Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

STEMI (ST ELEVASI MIOKARD INFARK)

Oleh

Luh Gede Sintya Dewi, S.Kep

C1220056

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

STEMI (ST ELEVASI MIOKARD INFARK)

Oleh

I Made Yogi Indra Pranata, S.Kep

C1220063

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021

LAPORAN PENDAHULUAN STEMI


1. Konsep Dasar Penyakit
A. Pengertian
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) merupakan suatu keadaan
infark miokard atau kerusakan pada sel miokardium dan merupakan
syndrome coroner akut disertai dengan adanya elevasi kenaikan segmen
ST yang menetap. Keadaan ini menggambarakan bahwa ada keadaan
oklusi total akut pada arteri coroner (Sudoyono, 2016).
Miokardial Infark dibagi 2 yaitu STEMI dan NSTEMI. ST Elevasi
Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insuviensi aliran darah coroner oleh proses degenerative
maupun dipengaruhi oleh banyak faktor ditandai dengan keluhan nyeri
dada, peningkatan enzim jantung dan ST Elevasi pada pemeriksaan EKG.
(Firdaus I, 2012).
Miokardial infark merupakan nekrosis miokardium yang
disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut
pada arteri coroner. Sumbatan ini Sebagian besar disebabkan oleh rupture
plak atheroma pada arteri coroner yang kemudian diikuti dengan
terjadinya thrombosis, vasokontriksi, reaksi inflamasi dan mikro
embolisasi distal. Kadang sumbatan akut ini juga dapat disebabkan oleh
spasme arteri coroner, emboli atau vasculitis. (Howard K.2015)

B. Anatomi Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot
jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh
susunan saraf otonom). Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian
atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut  juga basis kordis. Di
sebelah bawah agak runcing yang disebut apekskordis. Letak  jantung di
dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah
kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma, dan
pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di
bawah  papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyutan jantung
yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar genggaman
tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram. Di antara dua lapisan
jantung ini terdapat lender sebagai  pelican untuk menjaga agar pergesekan
antara pericardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung
( Syaifuddin, 2013 ).

Jantung terdiri dari jaringan yang memiliki fungsi kontraksi. Dan


hampir separuh dari seluruh berat jantung, terdiri dari otot bergaris. Jika ia
berkontraksi dan berelaksasi, maka timbul perubahan-perubahan tekanan
di dalam jantung dan  pembuluh darah, yang menyebabkan pengaliran
darah di seluruh jaringan tubuh. Otot jantung, merupakan jaringan sel-sel
yang bersifat “Kontraktif” (pegas) dan terdapat di dalam atrium maupun
ventrikel, serta memiliki kemampuan meneruskan rangsang listrik jantung
secara mudah dan cepat di seluruh bagian otot-otot jantung. Tiap selotot
jantung di pisahkan satu sama lain oleh “intercalated discs” dan cabang-
cabangnya membentuk suatu anyaman di dalam  jantung. “intercalated
discs” inilah yang dapat mempercepat hantaran rangsang listrik potensial
di antara serabut-serabut sel otot-otot jantung. Proses demikian itu terjadi
karena “intercalated discs” memiliki tahanan aliran listrik potensial yang
lebih rendah dibandingkan bagian otot jantung lainnya. Dan keadaan inilah
yang mempermudah timbulnya mekanisme “Excitation” di semua bagian
jantung. Otot bergaris jantung tersusun sedemikian rupa, sehingga
membentuk ruang-ruang jantung dan menjadikan jantung sebagai “a
globular muscular organ”. Jaringan serabut elastisnya membentuk suatu
lingkaran yang mengelilingi katup-katup  jantung.
Otot-otot atrium umumnya tipis dan terdiri dari dua lapisan yang
berasal dari sudut sebelah kanan jantung, sedangkan otot ventrikelnya
lebih tebal dan terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan superficial, lapisan
tengah dan lapisan dalam. Ventrikel kiri memiliki dinding 2-3 kali lebih
tebal daripada dinding ventrikel kanan dan mendominasi bangunan dasar
otot jantung dalam membentuk ruang-ruangnya. Ketiga lapisan otot
jantung tersebut berkesinambungan satudenganlainnya, dengan lapisan
superficial berlanjut menjadi lapisan tengah dan lapisan dalam. Di dalam
ventrikel, ketiga lapisan otot jantung tersebut mengandung  berkas-berkas
serabut otot (Masud Ibnu, 2012).
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot jantung,
bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang tetapi cara kerjanya
menyerupai otot  polosya itu diluar kesadaran.
1. Bentuk Menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul dan
disebut juga basis cordis. Disebelah bawah agak ruang disebut
apexcordis.
2. Letak Di dalam rongga dada sebelah depan (cavum mediastinum
arteriol), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas
diafragma dan pangkalnya dibelakang kiri ICS 5 dan ICS 6 dua jari
dibawah papilla mammae. Pada tempat itu teraba adanya pukulan
jantung yang disebut Ictus Cordis.
3. Ukuran Kurang lebih sebesar kepalan tangan dengan berat kira-kira
250-300 gram.
4. Lapisan
a. Endokardium :Lapisan jantung sebelah dalam, yang menutupi
katup  jantung
b. Miokardium :Lapisan inti dari jantung yang berisi otot untuk
berkontraksi.
c. Perikardium :Lapisan bagian luar yang berdekatan dengan
pericardium viseralis. Jantung sebagai pompa karena fungsi
jantung adalah untuk memompa darah sehingga dibagi jadi dua
bagian besar, yaitu pompa kiri dan pompa kanan. Pompa  jantung
kiri: peredaran darah yang mengalirkan darah keseluruh tubuh
dimulai dari ventrikel kiri - aorta - arteri- arteriola-kapiler - venula
- vena cava superior dan inferior - atrium kanan
C. Etiologi
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat
pada lokasi injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti
merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.

D. Manifestasiklinis
Manifestasi klinis dari STEMI yaitu Nyeri dada sentral yang
berat ,seperti rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa
diperas, dipelintir, tertekan yang berlangsung ≥ 20 menit, tidak berkurang
dengan pemberian nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat dingin, pucat
dan mual, sulit bernapas,cemas, dan lemas.

E. Patofisiologi
STEMI pada umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun
secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang
sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang
berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika
trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injurivascular,
dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan
akumulasi lipid. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak
aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi lokal
atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural
pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian
histology menunjukan plak koroner cenderung mengalami rupture jika
mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid. Pada STEMI
gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red thrombus, yang
dipercaya menjadi alasan pada STEMI memberikan respon terhadap terapi
trombolitik.
Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis memicu
aktivitas trombosit, yang selanjutnya akan memproduksi dan melepaskan
tromboksan A2 (vasokontriktor lokal yang poten). Selain itu aktivasi
trombosit memicu reseptor, mempunyai afinitas tinggi terhadap asam
amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti faktor von
willebrand dan fibrinogen dimana keduanya adalah molekul multivalen
yang dapat mengikat platelet yang berbeda secara simultan menghasilkan
ikatan silang platelet dan agregasi. Pada kondisi yang jarang STEMI dapat
disebabkan oleh oklusi arteri koroner yang disebabkan oleh emboli
koroner, abnormalitas kongenital, spasme koroner dan berbagai penyakit
inflamasi sistemik.

F. Pathway

Aterosklerosis, thrombosis, kontraksi arteri koronaria

Penurunan aliran darah ke jantung

Kekurangan oksigen dan nutrisi

Iskemik pada jaringan miokard

Nekrosi

Suplai dan kebutuhan oksigen ke jantung tidak seimbang

Suplai oksigen ke miokard menurun

seluler Resiko penurunan


Metabolisme anaerob curah jantung
hipoksia

Timbunan asam laktat Nyeri Akut


meningkat

Kelemahan Ansietas Integritas membrane sel


berubah

Intoleransi aktivitas
G. Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI adalah :
1. Disfungsi ventricular
2. Gangguan hemodinamik
3. Gagaljantung
4. Syok Kardiogenik
5. Emboli Sistemik / Pulmonal
6. Perikarditis
7. Ruptur
8. Kelainan Ventrikel
9. Disfungsi Katup
10. Syndroma Infark Pasca Miokardiac

H. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan fisik
Penderita tampak sakit, muka pucat, kulit dingin. Tekanan darah bisa
tinggi, normal atau rendah. Dapat ditemui bunyi jantung kedua yang
pecah paradoksal, irama galoop. Kadang-kadang ditemukan posasi
diskinetik yang tampak atau teraba di dinding dada pada IMA inferior.
2. EKG
Nekrosis miokard dilihat dari 12 lead EKG. Selama fase awal miokard
infark akut, EKG pasien yang mengalami oklusi total arteri coroner
menunjukkan elevasi segmen ST. kemudian gambaran EKG berupa
elevasi segmen ST akan berkembang menjadi gelombang Q. Sebagian
kecil berkembang menjadi gelombang non-Q. pada STEMI inferior ST
elevasi dapat dilihat pada lead II, III dan aVF.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pada nekrosis miokard, protein intra seluler akan masuk dalam ruang
intersititial dan masuk ke sirkulasi sistemik melalui miokardium
vaskuler local dan aliran limfatik. Oleh sebab itu nekrosis miokard
dapat dideteksi dari pemeriksaan protein dalam darah yang disebabkan
kerusakan sel. Protein-protein tersebut antara lain asparatate amino
transverase (AST), Laktate Dehydrogenase, kreatinin kinase iso enzim
MB (CK-MB). Peningkatan kadar serum protein-protein ini
mengkonfirmasi adanya infark miokard.
I. Penatalaksanaan
Pengobatan STEMI dilakukan sejak pasien dibawah kerumah sakit,
yakni dengan memberikan oksigen dan obat-obatan. Beberapa jenis obat
yang diberikan yaitu obat antikoagulan, antiplatelet, beta-blocker, dan obat
anti nyeri. Pemberian obat-obatan ini bertujuan untuk menghilangkan
sumbatan pembuluh darah jantung pasien dan mengatasi gejala STEMI.
Sumbatan pembuluh darah seharusnya cepat dihilangkan.
Semakin cepat sumbatan dihilangkan, maka semakin berkurangnya
kerusakan otot jantung yang terjadi. Selain itu, pengobatan juga bisa
dilakukan dengan operasi angioplasti. Operasi ini bertujuan untuk
mengatasi cincin di jantung agar pembuluh jantung kembali terbuka.
Apabila kondisi pasien cukup parah dan menyebabkan jantung berhenti,
maka pengobatan STEMI bisa dilakukan dengan memberikan alat pacu
jantung (defibrilotar) agar jantung kembali berdetak.
Setelah pasien pulih, pengobatan dianjurkan dengan perawatan
dirumah. Perawatan dirumah yang dilakukan seperti perbaikan menu,
menghentikan kebiasaan merokok, melakukan olahraga secara rutin, dan
lain-lain.
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Intensif
A. Pengkajian Keperawatan Intensif
1. Identitas Klien
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, no.telepon, status pernikahan,
agama, suku, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, No. RM,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, sumber informasi, nama
keluarga dekat yang bias dihubungi, status, alamat, no.telepon,
pendidikan, dan pekerjaan.
2. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama: nyeri dada, perasaan sulit bernapas, dan pingsan
3. Riwayat penyakit sekarang (PQRST)
a. Provoking incident:
nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan
istirahat.
b. Quality of pain:
seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien, sifat keluhan nyeri seperti tertekan.
c. Region, radiation, relief:
lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri diatas pericardium.
Penyebaran dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri serta
ketidakmampuan bahu dan tangan.
d. Severity (scale) of pain:
klien bias ditanya dengan menggunakan rentang 0-5 dan
klien akan menilai seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan.
Biasanya pada saat angina skala nyeri berkisar antara 4-5 skala
(0-5).
e. Time: sifat mulanya muncul (onset), gejala timbul mendadak.
Lama
timbulnya (durasi) nyeri dada dikeluhkan lebih dari 15 menit.
Nyeri oleh infark miokardium dapat timbul pada waktu istirahat,
biasanya lebih parah dan berlangsung lebih lama. Gejala-gejala
yang menyertai infark miokardium meliputi dispnea,
berkeringat, amsietas, dan pingsan.
4. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi,
DM, dan hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum
oleh klien pada masa lalu yang masih relevan. Catat adanya efek
samping yang terjadi di masa lalu. Tanyakan alergi obat dan
reaksi alergi apa yang timbul.
5. Riwayat keluarga
Menanyakan penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila
ada anggota keluarga yang meninggal, tanyakan penyebab
kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang
timbulnya pada usia muda merupakan factor risiko utama untuk
penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
6. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, riwayat pola
hidup menetap, jadual olahraga tak teratur Tanda: takikardia,
dispnea pada saat istirahat/kerja
7. Sirkulasi
Gejala: riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal
jantung koroner, masalah TD, DM.
Tanda:
a. TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari
tidur sampai duduk/berdiri
b. Nadi dapat normal; penuh/tak kuat atau lemah/kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat; tidak teratur
(disritmia) mungkin terjadi.
c. Bunyi jantung ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan
gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau komplian ventrikel
d. Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot
papilar
e. Friksi; dicurigai perikarditis.
f. Irama jantung dapat teratur atau tak teratur.
g. Edema, edema perifer, krekels mungkin ada dengan
gagal jantung/ventrikel.
h. Pucat atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.
8. Integritas ego
Gejala: menyangkal gejala penting, takut mati, perasaan ajal sudah
dekat, marah pada penyakit/perawatan yang tak perlu khawatir
tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.
Tanda: menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang, dan fokus pada diri sendiri/nyeri.
9. Eliminasi: bunyi usus normal atau menurun
10. Makanan/cairan
Gejala:mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu
hati/terbakar.
Tanda: penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat, muntah,
dan perubahan berat badan
11. Hygiene: kesulitan melakukan perawatan diri
12. Neurosensori
Gejala: pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat
bangun (duduk/istirahat)
Tanda: perubahan mental dan kelemahan
13. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala:
a) Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak
berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau
nitrogliserin.
b) Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal,
prekordial, dapat menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak
tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen,
punggung, leher
c) Kualitas nyeri ‘crushing’, menusuk, berat, menetap,
tertekan,seperti dapat dilihat.
d) Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin
pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
e) Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan
DM, hipertensi dan lansia.
Tanda:
a. Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
b. Menangis, merintih, meregang, menggeliat.
c. Menarik diri, kehilangan kontak mata
d. Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung,
TD, pernapasan, warna kulit/kelembaban, kesadaran.
14. Pernapasan
Gejala: dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk
produktif/tidak produktif, riwayat merokok, penyakit pernapasan
kronis
Tanda:
peningkatan frekuensi pernapasan, pucat/sianosis, bunyi napas
bersih atau krekels, wheezing, sputum bersih, merah muda kental.
15. Interaksi social
Gejala: stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga) dan kesulitan
koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)
Tanda: kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat,
dan menarik diri dari keluarga
16. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, stroke,
hipertensi, penyakit vaskuler perifer, dan riwayat penggunaan
tembakau.
Pengkajian fisik :
Penting untuk mendeteksi komplikasi dan harus mencakup hal-hal berikut:
a. Tingkat kesadaran
b. Nyeri dada (temuan klinik yang paling penting)
c. Frekwensi dan irama jantung: Disritmia dapat menunjukkan
tidakmencukupinya oksigen ke dalam miokard
d. Bunyi jantung: S3 dapat menjadi tanda dini ancaman gagal jantung
e. Tekanan darah: Diukur untuk menentukan respons nyeri dan
pengobatan, perhatian tekanan nadi, yang mungkin akan
menyempit setelah serangan miokard infark, menandakan
ketidakefektifan kontraksi ventrikel
f. Nadi perifer: Kaji frekuensi, irama dan volume
g. Warna dan suhu kulit
h. Paru-paru: Auskultasi bidang paru pada interval yang teratur
terhadap tanda-tanda gagal ventrikel (bunyi krakles pada dasar
paru)
i. Fungsi gastrointestinal: Kaji motilitas usus, trombosis arteri
mesenterika merupakan potensial komplikasi yang fatal
j. Status volume cairan: Amati haluaran urine, periksa adanya edema,
adanya tanda dini syok kardiogenik merupakan hipotensi dengan
oliguria
(Wilkinson. 2012)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap
oklusi arteri koroner
2. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di dalam paru
akibat sekunder dari edema paru akut
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi,
irama, konduksi elektri, penurunan preload/peningkatan tahanan
vaskuler sistemik, otot infark, kerusakan structural
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard dengan kebutuhan, adanya
iskemia/nekrotik jaringan miokard, efek obat depresan jantung
5. Ansietas berhubungan dengan ketakutan akan kematian
(Wilkinson. 2012)

C. Rencana Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Nyeri akut Setelah dilakukan NIC Label : NIC Label :
berhubungan tindakan Manajemen Nyeri Kontrol Nyeri
dengan iskemia keperawatan 1. Gali pengetahuan 1. Untuk
jaringan sekunder selama 1x24 jam dan kepercayaan mengetahui
terhadap oklusi nyeri berkurang pasien mengenai sejauh mana
arteri koroner Kriteria hasil: nyeri pengetahuan
NOC Label : 2. Kendalikan factor pasien terhadap
Kontrol Nyeri lingkungan yang nyeri
dapat 2. Untuk
1. Pasien mampu mempengaruhi meningkatkan
mengenali respon pasien rasa nyaman
kapan nyeri itu terhadap pasien
terjadi (3) ketidaknyamanan 3. Untuk
2. Pasien 3. Lakukan mengetahui dan
mengurangi pengkajian nyeri menganalisis
nyeri tanpa komprehensif penyebab nyeri
obat analgesic yang meliputi 4. Agar pasien
(3) lokasi, mampu
3. Pasien mampu karakteristik, mengenali dan
menggambark onset/durasi, menangani nyeri
an factor frekuensi, dengan tepat.
penyebab kualitas, 5. Untuk
nyeri (3) intensitas/beratny mengontrol
a nyeri. nyeri dengan
Keterangan : 4. Dorong pasien efek vasodilatasi
1. Tidak pernah untuk memonitor koroner, yang
menunjukan nyeri dan meningkatkan
2. Jarang menangani aliran darah
menunjukan nyerinya dengan koroner dan
3. Kadang- tepat. perfusi miokardia
kadang 5. Kolaborasi
menunjukan dengan tim medis
4. Sering pemberian:
menunjukan Antiangina
5. Secara (NTG) Penyekat
konsisten β (atenolol)
menunjukan
2 Penurunan curah Setelah dilakukan NIC Label : NIC Label :
jantung tindakan 1. Pantau tanda 1. Untuk
berhubungan keperawatan vital: frekuensi mengetahui
denganperubahan selama1x24 jam jantung, TD,nadi adanya
frekuensi, irama, curahjantung 2. Evaluasi adanya perubahan TD.
konduksi elektri, adekuat bunyi jantung 2. Untuk megetahui
penurunan S3,S4 adanya
preload/peningkata Kriteria Hasil: 3. Auskultasi bunyi komplikasi pada
n tahanan NOC Label : napas GJK gagal
vaskuler 1. TD, curah 4. Berikan makanan mitraluntuk S3.
sistemik, otot jantung dalam porsi makan kecil 3. Untuk
infark, kerusakan batas normal dan mudah mengetahui
struktural 2. Haluaran urine dikunyah, batasi adanya kongesti
adekuat asupan paru akibat
3. Tidak ada kafein,kopi, penurunanfungsi
disritmia coklat, dsb. miokard
4. Penurunan 5. Kaji ulang seri 4. Untuk
dispnea, angina EKG menghindari
5. Peningkatan 6. Pantau kerja miokardia,
toleransi laboratorium bradikardi,pening
terhadap (enzim jantung, katanfrekuensi
aktivitas GDA, elektrolit) jantung
7. Berikan obat 5. Untuk
antidisritmia mengetahui
perbaikan/perluas
an infark adanya
hipoksia,Hipokal
emia/hiperkalsem
ia

3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC Label : NIC Label :


perfusi jaringan tindakankeperawat 1. Observasi adanya 1. Untuk
berhubungan an selama1x24 perubahan tingkat mengetahui
denganpenurunan jamperfusijaringan kesadaran secara adanya
alirandarah, efektif tiba-tiba penurunan curah
misalnya 2. Observasi adanya jantung
vasikonstriksi, Kirteria Hasil: pucat, sianosis, 2. Vasokontriksi
hipovolemia, dan NOC Label : kulitdingin/lembab sistemik
pembentukan 1. Kulit hangat dan raba diakibatkan oleh
tromboemboli dan kering kekuatannadi penurunan
2. Nadi perifer perifer curahjantung
kuat 3. Observasi adanya 3. Untuk
3. Tanda vital tanda Homan, mengetahui
dalam batas eritema, edema adanya trombosis
normal 4. Anjurkan klien vena dalam
4. Kesadran untuk latihan kaki 4. Menurunkan
compos mentis aktif/pasif stasis vena,
5. Keseimbangan 5. Pantau pemasukan meningkatkan
pemasukan dan perubahan aliran balik vena
dan keluaran urine danmenurunkan
pengeluaran 6. Pantau risiko
6. Tidak edema laboratorium, tromboflebitis
dan nyeri kreatinin, elektrolit 5. Penurunan/mual
7. Beri obat sesuai terus menerus
indikasi : dapat
 Heparin megakibatkan
Cimetidine penurunanvolume
sirkulasi, yang
berdampak
negatif pada
perfusi dan fungsi
organ

4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan NIC Label : NIC Label :


berhubungan tindakankeperawat 1. Pantau 1. Untuk
dengan an selama 1x24 frekuensi menentukan
ketidakseimbangan jam jantung, irama, tingkat
antarasuplaioksigen klienmenunjukkan dan perubahan aktivitas klien
miokard dengan peningkatan TD sebelum, yang
kebutuhan, aktivitas secara selama, tidakmemberat
adanyaiskemia/nek bertahap dansesudah kan curah
rotikjaringan beraktivitas jantung
miokard, efek obat Kriteria Hasil: sesuai indikasi 2. Menurunkan
depresan jantung NOC Label : 2. Tingkatkan kerja
istirahat, miokard,
batasi sehingga
1. Klien dapat aktivitas pada menurunkan
melakukan dasar risikokomplika
peningkatan nyeri/responhe si
toleransi modinamik, 3. Dengan
aktivitas berikan mengejan
yang dapat aktivitas dapat
diukurdeng senggang yang mengakibatkan
an frekuensi tidak berat manuver
jantung/ira 3. Anjurkan valsavasehingg
ma jantung pasien untuk a terjadi
dan TD tidak mengejan bradikardi,
dalam batas saat defekasi menurunnyacu
normal elaskan pola rah
2. Kulit teraba peningkatan jantung,takikar
hangat, bertahap dari di
merah tingkat danpeningkata
muda dan aktivitas n TD
kering 4. Observasi 4. Aktivitas yang
gejala yang maju
menunjukkan memberikan
tidak toleran kontrol
terhadap jantung,
aktivitas meningkatkanr
egangan dan
mencegah
aktivitas
berlebihan
5. Palpitasi, nadi
tidak teratur,
adanya nyeri
dada atau
dispneadapat
mengindikasik
an kebutuhan
perubahan
program
oalahraga atau
diet

5 Ansietas Setelah dilakukan NIC Label : NIC Label :


berhubungan tindakankeperawat Pengurangan Tingkat Kecemasan
dengan ketakutan an selama 1x24 Kecemasan
akan kematian jam 1. Agar pasien
klienmenunjukkan 1. Gunakan yakin
ansietas berkurang pendektan 2. Untuk
yang mengurangi
Kriteria Hasil : menyenangkan kecemasan dan
NOC label : dan ketakutan
Tingkat meyakinkan 3. Agar pasien
Kecemasan 2. Berada disisi lebih rileks
 Perasaan pasien untuk 4. Agar pasien
gelisah (4) mengingatkan merasas lebih
 Wajah rasa aman dan nyaman
tegang (4) mengurangi
 Kesulitan ketakutan
berkonsentr 3. Instruksikan
asi (4) klien untuk
melakukan
Keterangan : Teknik
1. Berat relaksasi
2. Cukup berat 4. Dorong
3. Sedang keluarganya
4. Ringan untuk
5. Tidak ada mendampingi
pasien dengan
cara yang tepat

D. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian hasil untuk menentukan seberapa jauh


keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Evaluasi dibagi
menjadi 2 bagian yakni:
1. Evaluasi Berjalan (Sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan oleh bentuk pengisian format catatan
perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yamg dialami oleh
keluarga. Format yang dipakai adalah format SOAP.
2. Evaluasi Akhir (Formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara
tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara
keduanya mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu
ditinjau kembali.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi I Setiati S, Idrus A, Aru WS, Marcellus SK, Bambang S, Ari FS, editors.

2014. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST. In:Ilmu Penyakit Dalam.

6th ed. Jakarta: Interna Publishing.

Howard K.2015. Nursing Intervension Classification.Singapore:CV.

Johnson Marion.2015.Nursing Outcomes Classification. Singapore:CV.

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan. Yogjakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai