymphaticus :
- Tempat penyaringan benda-benda asing seperti partikel,
bakteri, virus, sel tumor.
- Cairan limfa difiltrasi paling tidak oleh satu nodus sebelum,
kembali ke sirkulasi.
- Tempat penambahan lymphocytus melalui cortex, pada
venula post capillair.
- Tempat pemasukan lymphocytus B.
- Sebagai komponen sistem pertahanan tubuh yang dilakukan
secara :
* seluler oleh lymphocytus T.
* humoral oleh lymphocytus B.
Histogenesis : Nodus lymphaticus berasal dari saccus
lymphaticus embrionalis.

B. Lien (Limpa)
Merupakan organ lymphatica terbesar di dalam tubuh. Lien tidak
mempunyai vas lymphaticum afferens dan sinus limphaticus.
Struktur lien:
1. tunica serosa membungkus lien berupa epitelium pipih selapis,
sebagai bagian mesotelium (berasal dari peritoneum).
2. Capsula atau tunica fibrosa berupa jaringan ikat fibrus padat,
berisi:
o banyak berkas kolagen.
o sedikit otot polos.
o berkas elastis di bagian dalam.
Capsula mempercabangkan trabecula, yang masuk mem-
bawa:
46 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

* lebih banyak berkas elastis.


* otot polos.
* berkas kolagen yang berhubungan dengan berkas
retikuler berasal dari pulpa.
3. pulpa, dikenal 2 jenis :
a. Pulpa alba yang tersusun oleh :
- nodulus lymphaticus dengan arteria centralis yang ada
di tepi nodulus lymphaticus (lymphonodulus). Sel limfoid
yang menyelubungi arteria centralis terutama limfosit T
dan membentuk periarterial lymphatic sheats. Nodulus
lympaticus tersusun oleh limfosit B.
- zona marginalis : daerah tepi, di luar lymphonodulus,
kurang padat. Terdapat banyak makrofag.
b. Pulpa rubra yang tersusun oleh :
- chorda splenica, terdiri dari 2 komponen :
a. serabut retikuler dan kolagen, yang berhubungan
dengan serabut pulpa.
b. lymphocyte, macrophagocytus, plasmocytus, sel darah.
- sinus venularis, suatu venula postcapillaris yang
menghubungkan capillarum terminale dengan vena
pulpa rubra. Dinding sinus venularis tersusun oleh :
- endothelium, membatasi rongga; sel fusiform, inti
bulat, sentral.
- serabut elastis dan serabut pulpa yang merupakan
berkas dan dinamakan fibra reticularis anularis.
Vascularisasi :
- a. lienalis masuk melalui hilum menjadi a. trabecularis
(tipe: otot). Setelah mencapai diameter 0,2 mm, arteria
meninggalkan trabecula menjadi a. lymphonoduli, dulu
arteria centralis.
Pada arteria ini, tunica adventitia diganti oleh
jaringan limfatik yang menyelubunginya sebagai vagina
periarterialis lymphatica atau periarterial lymphatic-
sheat (PALS), di dalam pulpa alba. Arteria ini bercabang-
cabang.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 47

Setelah mencapai diameter 40-50 mm, arteria


lymphonoduli meninggalkan pulpa alba, memasuki pulpa
rubra, bercabang-cabang menjadi kecil, lurus.
Bangunan terakhir ini dinamakan pula arteriosus
penicillaris, terdiri atas :
* arteria penicillaris: bagian terpanjang; tunica media
terdiri atas sel otot polos selapis, serabut elastis dan
jaringan limfatik.
* arteriola ellipsoidea (vaginata): endothelium
diselubungi serabut reticuler, reticulocytus dan
macrophagocytus.
* vas capillarum terminale: ini melanjutkan dari
sebagian sinus venularis. Sinus venosus dibatasi
oleh serabut retikuler khusus dengan fixed
macrophag (bukan endothelium). Sinus venosus
bersatu membentuk vas pulparis yang dibatasi oleh
endothelium. Sebagai kapiler yang merupakan ujung
akhir sistem arteria, maka dinding pembuluh dilapisi
endothel selapis.
- vena pulpa rubra menerima darah dari sinus venularis,
masuk ke dalam pulpa rubra. Dinding vena terdiri atas
endothelium, diperkuat oleh stroma pulpa rubra. Vena
pulpa rubra bercabang membentuk vena trabecularis
dengan dinding yang berupa endothelium, diperkuat
oleh jaringan ikat trabecula.
Lien berfungsi :
- menyaring benda asing dari darah.
- menghancurkan erithrocytus tua, sel darah yang rusak
atau cacat, dan thrombocytus.
- sebagai tempat penimbunan erythrocytus; dan Fe.
- sebagai salah satu komponen penting dari sistem
reticuloendothelialis
Histogenesis :
Lienberasaldarisel-selmesenchymal,dorsaldarimesogastrium.
48 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Kedudukan dalam Klinik: walaupun lien merupakan alat


penting, namun splenectomi (pengangkatan lien dari tubuh)
tidak banyak mempengaruhi individu, sebab tugas lien
dapat diambil alih oleh medulla osseum, hepar atau nodus
lymphaticus.

C. Thymus
Organ yang terletak di sebelah cranial terhadap sternum
dalam rongga dada berbeda dengan nodus lymphaticus karena
tidak memiliki pembuluh limfa yang masuk maupun ke luar.
Pada kehidupan fetus dan selama 2 tahun pertama kehidupan postnatal,
thymus berukuran terbesar. Sejak usia 2 tahun sampai pubertas organ
ini makin mengecil. Sesudah pubertas organ ini mengalami involutio.
1. Capsula: jaringan ikat fibrus, membungkus thymus dan membagi
thymus menjadi lobulus. Tiap lobulus tersusun atas cortex dan
medulla.
2. Cortex: berada di daerah tepi, dihuni oleh :
a. lymphocyti berpadatan, dinamakan thymocytus, ada dua
jenis :
- thymocytus magnus : besar, di tepi.
- thymocytus parvus : kecil, di pusat. Cortex merupakan
tempat produksi lymphocytus.
b. macrophagocytus yang memakan sel-sel mati.
3. Medulla: berada di daerah pusat. Sel-sel sama besar, lebih
berjauhan. Banyak lymphoblastus dan reticulocytus tampak di sini.
Seringkali terlihat bangunan kebulat- bulatan, tersusun oleh sel-
sel epitel yang letaknya konsentris, dinamakan corpusculum thy –
micum; bagian pusat sering mengapur atau mengalami degenerasi.
Fungsi thymus :
- menghasilkan getah thymosin untuk menjaga agar alat limfatik
lain berjalan lancar.
- menghasilkan thymocytus.
- merupakan komponen sistem pertahanan tubuh.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 49

Involutio :
Proses ini mulai dengan penurunan populasi lymphocytus di cortex.
Sel epitel mulai tertekan dan diganti oleh sel lemak, terutama di
daerah spatium interlobulare. Medulla mengalami atrofi setelah
pubertas. Akhirnya corpusculum thymicum ikut diganti.

Histogenesis :
Thymus berasal dari saccus pharingealis III dan IV.
Pengaruh Hormon :
- ACTH dan hormon seks wanita dan pria dapat mempercepat
involutio.
- Somatotropin (STH) merangsang perkembangan thymus.

D. Tonsil
Dapat berkapsula seperti organ limfatik lain dan memiliki aliran
darah sendiri seperti pada tonsil, yang dijumpai pada pharynx. Tonsil
yang lain yaitu tonsilla palatina lanjutan dari pharyngeal yang berbentuk
cincin tidak lengkap pada pintu masuk kerangkanya.
Tonsilla palatina dan tonsilla lingualis di tutup epithelium
stratificatum squamosum sedangkan tonsilla pharyngealis
epithelium pseudocomplex columnare bercilia dengan goblet sel.
Pada orang dewasa, tonsil pharyngealis ditutup epithelium stratificatum
squamosum.
Tonsilla palatina dan tonsilla lingualis dilengkapi banyak crypta,
di sekeliling crypta banyak dijumpai lymphonoduli. Epithelium
pembatas tonsil banyak diinfiltrasi limfosit sel plasma dan leucocytus
polymorphonuclear.

Struktur :
Alat ini tersusun oleh kumpulan noduli lymphatici.
1. Capsula: jaringan ikat fibrus padat yang berperan :
- membungkus tonsilla palatina.
- perintang penyebaran radang tonsilla palatina.
50 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

2. Epithelium stratificatum squamosum: permukaan alat.


Di beberapa tempat epithel membuat lekukan : crypta
tonsillaris yang sering ditimbuni bakteri, lymphocytus, sel epitel,
dan sebagainya. Crypta dapat bercabang sebagai :
- crypta tonsillaris primaria.
- c rypta tonsillaris secundaria.

Plasma Lymphatica
Cairan ini merupakan ultrafiltrasi plasma darah yang
menembus dinding kapiler ke sela jaringan, mengandung air,
elektrolit dan protein.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 51

TUGAS PRAKTIKAN
Sistem Limfatika
Nodus Lymphaticus
Sediaan : SL-1; HE
Perhatikan :
a. capsula : Jaringan ikat ini mengandung :
- serabut-serabut kolagen.
- vasa lymphatica afferentia
b. hilum : serabut kolagen tampak lebih tebal.
c. cortex : ciri khas ialah noduli lymphatici yang berderet-deret. Di
pusat noduli ada centrum germinale
d. trabeculae: berasal dari capsula, meluas ke arah pusat nodus
lymphaticus di antara noduli lymphatici dan medulla.
e. medulla
f. sinus lymphaticus. Ada berbagai jenis :
- sinus lymphaticus capsularis (marginalis) bawah capsula
- sinus corticalis
- sinus medullaris

Lien Atau Spleen


Sediaan : SL-2; HE
Perhatikan pada sediaan limfa ini :
a. Selubung :
- tunica serosa
- tunica fibrosa :
<> mengandung serabut kolagen dan elastis
<> lanjutan sebagai trabecula lienalis.
b. Isi : Pulpa lienalis dibedakan 2 jenis :
<> Pulpa alba : tampak sebagai kelompok lymphocytus,
berpadatan, kebiru-biruan membentuk lymphonodulus
lienalis. Arteria centralis terdapat dekat pusat pulpa alba.
<> Pulpa rubra : tampak sebagai jaringan tidak teratur.
52 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Thymus
Sediaan: SL-3; HE
Perhatikan :
a. capsula : lanjut sebagai septum interlobare yang membagi thymus
menjadi lobus thymi dan septum interlobulare yang membatasi
lobuli.
b. cortex : penuh dengan lymphocytus thymicus atau thymus 1
berpadatan, kebiru-biruan.
c. medulla :
- berwarna lebih pucat.
- lymphocytus lebih sedikit.
- corpusculum thymicum. mengandung:
* sel epitel. teratur konsentris.
* cellula gigantica : sel raksasa.

