Disusun oleh:
Lidya Natasia Andea
Supervisor Pembimbing:
dr. Eka Sari S, Sp.A, M.Biomed.
Residen Pembimbing:
dr. Sondang H S Siagian
Pendamping:
dr. Maryam Hasan, MM.
dr. Devi Gandatama, Sp.OG(K)
Disusun oleh:
Lidya Natasia Andea
Supervisor Pembimbing:
dr. Eka Sari S, Sp.A, M.Biomed.
Residen Pembimbing:
dr. Sondang H S S
Pendamping:
dr. Maryam Hasan, MM.
dr. Devi Gandatama, Sp.OG(K)
PENDAHULUAN
Jantung merupakan salah satu organ vital manusia, tidak terkecuali pada
anak. Penyakit jantung sendiri dibedakan menjadi penyakit jantung bawaan
dan penyakit jantung yang didapat. Salah satu contoh penyakit jantung yang
didapat adalah Penyakit Jantung Rematik yang merupakan lanjutan dari
Demam Rematik Akut. Demam rematik merupakan gangguan inflamasi
multisistem dengan gejala paling sering yaitu nyeri sendi yang berpindah.
Sering disertai carditis, tetapi jarang disertai gejala chorea dan kelainan
kulit.2
TINJAUAN PUSTAKA
Jantung terdiri dari empat ruangan, yaitu dua ruangan atrium dan dua
ruangan ventrikel. Di antara kedua ruangan atrium dan ventrikel terdapat
katup jantung yang berfungsi mencegah kembalinya aliran darah (backward
flow). Katup-katup jantung berperan sebagai one-way inlets of blood pada
satu bagian ventrikel dan one-way outlets of blood pada bagian lain dari
ventrikel. Setiap katup memiliki 3 flaps, kecuali katup mitral yang memiliki
2 flaps.3
Atrium dextrum : menerima darah dari vena cava superior, inferior, dan
sinus coronarius. Darah dari atrium ke ventrikel melalui ostium
atrioventrikulare destrum tertutup oleh valvula atrioventrikulare
dextra/tricuspidalis.
Ventrikulus dexter : Dinding bagian aliran masuk memiliki pars
muscularis yang bentuknya tidak beraturan, bernama trabeculae carnae.
Di bagian apex infundibulum jalur aliran ventriculus dexter terdapat
valve trunci pulmonalis.
Atrium sinistrum : sebagian besar menerima darah dari empat vena
pulmonalis dan terdapat ostium atrioventriculare sinistrum yang
menghubungkan atrium sinistrum dan ventriculus sinister. Ostium
tertutup valvula atrioventriculare sinistra atau valvula mitralis.
Ventriculus sinister : berbentuk kerucut dengan lapisan myocardium yang
tebal dengan jalur keluar disebut vestibulum aortae yang tertutup valve
aortae.
Valvula Mitralis 5
Valva Aortae 5
Fungsi valva aortae serupa dengan valva pulmonalis dengan satu proses
tambahan yang penting: saat darah kembali setelah kontraksi ventriculus dan
mengisi sinus-sinus aortae, secara otomatis darah akan dipaksa masuk ke
dalam arteria coronaria karena pembuluh-pembuluh darah ini berasal dari
sinus-sinus aortae dextra dan sinistra.
2.2.1 Definisi
2.2.2 Epidemiologi
2.2.3 Etiologi
2.2.4 Patogenesis
Demam rematik akut terjadi setelah adanya infeksi saluran nafas atas
yang disebabkan oleh Streptococcus ß-hemoliticus Grup A (Streptococcus
pyogenes). Pada host yang rentan akan terjadi reaksi otoimun yang
menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan sebagai adanya reaksi
silang antara epitope bakteri dan host.17
Epitope yang terdapat pada dinding sel, membrane sel dan adanya daerah
pengulangan pada regio A, B, dan C pada protein M bakteri secara
immunologi mempunyai molekul yang sama dengan myosin, tropomyosin,
keratin, aktin, laminin, vimentin pada manusia. Adanya mimikri molekuler
inilah yg menjadi dasar terjadinya respon otoimun yang menyebabkan
terjadinya DRA. Infeksi GAS akan menginduksi pembentukan antibody thd
protein M. Terdapat hipotesis yg menyatakan bahwa epitope pada myosin
manusia menyebabkan terjadinya sensitisasi sel T yg selanjutnya akan
menimbulkan respon imun seperti yang terjadi pada epitope streptococcus.17
Lesi pada katup jantung diawali oleh terbentuknya veruka kecil yang
terdiri dari fibrin dan komponen sel darah yang terbentuk sepanjang tepi
satu atau lebih jatup jantung. Katup yang paling sering terdampak adalah
katup mitral, diikuti oleh katup aorta. Saat inflamasi mulai mereda, veruka
yang terbentuk cenderung menghilang dan meninggalkan jaringan scar.
Dengan terjadinya serangan berulang demam rematik, veruka-veruka baru
terbentuk di sekitar jaringan yang lama, dan melibatkan endokardium dan
chordae tendineae. Episode tunggal demam rematik akut sering diikuti
penyembuhan sempurna dari katup jantung, sedangkan episode berulang,
terutama jika melibatkan katup yang sebelumnya pernah terdampak,
menyebabkan penyakit jantung rematik kronis.20
Insufisiensi katup aorta kronik mengarah kepada sclerosis pada katup dan
akhirnya mengakibatkan distorsi dan retraksi pada cuspis. Kombinasi
insufisiensi katup mitral dan aorta pada fase akut demam rematik lebih
sering terjadi dibandingkan dengan hanya keterlibatan aorta sendiri.20
Migratory Polyarthritis
Carditis
Lebih dari 60% pasien demam rematik akut akan berlanjut menjadi
demam rematik akut. Perjalanan penyakit dapat terjadi pada endocardium,
myocardium, dan pericardium. Kerusakan katup jantung merupakan gejala
klinik yang paling menonjol. Kerusakan katup terutama terjadi pada katup
mitral, diikuti katup aorta. Pada tahap awal kerusakan akan tampak
regurgitasi katup mitral. Dengan adanya episode rekurensi katup akan
mengalami penebalan, scarring dan kalsifikasi sehingga akhirnya dapat
menyebabkan stenosis mitral.18
Adanya pericarditis sering ditandai dengan adanya friction rub atau efusi
pada pemeriksaan echocardiogram. Gejala klinik yang timbul biasanya
adalah keluhan nyeri dada di daerah sentral. Adanya inflamasi miokardium
dapat mempengaruhi electrical conduction pathway, yang ditandai dengan
adanya PR interval yang memanjang (AV block derajat I) dan suara S1 yang
menurun.18
Chorea
Sydenham chorea terdapat pada 10-15% pasien demam rematik akut dan
biasanya muncul sebagai gangguan gerakan yang terisolasi dan seringkali
halus. Tanda lain yaitu labilitas emosi, inkoordinasi, performa buruk di
sekolah, gerakan yang tidak terkontrol, dan facial grimacing, semuanya
dapat timbul akibat stress dan menghilang dengan istirahat. Chorea dapat
terjadi unilateral (hemichorea). Periode laten lebih panjang daripada arthritis
atau carditis.10
Manifestasi Kulit
2.2.9 Penalataksanaan
A. Tirah Baring
Semua pasien dengan demam rematik akut diharuskan untuk tirah
baring dan monitor ketat terutama apabila didapatkan tanda carditis.10
B. Antibiotik
Setelah diagnosis demam rematik akut ditegakkan, pasien harus
menerima antibiotik berupa penisilin atau amoksisilin peroral selama 10
hari, atau benzathine penisilin dosis tunggal. Apabila terdapat alergi,
dapat diberikan eritromisin selama 10 hari, azitromisin selama 5 hari,
atau klindamisin selama 10 hari. Setelah pemberian dosis inisial
antibiotic, harus diberikan antibiotik profilaksis jangka panjang untuk
pencegahan sekunder.10
Rekomendasi untuk pencegahan streptokok dari tonsil dan faring sama
dengan rekomendasi yang dianjurkan untuk pengobatan faringitis
streptokok, yaitu:24
Benzatin Penicilin G :
o Dosis 0,6-1,2 juta U / IM
o Berfungsi juga sebagai profilaksis dosis pertama
Jika alergi terhadap benzatin penisilin G
o Eritromisin 40mg/kgBB/hari dibagi 204 dosis selama
10 hari
o Alternatif lain: Penisilin V (Phenoxymetil penicillin)
4x250mg / PO selama 10 hari
C. Antiinflamasi
Agen inflamasi (salisilat atau kortikosteroid) harus ditunda jika
arthralgia atau arthritits atipikal menjadi satu-satunya manifestasi
kecurigaan demam rematik akut karena pemberian dini antiinflamasi
dapat mengakibatkan misdiagnosis karakterisitik mayor dari demam
rematik akut. Asetaminofen dapat diberikan untuk manajemen nyeri dan
demam selama pasien dimonitor tanda demam rematik akut. Pada pasien
dengan migratory plyarthritis atau carditis tanpa kardiomegali atau gagal
jantung harus diberikan salisilat oral. Dosis aspirin yang biasa digunakan
yaitu 50-70mg/kg/hari dibagi 4 dosis peroral untuk 3-5 hari, diikuti
50mg/kg/hari dibagi 4 dosis selama 2-3 minggu, kemudian diturunkan
setengah dosis selama 2-4 minggu kemudian. Pemberian salisilat
diteruskan kecuali jika pasien tidak berespon terhadap salisilat atau jika
didapatkan tanda toksiksitas sailisilat (tinnitus, hiperventilasi). Pasien
dengan carditis atau tanda kardiomegali atau gagal jantung bisa diberikan
kortikosteroid. Dosis prednisone adalah 2mg/kg/hari dibagi 4 dosis
selama 2-3 minggu, diikuti setengah dari dosis sebelumnya selama 2-3
minggu, kemudian tapering-of hingga 5mg/24jam selama 2-3 hari. Saat
dosis prednisone diturunkan, aspirin harus dimulai pada dosis
50mg/kg/hari dibagi 4 dosis untuk 6 minggu untuk pencegahan rebound
inflamasi.10
D. Tatalaksana suportif lain yang bisa diberikan pada pasien cardits sedang-
berat antara lain digoxin, restriksi cairan dan garam, diuretic, dan
oksigen.10
E. Terapi pembedahan
Prosedur pembedahan diindikasikan untuk pasien yang meskipun
dengan terapi medis yang memadai, mengalami gagal jantung persisten,
dispnea dengan aktivitas sedang, dan kardiomegali progresif, seringkali
dengan hipertensi pulmonal.20
Beberapa prosedur bedah yang menjadi pilihan antara annuloplasty,
penggantian katup. Pada pasien dengan penggantian katup mitral
prostetik, kemoprofilaksis terhadap endocarditis bakterial diperlukan
untuk prosedur gigi, karena antibiotic rutin yang diminum oleh pasien
sebagai profilaksis demam rematik tidak cukup untuk mencegah
endokarditis.20
F. Terapi pada Sydenham chorea dapat diberikan sedatif seperti fenobarbital
(16-32 mg tiap 6-8 jam PO). Apabila tidak efektif dengan fenobarbital,
dapat diberikan haloperidol dengan dosis 0.01-0.03 mg/kg/24jam dibagi
2 dosis atau chlorpromazine (0.5mg/kg tiap 4-6 jam PO).10
2.2.10 Komplikasi
Gejala arthritis dan chorea pada demam rematik akut biasnya pulih tanpa
gejala sisa atau komplikasi, komplikasi jangka panjang sering terjadi pada
jantung.10
2.2.11 Prognosis
2.2.12 Pencegahan
A. Pencegahan Primer
Pemberian terapi antibiotic sebelum hari ke-9 gejala faringitis akut
akibat Streptococcus grup A menjadi sangat efektif untuk mencegah
serangan pertama demam rematik akut.10 Rekomendasi IDAI untuk
pencegahan primer yaitu penisilin oral untuk eradikasi Streptococcus B
Hemolyticus Grup A selama 10 hari atau Benzatine Penisilin G 0.6-1.2
juta unit IM.24
B. Pencegahan Sekunder
LAPORAN KASUS
Pendidikan : SD
Agama : Kristen
3.2 Anamnesis
keluhan nyeri pada kedua sendi tangan dan kaki sejak 3 hari SMRS. Keluhan
tangan, lutut, dan pergelangan kaki. Keluhan nyeri disertai rasa kaku dan
lemah anggota gerak. Keluhan disertai demam sejak 10 hari yang lalu, muncul
mendadak, naik turun. Pasien sempat minum obat penurun demam, demam
membaik tapi timbul lagi. Ibu pasien juga mengeluhkan pasien sering
2 minggu sekali. Makan sedikit-sedikit, minum baik. BAB dan BAK dalam
batas normal.
Tidak ada keluhan sesak, kemerahan pada kulit, benjolan di bawah kulit,
Riwayat Penyakit Dahulu : DM (-), Covid-19 (-), asma (-), rhinitis (-)
disangkal. Adik dan kakak sering batuk dan radang tenggorokan berulang,
Riwayat Pribadi:
Alergi : -
Pemeriksaan Umum
Nadi : 110x/m
Pernapasan : 22x/m
Suhu : 39,2°C
BB : 21 kg
TB : 125 cm
LILA : 16 cm
Status Antropometri:
TB/U : P50 -75 (normoheight)
BB/U : P10-50 (underweight)
Waterlow : 87,5% (Gizi Kurang)
Kepala : Normocephal, bentuk simetris
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Ubun-ubun : Menutup
Caries : (+)
Telinga : otorhea (-), nyeri tarik (-), nyeri tekan tragus (-)
Thorax
Pulmo:
Inspeksi : Simetris kiri = kanan
Palpasi : Fremitus raba dada kanan = fremitus raba kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler
bunyi tambahan ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea mid clavicularis
sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I, II regular murni, murmur end-
diastolik (+) ICS 5 linea midclavicular sinistra,
gallop (-), friction rub (+)
Abdomen
Inspeksi : Datar, striae (-), caput medusae (-),
Columna vertebra
Inspeksi : Kesan simetris, tidak tampak kelainan
Palpasi : Kesan simetris, tidak tampak kelainan
Ekstremitas
L. Lengan atas : 16 cm
Tonus otot : menurun /menurun
Kekuatan otot :3 3 ROM terbatas karena nyeri
3 3
Gerakan involunter : tidak ada
Palpasi : nyeri tekan (+/+/+/+), kemerahan (-)
Genitalia : TDP
3.5 Gambaran klinis pasien
3.6 Pemeriksaan Penunjang
Elektrolit 18/12/22
Na 138.3
K 3.69
Cl -
Urinalisa 19/12/22
Warna Kuning
Kejernihan Jernih
BJ 1.020
pH 5.0
Keton +
Protein-Alb -
Glukosa -
Bilirubin -
Darah Samar +
Nitrit -
Urobilinogen -
Leu 3-7
Erit 20-30
Epitel 10-15
Kristal -
Silinder -
Bakteri -
LED 19/12/22
95 mm/jam ()
Thorax : 18/12/22
EKG
19/12/2022 :
Kesan : P-R interval memanjang
3.7 Diagnosis
Diagnosis Fungsional : Gagal jantung NYHA I-II
Diagnosis Etiologi : Penyakit Jantung Rematik
Diagnosis Anatomi : Prolapse AML dengan severe MR + Efusi Pericard
Sedang + Pulmonary Hypertension
Gizi Kurang
Anemia mikrositik hipokromik
3.8 Follow Up
Follow Up Tanggal Perawatan
Rawat Inap
19/12/2022 20/12/2022
Nyeri sendi (+) sejak 4 hari, Berkurang
memberat sejak
3 hari yang lalu
S
Demam + -
Lemah badan + +
Kesan sakit sedang ringan
Kesadaran CM CM
TD (mmHg)
HR (x/m) 103 94
RR (x/m) 40 21
S
Demam - -
Keluhan lain Nyeri ulu hati (+) Batuk (+)
Kesan sakit ringan ringan
Kesadaran CM CM
BB/TB/Lila 21kg/125cm/16cm 21,5kg/125cm/16cm
HR (x/m) 103 90
RR (x/m) 20 22
hari SMRS. Keluhan muncul tiba-tiba, makin memberat hingga pasien sulit
pergelangan tangan, lutut, dan pergelangan kaki. Keluhan nyeri disertai rasa
kaku dan lemah anggota gerak. Keluhan disertai demam sejak 10 hari yang
lalu, muncul mendadak, naik turun. Riwayat sering batuk, pilek, radang
yang lalu, BAK dalam batas normal. Riwayat diurut di rumah (+). Tidak ada
keluhan sesak, kemerahan pada kulit, benjolan di bawah kulit, gerakan tangan
normoheight dan gizi kurang. Pada pemeriksaan Cor didapatkan murmur end-
katup mitral dan friction rub yang menandakan adanya efusi pericardium.
yaitu 10.700, selain itu juga didapatkan peningkatan laju endapan darah (LED)
eritromisin 2x250mg PO, furosemide tab 2x12mg PO, dan captopril tab
2x6.25mg PO.
anak. Obat yang diberikan pada pasien saat rawat jalan antara lain eritromisin
off, aspirin 2x500mg, bisoprolol 1x2,5mg PO, furosemide tab 2x12mg PO jika
keadaan pasien membaik, tanpa keluhan nyeri sendi atau tanda kelainan
jantung lainnya.
BAB IV
PEMBAHASAN
penduduk.
yang diderita pasien diduga sebagai gejala komplikasi dari demam rematik
akut antara lain 2 dari 5 kriteria mayor berdasarkan kriteria Jones yaitu
karditis dan polyathralgia. Pada pasien juga ditemukan kriteria minor yaitu
Pada sebuah studi tentang keparahan penyakit jantung rematik pada anak,
didapatkan bahwa pasien dengan PJR berat, 50% akan memerlukan operasi
katup dua tahun setelah terdiagnosis PJR, sementara 10% meninggal dalam
Beratnya manifestasi klinis dan kelainan jantung yang terjadi pada pasien
menjadikan prognosis pasien dubia ad malam. Selain itu, faktor lain yang
anggota keluarga lebih dari 5 orang juga ditemukan pada pasien. Faktor
dengan higenis, seperti susu, produk susu, atau telur, dimana faktor risiko
kualitas hidup dibandingkan anak sehat. Faktor lain selain penyakit yang
fisik pada anak dengan penyakit jantung, yang dimana dapat disebabkan
oleh rendahnya tingkat energi pada pasien akibat rendahnya asupan nutrisi,
didapatkan bahwa anak dengan DRA dan PJR yang mendapat antibiotik
pasien.
baik antara orang tua, anak, dan tenaga medis yang merawat. Peran orang
tua antara lain dalam pemantauan dan motivasi pada anak untuk
seperti kondisi rumah dan lingkungan yang lebih sehat, serta memastikan
bahwa nutrisi anak tercukupi. Peran tenaga medis selain mencari etiologi,
hidup anak dengan penyakit jantung antara lain pemberian nutrisi yang
Dengan kerja sama yang baik antara orang tua, anak, dan tenaga medis,
diharapkan akan meberikan hasil yang baik dan peningkatan kualitas hidup
pasien.
Daftar Pustaka