Anda di halaman 1dari 36

SGD KEPERAWATAN MUSKULOSKELETAL 2

Asuhan Keperawatan Klien dengan Total Hip Replacement

Fasilitator : Herdina Mariyanti, S.Kep., Ns., M.Kep


Disusun oleh: Kelompok 7

1. Gunawan 131511123078
2. Risna Nur Pradany 131511123080
3. Nita Tri Septiana 131511123082
4. Saskiyanti Ari Andini 131511123084
5. Desy Suryani 131511123086
6. Gazali Rahman 131511123088
7. Muhammad Saelindra 131511123090
8. Kurnia Fidyastria 131511123092

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

1
DAFTAR ISI

BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3 Tujuan.............................................................................................. 1
1.3.1 Tujuan umum....................................................................... 2
1.3.2 Tujuan khusus....................................................................... 2

BAB 2 Tinjauan Pustaka


2.1 Anatomi dan Fisiologi Sendi Panggul.............................................. 4
2.2 Definisi Total Hip Replacement....................................................... 6
2.3 Etiologi Total Hip Replacement....................................................... 6
..........................................................................................................
2.4 Indikasi Total Hip Replacement....................................................... 8
2.5 Kontraindikasi Total Hip Replacement............................................ 8
2.6 Prosedur Tindakan Total Hip Replacement..................................... 9
2.7 Web of Causation (WOC) Total Hip Replacement.......................... 11
2.8 Penatalaksanaan Total Hip Replacement......................................... 12
2.9 Komplikasi Total Hip Replacement................................................. 14
2.10Prognosis Total Hip Replacement.................................................... 15

BAB 3 Asuhan Keperawatan Klien dengan Total Hip Replacement.................. 16

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................... 28
4.2 Saran................................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 29

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Total Hip Replacement atau yang biasa disebut dengan Total Hip
Arthroplasty (THA) merupakan prosedur operasi penggantian keseluruhan
bagian sendi panggul yang mengalami kerusakan dengan tujuan
menghilangkan rasa sakit, meningkatkan mobilitas, meningkatkan fungsi
sendi sehingga pasien mampu beraktivitas secara normal dan meningkatkan
kualitas kesehatannya.
The National Joint Registry for England and Wales melaporkan
bahwa prosedur THA telah mengalami peningkatan dari tahun 2006/2007
hingga tahun 2008/2009, yaitu sebanyak 51.981 kasus menjadi 77.608 kasus
di Inggris dan Wales. Di Indonesia, jumlah prosedur tindakan THA masih
relatif kecil jika dibandingkan dengan negara-negara maju akibat tingginya
biaya yang dibutuhkan dan kurangnya pengetahuan klien (Jamari, dkk.,
2012 dalam Yuliantini, 2013).
Prosedur tindakan Total Hip Replacement merupakan salah satu jenis
operasi pembedahan perbaikan fungsi sendi panggul. Tindakan ini dipilih
jika kedua bagian penyusun sendi panggul, yaitu kepala femur dan
acetabulum secara total mengalami kerusakan. Kerusakan secara
menyeluruh ini umumnya akibat berbagai penyakit seperti osteoarthritis,
rheumatoid arthritis ataupun fraktur yang menyebabkan nyeri berat dan
hilangnya fungsi sendi. Dampaknya klien akan mengalami perubahan gaya
berjalan memperlihatkan ketidakmampuan dalam aktivitas harian seperti
menggunakan sepatu dan menyilangkan kaki (Yuliantini, 2013). Bagian
sendi yang mengalami kerusakan tersebut akan digantikan dengan prostesis
yang terbuat dari metal, keramik, polyethylene ataupun bahan lain.
Total Hip Replacement merupakan prosedur tindakan invasif yang
memerlukan berbagai persiapan. Perawat perlu mengetahui persiapan yang
harus dilakukan klien dan keluarga sebelum dan sesudah dilakukannya
tindakan, serta menentukan prioritas masalah keperawatan pada klien

3
dengan Total Hip Replacement. Oleh karena itu penulis sebagai mahasiwa
keperawatan menyusun makalah ini agar kedepannya mampu memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari Total Hip Replacement?
2. Apakah penyebab dilakukannya Total Hip Replacement?
3. Apakah indikasi dan kontraindikasi dilakukannya Total Hip
Replacement?
4. Bagaimana prosedur tindakan Total Hip Replacement?
5. Bagaimana WOC Total Hip Replacement?
6. Bagaimana tatalaksana keperawatan pada Total Hip Replacement?
7. Apakah komplikasi dari Total Hip Replacement?
8. Bagaimana prognosis Total Hip Replacement?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Total Hip
Replacement?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini agar mahasiswa mengetahui,
mengerti dan dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan Total Hip Replacement.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa
mampu:
1. Mengetahui definisi Total Hip Replacement
2. Mengtahui penyebab dilakukannya Total Hip Replacement
3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi Total Hip Replacement
4. Mengetahui prosedur tindakan Total Hip Replacement
5. Megetahui WOC Total Hip Replacement
6. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan pada Total Hip
Replacement

4
7. Mengetahui komplikasi Total Hip Replacement
8. Mengetahui prognosis Total Hip Replacement
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada Total Hip Replacement

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sendi Panggul


Persendian adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih
yang dihubungkan melalui jaringan ikat. Ujung-ujung tulang pada sendi
yang normal (Gambar 1) dilapisi oleh kapsul yang tersusun dari membran
sinovial di bagian dalam dan lapisan tulang rawan (articular cartilage) di
bagian luar. Membran sinovial memproduksi cairan yang melumasi dan
mengurangi gesekan di dalam sendi panggul, sedangkan lapisan tulang
rawan berfungsi sebagai bantalan yang memungkinkan tulang untuk
bergerak bebas dengan mudah.