Tonsilla Palatina Atau Adenoidea


Sediaan: SL-4; HE
Perhatikan :
a. capsula : membentuk septum internodulare ke arah pusat.
b. epithelium squamosum stratificatum :
- melapisi permukaan bebas.
- banyak mengalami infiltrasi oleh lymphocytus.
- berlekuk-lekuk dinamakan: crypta tonsillaris.
c. noduli lymphatici: bulat, berderet sepanjang crypta tonsillaris
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 53

TOPIK : Praktikum Histologi


PERTEMUAN KE : 3
SUB TOPIK : Sistem Respiratoria
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM: Mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan tentang histologi dari
sistem respiratori
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: -

DASAR TEORI
Sistem Respiratoria
Alat pernafasan merupakan suatu sistem yang menurut tugasnya
dapat dibagi menjadi 2 komponen pokok, yaitu : pars conductoria
dan pars respiratoria. Pars conductoria bertugas memasak udara
pernafasan dari luar tubuh ke komponen yang mampu meneruskan
oksigen kepada aliran darah untuk diedarkan ke jaringan tubuh dan
mengeluarkan karbon dioksida yang diperoleh dari aliran darah. Pars
conductoria terdiri atas : cavitas nasi, nasopharynx, larynx, trachea,
bronchus, bronchiolus, dan bronchiolus terminalis. Pars respiratoria
bertugas menyelenggarakan pertukaran gas pernafasan dengan aliran
darah.
Pars respiratoria terdiri atas : bronchiolus respiratorius, ductus
alveolaris, alveoli, atrium dan sacculus alveolaris. Peralihan antara 2
komponen ini berupa bronchiolus respiratorius.

Pars Conductoria
A. Cavitas Nasi
Rongga hidung terdiri atas :
1. vestibulum nasi :
- epithelium :
stratificatum squamosum noncornificatum.
- lamina propria :
textus connectivus fibrosus compactus, loose connective
54 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

tissue, kelenjar bersifat mucous.


-rambut dan kelenjar :
perintang pertama bagi partikel yang masuk.
2. regio respiratoria
- epithelium :
pseudostratificatum ciliatum. (sel piala banyak)
- lamina propria : textus connectivus fibrosus, menempel
pada periosteum.
- sifat khas :
o glandula seromucosa menjaga kelembaban rongga
hidung.
o sel epitel yang banyak bersinggungan dengan udara
pernapasan bentuknya lebih tinggi dan sel piala lebih
banyak.
o cilia menggerakkan sekret glandula seromucosa
sepanjang permukaan tunica ke arah nasopharynx.
o concha nasalis berbentuk kulit kerang. Lamina
propria banyak mengandung plexus venosus yang
bertugas menghangatkan udara pernafasan. Pada
influenza, alergi, plexus ini dapat membengkak dan
menghambat aliran udara pernafasan. Penderita
secara salah faham sering mengeluh tentang adanya
“polip”.
3. regio olfactoria

B. Sinus Paranasalis
Beruparuang-ruang dalam os frontale, os sphenoidale, os maxillare,
os ethmoidale yang berisi udara. Dinding dilapisi tunica mucosa :
epithelium pseudostratificatum ciliatum. Sel piala menghasilkan lendir
yang dicurahkan ke dalam cavitas nasi.

C. Nasopharynx
Tunica mucosa ditandai dengan :
- epithelium pseudostratificatum.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 55

- epithelium stratificatum squamosum : di bagian yang melapisi


palatum molle.

D. Larynx
Tunica mucosa :
- epithelium :
* stratificatum squamosum noncornificatum di epiglottis :
permukaan ventral dan sebagian permukaan dorsal. plica
vocalis.
* pseudostratificatum ciliatum di bagian lain.
Cilia bergerak ke arah mulut.
- lamina propria : banyak serabut elastis dan kelenjar
seromucosa kecil-kecil.
- ke arah lumen membentuk 2 pasang lipatan :
* Plica vocalis spuria : lamina propria, longgar, banyak
kelenjar.
* plica vocalis vera : sepasang pita dari jaringan ikat elastis
yang dapat bergetar, diatur kontraksi otot. Tela submucosa
tidak ada.

Cartilago :
- hyalina : cartilago thyroidea, cartilago cricoidea dan sebagian
besar cartilago arythenoidea.
- elastica :cartilago yang lain.
Cartilago saling dihubungkan oleh jaringan ikat
fibroelastis, sehingga lumen larynx tidak akan
menutup.

E. Trachea
Tunica mucosa :
a. epithelium pseudostratificatum ciliatum. Cellula ciliata pada
trachea paling banyak, dilengkapi dengan :
o mitochondria di puncak sel : produksi tenaga penggerak
cilia.
56 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

o microvilli sedikit dan pendek.


Di antara cellula ciliata ada :
o cellula peniciliata di bagian basal, tak mencapai
permukaan.
o cellula caliciformis.
b. membrana basalis : tempat sel epitel bersandar.
c. lamina fibrarum elasticarum :
ialah lamina propria yang longgar penuh serabut elastik.
Dalam lamina propria ini khas dijumpai
* glandula trachealis :
bersifat mucosa. Sekret bersama sekret sel piala
dicurahkan ke dalam lumen trachea, membentuk lapisan
dinding dalam, sebagai perintang bagi debu yang masuk
ke lumen.
* noduli lymphatici :
sebagai sistem pertahanan tubuh.
- Tunica fibromusculocartilaginea :
Cartilago berbentuk C berderet-deret menjaga
lumen tidak menutup. Cartilago hyalina, ujung bebas
menghadap ke belakang saling dihubungkan oleh
* musculus trachealis : otot polos.
* ligamenta annularia.
- Tunica adventitia : di sebelah luar sebagai jaringan
ikat longgar.

F. Bronchus
Tunica mucosa :
- epithelium simplex columnare ciliatur
- lamina fibrarum elasticum sebagai lamina propria
Tunica musculocartilaginea :
- musculus spiralis : otot polos tersusun seperti spiral.
- cartilago bronchialis sebagai potongan kecil, terbungkus
jaringan ikat yang kaya serabut elastik. Bersifat hyalina.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 57

- glandula bronchialis: seromucosa.


Tunica adventitia :
banyak noduli lymphatici, yang meluas pula ke tunica mucosa,
terbanyak pada bifurcatio tracheae.

G. Bronchiolus
Bagian ini sudah terdapat dalam lobulus pulmonaris dengan sifat-
sifat :
- penampang 1 mm atau kurang; tanpa cartilago, kelenjar, nodi
lymphatici.
- tunica mucosa: epithelium simplex columnare ciliatum, makin
ke ujung distal makin menjadi kuboid, tanpa cilia atau dengan
cilia.

Pars Respiratoria
A. Bronchiolus Respiratorius
Tiap-tiap bronchiolus terminalis bercabang menjadi 2 atau lebih
bronchiolus respiratorius yang berperan sebagai daerah peralihan dari
pars conductoria menjadi pars respiratoria sistem respirasi. Bronchiolus
respiratorius dilapisi oleh epithelium simplex cuboideum ciliatum pada
tepi lubang-lubang alveolaris, kemudian dilanjutkan dengan epitel
pembatas alveoli, epithelium simplex squamosum.

B. Ductus Alveolaris
Dinding :
a. pada penampang membujur tidak merata, sebab di sana-sini
dijumpai alveoli.
b. pada bronchiolus respiratorius masih epithelium simplex
cuboideum, kemudian beralih ke epithelium simplex
squamosum.
c. fibrae elasticae dan fibrae collagenosae melanjutkan diri ke
dinding alveoli. lapisan otot polos terakhir dijumpai di ductus
alveolaris.
58 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

C. Alveoli
Alveoli merupakan evaginasi kecil seperti kantong dari bronchiolus
respiratorius dengan diameter 200 mikron. Umumnya tiap-tiap dinding
dari 2 alveoli yang berdekatan bersatu dan disebut septa interalveolaris.
Struktur dinding alveoli dikhususkan untuk menyelenggarakan difusi
antara lingkungan eksterna dan interna.

D. Atrium Dan Saccus Alveolaris


Atrium
Setelah dua atau tiga percabangan, tiap ductus alveolaris
berakhir pada sebuah ruang kecil. Ruangan ini merupakan pars
terminalis ductus alveolaris, yang tak mempunyai gambaran
histologik nyata. Ruangan ini sering disebut atrium.

Saccus Alveolaris
Alveolus pulmonaris merupakan lekukan bentuk kantong pada
bronchus respiratorius, ductus alveolaris, dan saccus alveolaris.
Bangunan ini merupakan ujung terminal pars respiratoria dan
menyebabkan jaringan pulmo menyerupai busa.
Septum interalveolare : merupakan dinding pemisah dua
alveoli berdampingan. Diperkuat oleh anyaman fibra reticularis
dan fibra elastica.
Sel-sel penyusun septum interalveolare :
1. Endotheliocytus.
Dibandingkan dengan epitheliocytus sel ini lebih kecil, lebih
panjang, dan lebih dekat pada erythrocytus.Vas capillare
dibatasi oleh sel ini yang tidak berlubang.
2. Epitheliocytus.
Sel-sel yang saling terpisah dengan jelas bersifat :
- agak menonjol ke dalam lumen alveoli dengan inti pipih.
- cytoplasma tipis dengan sedikit reticulum endoplasmicum
granulosum.
- sel-sel pipih ini saling berhubungan dengan bantuan
desmosoma.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 59

- sel-sel ini merupakan cellula respiratoria.


3. macrophagocytus alveolaris (cellula magna)
Menggerombol pada sudut pertemuan alveoli.
Sifat-sifat :
- berbentuk bulat, selalu melekat pada membrana basalis.
- sel memiliki microvilli di permukaan sel.
- di dalam cytoplasma reticulum endoplasmicum
granulosum banyak dan tampak sangat jelas.
- tanda khas : ada lembaran-lembaran konsentris,
sehingga menimbulkan gambaran cytoplasma berbuih,
disebut benda multilamelar. Sel ini juga disebut cellula
granularis.
- inti lebih besar dan lebih menggelembung daripada
sekitarnya. Secara struktural udara di dalam alveolus
dipisahkan dari darah dalam kapiler oleh suatu sistem
dinding pemisah setebal 0,3-0,7 mikron, tersusun oleh
empat komponen.
a. cytoplasma dalam endotheliocytus kapiler.
b. membrana basalis milik kapiler.
c. membrana basalis milik epitheliocytus alveoli.
d. cytoplasma dalam epitheliocytus alveoli.
Sistem pemisah inilah bertanggung jawab untuk pertukaran
gas antara sistem pernafasan dan sistem peredaran.
Phagocytus alveolaris :
Dalam dinding alveolus pulmonaris dijumpai sel-sel ini yang
mampu membersihkan sistem pernafasan dari substansi-
substansi yang tidak dikehendaki secara phagocytosis.
60 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

TUGAS PRAKTIKAN
1. Cavum Nasi
Sediaan : SR-1; HE
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat :
a. Vestibulum nasi :
- tunica mucosa
* epithelium squamosum stratificatum non
cornificatum.
* membrana basalis
* lamina propria :
<> jaringan ikat padat
<> glandula sebacea
<> glandula sudorifera
b. Area respiratoria:
- tunica mucosa :
- epithelium pseudostratificatum ciliatum, diantaranya
banyak terdapat cellula caliciformis (sel piala)
- membrana basalis
- lamina propria:
> jaringan ikat yang mengandung banyak serabut
kolagen
> leucocytus
> lymphocytus
> kumpulan jaringan lymphoid
> glandula seromucosa
- concha :
Sepanjang dinding lateral cavum nasi, permukaannya
tidak teratur karena adanya 3 tonjolan tulang yang disebut
concha yang berfungsi menghangatkan udara pernafasan,
banyak mengandung plexus venosus (anyaman vena) :
- concha inferior
- concha intermedium.
- concha superior
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 61

2. Epiglottis
Sediaan: SR-2; H E
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat :
a. Facies lingualis: dataran yang menghadap ke arah lidah
- tunica mucosa:
* epithelium squamosum stratificatum: sel pipih
berlapis
* membrana basalis
* lamina propria :
- textus connectivus areolaris : longgar
- lymphocyti tersebar
- tela submucosa :
* textus connectivus fibrosus irregularis:
padat kurang teratur
* glandula seromucosa
* textus connectivus adiposus : jaringan
lemak
- textus cartilagenius.
Pada sediaan ini dapat dibandingkan :
- cartilago pada epiglottis: elastis kemerah-merahan
- cartilago pada trachea: hyalina: kebiru-biruan
b. Facies laryngis: dataran yang menghadap ke arah larynx
- tunica mucosa: epithelium. Perhatikan di dua bagian
yang berbeda :
* proximal : sel kolumner semu berla pis membentuk
epithelium pseudostratificatum
* distal : sel pipih berlapis membentuk epithelium
squamosum stratificatum
- lamina propria :
- textus connectivus areolaris yang kelihatan longgar
- lymphocyti tersebar
- tela submucosa :
- textus connectivus areolaris: longgar
- glandula seromucosa
62 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

3. Trachea
Sediaan: SR-3; H E
Perhatikan :
- tunica mucosa :
* epithelium : sel kolumner semu berlapis epithelium
pseudostratificatum dengan sel piala antara sel epitel
* membrana basalis
* lamina propria: textus connectivus elasticus glandula
trachealis
- tela submucosa : jaringan ikat elastis lebih padat
- tunica fibromusculocartilaginea.
Perhatikan di sini :
* ligamenta annularia
* cartilago trachealis : hyalina, berbentuk huruf C.
* m.trachealis: otot polos melekat pada ujung bebas
cartilago
- tunica adventitia: jaringan ikat di sini. longgar.

4. Pulmo
Sediaan: Perhatikan pada sediaan SR-4; H E
Pada sediaan ini temu tunjukkan :
a. Bronchus
<> tunica mucosa :
- epithelium :
sel kolumner semu berlapis dengan cilia; epithelium
pseudostratificatum ciliatum
- membrana basalis
- lamina propria :
* textus connectivus elasticus
* nodus lymphaticus
<> tunica musculocartilaginea.
Perhatikan :
- musculus spiralis: otot polos
- cartilago bronchialis : hyalina
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 63

<> tunica adventitia: jaringan ikat longgar dengan glandula


seromucosa

b. Bronchiolus respiratorius (terminalis):


SR-4; H E
- tunica mucosa :
* epithelium: sel selapis dengan cilia: epithelium
colum nare simplex ciliatum
* membrana basalis
* lamina propria :
- textus connectivus elasticus
- lymphocytus
- tunica muscularis: otot polos membentuk m.spiralis
- tunica adventitia: jaringan ikat longgar

c. Ductus a1veolaris :
SR-5; HE
Pada sediaan ini perhatikan :
1. ductus alveolaris :
- epithelium squamosum simplex : sel pipih selapis
- berkas-berkas elastis
- sisa-sisa m.spiralis sebagai otot polos
2. alveolus pulmonaris.
Perhatikan :
- septum interalveolare
- cellula :
* respiratoria
* magna atau granularis phagocytes
64 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

TOPIK : Praktikum Fisiologi


PERTEMUAN KE : 1
SUB TOPIK : Mengukur Volume Paru dan Kapasitas Paru
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM: Mahasiswa mampu menjelaskan
mekanisme respirasi
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Mahasiswa mampu:
1. mengukur volume dan kapasitas paru
2. menjelaskan spirometri statis dan dinamis

DASAR TEORI
Mengukur Volume Paru dan Kapasitas Paru

Fungsi utama paru-paru sebagai organ respirasi dipengaruhi oleh


proses ventilasi, difusi dan sirkulasi darah yang baik. Pada proses
ventilasi, volume udara yang keluar masuk paru dapat diukur dengan
spirometer. Hasil pengukuran dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu
volume paru dan kapasitas paru.

Volume Paru
Volume paru adalah volume udara yang menempati ruangan
udara dalam paru-paru. Volume paru ada dua macam, yaitu: volume
paru statik dan volume paru dinamik.

1. Volume Paru Statik


Volume paru statik adalah volume paru yang diukur tanpa
kekuatan paksa orang coba. Volume paru statik yang dapat diukur
dengan spirometer sederhana adalah:
a. Volume tidal (tidal volume = TV), yaitu volume udara yang keluar
masuk paru-paru pada saat pernafasan biasa. Pada orang dewasa
muda, VT = ± 500 mL (laki-laki dan perempuan sama).
b. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume = IRV), yaitu
volume udara yang masih dapat dihirup maksimal setelah inspirasi
biasa. Nilai normal = ± 3300 mL (laki-laki), 1900 mL (perempuan).
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 65

c. Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume = ERV),


yaitu volume udara yang dapat dikeluarkan maksimal setelah
ekspirasi biasa, besarnya Nilai normal = ± 1000 mL (laki-laki), 700
mL (perempuan).

2. Volume Paru Dinamik


Volume paru dinamik diukur dengan orang coba bernafas aktif
dan berkekuatan penuh. Volume paru dinamik yang diukur yang paling
sering adalah: Volume udara ekspirasi paksa pada detik pertama
(forced expiratory volume 1 second = FEV1). FEV1 adalah volume udara
yang dikeluarkan maksimal selama 3 detik pertama ekspirasi setelah
inspirasi maksimal.

Kapasitas Paru
Kapasitas paru adalah gabungan dua atau lebih volume paru.
Kapasitas paru yang dapat diukur dengan spirometer sederhana
adalah:
a. Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity = IC), yaitu gabungan TV
dan IRV.
b. Kapasitas vital (vital capacity = VC), yang dapat diukur dengan dua
cara:
1. VC satu tahap (VC one stage)
2. VC dua tahap (VC two stages)

VC satu tahap lebih sering dilakukan daripada VC dua tahap. VC


satu tahap dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut:
a. VC one stage expiration
Menghirup udara maksimal diikuti ekspirasi maksimal. Dengan
demikian, pada cara ini udara yang diukur adalah udara yang
dikeluarkan.
b. VC one stage inspiration
Mengeluarkan udara semaksimal mungkin diikuti inspirasi
maksimal. Dengan demikian, pada cara ini udara yang diukur
adalah udara yang dihisap.
66 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

VC dua tahap diperoleh dengan melakukan IC dan ERV, yang


diselingi dengan nafas biasa. Dengan demikian, pada cara ini, VC
diperoleh dengan menjumlahkan IC dan ERV. Nilai normal kapasitas
vital paru = ± 4800 mL (laki-laki), 3100 mL (perempuan).
Kapasitas paru yang dapat diukur dengan spirometer dinamis
adalah kapasitas vital paru paksa (forced vital capacity = FVC atau timed
vital capacity = TVC). Rasio FEV1/FVC digunakan untuk mendeteksi
kelainan saluran pernafasan restriksi atau obstruksi. Kelainan paru
restriksi apabila kelainan atau kerusakan terjadi pada jaringan paru-
paru, misalnya pada pneumonia yang berat dan tuberculosis. Pada
kelainan paru restriksi pengembangan saluran nafas terganggu.
Kelainan paru obstruksi apabila terjadi penyempitan saluran napas,
seperti pada: asma bronkhiale. Pada kelainan paru obstruksi kecepatan
aliran udara pernafasan nafas terganggu.
Kapasitas vital paru dapat diperkirakan dengan menggunakan
formula tertentu yang memperhitungkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kapasitas vital paru, seperti: jenis kelamin, usia, dan
tinggi badan. Kapasitas vital prediksi dapat dihitung dengan rumus
Baldwin sebagai berikut:
a. Kapasitas vital prediksi bagi laki-laki (mL) = 27,63 – (0,112 x usia) x
tinggi badan (cm).
b. Kapasitas vital prediksi perempuan (mL) = 21,78 – (0,101 x usia)
x tinggi badan (cm).
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 67

TUGAS PRAKTIKAN
Alat
1. Portable Spirometer (Auto Spiro Pal, Minato, Japan, AS-5005).
2. Kapas Alkohol

Cara Kerja
Selama melakukan percobaan lubang hidung orang coba harus
ditutup dan menghembuskan udara pernafasan ke dalam spirometer,
lewat mouth piece secara benar tanpa melihat skala pada spirometer;
masing-masing pengukuran dilakukan tiga kali.
a. Untuk mengukur volume tidal, orang coba melakukan pernapasan
biasa (pernafasan alun tidal secara reflekstoris) minimal tiga siklus,
kemudian memasukkan udara ekspirasi ke dalam mulut pipa.
b. Untuk mengukur volume cadangan inpirasi, orang coba melakukan
inpirasi sekuat-kuatnya dan memasukan udara ekspirasi sampai
ekspirasi normal ke dalam mulut pipa.
c. Untuk mengukur volume cadangan ekspirasi, orang coba
melakukan inspirasi secara biasa kemudian melakukan ekspirasi
biasa dan setelah itu memasukan udara ke mulut pipa dengan
ekspirasi sekuat-kuatnya.
d. Untuk mengetahui kapasitas inspirasi, dilakukan penjumlahan
volume tidal dan volumen cadangan inspirasi.
e. Untuk mengukur kapasitas vital, orang coba melakukan inspirasi
sekuat-kuatnya diikuti ekspirasi sekuat-kuatnya.
f. Tentukan kapasitas vital prediksi dengan formula Baldwin.
68 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Hasil Praktikum
Mengukur Volume Dan Kapasitas Paru

1. Probandus
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Tinggi Badan :
Berat Badan :

2. Keadaan Lingkungan
Suhu Kamar :
Kelembaban udara :
Tekanan Udara :

3. Posisi Tubuh :

4. Hasi Percobaan :

a. Volume tidal : 1)...................... mL


2) mL
3) … ...................mL

b. Volume cadangan inspirasi : 1)… ...................mL


2) … .................. mL
3) … .................. mL

c. Volume inspirasi : 1)… ...................mL


2) … .................. mL
3) … .................. mL
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 69

d. Kapasitas inspirasi : 1)… ...................mL


2) … .................. mL
3) … .................. mL

e. Kapasitas vital : 1)… ...................mL


2) … .................. mL
3) … .................. mL

f. Kapasitas vital prediksi : ......................... mL

5. Analisis

6. Kesimpulan

Yogyakarta, ……………………

Tanda tangan Instruktur Tanda tangan Praktikan

(……………………………) (…………………………)
70 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

TOPIK : Praktikum Fisiologi


PERTEMUAN KE : 2
SUB TOPIK : Mengukur Vo2 Max, Secara Indirect
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM: Mahasiswa mampu respon sistem
kardiovaskular terhadap olahraga.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Mahasiswa mampu:
1. mengukur VO2 maksimal yang diperkirakan secara tidak langsung
melalui perubahan frekuensi denyut jantung saat berolah raga.
2. menjelaskan perubahan curah jantung, volume sekuncup jantung,
dan frekuensi denyut jantung saat berolah raga.

DASAR TEORI
Mengukur Vo2 Max, Secara Indirect

Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau perubahan.


Energi tidak dapat dibentuk/ dirusak; yang ada adalah perubahan dari
bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain (Hukum Kekekalan
Energi).
Tubuh, melalui proses katabolisme, mengubah energi potensial
yang ada dalam makanan menjadi energi kinetik. Perubahan bentuk
energi tersebut tidak terjadi secara langsung melainkan terlebih dahulu
disimpan dalam bentuk adenosine triphosphat (ATP). ATP mengandung
ikatan phosphat berenergi tinggi, sehingga apabila dipecah akan
menghasilkan energi yang besar.
Tubuh menghasilkan ATP melalui tiga mekanisme berikut:
1. Sistem ATP-Fosfokreatin
2. Jalur glikolisis
3. Jalur fosforilasi oksidatif.
Dari ketiga jalur produksi ATP tersebut, fosforilasi oksidatif
menghasilkan jumlah energi yang terbesar. Dalam menghasilkan energi,
jalur fosforilasi oksidatif memerlukan O2. Dengan demikian, jumlah O2
per satuan waktu yang digunakan oleh tubuh mencerminkan tingkat
metabolisme oksidatif. Pada saat tubuh kita memerlukan sedikit
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 71

energi, misalnya dalam keadaan istirahat, jumlah O2 yang diperlukan


tubuh juga kecil. Akan tetapi, pada saat tubuh bekerja/berolahraga,
maka tubuh memerlukan jumlah O2 yang lebih banyak.
Untuk memenuhi kebutuhan O2 tubuh pada saat bekerja/
berolahraga, diperlukan adaptasi sistem kardiovaskular dan respirasi.
Saat tubuh bekerja/berolahraga, curah jantung meningkat untuk
memenuhi kebutuhan darah yang kaya O2 di jaringan perifer, terutama
otot rangka.
Curah jantung (cardiac output) dipengaruhi volume sekuncup
jantung (stroke volume) dan frekuensi denyut jantung (heart rate).
Hubungan antarparameter kardiovaskular tersebut dinyatakan dalam
formulasi sebagai berikut:

Curah jantung = volume sekuncup x frekuensi denyut jantung

Berdasarkan formula tersebut maka terdapat dua mekanisme


untuk meningkatkan curah jantung sebagai respon tubuh terhadap
aktivitas/olah raga:
1. Peningkatan volume sekuncup
2. Peningkatan frekuensi denyut jantung

Cara yang kedua kurang efektif karena dua alasan berikut: volume
O2 yang diambil lebih sedikit dan adanya batas maksimal peningkatan
frekuensi denyut jantung berdasarkan usia dan jenis kelamin. Apabila
pengingkatan curah jantung dicapai melalui peningkatan frekuensi
denyut jantung, maka orang tersebut akan cepat lelah. Sebaliknya,
apabila cara pertama yang ditempuh untuk meningkatkan curah
jantung maka frekuensi denyut jantung tidak perlu meningkat tajam
sejak awal aktivitas/olah raga dan orang tersebut tidak cepat lelah.
Dengan kata lain, orang tersebut lebih bugar.
72 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

TUGAS PRAKTIKAN
Alat
1. Sepeda ergometer Monark
2. Timbangan berat badan
3. Tensimeter digital
4. Stetoskop
5. EKG
6. Metronom
7. Stop watch

Subyek/ Orang Coba


• Tidak berolahraga sebelumnya
• Tidak merokok paling tidak 30 menit sebelumnya
• Terakhir makan berat 2,5 jam sebelumnya/ makan ringan 1 jam
sebelumnya

Pelaksanaan
1. Orang coba diukur berat badan, kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik dan perekaman EKG (12 lead/hantaran). Apabila
orang coba dalam keadaan tidak sehat, maka tidak diperkenankan
melakukan tes ini.
2. Probandus duduk di atas sepeda, tinggi sadel disesuaikan dengan
panjang tungkai.
3. Pasangan elektrode EKG, elektrode merah dipasang di dada bagian
atas di tengah-tengah, elektrode hitam dipasang di pinggang
sebelah kanan, dan elektrode kuning dipasang di pinggang
sebelang kiri. Dipergunakan hantaran I EKG.
4. Metronom dipasang pada angka 100, sehingga orang coba
mengayuh pedal 50 siklus dalam satu menit. Pada sepeda
ergometer Monark, jarak tempuh satu siklus kayuhan pedal = 6
meter.
5. Beban awal ditetapkan pada angka 1 kilopound (kp). Orang coba
mengayuh pedal sesuai dengan irama metronom selama 6 menit.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 73

Dengan breaking power awal sebesar 1 kp maka orang coba


mendapat beban awal 300 kpm. Formula penghitungan:

Beban = breaking power x siklus kayuhan x jarak tempuh


= 1 kp x 50 siklus x 6 meter/siklus
= 300 kpm

6. Setiap 6 menit apabila mampu, beban dinaikkan: bagi orang coba


laki-laki kenaikannya 300 kpm (300, 600, 900 kpm dan seterusnya),
sedangkan bagi orang coba perempuan kenaikannya adalah 150
kpm (300, 450, 600, 750 kpm dan seterusnya).
7. Kayuhan sepeda dihentikan apabila denyut jantung sudah
mencapai 170 x/menit atau karena orang coba merasa lelah,
pusing menjadi lemah dan lain sebagainya.
8. Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap 5 menit sekali.
9. Pengukuran frekuensi denyut jantung dilakukan setiap menit
dengan mempergunakan EKG.

Perhitungan:
Frekuensi denyut jantung yang dipergunakan adalah denyut
jantung dua menit terakhir sebelum kayuhan dihentikan karena sebab
apapun juga.

Contoh:
Frekuensi denyut jantung menit ke-5= 160
Frekuensi denyut jantung menit ke-6 = 168
Jumlah = 328
Rerata = 328/2 = 164

Beban yang dapat diatasi 900 kpm (orang coba laki-laki).


Dilihat dari tabel Astrand, hasilnya = 2,7 L/menit atau 2.700 cc/
menit. Kemudian dicocokkan dengan faktor koreksi berdasarkan umur,
misalnya umur 18 tahun, hasilnya faktor koreksi 1,10. Maka VO2 max.
yang terhitung adalah 2.700 x 1,10 cc/menit = 2.970 cc/menit.
74 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

BB probandus 50 kg, maka

VO2 max = 2.970 cc/menit = 56,6 cc/kg/menit


50 kg

Jika diukur tingkat kebugaran jasmaninya menurut Cooper, maka


hasilnya adalah baik sekali, sementara menurut Astrand, maka daya
aerobik maksimumnya adalah sangat tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Astrand, P.E. Ergometry – Test of “Physical Fitness”, Monark AB,
Varberg, Sweden.
2. Buku Kerja Praktikum Dasar Latihan, Program Magister Ilmu
Kesehatan Olahraga, Universitas Airlangga.
3. Guyton, A.C. & Hall, J.E., 2015, Textbook of Medical Physiology,
W.B. Sounders Company, Philadelphia.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 75

TOPIK : Praktikum Patologi Klinik


PERTEMUAN KE 1
SUB TOPIK : Pengambilan Darah Kapiler Dan Vena
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM: Mahasiswa mampu menjelaskan
dasar-dasar pengambilan spesimen darah melakukan pengambilan
darah vena dan kapiler
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:
1. Mahasiswa menjelaskan sikap pemeriksa dalam pengambilan
spesimen darah vena dan kapiler
2. Mahasiswa mampu menjelaskan persiapan penderita
pemeriksa dalam pengambilan spesimen darah vena dan
kapiler
3. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam
antikoagulan
4. Mahasiswa mampu melakukan pengambilan darah vena dan
kapiler
5. Mahasiswa mampu menjelaskan hal-hal yang harus
diperhatikan dalam penyimpanan dan pengiriman specimen
6. Mahasiswa mampu menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi
proses pemeriksaan spesimen
7. Mahasiswa mampu menjelaskan sistem pencatatan dan
pelaporan
8. Mahasiswa mampu menjelaskan satuan dan nilai rujukan

DASAR TEORI
Pengambilan Darah Kapiler Dan Vena

Pemeriksaan laboratorium meliputi kegiatan pra-analitik,


analitik dan post-analitik. Pengambilan darah merupakan proses pra-
analitik berkaitan dengan specimen yang akan diperiksa. Diperlukan
perhatian yang serius dan cermat ketika mengambil spesimen darah
agar hasil yang diharapkan sesuai dengan keadaan sesungguhnya dari
penderita.
76 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

A. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan


1.1. Sikap Dan Pemeriksaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan bahan
untuk pemeriksaan hematologi:
a. Faktor pemeriksa
- Tidak kasar / sabar
- Tidak menakutkan, terutama bila penderita anak kecil
- Tidak menunjukkan sikap ragu-ragu
- Terampil dan tidak ceroboh
- Bekerja secara sistematis
- Bekerja secara aseptis, bersih
- Tidak makan / minum / merokok di laboratorium
- Hindarkan pencemaran lingkungan
- Perhatikan keselamatan orang lain dan diri sendiri
b. Persiapan penderita
- Bila tidak ada keperluan tertentu, bahan pemeriksaan
diambil dalam keadaan puasa 12 jam.
- Bila penderita makan sesaat sebelum diambil darahnya,
maka akan meningkatkan volume plasma.
- Aktivitas fisik akan meningkatkan Hb, Eritrosit dan LED.
- Posisi pada saat pengambilan tidur akan menurunkan Hb
dan Hematokrit.
- Beberapa jenis obat akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
1.2. Macam Bahan Pemeriksaan
Macam bahan yang aka diambil sesuai dengan pemeriksaan
yang akan dilakukan. Misalnya darah vena : untuk pemeriksaan
darah rutin, darah kapiler untuk hitung sel.
Macam-macam bahan pemeriksaan:
a. Darah vena
Bayi baru lahir : Vena Umbilicalis
Bayi : Vena Jugularis externa
Dewasa : Semua vena superfisial
Terbaik : Vena Mediana cubiti
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 77

Gambar 1. Tempat pengambilan darah vena

b. Darah Kapiler
Anak / Bayi : Sisi kanan dan kiri bagian tumit kaki
Dewasa : Sisi kanan dan kiri 3 (tiga) ujung jari
tangan
78 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Gambar 2. Tempat pengambilan darah kapiler

1.3. Cara Pengambilan


a. Darah Kapiler
Sampel darah kapiler dapat dipergunakan untuk
pemeriksaan:
• Hb
• Hitung sel
• Mikrohematokrit
• Golongan darah
• Parasit malaria
Alat yang dipergunakan : Lancet steril dan kapas
Reagensia : Alkohol 70%
Cara pengambilan:
1. Massage jari tangan (telunjuk, jari tengah atau jari manis).
Desinfeksi dengan alkohol 70%, biarkan kering tanpa ditiup.
2. Lokasi penusukan ujung jari tangan sebelah kiri/kanan
(lihat gambar).
Lakukan penusukan dengan lancet secara sekonyong-
konyong, sedalam kurang lebih 2-3 mm sampai darah
mengalir bebas.
3. Buang tiga tetesan yang pertama
4. Mengambil sampel langsung dari jari
5. Gunakan kapas untuk menghentikan darah sesudah
pengambilan sampel selesai
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 79

Catatan :
- Bila melakukan penusukan kemungkinan akan
mendapatkan kesulitan, bungkus dulu ujung jari dengan
kain yang telah dicelupkan kedalam air hangat.
- Harus bekerja secara cepat agar darah tidak membeku.
- Bila penusukan lambat akan menyebabkan darah
membeku sebagian dan akan menyebabkan hasil rendah
palsu.
- Bila tusukan kurang dalam dan kemudia diperas-peras,
akan menyebabkan hasil rendah palsu.
- Tempat tusukan cyanotik juga akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
b. Darah Vena
Sampel darah yang dapat ditampung dengan atau tanpa
antikoagulan. Dengan darah vena dapat diperoleh bermacam-
macam sampel, yaitu:
• Whole blood / darah penuh
• Plasma
• Serum
• Defibrinated blood
• Clot blood
Tempat pengambilan :
Semua vena superfisialis, biasanya vena mediana cubiti
Alat yang dipergunakan :
- Disposible spuit
- Torniquet
- Kapas
- Botol penampung
Reagensia: - Alkohol 70%
- Antikoagulan (sesuai kebutuhan)
Cara pengambilan:
1. Bendung disebelah proximal vena yang akan diambil
agar tampak lebih jelas, penderita diminta mengepal-
ngepalkan tangannya.
80 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Gambar 3

2. Lakukan desinfeksi pada daerah tersebut dengan kapas


alkohol 70%

Gambar 4

3. Periksa spuit, adakah udara, jarum kencang, bisa dihisap


dengan mudah

Gambar 5
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 81

4. Setelah alkohol kering (tidak ditiup-tiup), kulit ditegangka,


tusuk dengan jarum dengan sudut 45 derajat, arah jarum
sejajar dengan arah vena, jarum menghadap ke atas

Gambar 6

5. Setelah vena terasa tertusuk, jarum diputar menghadap


kebawah. Tusukan dilanjutkan menghadap ke vena.
Darah akan mengalir dengan sendirinya bila tusukan
tepat. Kepalan tangan dibuka, darah dihisap pelan-
pelan.
Ambil darah sesuai kebutuhan.

Gambar 7
82 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

6. Lepas torniquet, jarum ditarik, tekan dengan kapas


alkohol. Penderita diminta untuk tetap menekan dengan
kapas alkohol.
Gambar 8

7. Lepas jarum dari spuit, tuang darah ke dalam botol


penampung dengan cara mengalirkan darah lewat
dinding botol penampung. Campur perlahan-lahan
dengan menggeser atau membolak-balikkan botol.

Gambar 9
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 83

8. Jangan lupa memberi identitas penderita

Gambar 10

Catatan :
- Daerah pengambilan mengalami kongesti akan menyebabkan
hemokonsentrasi.
- Khusus untuk pemeriksaan koagulasi, penusukan harus satu
kali/tidak diulang-ulang.
- Alat penampung harus bersih dan kering.
- Bila akan menunda pemeriksaan, harus diberi antikoagulan.
- Pada saat menuang darah spuit ke dalam botol, jarum harus
dilepas, tidak boleh disemprotkan (harus dialirkan lewat
dinding tabung) dan tidak boleh dikocok terlalu keras.

1.4. Antikoagulansia
Karena suatu hal kadang-kadang kita tidak dapat segera melakukan
pemeriksaan sehingga kita memerlukan zat yang menyebabkan
darah tidak membeku. Ada bermacam-macam cara yang dapat
dilakukan:
1. Dengan memakai antikoagulansia
2. Dengan memperoleh darah febrinasi.
3. Dengan meggunakan alat-alat yang dilapisi silikon (dengan
alat ini pembekuan diperlambat).
84 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Macam antikoagulansia :
a. EDTA (Ethylen Diamine Tetra Acetit acid)
- Dipakai dalam betuk garam Natrium, Kalium atau
Lithium
- Sedikit Toxic
- Dipakai untuk hematologi rutin
- Takaran yang diperlukan adalah 1,25 – 1,75 mg/ml
darah
- Bila dosis > 2 mg/ml darah akan menyebabkan :
• Sel darah merah degenerasi
• Hematokrit menurun
• MCV menurun
• MCHC meningkat
• Trombosit false meningkat
Digunakan untuk pemeriksaan:
• Rutin
• Hematokrit
• Osmosic Fragility Test
• Golonga darah
• Hitung sel
• Tidak dapat digunakan dalam studi koagulasi,
prothrombin time
• Dapat digunakan dalam bentuk larutan dengan
konsentrasi 10%.
b. Heparin
- Takaran darah Dacie : 12,5 – 17,5 IU/ml darah
- Kosasih : 1,0 mg/10 ml darah
- Harga mahal
- Guna untuk pemeriksaan:
• Osmotic Fragility Test
• Hemoglobin
• Hitung sel
• Hematokrit
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 85

• Golongan darah
- Tidak dapat digunakan untuk darah hapus yang
menggunakan cat Romanowsky.
c. Tri Sodium Sitrat
- Dipergunakan dalam bentuk larutan : 0,106 M = 3,13%
- Takaran = 9 volume darah : 1 volume antikoagulan
- Digunakan untuk studi koagulasi
d. Natrium Sitrat 3,8%
- Tidak toxic, maka dapat dicampur dalam spuit saat
pengambilan darah
- Aturan pakai : untuk studi koagulasi dipakai perbandingan
darah dan anti koagulan 9 : 1
- LED dipakai darah dan antikoagula 4 : 1
- Dapat dipergunakan untuk pemeriksaan:
• LED (Laju Endap Darah)
• Studi koagulasi
• Transfusi
e. Double Oxalat
- Bersifat toxic
- Digunakan dalam bentuk kering
- Dengan takaran : 2 mg/ml darah
- Mempengaruhi bentuk sel darah sehingga terjadi
hemolisis
- Dapat dipergunakan untuk pemeriksaan :
• Kadar Hb
• LED
• Perhitungan sel darah
• Pemeriksaan OFT
• Golongan darah
f. Natrium Fluorida
- Digunakan untuk pemeriksaan Glukosa darah
- Antikoagulan ini dapat mencegah Glukolisis
- Takaran pemakaian 10 mg/ml darah
g. A C D (Acid Citrate Dextore)
86 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

- Takaran pakai tiap 1 ml untuk 4 ml darah


- Digunakan dalam : Dinas transfusi; Menyimpan darah;
Pemeriksaan radioisotop (pemeriksaan Hematologi)

Penyimpanan bahan
Untuk pemeriksaan hematologi sedapat mungkin tidak
menunda pemeriksaan, tetapi bila terpaksa harus menunda
harus diberi antikoagulan. Batas waktu yang disarankan bila
darah disimpan di temperatur ruang:
- Hemoglobin : relatif stabil
- Lekosit : 2 jam
- Eritrosit / hematokrit : 6 jam
- Sediaan apus darah tepi : 1 jam
- LED : 2 jam
- Trombosit : 1 jam
- Retikulosit : 6 jam

Pengiriman Bahan
Bila bahan pemeriksaan hemtologi harus kita kirim / rujuk ke
lain tempat, maka harus diperhatikan hal-hal dibawah ini:
- Jarak tempat rujukan dengan batas kadaluwarsa bahan
- Penampungan harus benar-benar rapat, terfixir sehingga
tak ada yang tumpah, tidak hemolisis karena goncangan,
tidak ada es yang tercampur.
- Harus diberi es / es kering.
- Perhatikan proses pengangkutan bila kita tidak mengirim
sendiri bahan tersebut.

1.5. Proses Pemeriksaan


Dipengaruhi oleh berbagai macam sebab:
- Bahan pemeriksaan
- Alat yang digunakan
- Reagensi yang dipakai, batas kadaluwarsa dan kualitasnya
- Suhu ruangan
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 87

- Stabilitas tegangan listrik


- Metode yang digunakan
- Faktor pemeriksa:
- Penguasaan teori - Terampil
- Teliti - Motivasi

1.6. Pencatatan Dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan sangat penting sebab walaupun
semua proses berjalan dengan baik kalau proses pencatatan dan
pelaporan tidak baik, hasil yang keluar juga tidak baik.

1.7. Sistem Satuan, Nilai Dan Nilai Rujukan


Dalam pelaporan hasil harus diperhatikan:
- Satuan yang dipergunakan menggunakan satuan konvensional
atau satuan internasional (SI)
- Nilai normal yaitu nilai yang didapatkan pada kelompok orang
yang nampak sehat.
- Nilai rujukan yaitu nilai yang didapatkan pada sekelompok
tertentu.
88 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

TOPIK : Praktikum Patologi Klinik


PERTEMUAN KE : 2
SUB TOPIK : Indeks Eritrosit
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM: Mahasiswa mampu menjelaskan
dan melakukan penentuan Indeks
Eritrosit
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dan melakukan peme-
riksaan hemoglobin
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dan melakukan peme-
riksaan Hematokrit
3. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dan melakukan peme-
riksaan Jumlah Eritrosit
4. Mahasiswa mampu menghitung indeks eritrosit

DASAR TEORI
Indeks Eritrosit

Meskipun klasifikasi anemia yang berdasarkan penyebabnya


(misalnya kegagalan produksi sel darah merah atau kehilangan
berlebihan atau penghancuran sel darah merah) telah dipergunakan,
namun klasifikasi yang paling bermanfaat sekarang adalah klasifikasi
berdasarkan pada indeks sel darah merah (Tabel 1) oleh karena
perlengkapan elektronik modern dapat mengukur dengan tepat ukuran
sel darah merah dan kadar haemoglobin. Klasifikasi ini mempunyai dua
keuntungan besar:
1. Jenis anemia (ukuran sel darah merah dan kadar haemoglobinnya)
menunjukkan kelainan yang mendasari dan oleh karena itu
pemeriksaan lebih lanjut sangat berguna dalam memastikan suatu
diagnosis.
2. Indeks sel darah merah dapat memberi dugaan abnormalitas
yang mendasari sebelum anemia yang ditentukan sebelumnya
berkembang, misalnya makrositosis (sel darah merah besar)
dengan defisiensi vitamim B12 atau folat pada tingkat dini.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 89

Indeks abnormal juga dapat menunjuk suatu kelainan pentign di


mana anaemia mungkin tidak terjadi, misalnya beberapa kasus
thalassemia di mana sel darah merah sangat kecil (mikrositik)
tetapi karena jumlahnya yang meningkat, konsentrasi haemoglobin
dalam darah adalah normal.

Tabel 1. Klasifikasi anemia


Mikrositik, hipokromik MCV, MCH berkurang
(MCV < 80 fl) (MCH < 27 pg)
misalnya defisiensi besi, thalassemia
Normositik, normokromik MCV, MCH normal
(MCV 80-95 fl) MCH 27-34 pg)
Misalnya setelah kehilangan darah akut,
sebagian besar anemia hemolitik dan anemia
sekunder, kegagalan sumsum tulang.
Makrositik MCV meningkat (>95 fl)
Misalnya anemia megaloblastik

Dua keadaan fisiologis yang menyebabkan nilai MCV lebih dari normal
adalah bayi baru lahir dan kehamilan. Pada bayi baru lahir selama
beberapa minggu MVC tetap tinggi tetapi berangsur turun dan
mencapai 70 fl pada umur satu tahun. Selanjutnya perlahan meningkat
sepanjang masa anak sampai batas dewasa normal. Pada kehamilan
normal terdapat sedikit peningkatan MCV.

TUGAS PRAKTIKAN
2.1. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
A. Metode Sahli
Prinsip pemeriksaan:
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat
perubahan Hb menjadi hematin-asam setelah penambahan HCl
0,1 N. Dengan mengencerkan larutan campuran tersebut dengan
akuades sampai warnanya sama dengan warna batang gelas
standard, kadar hemoglobin dapat ditentukan.
90 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Alat dan reagen yang digunakan :


- Pipet sahli 20 ul - Larutan HCl 0,1 N
- Hemoglobinometer Sahli - Akuades
- Batang pengaduk dari kaca - Pipet untuk akuades
Sampel:
- Darah kapiler
- Darah vena
Cara pemeriksaan:
* Isi tabung pengencer dengan HCl 0,1 N sampai angka 2
* Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan
sampai ada gelembung udara.
* Hapus darah yang apa pada ujung pipet.
* Tuang darah ke dalam tabung pengecer, bilas HCl bila masih
ada darah dalam pipet.
* Biarkan 1 menit
* Tambahkan aquadest tetes demi tetes, aduk dengan batang
kaca pengaduk.
* Bandingkan larutan dalam tabung pengencer dengan warna
larutam standard.
* Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan,
baca kadar Hb pada skala yang ada di tabung pengencer.

Catatan:
Bila menggunakan darah kapiler kemungkinan akan
memberikan hasil yang lebih rendah bila dipijit-pijit pada
waktu pengeluaran darah setelah selesai penusukan.

B. Sianmethemoglobin (Kolorimetri/Fotometrik)
Prinsip Pemeriksaan :
Hemoglobin oleh K3Fe(CN)6 akan diubah menjadi methemoglobin
yang kemudian akan menjadi hemoglobin sianida (HiCN) oleh KCN.
Penambahan KH2PO4 untuk mengatur pH larutan. Penambahan
non ionic detergent bertujuan mempercepat lisis eritrosit dan
mengurangi kekeruhan HiCN yang terjadi. Waktu perubahan
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 91

hemoglobin menjadi HiCN dengan cara ini sangat cepat yaitu 3


menit. Intensitas warna yang terbentuk diukur pada panjang
gelombang 540 nm.

Alat yang diperlukan adalah:


- pipet volumetrik 5,0 ml
- pipet sahli 20 ul
- spektrofotometer

Larutan Drabkin, yang terdiri dari :


KH2PO4 140 mg
KCN 50 mg
K3 Fe (CN)6 200 mg
Aquadest 1000 ml
Non ionic detergent 0,5 – 1 ml

Stabilitas :
Tahan 3 minggu – 1 bulan
Simpan dalam botol berwarna coklat, ditempat yang sejuk.

Cara kerja:
- Spektrofotometer dinyalakan.
- Panjang gelombang 540 nm Hg
- 3 ml larutan Drabkin sebagai Blanko
- 5 ml larutan Drabkin + 20 ul darah sampel diinkubasi selama
3 - 5 menit
- Baca nilai absorbensi/serapan pada spektrofotometer
- Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan
absorbansinya dengan absorbansi standard atau dibaca
dengan kurva tera yang telah dibuat.

Sumber kesalahan:
- Stasis vena pada waktu pengambilan darah menyebabkan
kadar hemoglobin lebih tinggi dari seharusnya, sebaliknya
92 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

penggunaan darah kapiler menyebabkan kontaminasi cairan


jaringan yang menyebabkan kadar hemoglobin lebih rendah
dari seharusnya.
- Terjadinya bekuan darah .
- Spektrofotometer yang kurang baik, misalnya pengaturan
panjang gelombang yang tidak tepat. Untuk itu perlu dikalibrasi
panjang gelombang. Perubahan pada spektrofotometer
mengharuskan kita untuk membuat kurva standard baru.
- Darah yang lipemik dapat menyebabkan hasil yang lebih tinggi
dari seharusnya.
- Adanya lekositosis berat (> 50.000 /ul) menyebabkan hasil
ukuran kadar hemoglobin lebih tinggi dari seharusnya.

Nilai rujukan menurut Dacie:


* Dewasa laki-laki : 12,5 – 18,0 gr %
* Dewasa wanita : 11,5 – 16,5 gr %
* Bayi < 3 bulan : 13,5 – 19,5 gr %
* Bayi > 3 bulan : 9,5 – 13,5 gr %
* Umur 1 tahun : 10,5 – 13,5 gr %
* Umur 3 – 6 tahun : 12,0 – 14,0 gr %
* Umur 10 – 12 tahun : 11,5 – 14,5 gr %

2.2 Pemeriksaan Hematokrit:


Volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume).
Istilah nilai hematokrit adalah presentase volume eritrosit dalam
darah yang telah dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan
tertentu dan dalam waktu tertentu. Berdasarkan atas reproduksiblitas
dan sederhananya, pemeriksaan tersebut merupakan salah satu
pemeriksaan yang paling dapat dipercaya diantara parameter lainnya,
yaitu kadar Hb dan hitung eritrosit. Dapat dipergunakan sebagai tes
penyaring sederhana terhadap anemia.

Metode pengukuran hematokrit secara manual ada 2, yaitu:


Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 93

1. Metode makro yang menggunakan tabung Wintrobe


2. Metode mikro yang menggunakan tabung kapiler

Meskipun ketepatannya relatif kurang tetapi metode mikro lebih


banyak dipergunakan oleh karena waktu sentrifugasinya lebih pendek,
serta spesimen yang diperiksa lebih sedikit.

Metode mikro-hematokrit
Penggunaan tabung hematokrit yang kapasitas dan diameternya
lebih kecil dari tabung Wintrobe sangat tepat untuk cara pemeriksaan
rutin dalam klinik. Disamping itu tabung tersebut dapat digunakan
untuk penampungan darah kapiler secara langsung.
Pada anemia makrositik terdapat sedikit kenaikan jumlah plasma,
dengan adanya sferosit pada sferositoris, thalassemia, anemia
hipokromik dan anemia sel sabit peningkatan volume plasmanya lebih
tinggi.

Prinsip pemeriksaan :
Darah EDTA atau kapiler disentrifus, sel-sel eritrositnya akan
dimampatkan. Tingginya kolom eritrosit diukur dinyatakan dalam %
darah tersebut.

Alat:
1. Tabung kapiler hematokrit ukuran 75 mm, diameter 1 mm.
Ada yang berisi heparin (khusus untuk darah kapiler) dan ada
yang tidak berisi antikoagulan untuk darah-antikoagulan misal
darah EDTA
2. Semen untuk penutup salah satu ujung tabung hematokrit
3. Alat sentrifus khusus untuk mikrohematokrit yang berkapasitas
putar 11.500-15.000 rpm.
4. Alat baca/skala mikrohematokrit

Sampel: Darah kapiler (langsung) atau darah EDTA


94 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Cara kerja:
1. Isilah kira-kira 2/3 tabung kapiler dengan darah penderita
2. Tutuplah dengan semen yang tersedia pada salah satu
ujungnya
3. Taruhlah tabung kapiler tersebut dalam sentrifus dengan
ujung yang tertutup ke arah luar.
4. Putarlah sentrifus selama 5 menit
5. Bacalah tabung tersebut menggunakan alat baca yang
tersedia.

Nilai normal:
• Pria Dewasa : 41 – 53%
• Wanita : 36 – 46%
• Anak < 6 tahun : 34 – 40%
• Neonatus : 42 – 60%

Sumber kesalahan:
1. Pengelolaan spesimen : bila menggunakan antikoagulan
oksalat hasil terlalu rendah
2. Kesalahan teknis : cara menutup ujung hematokrit kurang
sempurna, putaran sentrifus tidak cukup atau setelah selesai
tidak segera dibaca

2.3 Jumlah Eritrosit


Prinsip pemeriksaan:
Untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah
hemolisis, darah diencerkan dalam larutan pengencer isotonis.

Alat dan reagensia :


1. Mikroskop
2. Pipet eritrosit atau mikropipet 20 l
3. Bilik Hitung Improved Neubaur
4. Larutan pengencer eritrosit; dapat digunakan salah satu
berikut ini :
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 95

a. Larutan Hayem
Natrium sulfat 2,50 g
Natrium klorid 0,50 g
Merkuri klorid 0,25 g
Akuades 100 ml
Pada keadaan hiperglobulinemia larutan ini tidak dapat
digunakankarena akan mengakibatkan presipitasi protein,
rouleaux, aglutinasi.
b. Larutan Gower
Natrium sulfat 12,5 g
Asam asetat glasial 33,3 ml
Akuades 200 ml
Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux sel-sel
eritrosit
c. Natrium klorid 0,85%
Sampel : Darah EDTA atau darah kapiler
Cara kerja :
1. Bilik hitung dicari dengan mikroskop dalam posisi rata, gunakan
pembesaran kecil lensa obyektif 40 kali dan lensa okuler 10
kali (40 x 10). Cari 1 bidang kotak besar di tengah dengan luas
1 mm3 yaitu bidang 5 (kotak di tengah pada gambar). Kotak
tersebut terbagi menjadi 25 kotak sedang dan setiap kotak
terbagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Hitunglah sel-sel eritrosit
yang ada dalam 5 kotak sedang (A, B, C, D, E)
2. Dengan pipet eritrosit pipetlah darah sampai tanda 0,5
serta encerkan dengan larutan pengencer sampai tanda
101. (Pengenceran 200x). Peganglah pipet eritrosit tersebut
sedemikian rupa sehingga kedua ujung pipet terletak di antara
ibu jari dan telunjuk tangan kanan. Kocoklah selama 3 menit
supaya homogen. Atau dapat juga dengan cara 20 l darah
diencerkan ke dalam tabung reaksi ukurang 75 x 12 mm yang
telah diisi 4 ml larutan pengencer, tutup dengan karet dan
campur dengan cara goyangkan sambil memutar, minimal 2
menit.
96 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

3. Pengisian bilik hitung: buanglah 4 tetes pertama dan letakkan


ujung pipet pada bilik hitung tepat batas kaca penutup. Isikan
pada bilik hitung dan biarkan selama 3 menit agar eritrosit
mengendap sehingga mudah dihitung.

Cara menghitung:
1. Pada setiap kotak, sel-sel yang menempel pada sisi kiri dan
bawah ikut dihitung sedangkan yang menempel di sisi kanan/
atas tidak dihitung (lihat gambar 15). Hitunglah sel-sel tersebut
pada 5 bidang kotak sedang A, B, C, D, E (lihat gambar)
2. Perhitungan :
Jumlah sel yang dihitung
Hitung eritrosit = X pengenceran/ mm3
Volume yang dihitung
Jumlah sel yang dihitung
= X 200 / mm3
5 x (0,2 x 0,2 x 0,1)
= N x 10.000 /mm3
Nilai normal :
Laki-laki : 4,5 – 5,9 juta/mm3
Wanita : 4,0 – 5,2 juta/mm3

Sumber kesalahan:
1. Kesalahan dari spesimen
a. Bila hitung eritrosit terlalu tinggi (misal pada polisitemia),
perlu pengenceran lagi, misal : darah sampai tanda 0,2
larutan pengencer 101, pengenceran menjadi 500 kali
b. Sebaliknya bila hitung eritrosit terlalu rendah (pada
anemia), maka darah sampai tanda 1, larutan pengencer
101, pengenceran menjadi 100 kali.
2. Kesalahan alat:
a. Larutan pengencer tercemar darah atau lainnya
b. Alat yang dipergunakan seperti pipet, bilik hitung serta
gelas penutupnya kotor atau basah. Bersihkan dan
keringkan.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 97

3. Kesalahan teknis:
a. Terlalu lama dalam bilik hitung sehingga terjadi
penguapan
b. Aglutinasi, mungkin penggunaan lahan pengencer yang
tidak tepat/salah.
4. Kesalahan cara manual 20%

Gambar 18: Bilik Hitung Improved Neubaur


98 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Gambar 19: Kamar hitung improved Neubaur kotak eritrosit

Gambar 20: Cara menghitung eritrosit dalam bilik hitung


Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 99

2.4 Indeks Eritrosit


Klasifikasi anemia yang berdasarkan penyebabnya (misalnya
kegagalan produksi sel darah merah atau kehilangan berlebihan atau
penghancuran sel darah merah) lazim dipergunakan, namun klasifikasi
yang lebih bermanfaat adalah klasifikasi berdasarkan pada indeks sel
darah merah (Tabel 1) oleh karena perlengkapan elektronik modern
dapat mengukur dengan tepat ukuran sel darah merah dan kadar
haemoglobin. Klasifikasi ini mempunyai dua keuntungan besar:
1. Jenis anemia (ukuran sel darah merah dan kadar haemoglobinnya)
menunjukkan kelainan yang mendasari dan oleh karena itu
pemeriksaan lebih lanjut sangat berguna dalam memastikan suatu
diagnosis.
2. Indeks sel darah merah dapat memberi dugaan abnormalitas
yang mendasari sebelum anemia yang ditentukan sebelumnya
berkembang, misalnya makrositosis (sel darah merah besar)
dengan defisiensi vitamim B12 atau folat pada tingkat dini.
Indeks abnormal juga dapat menunjuk suatu kelainan pentign di
mana anaemia mungkin tidak terjadi, misalnya beberapa kasus
thalassemia di mana sel darah merah sangat kecil (mikrositik)
tetapi karena jumlahnya yang meningkat, konsentrasi haemoglobin
dalam darah adalah normal.

Tabel 1. Klasifikasi anemia


Mikrositik, hipokromik MCV, MCH berkurang
(MCV < 80 fl) (MCH < 27 pg)
misalnya defisiensi besi, thalassemia
Normositik, normokromik MCV, MCH normal
(MCV 80-95 fl) MCH 27-34 pg)
Misalnya setelah kehilangan darah akut,
sebagian besar anemia hemolitik dan anemia
sekunder, kegagalan sumsum tulang.
Makrositik MCV meningkat (>95 fl)
Misalnya anemia megaloblastik
100 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Dua keadaan fisiologis yang menyebabkan nilai MCV lebih dari


normal adalah bayi baru lahir dan kehamilan. Pada bayi baru lahir
selama beberapa minggu MVC tetap tinggi tetapi berangsur turun dan
mencapai 70 fl pada umur satu tahun. Selanjutnya perlahan meningkat
sepanjang masa anak sampai batas dewasa normal. Pada kehamilan
normal terdapat sedikit peningkatan MCV.

Indeks eritrosit ditentukan secara manual dengan rumus perhitungan


sebagai berikut:
Hematokrit
1. MCV : x 10 fl
∑ Eritrosit (juta)
Hemoglobin
2. MCH : x 10 pg
∑ Eritrosit (juta)
Hemoglobin
3. MCHC : x 100 gr/dl RBC
Hematokrit
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 101

TOPIK : Praktikum Patologi Klinik


PERTEMUAN KE : 3
SUB TOPIK : Inflamasi
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM: Mahasiswa mampu menjelaskan
dan melakukan pemeriksaan rutin
berkaitan dengan Inflamasi
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dan melakukan
pemeriksaan Jumlah Leukosit
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dan melakukan
pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
3. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dan melakukan
pemeriksaan Laju Endap Darah

DASAR TEORI

Inflamasi

Inflamasi merupakan proses respon tubuh terhadap adanya


antigen. Leukosit memiliki peran utama dalam reaksi inflamasi. Jumlah
leukosit dan hitung jenis leukosit akan mengalami perubahan sesuai
dengan etiologi inflamasi. Laju endap darah (kecepatan pengendapan
eritrosit) merupakan parameter yang paling sensitif dalam inflamasi.
Pada saat inflamasi terjadi peningkatan protein fase akut yang memicu
peningkatan Laju Endap Darah

TUGAS PRAKTIKAN
3.1 Jumlah Lekosit
Prinsip percobaan :
Darah diencerkan dengan larutan asam lemah maka sel-sel
eritrosit akan mengalami hemolisis serta darah menjadi encer,
tinggallah sel-sel lekosit sehingga lebih mudah dihitung.
102 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Alat dan reagen yang dipergunakan:


1. Hemositometer : - Bilik Hitung Improved Neubaur
- Pipet Leukosit

2. Larutan pengencer Turk : - asam asetat glacial 3ml


- gentian violet 1% 1ml
- akuades 100 ml
3. Mikroskop cahaya

Sampel : darah EDTA atau darah kapiler

Cara kerja:
- Bilik hitung dicari dengan mikroskop dalam posisi rata, gunakan
pembesaran kecil lensa obyektif 10 kali dan lensa okuler 10
kali (10 x 10). Cari 4 bidang kotak besar yang masing-masing
luasnya 1 mm3 yaitu bidang 1, 3, 7, dan 9 ( lihat gambar)
- Hisap darah dengan pipet lekosit sampai tanda 0,5, bila
lebih letakkan ujung pipet pada bahan yang tidak meresap,
misal : kuku atau plastik, sampai darah tepat pada tanda 0,5.
Bersihkan ujung luar pipet tersebut dengan tissue. Kemudian
hisaplah larutan pengencer sampai tanda 11 (pengenceran
1 : 20). Peganglah pipet lekosit tersebut sedemikian rupa
sehingga kedua ujung pipet terletak diantara ibu jari dan
telunjuk tangan kanan. Kocoklah selama 3 menit, agar
semua eritrosit lisis. Cara lain pengencer sebanyak 0,38 ml
dimasukkan dengan menggunakan pipet volumetrik 0,5 ml ke
dalam tabung ukuran 75 x 10 mm, kemudian tambahkan 20
ul darah EDTA dengan pipet sahli ke dalam tabung tersebut
(pengenceran 1 : 20).
- Pengisian bilik hitung : buanglah 4 tetes pertama dan letakkan
ujung pipet pada bilik hitung tepat batas kaca penutup. Isikan
ke dalam bilik hitung tersebut dan biarkan selama 3 menit
agar lekosit mengendap.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 103

Cara menghitung :
Hitunglah sel-sel lekosit pada ke-4 kotak besar bilik hitung. Pada
setiap kotak sel-sel yang menempel pada sisi kiri/bawah ikut
dihitung sedangkan yang menempel di sisi kanan/atas tidak
dihitung (lihat gambar ).
Hitung lekosit/mmk = jumlah sel yang dihitung dalam 4 kotak
besar x pengenceran (20) dibagi volume kotak besar ( 4x0,1x1x1)
mmk = 0,4 mmk.
jumlah sel yang dihitung (N)
Hitung lekosit/mm3 = X pengenceran (20)
Vol. yang dihitung (0,4 mm3)
= N X 50 / mm3
Nilai rujukan menurut Dacie:
- Dewasa pria : 5 – 11 ribu/ mm3
- Dewasa wanita : 5 – 11 ribu / mm3
- Bayi : 10 – 25 ribu / mm3
- 1 tahun : 6 – 18 ribu / mm3
- 12 tahun : 4,5 – 13 ribu / mm3
104 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Gambar 11 : Kamar hitung improved Neubaur kotak leukosit

Gambar 12: Cara menghitung lekosit di dalam kamar hitung


Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 105

Kesalahan:
Lebih kecil dibandingkan eritrosit
Kesalahan biasanya oleh karena:
- Alat
- Reagensia
- Sampel
- Pemeriksa

Perawatan alat :
Pipet Leukosit :
Begitu selesai dipergunakan harus segera dicuci, dengan aquadest
dan disemprot aceton. Bila gagal rendam dalam larutan (salah satu):
- Ethanol 95%
- Asam Acetat 0,5%
- Dikromat cleaning solution
- Larutan sadium Bicarbonat 1%
Bilik Hitung:
- Bersihkan secepat mungkin
- Rendam dalam larutan deterjen 2 – 3 jam
- Bilas air
- Bilas alkohol
- Keringkan dengan kain halus

3.2 Hitung Jenis Leukosit


Membuat Dan Mewarnai Sediaan Hapus Darah Tepi
Alat Yang Dibutuhkan :
1. Obyek glass yang bersih
2. Spreader / penggeser
3. Pipet darah dan pengaduk
4. Bak pengecatan
5. Bak pengeringan
6. Timer
7. Gelas ukur
106 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Reagensia:
1. Cat Romanowsky
Wright
Leishman
May Grunwald
Giemsa (induk/stock)
2. Buffers ditilled water pH 7,2 untuk melarutkan cat (Buffer
Sorensen)
3. Methanol (90%) untuk fiksasi

Bahan :
Darah vena atau darah kapiler

A. Cara membuat preparat darah apus :


1. Ambil obyek glass yang bersih, letakkan 1 tetes darah di sisi
kanan

Gambar 13

2. Sentuh tetesan darah dengan spreader, darah akan melebar


sepanjang spreader
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 107

Gambar 14

3. Dorong spreader ke arah kiri dengan sudut 45 derajat,


keringkan

Gambar 15
108 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

4. Amati Preparat , jika:


- Tipis
- Rata
- Tidak terputus-putus
- Ekor tidak robek
- Bentuk seperti peluru

Gambar 16

5. Fiksasi dengan methanol 90% selama 10 menit (beberapa


buku menyebutkan cukup 2-3 menit)
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 109

Gambar 17

6. Buat larutan Giemsa kerja dari Giemsa stock dan buffer


sornsen dengan perbandingan 1 : 9 untuk buffer-nya. Buat
baru setiap hari.
Gambar 18

7. Preparat yang telah dicat digenangi larutan Giemsa selama 15


menit
8. Cuci dengan air yang mengalir
9. Keringkan di udara
10. Setelah kering dapat diolesi lacquer
110 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

B. Cara membaca sediaan darah hapus


Preparat darah tepi dibagi kedalam beberapa zone seperti di
bawah ini.

Gambar 19

1 2 3 4 5 6

Keterangan :
1. Zone I (Irregular zone) 3%
Terlihat distribusi eritrosit tidak teratur dan bertumpuk.
2. Zone II (Thin zone) 14%
Terlihat distribusi tidak teraturdan merata, saling bertumpukan
dan berdesak-desakan.
3. Zone III (Thick zone) 45%
Sel-sel terlihat bergerombolpadat,saling bertumpukan dan
berdesakan. Zona ini terluas, meliputi hampir separuh luas
seluruh preparat.
4. Zone IV (Thin zone) 18%
Kondisinya sama dengan zona dua, hanya zonanya sedikit.
5. Zone V (Even zone) 11%
Disebut counting zone atau best area, terlihat sel-sel tersebar
merata dan tidak ada sel yang saling bertumpukan atau
berdesakan.
6. Zone VI (very thin zone)
Terletak di ujung preparat, pada umumnya terlihat seperti
pulau-pulau.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 111

Cara Menghitung Jenis Lekosit


Arah perhitungan tertentu seperti terlihat dibawah ini :

Gambar 20

Bandingkan ukuran masing-masing sel dan amati bentuk inti,


granula.

Gambar 21. Jenis Leukosit

Eosinofil :
Granula kasar merah,

sama ukurannya,

tidak menutupi inti.

Basofil

Granula kasar biru,

tidak sama ukurannya,

menutupi inti.
112 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

Stab / Batang

- Netrofil Granula halus

- Eosonofil Granula merah kasar

- Basofil Granula biru kasar

Segmen Neutrofil

Inti berlobus

Granula halus

Limfosit

Ratio sitoplasma : inti kecil

Inti tunggal, besar

Monosit
Ukuran paling besar diantara jenis
leukosit

Tidak bergranula

Sitoplasma bervakuola

Inti mononuclear bentuk tak beraturan


Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 113

Tabel hitung jenis lekosit normal


Jenis sel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Eosinofil

Basofil

St.Netr

Sg.Netr

Limfosit

Monosit

Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100

Distribusi sel :
Limfosit : di tengah
Monosit : tepi / ekor
Neutrofit : tepi / ekor

Pelaporan :
E / B / St / Sg / L / M

Misal :
4 % / 0 % / 1% / 56 % / 38 % / 1 %
Eritrosit berinti / muda dilaporkan ................ / 100 Leukosit

Nilai normal menurut Miller:


Eosinofil : 1– 4%
Basofil : 0– 1%
Stab : 2– 5%
Segmen : 50 – 70 %
Limfosit : 20 – 40 %
Monosit : 1– 6 %
114 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

3.3. Laju Endap Darah (Led)


Macam pemeriksaan Laju Endap Darah :
1. Westegreen
2. Wintrobe

Prinsip percobaan :
Apabila sejumlah darah diberi antikoagulan, diletakkan dalam
tabung gelas dalam posisi tegak lurus, maka sel-sel akan
mengendap, sebaliknya plasma akan bergerak keatas. Hal ini oleh
karena perbedan berat jenis.

1. Westergreen
Alat :
1. Tabung Westergreen
2. Rak Westergreen

Reagensia :
Larutan Natrium Sitrat 3,8%

Sampel :
Darah EDTA

Cara pemeriksaan :
- 2 ml darah EDTA + 0,5 ml Natrium Sitrat 3,8% campur
dengan baik ( 4 : 1)
- Hisap dengan tabung Westergreen sampai angka 0 (nol)
- Letakkan di rak tabung tegak lurus.
- Catat kolom tabung yang berwarna merah pada 1 jam
pertama dan 2 jam
- Bila terdapat buffycoat, harus dilaporkan berapa
lebarnya
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I ⚫ 115

Nilai rujukan menurut :


Dacie Westergren
Pria 0 – 5 mm/jam 0 – 15 mm / jam
Wanita 0 – 7 mm/jam 0 – 20 mm / jam

Pemeliharaan alat:
- Tidak boleh dicuci dengan diterjen
- Cuci dengan aquadest, bilas dengan aceton

Sumber kesalahan :
- Sampel harus fresh jika kurang dari 2 jam, darah tidak
beku diberi antikoagulan.
- Alat kotor akan menyebabkan hemolisis
- Kolom tidak sesuai, misalnya sempit maka akan lebih
lama
- Analisis : * Terhisap gelembung udara
* Posisi tabung dalam rak miring
* Diletakkan ditempat yang panas dan
sebagainya
* Adanya vibrasi (getaran)

DAFTAR PUSTAKA
1. Lee et al. Wintrobe’s Clinical Hematology, 10th edition, Williams
& Wilkins A Waverly Company, Philadelphia, 1998.
2. Kjeldsberg C, Faucar K, McKenna R, Perkins S, Peterson P,Rodgers
G. Practical Diagnosis of Hematologic Disorders, second editios,
ASCP Press, American Society of Clinical Phatologis, Chichago,
Illinois, 1995.
3. Hoffbrand AV, Pettit JE. Kapita Selekta Haematologi. Terjemahan
Iyan Darmawan : Kapita Selekta Haematologi, edisi 2, EGC
Kedokteran, Jakarta 1996.
4. Anonim. 1980. Manual of Basic Techniques for a Health Laboratory,
WHO.
116 ⚫ Buku Petunjuk Praktikum BLOK 4 Th I

5. Anonim. 2004. Protap Pemeriksaan Hematologi Klinik, Instalasi


Patologi Klinik. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
6. Dacie. S.C.V., Lewis. S.M.1995. Practical Haematology, 8th ed,
Churchill Livingstone.
7. Rodak BF, 2002. Hematology: Clinical Principles and Applications,
2nd ed., WB Saunders Co., Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai