Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEGAWATDARURATAN PADA Tn.

M DENGAN
DIAGNOSIS ST ELEVASI MYOKARD INFARK INFERIOR
RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
DI IGD PUSAT JANTUNG TERPADU

DISUSUN OLEH :
ISLAH ANANDA JARNAWI
21.04.014

CI INSTITUSI CI LAHAN

(……………….....………..) (…………………………)

YAYASAN PPNI SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDY NERS
2021-2022
BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFINISI
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim
jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG.
STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total
sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat
nutrisi-oksigen dan mati. Selain itu STEMI merupakan Infark yang terjadi diseluruh
dinding miokard, dari endocardium ke epicardium dengan lokasi di anterior, inferior,
maupun lateral. Karakteristik antara lain terdapat elevasi gelombang ST dan Q pada
EKG, adanya isoenzime CK-MB 3-6 jam setelah onset dan terus meningkat hingga 12-24
jam (Huswar,2016).
STEMI merupakan suatu kondisi yang mengakibatkan kematian sel miosit
jantung karena iskhemia yang berkepanjangan akibat oklusi koroner akut. STEMI terjadi
akibat stenosis total pembuluh darah koroner sehingga menyebabkan nekrosis sel jantung
yang bersifat irreversible (Black & Hwak, 2012).
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner
menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat dan lokasi injuri vaskuler,
dimana injuri ini dicetuskan oleh faktorfaktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi
lipid (Sudoyo, 2010).

B. ANATOMI JANTUNG
Jantung terdiri 4 ruang, yaitu 2 ruang serambi atau bagian yang berdinding tipis
(atrium) dan 2 bilik atau bagian yang berdinding tebal (ventrikel).
- Atrium
Atrium merupakan bagian dari atas jantung, yang berfungsi sebagai penampung
darah yang selanjutnya akan mengalir menuju vertikel.
a) Atrium kanan
Dinding atrium kanan memiliki struktur yang tipis, dan memiliki tekanan
yang rendah sebelum memasuki atrium kanan, darah melewati dua vena yang
bermuara ke atrium kanan yaitu vena kava superior (membawa darah dari
bagian tubuh atas dan ekstermitas atas) serta vena kava inferior (membawa
darah dari bagian tubuh bawah dan organ abdomen). Setelah memulai atrium
kanan kemudian melewati katup tricuspid darah menuju ventrukel kanan pada
saat fase relaksasi otot jantung.
b) Atrium kiri
Dinding atrium kiri sedikit lebih tebal dibandingkan atrium kanan. Darah
yang teroksigenisasi memasuki atrium kiri. Selanjutnya darah akan memasuki
ventrikel kirimelewati katup mitral pada saat vase relaksasi otot jantung .
fungsi dari atrium kiri adalah sebagai ruang penerima darah yang telah
teroksigenisasi dari paru-paru.
- Ventrikel
Fungsi ventrikel secara umum adalah memompakan darah ke sistem sirkulasi
sistematik dan sirkulasi pulmonal. Ventrikel kiri mempunyai ketebalan tiga kali
dari yang sebelah kanan, sesuai dengan kerja jantung yang lebih berat.
a) Ventrikel kanan
Tebal dinding luarnya 4-5 mm dengan bertekana rendah. Fungsi dari vertikel
kanan adalah memompa darah menuju paru-paru. Darah mengalir menuju
arteri pulmonal melewati katup pulmonal, pada saat fase kontraksi.
b) Ventrikel kiri
Vertikel kiri memiliki otot yang besar. Tekanan vertikel kiri sangat tinggi,
darah yang masuk berasal dari atrium kiri melalui katub mitral dan kaluar dari
ventikel melalui katub aorta. Fungsi dari ventrikel kiri adalah mengalirkan
darah menuju seluruh tubuh yang selanjutnya kembali ke atrium kanan
C. ETIOLOGI
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri
vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan
akumulasi lipid.
1) Penyempitan arteri koroner nonsklerotik
2) Penyempitan aterosklerotik
3) Trombus
4) Plak aterosklerotik
5) Lambatnya aliran darah didaerah plak atau oleh viserasi plak
6) Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
7) Penurunan darah koroner melalui yang menyempit
8) Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
9) Spasme otot segmental pada arteri kejang otot.

Gambar Arteri coroner normal dan terkena aterosklerosis.


D. PATOFISIOLOGI
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.

Proses terjadinya arterosklerosis.

Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya
tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI
terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada
sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau
ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi
thrombus mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian
histology menunjukkan plak koroner cendereung mengalami rupture jika mempunyai
vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core).
Infrak miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai
endocardium sampai epikardium, disebut infark transmural, namun bisa juga hanya
mengenai daerah subendokardial, disebut infark subendokardial. Setelah terjadi 20 menit
sumbatan, infark sudah dapat terjadi pada subendokardium, dan bila berlanjut terus rata-
rata dalam 4 jam telah terjadi infark transmular.
E. PATHWAY

Aterosklerosis, thrombosis,kontraksi arteri koronaria

Penurunan aliran darah kejantung

Kekurangan oksigen dan nutrisi

Iskemik pada jaringan miokard

Nikrosi

Suplay dan kebutuhan oksigen kejantung tidak seimbang

Resiko
metabolism Seluler hipoksia penurunan
curah
Integritas membran jantung
Timbunan asam
nyeri berubah
laktat meningkat

Kontraktilitas
Gangguan
kelemahan turun
pertukaran
gas
Intoleransi
aktifitas Cop turun Gangguan
pompa jantung

Gangguan
perfusi Gagal jantung
jantung

Hypervolemia
F. MANIFESTASI KLINIS
1) Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar, ditindih
benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang berlangsung ≥ 20
menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat,
pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas.
2) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terusmenerus tidak mereda, biasanya
diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
3) Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan
lagi.
4) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan
terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
5) Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional),
menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat
atau nitrogliserin (NTG).
6) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
7) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan
pengalaman nyeri).

G. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI adalah :
1. Disfungsi ventrikular
2. Gangguan haemodinamik kongesti paru (ditandai dengan adanya ronkhi basah diparu
dan bunyi jantung S3 dan S4)
3. Syok kardiogenik
4. Infark ventrikel kanan
5. Aritmia pasca STEMI
6. Ekstrasistol ventrikel
7. Takikardi dan fibrilasi ventrikel
8. Takikardia ventrikel
9. Fibrilasi ventrikel
10. Fibrilasi atrium
11. Aritmia supraventrikular
12. Asistol ventrikel
13. Bradiaritmia dan blok.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium pemeriksaan enzim jantung :
- CK (creatini kinase) : isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat pada
3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam (3-5 hari)
- CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan kembali
normal dalam 48-72 jam
- LDH (laktat dehydrogenase), LDH1, dan LDH2: meningkat dalam 24 jam dan
memakan waktu lama untuk kembali normal
b. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG digunakan untuk merekam aktivitas elektrik jantung. Melalui
aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama jantung, besarnya jantung, dan
kondisi otot jantung. Kondisi otot jantung inilah yang memiliki kaitanya dengan PJK.
c. Tes treadmill atau exercise stress testing (uji latih jantung denan beban) exercise
testing merupakan salah satu tes yang sering dilakukan untuk mendiagnosis apakan
seseoran g terkena atau menderita penyakit jantung dan juga untuk mentratifikasi
berat ringannya penyakit jantung. Selain ini tes tredmill juga dapat dipakai untuk
mengukur kapasitas jantung , gangguan irama dan lain-lain.
d. Echocardiography (ekokardiografi)
Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara ultra untuk
mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai fungsi jantung.
e. Angiografi korener
Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang disuntikan kedalam
arteri koroner melalui kateter untuk melihat adanya penyempitan diarteri koroner.
I. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Tujuan penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah memperkecil kerusakan
jantung sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi.kerusakan jantung
diperkecil dengan cara segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen jantung. Terapi obat-obatan, pemberian O2, tirah baring dilakukan
secara bersamaan untuk tetap mempertahankan jantung. Obat-obatan dan O2
digunakan untuk meningkatkan suplai O2,sementara tirah baring digunakan untuk
mengurangi kebutuhan O2. Hilangnya nyeri merupakan indicator utama bahwa
kebutuhan dan suplai O2 telah mencapai keseimbangan. Dan dengan menghentikan
aktifitas fisik untuk mengurangi beban kerja jantung membatasi luas kerusakan.
2. Farmakologi
Ada 3 kelas obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen;
vasodilator untuk mengurangi nyeri jantung, missal; NTG (nitrogliserin). Anti
koagulan missal; heparin (untuk mempertahankan integritas jantung) trombolitik
streptokinase (mekanisme pembekuan dalam tubuh).
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Menurut Muttaqin 2012, pengkajian pada pasien STEMI adalah:
(1) Pengkajian Primer
a. Airways
a) Sumbatan atau penumpukan secret
b) Wheezing atau krekles
b. Breathing
a) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b) Respirasi lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c) Ronchi, krekles
d) Ekspansi dada tidak penuh
e) Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation
a) Nadi lemah , tidak teratur
b) Takikardi
c) TD meningkat / menurun
d) Edema
e) Gelisah
f) Akral dingin
g) Kulit pucat, sianosis
h) Output urine menurun.
(2) Pengkajian sekunder
a. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas
Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, Pola hidup menetap, jadwal
olah raga tidak teratur
Tanda : Takikardi, Dispnea pada istirahat atau aktifitas.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan
darah, diabetes mellitus.
Tanda :
a) Tekanan darah : dapat normal / naik / turun, Perubahan postural dicatat dari
tidur sampai duduk atau berdiri
b) Nadi : dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
c) Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan
gagal jantung atau penurunan konraktilits atau komplain ventrikel
d) Murmur : bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
e) Friksi ; dicurigai Perikarditis
f) Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
g) Edema
h) Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles
mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel
i) Warna : pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3) Integritas Ego
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri.
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan
ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang
keuangan , kerja , keluarga.
4) Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5) Makanan atau cairan
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan
berat badan.
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar.
6) Hygiene
Gejala atau tanda : Kesulitan melakukan tugas perawatan.
7) Neurosensori
Tanda : perubahan mental, kelemahan
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk / istrahat ).
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
a) Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan
dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin
(meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
b) Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat
menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
c) Kualitas: “Crushing”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat
dilihat.
d) Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah dialami.
e) Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes
mellitus , hipertensi, lansia.
9) Pernafasan
Tanda :
a) Peningkatan frekuensi pernafasan
b) Nafas sesak / kuat
c) Pucat, sianosis
d) Bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi, sputum ).
Gejala :
a) Dispnea tanpa atau dengan kerja
b) Dispnea nocturnal
c) Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
d) Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri (akut/kronis) b.d gangguan fungsi metabolic dengan penurunan kadar oksigen
pada miokard d.d keluhan nyeri dada.
b. Actual atau penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardial; perubahan frekuensi, irama, konduksi listrik; perubahan struktural (missal
kelainan katup, aneurisme ventrikuler).
c. Hypervolemia b.d peningkatan nutrium d.d edema anasarka dana tau perifer.
d. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus-kapiler (atellektasis,
kolaps jalan nafas /alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan/ perdarahan aktif).
e. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen d.d
tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gangguan oksigen d.d tekanan
darah berubah >20% dari kondisi istirahat, sianosis, kelemahan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Intervensi


Nyeri Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
(akut/kronis) b.d Setelah dilakukan tindakan (l.08238)
Observasi :
gangguan fungsi keperawatan selama 1x24 jam
1. Identifikasi lokasi,
metabolic diharapkan tingkat nyeri menurun
karakteristik, durasi,
dengan dengan kriteria hasil:
frekuensi, kualitas,
penurunan kadar
intensitas nyeri
oksigen pada indikator awal akhir Ekspektasi
2. Identifikasi skala
miokard d.d Nyeri 2 4 1.meningkat
nyeri
keluhan nyeri dada 2.cukup
3. Identifikasi respons
dada gelisah 3 4 meningkat
nyeri non verbal.
TD 2 4 3.sedang
Terapeutik :
frekuens 2 4 4.cukup
1. Berikan tehnik non-
i nadi menurun
farmakologis untuk
5.menurun
mengurangi rasa
nyeri (Teknik
relaksasi napas
dalam).
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
4. Anjurkan tehnik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi :
5. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu.

Penurunan curah Curah jantung Perawatan jantung


jantung Setelah dilakukan tindakan (I.02075) :
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam Observasi :
dengan diharapkan curah jantung membaik. 1.Identifikasi tanda/gejala
perubahan Dengan kriteria hasil: primer penurunan curah
kontraktilitas jantung.
miokardial; indikator awa akhi Ekspektasi 2. Monitor tekanan darah.
perubahan l r 3. Monitor intake dan
frekuensi, irama, Gambara 2 4 1.meningka output cairan.
konduksi listrik; n EKG t 4. Monitor saturasi
perubahan aritmia 2.cukup oksigen.
struktural (misal Arteri 2 3 meningkat 5. Monitor keluhan nyeri
kelainan katup, apical 3.sedang dada (intensitas, lokasi,
aneurisme Nyeri 2 4 4.cukup durasi).
ventrikuler). dada menurun 6. Monitor aritmia
Takikardi 2 4 5.menurun (kelainan irama dan
Tekanan 2 4 frekuensi).
darah Terapeutik :
1. Posisikan pasien semi-
fowler atau fowler
dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman.
2. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi
stress, jika perlu.
3. Berikan diet jantung
yang sesuai (mis.
Batasi asupan kafein,
natrium, kolesterol).
Edukasi :
1. Anjurkan berhenti
merokok.
2. Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap.
3. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output
cairan harian.
Kolaborasi :
1. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung.
Hypervolemia Keseimbangan cairan Managemen
b.d peningkatan Setelah dilakukan tindakan hypervolemia (I.03114)
nutrium d.d keperawatan selama 1x24 jam Observasi :
edema anasarka diharapkan keseimbangan cairan 1.Periksa tanda dan gejala
dana tau perifer membaik dengan kriteria hasil: hipervolemia seperti
adanya edema,dyspnea
2.Identifikasi penyebab
Indicator awal akhi Ekspektasi hypervolemia.
r 3.Monitor intake dan
edema 2 4 1.meningkat/ output cairan.
Tekana 2 4 memburuk 4.Monitor status
darah 2.cukup hemodinamik.
frekuensi 2 4 meningkat/ 5. Monitor kecepatan
memburuk infus secara ketat.
3.sedang 6. Monitor efek samping
4.cukup diuretik.
menurun/ Terapeutik :
membaik 1. Timbang berat badan
5.menurun/ setiap hari pada waktu
membaik yang sama.
2. Batasi asupan cairan
dan garam.
3. Tinggikan kepala
tempat tidur 30-40̊.
Edukasi :
1. Ajarkan cara
membatasi cairan.
2. Ajarkan cara mengukur
dan mencatat asupan
dan haluaran cairan.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
diuretic.
2. Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic.
Gangguan Keseimbangan asam basa Managemen asam-basa
pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1.Monitor frekuensi dan
b.d perubahan keperawatan selama 1x24 jam kedalaman nafas
membrane diharapkan keseimbangan asam basa 2.Monitor status
alveolus-kapiler normal . dengan kriteria hasil: neurologis berupa tingkat
(atellektasis, Indicator Awa Akhi Eksoektasi kesadaran, status mental
kolaps jalan l r 3.Monitor perubahan Ph
nafas /alveolar Tingkat 2 4 1.menurun paCO2 dan HCO3
edema kesadaran 2.cukup 4.Ambil specimen darah
paru/efusi, Frekuensi 2 4 menurun arteri unutk pemeriksaan
sekresi nafas 3.sedang AGD
berlebihan/ Irama 2 4 4.cukup 5.Berikan oksigen, sesuai
perdarahan nafas meningkat indikasi
aktif). pH 2 4 5.meningk 6.Kolaborasi pemberian
Kadar 2 4 at ventilasi mekanik, jika
CO2 perlu.
Kadar 2 4 7.Kolaborasi dengan
biokarbon dokter untuk pemberian
at diuretic.
Intoleransi Toleransi aktifitas Manajemen energi
aktifitas b.d Setelah dilakukan intervensi (I.05178) :
Observasi :
ketidakseimbang keperawatan selama 1x24 jam,
1) Monitor kelelahan
an antara suplai diharapkan toleransi aktivitas fisik dan emosional
dan kebutuhan meningkat dengan kriteria hasil; Terapeautik

oksigen Kriteria Awal Akhir Ekspektasi 2) Sediakan lingkungan


nyaman dan rendah
Perasaan 2 4 1.meningkat
stimulus (cahaya,
lemah 2.cukup suara, kunjungan)
Keluhan 2 4 meningkat Edukasi

lelah 3.sedang 3) Anjurkan melakukan


aktivitas secara
Dyspnea 2 4 4.cukup
bertahap.
setelah menurun Kolaborasi
aktifitas 5.menurun 4) Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan

D. IMPLEMENTASI KEPERAWTAN
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
dan pasien (Riyadi, 2010).
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,
2011).
DAFTAR PUSTAKA

Darlina, D. 2010, ‘manjemen pasien St elevasi miokardial infark ( STEMI)’, idea nursing jurnal,
vol. 1, no. 1, pp,14-20.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

file:///C:/Users/USER/Downloads/73166e4289ad35fe5b5cf1b0eeff98a5.pdf

file:///C:/Users/USER/Downloads/ASUHAN%2520KEPERAWATAN%2520PASIEN
%2520ST%2520ELEVASI%2520MIOKARD%2520INFARK%2520%2528STEMI
%2529%2520DALAM%2520PEMENUHAN%2520KEBUTUHAN%2520ISTIRAHAT
%2520DAN%2520TIDUR.pdf

Anda mungkin juga menyukai