6
Gambar 1 Sendi Panggul Gambar 2
Tulang penyusun sendi panggul

Sumber: http://drsarangdeshpande.com/hip-replacement-surgery/normal-
hip-anatomy/

Sendi panggul termasuk kedalam jenis sendi putar yang


memungkinkan gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi, dan
sirkumduksi. Sendi panggul menghubungkan os. coxae (tulang panggul)
dengan os. femur (tulang paha). Menurut Atmojo (2012) terdapat tiga
bagian utama penyusun sendi panggul, yaitu terdiri dari femur, femoral
head, dan rounded socked/ acetabulum (Gambar 2).

7
a. Femur
Os. Femur atau tulang paha merupakan tulang yang terpanjang, terkuat,
dan terberat dari semua tulang pada rangka tubuh. Femur dibagi menjadi
tiga bagian yakni bagian kepala, leher dan batang. Tulang femur
berperan sebagai tempat perlekatan otot yang memungkinkannya
berfungsi sebagai alat gerak pasif. Bagian distal femur melebar ke dalam
kondilus medial dan kondilus lateral akan berartikulasi dengan tuang
tibia membentuk sendi lutut.
b. Femoral head
Femoral head merupakan bagian proksimal tulang femur yang berbentuk
dua pertiga dari bentuk bola utuh, terhubung dengan acetabulum dan
membentuk sendi panggul. Femur tidak berada pada garis vertikal
tubuh, sehingga kepala femur membentuk sudut sekitar 125˚ dari bagian
leher femur agar masuk dengan pas ke acetabulum. Dengan demikian
bidang tulang paha dapat bergerak bebas tanpa terhalang pelvis saat
paha sedang bergerak (Aulia dkk, 2012).
c. Acetabulum
Acetabulum merupakan bagian dari tulang pelvis yang berbentuk
cekungan seperti mangkok. Bagian proksimal femur masuk ke dalam
cekungan terebut dan berartikulasi membentuk sendi panggul.
Sendi panggul yang terbentuk dari tulang femur dan tulang panggul
terebut, dihubungkan oleh jaringan ikat yang fleksibel (ligamen) yang
berfungsi untuk mencegah gerakan sendi yang berlebihan (dislokasi).
Terdapat dua jenis ligamen pada sendi panggul yaitu (Gambar 3):
a. Ligamentum ekstrakapsular (iliofemoral, ischiofemoral, dan
pubofemoral) yang melekat pada tulang panggul
b. Ligamentum intrakapsular (ligamentum teres) yang melekat di
acetabulum dan kepala femoral.
Vaskularisasi yang berfungsi memberi nutrisi dan oksigen pada sendi
panggul didapat melalui medial dan lateral arteri femoralis sirkumfleksa,
dan arteri pada kepala femur (Gambar 4).

8
Gambar 3 Ligamen Sendi Panggul Gambar 4 Vakularisasi Sendi Panggul

Sumber: http://teachmeanatomy.info/lower-limb/joints/the-hip-joint/

2.2 Definisi Total Hip Replacement


Total Hip Replacement atau yang biasa disebut dengan Total Hip
Arthroplasty (THA) merupakan prosedur operasi penggantian keseluruhan
bagian sendi panggul yang mengalami kerusakan, meliputi bagian femur
proksimal dan acetabulum [ CITATION Wal14 \l 1057 ]. Bagian sendi yang
telah rusak tersebut akan digantikan dengan implan prostesis; yaitu alat
pengganti yang terbuat dari metal, keramik, polyethylene ataupun bahan lain
dengan tujuan mengurangi rasa sakit dan mengembalikan mobilitas sendi
panggul sehingga pasien mampu beraktivitas secara normal (HKGT, Siloam
Hospital dan JRC, DePaul Health Center, 2013).

2.3 Etiologi Total Hip Replacement


Secara umum tindakan Total Hip Replacement dilakukan saat terjadi
kerusakan masif pada sendi panggul yang menimbulkan nyeri yang tidak
berespon baik pada pemberian obat sehingga gerakan klien menjadi terbatas.
Menurut Jill, J.B. dan Goldstein, W.M., (2003). Gangguan yang dapat
dipertimbangkan untuk mendapat tindakan Total Hip Replacement meliputi
oseteoatrhritis, rheumatoid arthtritis nekrosis avaskular, dysplasia pada
panggul, fraktur, dan (The Brigham and Women's Hospital, 2010)
1. Osteoarthritis

9
Radang sendi akibat berkurangnya bantalan tulang rawan di
persendian. Tulang kemudian bergesekan sehingga terjadi nyeri dan
kekakuan. Pada akhirnya akan terjadi hipertropi tulang, dan terbentuk
tonjolan tulang pada permukaan sendi. Penyakit ini biasanya terjadi
pada usia>50 tahun [ CITATION Fai06 \l 1057 ].
2. Rheumatoid arthtritis
Penyakit autoimun yang menyerang membran sinovial. Cairan
sinovial berfungsi sebagai pelumas pada sendi untuk mengurangi
gesekan antar tulang sehingga mudah bergerak. Penyakit ini
menyebabkan produksi cairan sinovial menjadi terlalu sedikit,
akibatnya terjadi gesekan tulang rawan artikular sehingga timbul rasa
nyeri dan kekakuan.
3. Artritis pasca trauma adalah penyakit artritis yang disebabkan oleh
rusaknya sendi akibat luka-luka yang terjadi sebelumnya. Ini juga
mengakibatkan kerusakan pada sendi, rasa sakit dan hilangnya
kemampuan mobilitas[ CITATION Ort \l 1057 ]
4. Osteonekrosis/Nekrosis avaskular
Merupakan kondisi yang dihasilkan dari suplai darah yang kurang
ke area tulang tertentu yang menyebabkan kematian tulang (Marx, J.
A. et al., 2002). Kondisi ini dapat terjadi akibat trauma dan kerusakan
pada pembuluh darah pada tulang. Penyebab lain yakni karena
obstruksi (embolisme) udara atau lemak yang memblok aliran darah
melalui pembuluh darah, dan inflamasi dinding pembuluh darah
(vaskulitis).
5. Displasia Panggul
Merupakan kelainan tulang panggul yang ditandai dengan
acetabulum yang tidak menutupi keseluruhan kepala femur, akibatnya
mudah terjadi dislokasi panggul. Umumnya kelainan ini dapat dikenali
sejak kecil karena merupakan kelainan kongenital.
6. Fraktur
Fraktur yang dimaksud adalah fraktur intrakapsular, yaitu fraktur
yang terjadi pada tulang femur proksimal dan melibatkan acetabulum.

10
11
2.4 Indikasi Total Hip Replacement
Total Hip Replacement diindikasikan ketika:
1. End-stage Arthritis
2. Nyeri menetap yang tidak berespon pada pengobatan (antalgetik, anti-
inflamasi atau glukosamin sulfat)
3. Kekakuan panggul sehingga membatasi kemampuan klien untuk
beraktifitas ringan (misal: duduk)
4. Obat-obatan yang diberikan memiiki efek samping yang merugikan
klien
5. Perawatan lain seperti terapi fisik atau alat bantu tidak menghilangkan
rasa nyeri
6. Sendi panggul sudah aus akibat proses penuaan alami, trauma atau
penyakit rematik
7. Kerusakan masif sendi panggul yang tidak dapat ditangani degan
tatalaksana lain (misal: fraktur yang melibatkan kepala femur dan
acetabulum).

2.5 Kontraindikasi Total Hip Replacement


Kontraindikasi tindakan Total Hip Replacement menurut Rajesh (2012) dan:
1. Klien mengalami sepsis
2. Klien dengan usia< 60, tulang masih kondisi baik, diusahakan
pengobatan yg lain
3. Keadaan kesehatan klien secara umum berisiko tinggi untuk melakukan
operasi
4. Alergi untuk implan, terutama untuk logam
5. Tumor tulang lokal atau kista tulang, kelainan tulang periartikular, atau
penyakit tulang lain yang tidak memungkinkan untuk dilakukan
implantasi
6. Kontraindikasi relatif: klien dengan skeletal imatur dan klien dengan
tingkat motivasi yang rendah.

12
2.6 Prosedur Tindakan Total Hip Replacement
Total Hip Replacement ini di lakukan untuk mengganti sambungan
tulang pinggul dengan tulang paha atas yang telah mengalami kerusakan.
Tindakan ini akan dilakukan jika kedua penyusun sendi; acetabulum dan
kepala femoral rusak. Berikut adalah langkah-langkah atau prosedur
tindakan Total Hip Replacement:

A B C
D Gambar 5 Total Hip Replacement

A. Pemotongan pada kepala femoral yang telah rusak


B. Bagian acetabulum akan dihaluskan untuk menempatkan cup
C. Prostesis hip joint akan dipasang dengan cara menanam femoral stem
pada tulang femur
D. Prostesis yang telah ditanam dipasangkan ke dalam cup acetabulum

Komponen sambungan tulang panggul terdiri dari sistem acetabular


dan femoral. Acetabulum terdiri dari komponen acetabular shell dan
acetabular liner, sedangkan pada femoral terdiri dari komponen femoral
head dan femoral stem.

Gambar 6
Prostesis Total Hip Replacement

13
Sumber: www.animasorthopedics.com
Komponen prostesis kepala femoral disambungkan dengan tulang
femur dengan tiga metode, yaitu dengan cemented, cementless dan dengan
metode hybrid (kombinasi cemented stem dan cementless cup). Metode
cementless memungkinkan terbentuknya fiksasi biologis; prostesis femoral
dilapisi dengan bagian berpori tulang dapat memicu pertumbuhan tulang.
Sedangkan untuk memperkuat prostesis acetabulum, fiksasi dilakukan
dengan menggunakan sekrup.

Sumber : www.eorthopod.com

Gambar 7 Gambar 8
Cemented Total Hip Replacement
Cementless Total Hip Replacement

14
2.7 WOC (Web of Causation) Total Hip Replacement

Osteoarthritis, Osteonekrosis, Penyakit panggul kongenital Kegagalan pembedahan


Rheumatoid arthtritis, Fraktur dsb (Displasia) rekontruksi sebelumnya

Total Hip Replacement

Pre-Op Intra-Op Post-Op

Adanya sayatan
Informasi tidak adekuat Kurang pemahaman Terputusnya kontinuitas Pemasangan prostesis
pembedahan
terkait prosedur terkait prosedur jaringan dan pembuluh menimbulkan rasa
tindakan tindakan darah tidak nyaman
Port de entry kuman Pembekuan darah

MK. Kurang Thrombosis vena MK. Nyeri Akut Sulit berjalan


MK. Ansietas
Pengetahuan MK. Risiko
Infeksi Perawatan luka tidak Keterbatasan aktivitas
adekuat
Emboli Thrombus masuk ke Sumbatan vena di
MK. Gangguan jantung dan paru-paru melalui bagian proksimal MK. Hambatan
Pertukaran Gas aliran darah MK. Risiko Infeksi
Mobilitas Fisik
Peradangan jaringan
MK. Pola Nafas Inefektif Emboli Paru periveskuler

11
MK. Intoleransi aktifitas
MK. Gangguan Perfusi
Jaringan
2.8 Penatalaksanaan Total Hip Replacement
Tatalaksana keperawatan pada tindakan secara umum dibagi menjadi
3 yaitu Pre, Intra, dan Post-Operatif.
1. Preoperatif
Persiapan preoperatif meliputi pemeriksaan status
kesehatan fisik secara umum, status nutrisi, keseimbangan cairan
dan elektrolit, pengisian inform concent, dan persiapan umum
lainnya.
2. Perioperatif
Secara umum tatalaksana keperawatan intraoperatif pada
Total Hip Replacement sama seperti operasi lain, yaitu melakukan
pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
3. Postoperatif
Aktivitas keperawatan berfokus pada penyembuhan pasien.
ROM dilakukan segera, dimulai sejak hari pertama postoperasi.
Latihan ini penting untuk meningkatkan sirkulasi ke kaki,
mencegah pembekuan darah, menguatkan otot dan meningkatkan
fleksibilitas panggul. Hal ini diperlukan untuk mempercepat proses
penyembuhan serta evaluasi keberhasilan operasi.
Klien diberikan edukasi mengenai pencegahan komplikasi
post-op, gerakan yang tidak boleh dilakukan seperti menyilangkan
kaki saat duduk, mengangkat kaki >90o, mengambil objek dari
lantai, duduk dengan lutut yang lebih rendah dari panggul,
memutar panggul terlalu keluar atau terlalu ke dalam (Gambar 8).
Terapi rehabilitasi dimulai di hari ketiga post-op, klien
dilatih berdiri dan berjalan menggunakan alat bantu (Orthopaedic
Center, Siloam Hospital). Weight bearing, atau pembebanan berat
badan ditentukan oleh dokter bedah. Kebanyakan pasien post THR
mendapat parsial weight bearing selama 6 minggu sesuai dengan
kemampuan klien.

12
Menurut Prerson (2002) tingkatan weight bearing
dibedakan menjadi 5 (lima) yaitu:
a. Non weight bearing (NWB)
1) Kaki tidak boleh menyentuh lantai
2) NWB adalah 0% dari beban tubuh, dilakukan selama 3
Minggu pasca operasi.
b. Touch Down Weight Bearing (TDWB)
1)  Berat dari kaki pada lantai saat melangkah tidak lebih dari
5% beban tubuh.
c. Partial Weight Bearing (PWB)
1) Berat dapat berangsur ditingkatkan dari 30-50% beban
tubuh.
2) Dilakukan 3-6 Minggu pasca operasi
d. Weight Bearing as Tolerated (WBAT)
1) Tingkatannya dari 50-100% beban tubuh
2) Pasien dapat meningkatkan beban jika merasa sanggup
melakukannya
e. Full Weight Bearing (FWB)
3) Kaki dapat membawa 100% beban tubuh setiap
melangkah
4) Dilakukan 8-9 bulan pasca operasi

13
13
Sumber: Total Hip Replacement, Rehabilitation & Physical Therapy Protocols

14
Gambar 10 Hip Precaution
Sumber: Joint Replacement Center, 2013

2.9 Komplikasi Total Hip Replacement


Menurut [ CITATION Gre13 \l 1057 ], seperti pada operasi besar lain,
Total Hip Replacement juga memiliki berbagai risiko terjadinya komplikasi.
Komplikasi tersebut dibagi dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Komplikasi Perioperatif
Sangat jarang terjadi, komplikasi yang dapat terjadi selama prosedur
operasi meliputi:
a. Cedera pada saraf dan pembuluh darah
Jarang terjadi, namun dapat menyebabkan kelemahan dan hilangnya
sensasi di bagian kaki. Kerusakan pembuluh darah mungkin
memerlukan operasi lebih lanjut jika perdarahan sedang
berlangsung.
b. Blood loss
c. Hematoma
d. Fraktur intraoperatif
2. Komplikasi Pacaoperatif

14
a. Deep vein thrombosis (DVT)
Terjadi ketika gumpalan darah (trombus) terbentuk di vena dalam
tubuh, biasanya terjadi pada kondisi tirah baring lama
b. Infeksi
Infeksi pada Total Hip Replacement sangat jarang terjadi, tingkat
infeksi sekitar 1%. Jika hal itu obatan terjadi maka pemberian
antibiotik diberikan sebagai pengobatan, tetapi mungkin juga
memerlukan operasi lanjutan
c. Dislokasi
Dislokasi sendi pinggul buatan dapat terjadi jika kepala femoral
terlepas dari acetabulum
d. Kerusakan implan
Keruskan implan dapat terjadi karena posisi yang salah atau terjatuh
sehingga implan patah, ataupun karena melonggarnya sendi yang
paling sering disebabkan oleh keausan komponen prostesis
e. Kekakuan sendi
Kekakuan disebabkan oleh pembentukan tulang tambahan, juga
disebut osifikasi heterotopic, adalah proses di mana beberapa
jaringan lunak di sekitar pinggul mengeras menjadi tulang

2.10 Prognosis Total Hip Replacement


Berdasarkan beberapa data riset ditemukan bahwa Total Hip
Replacement memiliki prognosis yang baik pada klien. Sekitar 80% orang
mendapatkan hasil yang baik dengan meningkatkan mobilitas dan hilangnya
rasa sakit. Sebesar 90% implan mampu bertahan selama 20 tahun, namun
pasien yang lebih muda dan lebih aktif akan meningkatkan risiko keausan
prostesis. Angka kematian 30 hari setelah penggantian panggul total elektif
adalah sekitar 0,5% [ CITATION Lie02 \l 1057 ]. Setelah Total Hip
Replacement, angka kematian 30 hari post-op adalah 2,4% [ CITATION
Par04 \l 1057 ].

15
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas Klien : Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Rasa nyeri, nyeri tersebut bisa akut atau kronik, rasa cemas
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
penggantian panggul total, yang nantinya membantu dalam
membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan
kekuatan dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan
menghubungkan penyakit tertentu seperti kanker tulang yang
menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk disambung.
Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko
terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes
menghambat proses penyembuhan tulang.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur sehingga
diperlukan penggantian panggul total, seperti diabetes, osteoporosis
yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang
yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D,
1995).
e. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat.

16
2. Pemeriksaan Fisik
a. B1: dbn jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi, RR dalam batas
normal, RR dapat meningkat saat pasien ansietas
B2: dbn jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi, TD dan Nadi dalam
batas normal, TD dan nadi dapat meningkat saat pasien ansietas
B3: dbn
B4: dbn, jika pasien tidak mobilisisasi secara dini, atau pasien takut
untuk mobilisasi dan haya berbaring saja dapat menurunkan BB
B5: dbn
B6: Terdapat tanda bekas operasi total replacement hip
b. Pemeriksaan Diagnostik
c. Pemeriksaan Radiologi: sinar rontgen (x-ray), Tomografi,
Myelografi, Arthrografi dan Computed Tomografi-Scanning
d. Pemeriksaan Laboratorium

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Domain 12: Kenyamanan
Kelas 1: Kenyamanan fisik
Nyeri akut b.d trauma jaringan, kompresi saraf dan refleks spasme otot
sekunder akibat prosedur invasif (00132)
2. Domain 4: Aktivitas istirahat
Kelas 2: Aktivitas/ latihan
Hambatan mobilitas fisik b.d keterbatasan pergerakan fragmen tulang,
respon nyeri/ ketidaknyamanan dan penurunan kekuatan/tahanan
(00085)
3. Domain 9: Koping/ toleransi stress
Kelas 2: Respon koping
Ansietas b.d perubahan status kesehatan (00146)
4. Domain 11: Keamanan/ perindungan
Kelas 1: Infeksi
Risiko infeksi b.d stasis prosedur invasive dan luka/ kerusakan kulit,
insisi pembedahan (00004)

17
3.3 Intervensi
1. Nyeri akut b.d trauma jaringan, kompresi saraf dan refleks spasme otot
sekunder akibat prosedur invasif (00132)
NOC NIC
Domain 4, kelas Q Manajemen Nyeri (1400)
Pain control (1605)
Kriteria hasil: 1. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
2. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
1. Klien mampu mengetahui pengalaman nyeri pasien
mengontrol nyeri 3. Kontrol ruangan yang dapat mempengaruhi nyeri
2. Klien mampu 4. Kurangi faktor presipitasi nyeri
mengenali nyeri 5. Tingkatkan istirahat
3. Klien menyatakan 6. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
rasa nyaman setelah tindakan nyeri tidak berhasil
nyeri berkurang 7. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
4. TTV dalam rentang nyeri
normal
5. Tidak mengalami Analgetic Administration (2210)
gangguan tidur
1. Cek instruksi dokter tentang jenis, dosis dan
frekuensi obat
2. Cek riwayat alergi
3. Pilihan algetik yang diperlukan tergantung tipe dan
beratnya nyeri
4. Tentukan rute pemberian analgetik (IV/IM)
5. Monitoring TTV sebelum dan sesudah pemberi
ananlgetik
6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala
(efek samping)

2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (00146)


NOC NIC
Domain 3, kelas O Anxiety Reduction (5820)
Anxiety Self Control 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stres
(1402)
3. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
1. Monitor intensitas mengurangi takut
kecemasan 4. Berikan informasi mengenai diagnosis, tindakan,
2. Menyingkirkan tanda prognosis
kecemasan 5. Dorong keluarga untuk menemani
3. Menurunkan 6. Dengarkan dengan penuh perhatian
stimulus lingkungan 7. Identifikasi tingkat kecemasan
ketika cemas 8. Bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan
4. Merencanakan kecemasan
strategi koping untuk 9. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,

18
situasi penuh stres ketakutan, persepsi
5. Menggunakan teknik 10. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
relaksasi untuk
mengurangi cemas
6. Tidak ada
manifestasi perilaku
kecemasan
7. Melaporkan
kebutuhan tidur
adekuat

3. Hambatan mobilitas fisik b.d keterbatasan pergerakan fragmen tulang,


respon nyeri/ ketidaknyamanan dan penurunan kekuatan/tahanan
(00085)
NOC NIC
Domain 1, kelas C Exercise Therapy: Ambulation (0221)
Mobility (0208) 1. Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan
1. Melangkah dan lihat respon pasien saat latihan
2. Berjalan lambat 2. Konsultasikan dengan fisioterapis tentang rencana
3. Berjalan dengan ambulasi sesuai dengan kebutuhan
kecepatan sedang 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
4. Berjalan dengan berjalan dan cegah terhadap cedera
kecepatan lebih 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang
cepat teknik ambulasi
5. Berjalan naik tangga 5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
6. Berjalan menuruni 6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL
tangga secara mandiri sesuai kemampuan dampingi dan
7. Berjalan dengan
bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan
jarak yang dekat
kabutuhan ADL
(keliling kamar)
7. Berikan alat bantu bila pasien memerlukan
8. Berjalan dengan
jarak yang sedang 8. Ajarkan bagaimana merubah posisi dan berikan
(keluar kamar) bantuan jika diperlukan
9. Berjalan dengan
jarak yang lebih jauh Exercise Therapy: Joint Mobility (0224)
(mengitari bangsal) 1. Tentukan batasan gerakan
2. Kolaborasi dengan fisioterapis dalam
mengembangkan dan menentukan program latihan
3. Tentukan level gerakan pasien
4. Jelaskan pada keluarga/pasien tujuan dan rencana
latihan
5. Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri selama
gerakan atau aktivitas
6. Lindungi pasien dari trauma selama latihan
7. Bantu pasien untuk mengoptimalkan posisi tubuh
untuk gerakan pasif atau aktif
8. Dorong ROM aktif

19
9. Instruksikan pada pasien atau keluarga tentang
ROM pasif dan aktif
10. Bantu pasien untuk mengembangkan rencana
latihan ROM aktif

4. Resiko Infeksi b.d stasis prosedur invasive dan luka/ kerusakan kulit,
insisi pembedahan (00004)
NOC NIC
Domain 4, kelas T Infection Control (6540)
Risk Control: infection 1. Pantau tanda/gejala infeksi
process (1924) 2. Kaji faktor yang mempengaruhi infeksi
3. Instruksikan untuk menjaga hygiene diri
Kriteria hasil :
4. Berikan terapi antibiotic (bila diperlukan)
1. Tidak ada tanda
atau gejala infeksi
2. Menunjukkan
hygiene diri
adekuat

3.4 Kasus
Ny. S usia 63 tahun datang untuk kontrol ke Poli Ortopedi di Rumah Sakit
Universitas Airlangga dengan keluhan sangat nyeri pada bagian sendi
pinggul sampai sulit digerakkan dengan skala 8, klien tampak menyeringai
kesakitan. Nyeri dirasakan 1 bulan setelah post operasi Total Hip
Replacement bagian kaki sebelah kanan serta muncul tanda-tanda laserasi di
daerah pinggul, area sekitar luka teraba hangat, dan nyeri tekan (tenderness)
pada area pinggul. Nyeri tumpul timbul saat pinggul digerakkan. RR : 20
x/menit, nadi: 85 x/menit, suhu : 36,50C, TD : 120/80 mmHg. Ny.S
mengalami kesulitan dalam beraktifitas, serta sangat cemas dengan sakit
yang dialaminya. Dalam kehidupan sehari-harinya Ny. S memenuhi
kebutuhan hidupnya sendiri, Ny. S jarang minum susu, tidak suka makan
sayur-sayuran dan buah-buahan. Ny.S juga tidak begitu memahami tentang
penyakitnya. Ny. S terdiagnosa osteoarthritis sejak 3 tahun terakhir sebelum
dilakukan operasi THR.

20
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : perempuan
Usia : 63 tahun
Alamat : Surabaya
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Status perkawinan : Janda
Agama : Islam
Tanggal MRS : 12-09-2015
Diagnosa Medis : Post-op Total Hip Replacement

b. Keluhan utama
Nyeri dan muncul tanda-tanda laserasi di daerah sekitar pinggul.
P : Pinggul digerakkan akan terasa nyeri
Q : Nyeri tumpul
R : Bagian pinggul
S : Skala nyeri 8
T : Nyeri tekan selama 1 bulan post-op

c. Riwayat Kesehatan Klien


1) Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. S merasakan nyeri sangat hebat dengan skala 8 pada
bagian pinggul sejak 1 bulan terakhir dan sulit digerakkan.
2) Riwayat Penyakit dahulu
Ny. S terdiagnosa osteoarthritis sejak 3 tahun terakhir dan
telah dilakukan operasi Total Hip Replacement.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu Ny. S memiliki riwayat penyakit rhematoid arthritis
4) Riwayat Obat-obatan
Tidak ada riwayat alergi terhadap obat dan tidak ada terapi
obat-obatan khusus
5) Riwayat Penyalagunaan obat-obatan dan alkohol
Ny. S tidak pernah mengonsumsi obat-obatan terlarang dan
alkohol
6) Riwayat Merokok
Ny. S tidak pernah merokok
7) Riwayat Nutrisi
Ny. S jarang minum susu dan tidak suka makan sayur-
sayuran dan buah-buahan.

21
8) Riwayat Psikososial
a) Persepsi terhadap kondisi klien
Ny. S sulit menggerakkan pinggulnya dan merasakan
nyeri sejak 1 bulan terakhir
b) Mekanisme Koping dan sistem pendukung
Ny. S berusaha tidak beraktifitas banyak dan berat
karena menghindari rasa nyeri yang semakin hebat
c) Pengkajian pengetahuan Klien dan Keluarga
Ny. S tidak mengetahui tentang kondisi penyakitnya
d) Nilai Kepercayaan
Ny. S menyadari bahwa penyakitnya merupakan cobaan
dari Tuhan
d. Observasi Status Kesehatan
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda Tanda Vital : RR : 20 x/menit, nadi: 85 x/menit, suhu :
36,50C, TD : 120/80 mmHg
2. Pengkajian ROS (Review of System)
1) Sistem pernafasan (B1 : Breath)
Irama nafas (RR) : teratur (20 x/menit)
Suara nafas : vesikuler
Saat dipalpasi gerakan dada pada pernafasan seimbang
Alat bantu nafas : tidak ada
2) Sistem kardiovaskuler (B2 : Blood)
Akral : hangat
CRT : <2 detik
TD : 120/80 mmHg
N : 85 x/menit
Suhu : 36,5o C
3) Sistem persarafan (B3 : Brain)
GCS : 456
Kesadaran : composmentis
Konjungtiva merah muda

22
Nyeri pada pinggul
Skala nyeri 8
4) Sistem perkemihan (B4 : Bladder)
Klien minum + 1000 – 1500 cc / hari air putih dan selama di
rumah sakit klien tidak pernah minum kopi, teh dan klien
terpasang infus RL 20 tetes / menit.
Klien BAK ± 6-7 x/hari berwarna kekuning-kuningan berbau
khas (amoniak).
5) Sistem pencernaan (B5 : Bowel)
Klien mengatakan makan 3 x/hari dengan menu yang
disediakan di rumah sakit (bubur dan sayur) dan telur, ikan dan
ayam.
Klien BAB + 1 x/hari dengan konsistensi lunak.
6) Sistem musculoskeletal dan Integumen (B6 : Bone)

a. Look (inspeksi)
Di bagian pinggul klien terdapat balutan kasa yang
sebelumnya dibuka oleh dokter dan ditemukan laserasi.
Pasien mengalami pergerakan terbatas karena rasa nyeri
akan bertambah saat bergerak.
b. Feel (palpasi)
Area sekitar luka teraba hangat.
Nyeri tekan (tenderness) pada area pinggul
c. Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
Pergerakan kaki kanan terhambat karena klien merasa nyeri
pada pinggul kaki sebelah kanan.
Kekuatan otot : 5 5
3 5

23
3. Analisis data

Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
DS: Klien mengeluh nyeri di Osteoartritis Nyeri akut
daerah kaki kanan. ↓
DO: Kerusakan sendi pinggul
a. Klien tampak menyeringai ↓
kesakitan. Operasi pergantian sendi lutut
b. TTV (total knee replacement)
TD : 120/70 mmHg, N : 85 ↓
kali/menit, RR: 20x/mnt,
Tindakan invasif dan cedera
suhu : 36,5o C
jaringan
c. Skala nyeri PQRST:

P : Pinggul digerakkan
akan terasa nyeri Menekan ujung saraf
Q : Nyeri terasa menekan ↓
R : Bagian pinggul Nyeri
S : Skala nyeri 8
T : Nyeri tekan terasa 1
bulan
DS: Klien mengatakan sulit Total hip replecement Hambatan
menggerakkan pinggulnya (Pergantian sendi pinggul) mobilitas fisik
DO: ↓
a. Klien lebih banyak berdiam Belum dapat beradaptasi
diri ditempat tidur ↓
b. Klien membatasi Kaki terasa kaku dan timbul
pergerakan nyeri

Membatasi gerakan

Hambatan mobilitas fisik
DS: Klien mengeluhkan nyeri Prosedur operasi Resiko infeksi
tumpul di area kaki kanan. ↓
DO: Diskontinuitas jaringan
Terdapat laserasi, Area sekitar ↓
luka teraba hangat. Nyeri tekan open entry mikroorganisme
(tenderness) pada area pinggul ↓
Resiko infeksi

24
4. Diagnosa Keperawatan
1) Domain 12: Kenyamanan
Kelas 1: Kenyamanan fisik
Nyeri akut b.d trauma jaringan, kompresi saraf dan refleks
spasme otot sekunder akibat prosedur invasif (00132)
2) Domain 4: Aktivitas istirahat
Kelas 2: Aktivitas/ latihan
Hambatan mobilitas fisik b.d keterbatasan pergerakan fragmen
tulang, respon nyeri/ ketidaknyamanan dan penurunan
kekuatan/tahanan (00085)
3) Domain 11: Keamanan/ perlindungan
Kelas 1: Infeksi
Risiko Infeksi b.d stasis prosedur invasive dan luka/ kerusakan
kulit, insisi pembedahan (00004)

5. Intervensi
1) Nyeri akut akut b.d trauma jaringan, kompresi saraf dan refleks
spasme otot sekunder akibat prosedur invasif (00132)
NOC NIC
1. Domain 4, kelas Q Pain management (1400)
Pain control (1605)
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
a. Meminum analgesik
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
yang diresepkan: 5
kualitas dan faktor presipitasi
b. Melaporkan
2. Observasi reaksi nonverbal dan
perubahan gejala
ketidaknyamanan
nyeri yang dirasa
3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
pada petugas: 5
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
2. Domain 5, kelas V
kebisingan
Pain level (2102)
4. Kurangi faktor presipitasi nyeri
a. Ekspresi wajah
5. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
terhadap nyeri: 5
intervensi
b. Panjang episode
6. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
nyeri: 4
dalam, relaksasi, distraksi, kompres
c. Gelisah: 5
hangat/dingin
d. RR: 5
7. Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri
3. Domain 5, kelas U
8. Tingkatkan istirahat
Comfort status (2008)
a. Merasa lebih baik
kondisinya

25
2) Hambatan mobilitas fisik b.d keterbatasan pergerakan fragmen
tulang, respon nyeri/ ketidaknyamanan dan penurunan
kekuatan/tahanan (00085)
NOC NIC
1. Domain 1, Exercise Therapy: Ambulation (0221)
kelas C 1. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan
Joint movement: hip dan lihat respon pasien saat latihan
(0216) 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
a. Abduksi 45º R/L: 5 rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
b. Adduksi 30º R/L: 5 pasien
c. Rotasi internal 40º 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
R/L: 5 berjalan dan cegah terhadap cedera
d. Rotasi eksternal 45º 4. Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi
R/L: 5 5. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
2. Domain 1, ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
kelas C 6. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan
Mobility (0208) bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien.
a. Berjalan : 2 7. Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
b. Berpindah dengan 8. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
mudah : 2 berikan bantuan jika diperlukan
c. Pergerakan sendi :
3 Exercise Therapy: Joint Mobility (0224)
3. Domain 1, kelas D
1. Tentukan batasan gerakan
Self care : ADLs
(0300) 2. Kolaborasi dengan fisioterapis dalam
a. Toileting dan oral mengembangkan dan menentukan program
hygiene: 2 latihan
b. Berpindah posisi: 3. Tentukan level gerakan pasien
1 4. Jelaskan pada keluarga/pasien tujuan dan
c. Mampu rencana latihan
menggunakan alat
5. Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri
bantu untuk
mobilisasi selama gerakan atau aktivitas
(Walker): 1 6. Lindungi pasien dari trauma selama latihan
7. Bantu pasien untuk mengoptimalkan posisi
tubuh untuk gerakan pasif atau aktif
8. Dorong ROM aktif
9. Instruksikan pada pasien atau keluarga tentang
ROM pasif dan aktif
10. Bantu pasien untuk mengembangkan rencana
latihan ROM aktif

26
3) Resiko infeksi b.d stasis prosedur invasive dan luka/ kerusakan
kulit, insisi pembedahan (00004)
NOC NIC
1. Domain 4, kelas T Infection Control (6540)
Risk Control: 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai oleh
infection process pasien lain.
(1924) 2. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
a. Dapat tangan saatberkunjung dan
mengidentifikasi setelahberkunjungmeninggalkanpasien
faktor risiko infeksi: 3. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
5 4. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
b. Mempertahankan tindakan perawatan
kebersihan sekitar: 5 5. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
c. Mempraktikkan pelindung
strategi kontrol 6. Pertahankan lingkungan aseptik selama
risiko: 5 pemasangan alat
d. Mencari pelayanan 7. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
pada petugas lokal
kesehatan terkait 8. Monitor hitung granulosit, WBC
risiko yang 9. Monitor kerentanan terhadap infeksi
dirasakan: 5 10. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
2. Domain 4, kelas S sesuai resep
Knowledge: Infection 11. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
management (1842) infeksi
a. Mengetahui 12. Ajarkan cara menghindari infeksi
pentingnya 13. Dorong masukkan nutrisi yang cukup.
kepatuhan dalam
regimen pengobatan:
4
b. Mengetahui tanda
dan gejala infeksi: 3
c. Menjaga kebersihan
tangan: 5
d. Mempraktikkan cara
pengurangan
transmisi
mikroorganisme: 4

27
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Total Hip Replacement merupakan tindakan operatif untuk mengganti
sendi panggul yang rusak dengan sebuah prostesis. Penggantian ini
dilakukan dengan tujuan menghilangkan nyeri kronis misalnya pada arthritis
end-stage, dan memperbaiki mobilitas misalnya pada fraktur sebagai upaya
meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan klien. Prognosis pada umumnya
baik, dengan masa bertahan prostesis selama ±20 tahun. Total Hip
Replacement merupakan tindakan invasif yang sangat berisiko
menimbulkan berbagai komplikasi. Oleh karena itu klien perlu mendapat
asuhan keperawatan komprehensif, baik saat pre, intra maupun post-operatif
sebagai upaya pencegahannya.

4.2 Saran
Klien dengan Total Hip Replacement berisiko mengalami berbagai
komplikasi sehingga sangat memerlukan asuhan keperawatan yang tepat.
Perawat seharusnyaa mampu mempersiapkan klien, baik saat pre, intra
maupun post-operatif, serta memberikan asuhan keperawatan secara
holistik. Asuhan keperawatn yang diberikan tidak hanya sebatas aspek fisik
seperti manajemen nyeri dan mengajarkan ROM, tetapi juga faktor
psikologis dan emosional klien dan keluarga dalam menjalani proses
penyakitnya. Perawat harus memiliki kemampuan untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan klien, mengedukasi klien dan keluarga mengenai
posedur tindakan, apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan
setelahnya. Hal ini sebagai upaya meningkatkan kenyamanan dan kualitas
hidup klien serta menghindarkan klien dari kecemasan akibat kurang
informasi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Affatato, S. (2014). Perspectives in Total Hip Arthroplasty: Advances in


Biomaterials and their Tribological Interaction. Cambridge: Woodhead.
Atmojo, K. T. (2012). Laporan Tugas Akhir; Prediksi Tegangan Von Mises
Femoral Stem pada Sambungan Tulang Panggul Buatan dengan Metode Elemen
Hingga. Semarang: Univesitas Diponegoro.
Aulia, T. N., Henry Yurianto, M., Saleh, R., & Supriyadi, W. (2012). Sudut
Anteversi Leher Femur pada orang Indonesia. Makassar: Fakultas Kedokteran,
Universitas Hasanuddin.
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard k., Dochterman, Joannee. (2013). Nursing
Interventoins Classification (NIC) Sixth Edition. USA: Mosby Elseiver
Carpenito, Lynda J., Moyet. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Ed. 13.
Jakarta: EGC

Department of Rehabilitation Services. (2010). Standard of Care: Total Hip


Replacement. Boston: The Brigham and Women's Hospital.
Department of Rehabilitation Services. (2012). Total Knee Arthroplasty Protocol.
Boston: The Brigham and Women's Hospital.
Erens, G. A. (2013). Patient information: Total hip replacement (arthroplasty)
(Beyond the Basics). UpToDate: Wolters Kluwer .
Frontera, W. R., Silver, J. K., & Jr, T. D. (2014). Essentials of Physical Medicine
and Rehabilitation 3ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Furnes, O, et al. (2001). Hip Disease and The Prognosis of Total Hip
Replacement. Bergen : University of Bergen

Joint Replacement Center. (2013). New Hip, Hooray! Your Pathway To Hip
Replacement Recovery. Missouri: DePaul Health Center.
Lie SA, E. L. (2002). Early postoperative mortality after 67,548 total hip
replacements: causes of death and thromboprophylaxis in 68 hospitals in Norway
from 1987 to 1999. Acta Orthop Scand , 73(4):392-9.
Maya, S. (2010). Total Hip Replacement Spectrum ECAB. New Delhi: Elsevier.
Moeckel, A., & Mitha, N. (2008). Textbook of Pediatric Osteopathy. Philadelphia:
Elsevier.
Moorhead, Sue., Johnson, M. et. al. Nursing Outcomes Classifications (NOC)
Measurement of Health Outcomes Fifth Edition. USA: Mosby Elseiver

29
NANDA. (2014). Nursing Diagnosis: definitions and Classification 2015-2017.
Tenth Edition. NANDA International

Orthopaedic Center, Siloam Hospital. Menikmati Usia Lanjut dan Seluk Beluk
Mengenai Operasi di Sekitar Sendi Lutut dan Panggul. Jakarta: Siloam Hospital.
Parvizi J, E. M. (2004). Thirty-day mortality following hip arthroplasty for acute
fracture. J Bone Joint Surg Am , ;86-A(9):1983-8.
Rajesh, M. (2012). Mastering Orthopedic Techniques Total Hip Arthroplasty.
New Delhi: Jaypee.
Ronnie Rosenthal.et al, (2001). Principle and Practice of Geriatric. New York:
Spinger Verlag
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.ed.8.volume 3. Jakarta :EGC
Yatim, F. (2006). Penyakit Tulang dan Persendian. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.

30

Anda mungkin juga menyukai