Oleh
Kelompok 1
AJ – A1
Nur Khriesna Habita 131411123040
Rachma Anisa Ulya 131511123001
Agnes Ose Tokan 131511123003
Tri Sulistyawati 131511123005
Puteri Hrika Reptes 131511123007
Nora Dwi Purwanti 131511123009
Dwi Retna Heruningtyas 131511123011
Ninik Dwi Purweni 131511123013
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu untuk melakukan asuhan keperawatan
sistem kardiovaskular pada klien dengan Sindroma Koroner Akut (UAP dan
NSTEMI) secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
Mampu mengidentifikasi:
a. Konsep Sindrom Koroner Akut.
b. Definisi Angina Pektoris Tak Stabil.
c. Manifestasi klinis Angina Pektoris Tak Stabil.
d. Patofisiologi Angina Pektoris Tak Stabil.
e. Pelaksanaan pada klien dengan Angina Pektoris Tak Stabil.
f. Definisi NSTEMI.
g. Manifestasi klinis NSTEMI.
h. Patofisiologi NSTEMI.
i. Penatalaksanaan pada klien dengan NSTEMI.
j. Asuhan keperawatan pada Sindrom Koroner Akut.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Jantung memiliki empat ruang: dua atrium yang menerima darah dari vena
dan dua ventrikel yang memompa darah ke arteri.
1. Atrium kanan, berada pada bagian kanan jantung dan terletak sebagian besar
dibelakang sternum. Darah memasuki atrium kanan melalui :
a. Vena cava superior pada ujung atasnya
b. Vena cava inferior pada ujung bawahnya
c. Sinus coronarius (vena kecil yang mengalirkan darah dari jantung
sendiri)
Auricula dextra adalah penonjolan runcing kecil dari atrium, trletak pada
bagian depan pangkal aorta dan arteri pulmonalis.
Darah vena dari jaringan tubuh memasuki atrium kanan melalui vena cava
superior dan inferior. Atrium kanan memompa darah melalui katup trikuspidalis
ke ventrikel kanan, dari sini darah dipompa oleh kontraksi dinding ventrikel
melewati katup semiunaris masuk ke arteri pulmonaris dalam perjalanannya
menuju paru-paru.
2.2.1 Epidemiologi
Mortalitas in hospital infark miocard akut dengan elevasi segmen ST
dibanding tanpa elevasi adalah 7% vs 5%, tetapi pada follow up jangka
panjang (4 tahun) angka kematian pasien infark tanpa elevasi segmen ST
lebih tinggi 2 kali lipat dibanding dengan elevasi segmen ST.
(Dharma,2009)
2.3.2 Etiologi
1. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3
faktor :
- faktor pembuluh darah : aterosklerosis, spasme, arteritis
- faktor sirkulasi : stenosis aorta, insufisiensi
- faktor darah : hipoksemia, anemia
2. curah jantung yang meningkat :
- aktivitas berlebihan
- emosi
3. kebutuhan oksigen meningkat pada :
- kerusakan miocard
- hipertropi miocard
b. Faktor Resiko
Beberapa faktor risiko yang ada hubungannya dengan proses
aterosklerosis antara lain adalah :
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah : Umur, jenis kelamin
dan riwayat penyakit dalam keluarga.
b. Faktor risiko yang dapat diubah : Merokok, hiperlipidemi,
hipertensi, obesitas dan DM. (Anwar, 2004)
2.3.5 Patofisiologi
Trombosis dipicu oleh kerusakan endotel dan aliran darah turbulen
yang terkait dengan plak aterosklerotik. Dibandingkan dengan lesi pada
angina stabil, plak yang ditemukan pada pasien dengan SKA cenderung
memiliki selubung fibrosa yang lebih tipis dan inti lipid yang lebih besar,
dan umumnya lebih menyebar dan lebih berat. Stenosis ini seringkali
eksentrik – plak tidak mengelilingi seluruh lingkar arteri. Lesi seperti itu
terutama rentan mengalami ruptur akibat stres hemodinamik. Hal ini
memaparkan plak interior, yang dengan kuat menstimulasi agregasi
trombosit dan trombosis. Trombus menjalar kedalam lumen koroner, dan
menyumbat arteri. Ruptur juga dapat menyebabkan perdarahan ke dalam
lesi itu sendiri, memperluas lesi hingga ke dalam lumen dan memperberat
stenosis.
Kejadian ini dapat dieksaserbasi oleh vasodilatasi koroner yang terganggu,
dan vasospasme akibat kerusakan endotel oleh plak, yang menurunkan
pelepasan lokal faktor relaksasi yang tergantung pada endotel. Agregasi
trombosit dan trombosis juga menyebabkan pembentukan vasokonstriktor
seperti tromboksan A2 dan serotinin. (Aaronson & Ward, 2010)
2.3.7 Penatalaksanaan
Enzim LDH, CPK dan CK-MB Pada ATS kadar enzim LDH dan CPK
dapat normal atau meningkat tetapi tidak melebihi nilai 50% di atas normal. CK-
MB merupakan enzim yang paling sensitif untuk nekrosis otot miokard, tetapi
dapat terjadi positif palsu. Hal ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan kadar
enzim secara serial untuk menyingkirkan adanya IMA.
2.3.8 Pengobatan
A. Pengobatan medikal
B. Pembedahan
Prinsipnya bertujuan untuk : memberi darah yang lebih banyak kepada otot
jantung dan memperbaiki obstruksi arteri koroner.
Ada 4 dasar jenis pembedahan :
1. Ventricular aneurysmectomy :
Rekonstruksi terhadap kerusakan ventrikel kiri
Sebuah aneurisma ventrikel kiri dapat membentuk setelah infark miokard
transmural dan melibatkan pelebaran dinding ventrikel kiri dalam mode
normal. Paling umum, apeks jantung yang terlibat Namun, dinding rendah
dapat membentuk aneurisma juga.
Empat masalah utama pada pasien dengan aneurisma ventrikel kiri adalah:
Arteri ini suplai darahnya jauh lebih banyak ke dindingnya, dibanding arteri
mamaria interna, sehingga tidak berespons sebaik arteria mamaria ketika
digunakan sebagai tandur. Kerugian lain penggunaan arteri gastroepiploika
adalah irisan dada harus diperpanjang sampai perut sehingga pasien terpajan
lebih luas terhadap risiko infeksi akibat kontaminasi traktus gastrointestinal
pada tempat irisan.
5. Bilateral Arteri mammary interna
Pencangkokan menggunakan BIMA dapat menimbulkan manfaat klinis dan
kelangsungan hidup yang lebih baik bila dibandingkan dengan
pencangkokan menggunakan SIMA yang telah dibahas dalam penelitian
observasional selama beberapa dekade terakhir (terakhir di Taggart dan
colleagues7).
Resiko menggunakan BIMA :
1. risiko luka sternalis
2. morbiditas miokard
3. pernapasan.
BIMA = Bilateral Mammary artery
LIMA = Left Internal Mannary Artery
RIMA = Right Internal Mammary Artery
SVG = Saphenous Vein Graft
RA = Radial Artery
2.4.2 Etiologi
a. faktor penyebab
1. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3
faktor :
- faktor pembuluh darah : aterosklerosis, spasme, arteritis
- faktor sirkulasi : stenosis aorta, insufisiensi
- faktor darah : hipoksemia, anemia
2. curah jantung yang meningkat :
- aktivitas berlebihan
- emosi
3. kebutuhan oksigen meningkat pada :
- kerusakan miocard
- hipertropi miocard
b. faktor predisposisi
1. faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah
- usia lebih dari 40 th
- jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah monopouse
- hereditas
- ras : lebih tinggi isiden pada kulit hitam
2. faktor resiko yang dapat diubah
- mayor : hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes,obesitas,
diet tinggi lemak jenuh
- minor : inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional,
agresif, ambisius, kompetitif) stress psikologis berlebihan.
2.4.3 Tanda Gejala
Gejala NSTEMI menyerupai gejala angina stabil, namun seringkali lebih
nyari, intens, dan persisten, dan seringkali berlangsung 30 menit. Nyeri
seringakali resisten terhadap nitrogliserin. Presentasi klinis klasik NSTEMI
berupa :
1. Angina saat istirahat lebih dari 20 menit.
2. Angina yang dialami pertama kali dan timbul saat aktifitas yang lebih
ringan dari aktifitas sehari-hari.
3. Peningkatan instensitas, frekuensi dan durasi angina.
4. Angina pasca infark.
Presentasi atipikal terutama pada usia muda (25-40 tahun) dan usia tua (>75
tahun), pasien diabetes dan wanita.
2.4.4 Patofisiologi
Oklusi koroner inkomplit atau temporer, atau adanya arteri koroner
kolateral yang dapat mempertahankan suplai darah ke regio yang terkena,
dapat menyebabkan iskemia miokard dan nekrosis dengan derajat lebih kecil,
biasanya terbatas pada subendokardium. Keadaan ini tidak dapat menyebabkan
elevasi segmen ST, namun menyebabkan pelepasan penanda nekrosis. Pasien
yang ditemukan memiliki peningkatan kadar penanda ini, namun tidak
memiliki elevasi segmen ST, diperkirakan mengalami NSTEMI.
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi
koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner.
Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak
stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar,
densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor
jaringan yang tinggi. Inti lemak yang yang cenderung ruptur mempunyai
konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi.
Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limposit T yang
menunjukkan adanya proses imflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sel
sitokin proinflamasi seperti TNF, dan IL-6. Selanjutnya IL-6 akan
merangsang pengeluaran hsCRP di hati. (Sudoyo Aru W, 2006)
A. Tata laksana awal NSTEMI di unit emergensi (10 menit pertama saat
kedatangan) :
1. Perbaikan gaya hidup seperti : berhenti merokok, aktifitas fisik teratur, dan
diet.
2. Penurunan berat badan pada pasien obese dan overweight.
3. Kontrol tekanan darah
4. Tata laksana diabetes
5. Intervensi profil lipid :
- Statin direkomendasikan pada semua pasien NSTEMI, tidak bergantung
pada kadara kolesterol, mulai diberi pada 1-4 hari sejak masuk, dengan
tujuan mencapai kadar LDL <100 mg/dL.
- Disarankan terapi penurunan kadar lipid secara intensif dengan target
LDL <70 mg/dL, yang diberi 10 hari sejak masuk.
- Meneruskan pemakaian anti platelet dan ani koagulan.
- Pemakaian beta –blocker
Beta blocker harus diberi pada semua pasien, termasuk pasien dengan
fungsi ventrikel kiri yang menurun, dengan atau tanpa gejala gagal
jantung.
2.5.2 Diagnosa
1. Nyeri dada berhubungan dengan iskemi miokard.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan iskemia miokard
transien/ memanjang.
3. Ansietas berhubungan dengan serangan angina berulang.
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai proses penyakit, pengobatan, dan pemulihan penyakit.
5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard
dengan kebutuhan dan adanya iskemia jaringan miokard
6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran
darah ke alveoli
DAFTAR PUSTAKA