S DI RUANG SAKURA
RSUD Dr.DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA
OLEH :
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu terminologi yang digunakan dalam
menggambarkan suatu keadaan atau kumpulan proses penyakit yang meliputi angina
pektoris tidak stabil/APTS (unstable angina/UA) infark miokard gelombang nonQ atau
infark miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/
NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi
segmen ST (ST elevation myocardial infarction/STEMI)(Morton,2012). Infark miokard
akut adalah sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan tidak adekuatnya aliran
darah akibat sumbata pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar di sebabkan
karena terjadinya trombosis vasokontriksi reaksi inflamasi,dan microembolisasidistal.
(Muttaqin,A,2013).
Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya ketidak seimbangan permintaan dan
suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan oleh arteri koroner akan
menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan (Sylvia,2016).
NSTEMI, Non-ST Elevation Myocardial Infarction merupakan klinis yang terdiri dari
infark miokard akut dengan atau tanpa elevasi segmen ST serta angina pectoris tidak
stabil. Walaupun presentasi klinisnya berbeda tetapi memiliki kesamaan patofisiologi.
1.1.3 Etiologi
Penyebab paling umum Sindrom Coroner Akut (SKA), Non ST Elevation Myocardial Infarct
(NSTEMI) adalah atreosklerosis, atreosklerosis digolongkan sebagai akumuklasi sel-sel otot halus,
lemak. Dan jaringan konektif disekitar lapisan intima arteri. Sebagai plak fibrous adalah lesi khas dari
atreosklerosis. lesi ini dapat bervariasi ukurannya dalam dinding pembuluh darah. Yang dapat
mengakibatkan obstruksi aliran darah parsial maupun kimplet. Komplikasi lebih lanjut dari lesi
tersebut terdiri dari plak fibrous dengan deposit kalsium, disertai oleh pembentukan throumbus.
Obstruksi pada lumen mengurangi atau menghentikan aliran darah kepada jaringan di sekitarnya
(Udjianti, 2018).
Penyebab lain dari spasme arteri koroner. Penyempitan dari lumen pembuluh darah terjadi bila serat
otot halus dalam dinding pembuluh darah berkontraksi (vasokontriksi). Spasme arteri koroner dapat
menggiringi terjadinnya iskemik aktual atau peluasaan dari infrak miokard. Penyebab lain diluar
arterosklerosis yang dapat memepengaruhi diameter pembuluh darah koroner dapat berhubungan
dengan abnormalitas sirkulasi. Hal ini dapat meliputi hipoperfusi, hipovelemik, pilisetimia, dan
masalah-masalah atau gangguan katup jantung (Udjianti, 2018).
Beberapa faktor terjadinya SKA, Non-ST-Segmen Elevasi Miokard menurut (Rochifika. 2019):
1. Aterosklerosis
2. Trombosis
3. Spasme
1.1.4 Klasifikasi
Sindroma coroner akut,penyebab kematian tertinggi secara global,merupakan kumpulan dari gejala
dan tanda klinis dari iskemik miokardium akut yang erat disebabkan oleh penyakit aterosklerosis.
Klasifikasinya adalah:
1)angina tidak stabil atau unstable angina
2)non-st segment elevation myocardial infarction (nstemi)
3)st segment elevation myocardial infarction(stemi)
1.1.5 Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arterI besar. Timbunan ini,
dinamakan ateroma atau plak akan menggangu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun
lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan menonjol ke
lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang
menyempit dan berdinding kasar, akan cebderung terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini
menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang
merupakan penyakit aterosklerosis. Mekanisme pembentukan lesi aterosklerosis adalah pembentukan
thrombus pada permukaan plak, konsolidasi thrombus akibat efek fibrin, perdarahan ke dalam plak,
dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka debris lipid akan
terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri koroner dan kapiler di sebelah distal plak yang
pecah. Hal ini di dukung dengan struktur arteri koroner yang rentan terhadap ateroskerosis, dimana
arteri coroner tersebut berpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang
rentan untuk terbentuknya atheroma.
Dari klasifikasinya, maka ACS dapat dilihat dari dua aspek, yaitu Iskemik dan Infark. Iskemia adalah
suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifatsementara dan reversibel. Penurunan suplai oksigen
akan meningkatkan mekanisme metabolisme anaerobik. Iskemia yang lama dapat menyebabkan
kematian otot atau nekrosis. Keadaan nekrosis yang berlanjut dapat menyebabkan kematian otot
jantung (infark miokard). Ventrikel kiri merupakan ruang jantung yang paling rentan mengalami
iskemia dan infark, hal ini disebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar untuk berkontraksi.
Metabolisme anaerobik sangat tidak efektif selain energi yang dihasilkan tidak cukup besar juga
meningkatkan pembentukan asam laktat yang dapat menurunkan PH sel (asidosis). Iskemia secara
khas ditandai perubahan EKG: T inversi, dan depresi segmen ST. Gabungan efek hipoksia,
menurunnya suplai energi, serta asidosis dapat dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri.
Kekuatan kontraksi pada daerah yang terserang mengalami gangguan, serabut ototnya memendek,
serta daya kecepatannya menurun. Perubahan kontraksi ini dapat menyebakan penurunan curah
jantung. Iskemia dapat menyebabkan nyeri sebagai akibat penimbunan asam laktat yang berlebihan.
Angina pectoris merupakan nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium Angina pektoris dapat
dibagi: angina pektoris stabil (stable angina), angina pektoris tidak stabil (unstable angina), angina
variant (angina prinzmetal). Angina Pektoris Stabil: Nyeri dada yang tergolong angina stabil adalah
nyeri yang timbul saat melakukan aktifitas. Rasa nyeri tidak lebih dari 15 menit dan hilang dengan
istirahat. Angina Pektoris Tidak Stabil (UAP): Pada UAP nyeri dada timbul pada saat istirahat, nyeri
berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi peningkatan rasa nyeri. Angina Varian: Merupakan angina
tidak stabil yang disebabkan oleh spasme arteri koroner. Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit
dapat menyebabkan kerusakan sel yang ireversibel dan kematian otot (nekrosis). Bagian miokardium
yang mengalami nekrosis atau infark akan berhenti berkontraksi secara permanen (yang sering disebut
infark).
1.1.6 WOC
Etiologi: faktor pencetus
pembentukan thrombus
iskemia
NSTEMI
NSTEMI adalah adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan suplai oksigen ke miokardium
terutama akibat penyempitan arteri coroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. . Iskemia
yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan
B1(breathing) B2(blood) B3(brain) B4(bledder) B5(bowel) B6(bone
Pola nafas tidak efektif b.d hambatan Tujuan : (Manajemen nyeri I.08238)
upaya nafas (mis: nyeri saat bernafas) Setelah dilakukan tindakan 1.Identifikasi lokasi,
keperawatan diharapkan pola karakteristik nyeri, durasi,
nafas membaik. frekuensi, intensitas nyeri
Kriteria hasil : 2.Identifikasi skala nyeri
Pola Nafas (L.01004) 3.Identifikasi faktor yang
1.Frekuensi nafas dalam memperberat dan
rentang normal memperingan nyeri
2.Tidak ada pengguanaan 4.Berikan terapi non
otot bantu pernafasan farmakologis untuk
3.Pasien tidak menunjukkan mengurangi rasa nyeri
tanda dipsnea 5.Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
6.Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
7.Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri