Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang
terletak dalam mediastinum di antara kedua paru-paru.Dengan fungsinya
untuk memompa darah ke seluruh bagian tubuh, jantung merupakan salah
satu organ yang tidak pernah beristirahat.Hal ini dikarenakan, jantung
mempunyai suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri.Dalam keadaan
fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus
sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya sehingga
menimbulkan kontraksi jantung.Jika rangsang irama ini mengalami gangguan
dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan
irama jantung.Aritmia adalah kelainan laju denyut jantung atau irama jantung
yang disebabkan oleh gangguan pembentukan atau konduksi impuls
(Aaronson, 2010).Aritmia merupakan salah satu komplikasi dari Infark
Miokard Akut (IMA).Aritmia perlu segera ditangani karena dapat
mengganggu hemodinamik dan meningkatkan kebutuhan konsumsi oksigen
miokard, sehingga mengakibatkan perluasan daerah infark.Aritimia
merupakan salah satu penyakit yang dapat membunuh secara diam-diam
(silent killer).
Menurut data WHO 2013, 17,3 juta orang meninggal akibat gangguan
kardiovaskular pada tahun 2008 dan lebih dari 23 juta orang akan meninggal
setiap tahun dengan gangguan kadiovaskular (WHO, 2013). Lebih dari 80%
kematian akibat gangguan kardiovaskular terjadi di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah (Yancy, 2013).Diperkirakan, populasi
geriatri (lansia) akan mencapai 11,39 % di Indonesia atau 28 juta orang di
Indonesia pada tahun 2020. Makin bertambah usia, persentase kejadian akan
meningkat yaitu 70 % pada usia 65 – 85 tahun dan 84 % di atas 85 tahun.
Prevalensi faktor risiko jantung dan pembuluh darah, seperti makan makanan
asin 24,5%, kurang sayur dan buah 93,6%, kurang aktivitas fisik 49,2%,
perokok setiap hari 23,7% dan konsumsi alkohol 4,6% (Depkes RI,

1
2009).Jenis gangguan irama jantung lainnya yang sering menyebabkan
kematian mendadak adalah ventrikel fibrilasi yang sering terjadi bersama
ventrikel takikardi.Hal ini menyebabkan sekitar 300.000 kematian per
tahunnya di Amerika Serikat. Kelainan ini juga ditemukan sebanyak 0,06 –
0,08 % per tahunnya pada populasi dewasa. Ventrikel fibrilasi dan ventrikel
takikardi merupakan kelainan pertama yang paling sering terjadi akibat
sindrom koroner akut dan merupakan penyebab 50 % kematian mendadak,
yang biasanya Studi epidemiologik jangka panjang menunjukkan bahwa pria
mempunyai resiko gangguan irama ventrikel 2 – 4 kali lipat dibandingkan
dengan wanita.
Berdasarkan uraian diatas, pentinglah perawat melakukan Asuhan
keperawatan yang tepat kepada pasien dengan aritmia. Melalui makalah ini,
akan di bahas secara terurai Asuhan keperawatan pada pasien dengan Aritmia
gangguan penghantaran.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi Aritmia gangguan pengahantaran (konduksi)?


2. Apa etiologi Aritmia gangguan pengahantaran (konduksi)?
3. Apa manifestasi klinis Aritmia gangguan pengahantaran (konduksi)?
4. Bagaimana patofisiologi Aritmia gangguan pengahantaran (konduksi)?
5. Apa penatalaksanaan pada klien dengan Aritmia gangguan pengahantaran
(konduksi)?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Aritmia gangguan
pengahantaran(konduksi)?
.3. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum


Setelah proses pembelajaran, diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan Asuhan keperawatan pada pasien dengan Aritmia
gangguan penghantaran (konduksi)
1.2.2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami:
1. Definisi Aritmia gangguan pengahantaran (konduksi)

2
2. Etiologi Aritmia gangguan pengahantaran (konduksi)
3. Manifestasi klinis Aritmia gangguan pengahantaran (konduksi)
4. Patofisiologi Aritmia gangguan pengahantaran (konduksi)
5. WOC Aritmia gangguan pengahantaran (konduksi)
6. Penatalaksanaan pada klien dengan Aritmia gangguan
pengahantaran (konduksi)
7. Asuhan keperawatan pada klien Aritmia gangguan
pengahantaran(konduksi)

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fisiologi Sistem Konduksi Listrik Jantung
Jantung dilengkapi dengan system khusus yang berfungsi untuk
mencetuskan impuls berirama yang memicu kontraksi jantung sesuai irama
impuls dan menghantarkan impuls secara cepat ke seluruh jantung. Bila
system ini berjalan dengan normal maka atrium akan berkontraksi seperenam
lebih cepat dari ventrikel dan selanjutnya ventrikel dapat berkontraksi. Proses
ini pada keadaan normal akan berjalan secara simultan. Kontraksi atrium
mendorong darah masuk ke dalam ventrikel sehingga memungkinkan
ventrikel memompa darah ke seluruh tubuh melalui system pembuluh darah
arteri.
System konduksi jantung terdiri dari beberapa komponen
pembentukan impuls dan penghantaran impuls yaitu :
1. Nodus Sinoatrial (SA Node)
Terletak di dinding superior lateral atrium kanan, sedikit lateral dari muara
vena cava superior.Jika pacu jantung dimulai dari SA Node maka
frekuensi jantung yang dihasilkan adalah 80-100 x/menit.
2. Jalur Intermodal (Intermodal Pathway)
Merupakan penghubung antara SA node dan AV node.
3. Nodus Atrioventrikular (AV Node)
Terletak di dinding posterior septum interatrial atau dinding pembatas
antara atrium kanan dan atrium kiri. Jika pacu jantung berasal dari AV
Node maka frekuensi jatung yang dihasilkan adalah 60-79 x/menit.
4. Berkas Atrioventrikular (AV Bundle)
Disebut juga berkas His, berkas ini menghubungkan konduksi dari atrium
ke ventrikel. Jika pacu jantung dari SA Node dan AV Node mengalami
gangguan maka pusat pacu jantung akan diambil alih oleh serabut
purkinjee dan menghasilkan frekuensi jantung 40-59 x/menit.
5. Cabang berkas kiri dan kanan (Left Bundle Branch/LBBdan Right Bundle
Branch/RBB)

4
Cabang ini berjalan dari septum intaventrukular hingga ke apeks jantung
kanan dan kiri.
6. Serabut Purkinje (Purkinje Fibers)
Merupakan percabangan kecil dari LBB dan RBB yang menghantarkan
impuls ke seluruh ventrikel.

2.2. Definisi
Aritmia merupakan kelainan laju denyut jantung atau irama jantung
yang disebabkan oleh gangguan pembentukan atau konduksi impuls
(Aaronson, 2010).
Aritmia merupakan salah satu komplikasi dari Infark Miokard Akut
(IMA).Aritmia perlu segera ditangani karena dapat mengganggu
hemodinamik dan meningkatkan kebutuhan konsumsi oksigen miokard,
sehingga mengakibatkan perluasan daerah infark serta dapat memicu
terjadinya aritmia yang lebih gawat seperti takikardia ventrikel, fibrilasi
ventrikel hingga asistol (Kasron, 2012).

5
Aritmia adalah kelainan irama jantung yang terjadi karena perubahan
konduksi impuls, pembentukan impuls dan keduanya (Tao L, 2013)
Gangguan konduksi impuls adalah suatu gangguan akibat adanya
blok/hambatan atau tertundanya penghantaran impuls jantung yang abnormal
dari SA node, AV node, melalui bundle branch kiri atau kanan ke system
punkinje di ventrikel. Blok dapat terjadi di beberapa titik di sepanjang jalur
system konduksi (Udjianti,2010).
2.3. Etiologi
Menurt Herman, 2010 penyebab aritmia jantung biasanya adalah salah
satu atau kombinasi beberapa abnormalitas pada system konduksi-ritmisitas
jantung berikut ini :
1. Ritmisitas pemacu jantung
2. Beralihnya pemacu jantung dari nodus sinus (nodus S-A) ke bagian lain
jantung.
3. Blok (hambatan) transmisi impuls ke bagian-bagian jantung
4. Jalur transmisi impuls jantung yang abnormal.
5. Timbulnya impuls abnormal secara spontan di bagian-bagian jantung.

Faktor Resiko
1. Penyakit arteri kroner
2. Hipertensi
3. Penyakit bawaan
4. Masalah pada tyroid
5. Penggunaan obat-obatan tertentu
6. Obesitas
7. Diabetes
8. Ketidak seimbangan elektrolit
9. Konsumsi alcohol
10. Konsumsi kafeein atau nikotin

6
2.5. Klasifikasi Aritmia Gangguan Penghantaran
1. Blok Sinoatrial
Blok sinoatrial adalah terhambatnya transmisi impuls dari nodus
sinus ke otot atrium.Pada keadaan ini, impuls tidak dapat mencapai atrium
sehingga atrium tidak dapat berdepolarisasi dan menyebabkan atrium tidak
dapat berkontraksi. Sebagai akibatnya nodus AV akan mengambil alih
fungsi pemacu (pacemaker) jantung sehingga kontraksi ventrikel dan
atrium terjadi secara terpisah, bukan lagi terjadi secara serial. Pada
gambaran EKG gelombang P (depolarisasi atrium) menghilang dan
frekuensi kompleks QRS (depolarisasi ventrikel) melambat.
2. Blok Atrioventrikular
Satu-satunya jalur transmisi impuls dari atrium ke ventrikel adalah
melalui bundle His. Adanya blok pada AV dapat menyebabkan
terhambatnya transmisi impuls dari atrium ke ventrikel melalui bundle AV
tersebut.
Beberapa faktor yang dapat memperlambat atau bahkan memblok
secara penghantaran impuls dari atrium ke ventrikel melalui bundle AV
antara lain :
a) Iskemia
Iskemia pada nodus AV atau bundle AV dapat memperlambat atau
bahkan memblok total konduksi impuls dari atrium ke ventrikel.
Penyebab iskemia biasanya adalah gangguan sirkulasi koroner
(Insufisiensi koroner).
b) Kompresi
Kompresi bundle AV dapat disebabkan oleh adanya jaringan parut atau
proses pengapuran yang terjadi pada jantung.
c) Inflamasi
Inflamasi pada nodus AV dan bundle AV sering terjadi pada
miokarditis yang disebabkan oleh difteri dan demam reumatik.
d) Stimulasi hebat (ekstrim) oleh nervus vagus

7
Blok konduksi jenis ini sangat jarang terjadi, namun dapat terjadi pada
stimulasi hebat baroreseptor pada pasien dengan sindrom sinus
karotikus.
Blok pada Atrioventrikular (AV Blok) dibagi dalam 3 derajat yaitu :
a) First degree AV Block
Pada kondisi ini impuls dari atrium ke ventrikel masih dapat
berjalan, namun mengalami perlambatan. Pada EKG, terlihat interval
P-R memanjang ≥ 0,20 detik dengan setiap gelombang P diikuti oleh
sebuah kompleks QRS. Kondisi ini biasanya bersifat asimtomatik dan
dapat terjadi akibat adanya stimulasi vagal, pengguanaan preparat
antagonis reseptor-β (β-bloker) dan sejumlah keadaan infiltrasi atau
degenerative (misalnya amiloidosis, sarkoidosis).

b) Second degree AV Block


Impuls tidak cukup kuat untuk dihantarkan sampai ke ventrikel
sehingga frekwensi denyut atrium akan menjadi lebih besar
dibandingkan frekwensi denyut ventrikel dan terdapat dropped beats
yang berarti tidak ada denyut ventrikel setelah dengyut atrium
sebagaimana mestinya. Berdasarkan gambaran EKG, Second degree
AV Block dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
 Mobitz tipe I (Wenkebach): merupakan kondisi dimana terjadi
pemanjangan interval P-R mencapai 0,25-0,45 detik, dan
gelombang P tidak diikuti oleh QRS kompleks. Kelainan ini

8
bersifat asimtomatik dan kadang-kadang progresif menjadi Third
degree AV Block
 Mobitz tipe II (Hay): pada jenis ini hilangnya konduksi AV terjadi
secara mendadak dan tidak dapat diprediksi serta hilangnya QRS
kompleks tidak diikuti oleh pemanjangan P-R interval seperti pada
jenis Mobitz I. Mobitz tipe II dapat dinyatakan dalam rasio
gelombang P terhadap kompleks QRS dengan blok 2:1. Kelainan
ini dapat berlanjut menjadi Third degree AV Block dan
memerlukan pemasangan alat pacu jantung (pacemaker).

c) Third degree AV Block


Third degree AV Block terjadi akibat adanya blok total pada
bundle AV sehingga konduksi dari atrium tidak sampai ke ventrikel.
Kondisi ini terjadi apabila nilai interval P-R > 0,35-0,45 detik.Pada
nilai PR interval yang sangat panjang ini impuls dari atrium ke
ventrikel tidak dapat dihantarkan dan ventrikel tidak dapat berkontaksi,
pada keadaan ini pemacu ventrikel diambil alih oleh serabut purkinje
sehingga atrium dan ventrikel tetap dapt berkontraksi namun tidak
berhubungan (escape ventrikular). Pada EKG, terlihat gelombang P da
kompleks QRS tidak muncul secara berurutan. Gelombang P terlihat
lebih banyak karena mengikuti frekwensi nodus sinus, yaitu 60-100
kali/menit, sedangkan QRS kompleks hanya muncul sekali-seklai

9
mengikuti frekwensi serat purkinje, yaitu 40 kali/menit. Biasanya AV
blok jenis ini memerlukan alat pemacu jantung (pacemaker) untuk
mengendalikan ventrikel.

Penatalaksanaan AV Block
a. Stable: Observasi, identifikasi dan menangani penyebabnya
(hiperkalemia, hipermagnesemia,digoxin dan β blocker),
pertimbangkan pemasangan permanent pacemaker.
b. Unstable: Identifikasi dan menangani penyebab
- Atropine 0,5 mg bolus, ulangi tiap 3-5 menit.
- Transcutan pacing
- Dopamine 2-10 mcg/kg/menit
- Epineprin 2-10 mcg/menit
- Pertimbangkan pemberian Transvenous pacing jika tersedia.
3. Blok Intraventrikular (Bundle-Branch Block)
Merupakan kegagalan impuls elektrik jantung melewati salah satu
cabang bekasi His. Ventrikel yang tekena akan mengalami depolarisasi
jauh lebih lambat. Sebagai contoh pada LBBB (Left Bundle-Branch
Block), depolarisasi pada ventrikel kiri jauh lebih lambat dari ventrikel
kanan. Pada EKG, terlihat gambaran QRS kompleks yang abnormal, yaitu
kompleks QRS yang normal berselingan dengan QRS yang lebih kecil dan
fenomena ini disebut “electrical alternans”.

10
a. Right Bundle Branch Block
Tidak terdapat konduksi pada
Right Bundle sehingga ventrikel
kanan mengalami depolarisasi dari
kiri. Dalam gambaran EKG akan
didapatkan adanya gelombang R
sebelum kompleks QRS (R’) pada
lead V1 dan terdapar gelombang Q
kecil serta gelombang S yang dalam
pada V6.
b. Left Bundle Branch Block
Tidak terdapat konduksi ke
Left Bundle, sehingga ventrikel kiri.
Pada gelombang EKG didapatkan
gelombang Q yang sangat kecil di
V1 dan gelombang R kedua pada
lead V6.

4. Aritmia Ventrikular
a. Ventrikular Takikardi
Terdapat abnormalitas gelombang T, kompleks QRS melebar
hingga 120 ms atau 3 kotak kecil.Biasanya memiliki irama yang
teratur 120-170 kali/mnt, VT terjadi akibat adanya iskemik, hipotermia
dan gangguan keseimbangan elektrolit. VT dibagi enjadi 3 jenis, yaitu:
- Monomorfik: Kompleks QRS normal, namun dapat mengarah pada
LBBB atau RBBB.
- Polymorphic (normal QT): Kopleks QRS tidak sama dengan
morfologi normal, apabila tidak ditangani dapat memburuk hingga
jatuh pada keadaan Ventrikel Fibrilasi.
- Polymorphic (Torsades de point): Terdapat pemanjangan QT
interval dan terdapat gelombang T pematur.

Penatalaksanaan VT umum:

11
1. Pemberian terapi oksigen
2. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
3. Kolaborasi pemberian cairan infus.
4. Perekaman EKG 12 Lead.
5. VT Stable :
- Monomorphic = Adenosine
- Polymorphic = Kolaborasi pemberian anti-aritmia
- Procainamide : 20-50 mg/mnt hingga takikardi turun, namun
harus diimbangi dengan pemberian cairan infuse, hentikan
pemberian apabila tejadi hipotensi.
- Amiodarone : 150mg diberikan bolus dalam waktu lebih dari 5
menit, kemudian lanjutkan 150mg dengan drib, ulangi jika
perlu atau jika VT terjadi lagi.
- Sotalol : 100mg (1,5mg/kg) bolus, lebih dari 5 menit. Tidak
dianjurkan apabila terdapat QT yang memanjang.
6. VT Unstable :
- Cardioversi sinkronise
- Jika TTV menurun derastis lakukan prosedur ACLS.
b. Ventrikular Fibrilasi
Gelombang tidak terbentuk.
Penatalaksanaan :
- Prosedur ACLS untuk VT/VF :
1. Call for help
2. Berikan O2
3. Pasang monitor
4. Shock biphasic dengan dosis maksimal (120-200 joule),
Lakukan CPR 2 menit, Pasang IV line, Cek ritme nadi, Shock,
CPR, Berikan Epineprin, pasang ETT, cek ritme, shock,
Lakukan CPR 2 menit, Amiodaron.

12
2.6. Patofisiologi
Di dalam jantung terdapat sel-sel yang mempunyai sifat automatisasi
artinya dapat dengan sendirinya secara teratur melepaskan rangsang. Impuls
yang di hasilkan dari sel-sel ini akan digunakan untuk menstimulasi otot
jantung agar dapat berkontraksi. Sel-sel tersebutu adalah SA node, AV node,
bundle his, dan serabut purkinjee. Secara normal, impuls akan di hasilkan
oleh SA node, yang kemudian diteruskan ke AV node, bundle his dan
terakhir ke serabut parkinjee. Terjadinya aritmia dapat disebabkan akibat
adanya gangguan pembentukan rangsang, gangguan penghantaran (konduksi)
rangsang maupun keduanya.
Pada aritmia gangguan konduksi jantung dapat terjadi hambatan
transmisi impuls akibat adanya blok pada SA node, AV node, bundle his, dan
serabut purkinjee. Adanya hambatan pada SA node mengakibatkan AV node
akan mengambil alih fungsi SA node sebagai pemacu jantung sehingga
kontraksi ventrikel dan kontraksi atrium terjadi secara terpisah. Blok pada
AV node menghambat transmisi implus dari atrium ke ventrikel sehingga
menyebabkan pemanjangan interval P-R. Sedangkan blok yang terjadi pada
serabut purkinjee menyebabkan kegagalan implus elektrik pada salah satu sisi
jantung yang mengalami blok sebagai contoh pada LBBB (left bundle
branche block ), depolarisasi ventrikel kiri lebih lambat dari ventrikel kanan.

2.7. Manifestasi Klinis


1. Dapat bersifat asimtomatis.
2. Ansietas atau gelisah.
3. Palpitasi.
4. Nyeri dada ringan hingga berat.
5. Vertigo.
6. Sinkop.
7. Terjadi perubahan tekanan darah (dapat hipertensi maupun hipotensi).
8. Sesak nafas.

13
2.8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Kolaborasi
a) Antiaritmi

b) Analgesik
c) Terapi oksigen
d) Nutrisi
e) Pemasangan Pacemaker

14
2. Penatalaksanaan Mandiri
a) Tirah baring
b) Pengurangan aktivitas
c) Pengaturan Intake dan Output

15
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Klien dengan aritmia lebih sering terjadi pada laki-laki dengan usia >45
tahun.
2. Keluhan Utama
Biasnya pada klien dengan aritmia akan mengeluh nyeri dada ringan
sampai berat, jantung berdebar, sesak nafas dll.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat klien dikaji untuk menentukan ada tidaknya sinkop
(pingsan), vertigo, kelelahan, nyeri dada ringan sampai berat, dada
berdebar, pusing/vertigo, dll.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengkaji riwayat kesehatan dahulu untuk menentukan apakah klien
dulu pernah menderita penyakit jantung (CAD, CHF), merokok,
hipertensi, konsumsi alkohol, DM, obesitas, gagal ginjal, riwayat
oprasi (coronary artery baypass, pemasangan packemaker, ICD /
impant cardio defibrilator), dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kesehatan keluarga ada tidaknya penyakit jantung yang
didapatkan dari keturunan penyakit jantung, hipertensi, DM, CHF dll.
d. Data Psikososial
Kaji tingkat kecemasan pasien dan persepsi pasien terhadap
penyakitnya.
e. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breath): nafas pendek, sesak napas, batuk (dengan atau tanpa
sputum), perubahan pola nafas.
2) B2 (Blood): hipotensi atau hipertensi, nadi irregular, nyeri dada
sering dan hebat, Auskultasi jantung ditemukan adanya irama
ireguler, suara ekstrasistole

16
3) B3 (Brain): keluhan pening hilang timbul, sakit kepala, pingsan.
Temuan fisik: status mental disorientasi, confusion, kehilangan
memori, perubahan pola berbicara, stupor dan koma. Letargi
(mengantuk), gelisah, halusinasi; reaksi pupil berubah. Reflex
tendon dalam hilang menggambarkan disritmia yang mengancam
jiwa (ventricular takikardi atau bradikardi berat).
4) B4 (Bladder): penurunan urine output.
5) B5 (Bowel): mual, muntah. Temuan fisik berupa tidak nafsu
makan, perubahan turgor atau kelembapan kulit
6) B6 (Bone): Keluhan kelemahan fisik secara umum dan keletihan
berlebihan.
3.2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan makanan.
5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
6. Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal

3.3. Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
1. Penurunan curah jantung NOC: NIC:
berhubungan dengan - Cardiac pump Cardiac care
perubahan irama jantung effectiveness - Evaluasi adanya nyeri
Batasan karakteristik: - Circulation status dada (intensitas, lokasi
 Perubahan frekuensi / - Vital sign status durasi)
irama jantung Kriteria hasil: - Catat adanya disritmia
- bradikardi jantung
- Tanda vital dalam - Catat adanya tanda dan
- takikardi
rentang normal gejala penurunan cardiac
- perubahan EKG
- Dapat menoleransi output
( aritmia, konduksi
aktivitas, tidak ada - Monitor status
abnormal, iskemia)
kelelahan kardiovaskuler
 Perubahan preload
- Tidak ada edema - Monitor balance cairan
- Penurunan tekanan
paru, perifer, dan - Monitor adanya perubahan
vena central

17
- Penurunan tekanan tidak ada asites tekanan darah
arteri paru - Tidak ada - Monitor respon pasien
- Edema penurunan terhadap efek pengobatan
- Keletihan kesadaran antiaritmia
- JVD - Atur periode latihan dan
 Perubahan afterload istirahat untunk
- Kulit lembab menghindari kelelahan
- Dispnea - Anjurkan untuk
- Oliguria menurunkan stress
- Peruabhan warna
kulit
 Perubahan
kontraktilitas
- Batuk, crackle
2. Ketidakefektifan pola NOC: NIC:
nafas berhubungan - Respiratory status: Airway management
dengan hiperventilasi. ventilation - Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik: - Respiratory status: memaksimalkan ventilasi
- Pola pernafasan airway patency - Keluarkan secret dengan
abnormal (rate, ritme, - Vital sign status suction atau batuk
kedalaman) Kriteria hasil: - Atur intake cairan untuk
- Bradipneu mengoptimalkan
- Pernafasan cuping - Mendemonstrasikan keseimbangan
hidung batuk efektif dan Oxygen therapy
- Takipneu suara nafas yang
- Pernafasan bibir bersih, tidak ada - Pertahankan jalan nafas
- Penggunaan otot sianosis dan yang paten
aksesori untuk dyspneu - Pertahankan posisi pasien
bernafas - Menunjukkan jalan - Observasi adanya tanda
nafas yang paten hipoventilasi
- Tanda-tanda vital Vital sign monitoring
dalam rentang
normal - Monitor TD, nadi, suhu
dan RR
- Monitor frkuensi dan
irama pernafasan
3. Intoleransi aktivitas NOC: NIC:
berhubungan dengan - Energy conservation Activity therapy
kelemahan umum - Activity tolerance - Bantu klien untuk
Batasan karakteristik: - Self care: ADLs mengidentifikasi aktivitas
- Respon tekanan darah Kriteria hasil: yang mampu dilakukan
abnormal terhadap - Bantu klien untuk memilih
aktivitas - Berpartisipasi dalam aktivitas konsisten yang

18
- Respon frekuensi aktivitas fisik tanpa sesuai dengan kemampuan
jantung yang disertai peningkatan fisik, psikologi dan sosial.
abnormal terhadap tekanan darah, nadi - Bantu psien/keluarga
aktivitas dan RR untuk mengidentifikasi
- Perubahan EKG - Mampu melakukan kekurangan dalam
(aritmia, iskemia, aktivitas sehari-hari beraktivitas
konduksi abnormal) (ADLs) secara - Monitor resppon fisik,
- Ketidaknyamanan mandiri emosi, social dan spiritual
setelah beraktivitas - Tanda tanda vital
- Keletihan normal
- Kelemahan umum - Status
kardiopulmonari
adekuat
- Sirkulasi status baik
4. Ketidakseimbangan NOC: NIC:
nutrisi kurang dari - Nutritional status: Nutrition management
kebutuhan tubuh food and fluid intake - Kaji adanya alergi
berhubungan dengan - Nutritional status: makanan
ketidakmampuan nutrient intake - Beri infirmasi tentang
menelan makanan - Weight control kebutuhan nutrisi
Batasan karakteristik: Kriteria hasil: - Kolaborasi dengan ahli
- Berat badan 20% atau gizi untuk menentukan
lebih dibawah berat - Adanya peningkatan jumlah kalori dan nutrisi
badan ideal berat badan sesuai yang dibituhkan pasien
- Kurang minat pada dengan tujuan Nutrition monitoring
makanan - Berat badan ideal
- Kurang makanan sesuai tinggi badan - Monitor adanya
- Membrane mukosa - Mampu penurunan berat badan
pucat mengidentifikasi - Monitor kulit kering dan
- Ketidakmampuan kebutuhan nutrisi perubahan pigmentasi
memakan makanan - Tidak ada tanda - Monitor turgor kulit
malnutrisi - Monitor mual dan muntah
- Menunjukkan - Moitor pucat, kemerahan
peningkatan fungsi dan kekeringan jaringan
pengecapan dari konjungtiva
menelan
- Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti
5. Resiko ketidakefektifan NOC: NIC:
perfusi jaringan otak - Circulation status Embolus care: peripheral
Faktor resiko: - Tissue perfusion: - Monitor adanya daerah
- emboli cerebral tertentu yang hanya peka

19
Kriteria hasil: terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
- Mendemostrasikan - Evaluasi adanya
status sirkulasi yang perubahan status
ditandai dengan: respiratory dan cardiac
- Tekanan systole dan - Monitor status neurologi
diastole dalam
rentang yang
diharapkan
6. Resiko ketidakefektifan NOC: NOC:
perfusi ginjal Acid-Base Management
berhubungan dengan - Circulation status - Observasi status hidrasi
hipoksemia - Base balance (kelembapan membrane
Faktor resiko: - Fluid balance mukosa, TD ortostatik,
- Hipoksemia - Urinary elimination dan nadi)
- Hidration - Observasi tanda-tanda
Kriteria hasil: cairan berlebih/retensi
- Tekanan systole dan (CVP meningkat, edema,
diastole dalam batas JVD dan asites)
normal - Pertahankan intake dan
- Tidak ada JVD output secara akurat
- Monitor TTV
- Monitor status
hemodinamik

20
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Aritmia merupakan kelainan laju denyut jantung atau irama jantung
yang disebabkan oleh gangguan pembentukan atau konduksi impuls
(Aaronson, 2010). Gangguan konduksi impuls adalah suatu gangguan akibat
adanya blok/hambatan atau tertundanya penghantaran impuls jantung yang
abnormal dari SA node, AV node, melalui bundle branch kiri atau kanan ke
system punkinje di ventrikel. Blok dapat terjadi di beberapa titik di sepanjang
jalur system konduksi (Udjianti,2010). Aritmia merupakan salah satu
komplikasi dari Infark Miokard Akut (IMA). Aritmia gangguan penghantaran
ini terbagi menjadi empat, yaitu blok sinoatrial, blok atrioventrikular, Blok
Intraventrikular (Bundle-Branch Block), dan Aritmia Ventrikular.
Pada Blok Atrioventrikular (AV Blok) dibagi dalam 3 derajat, yaitu
First degree AV Block (Pada kondisi ini impuls dari atrium ke ventrikel
masih dapat berjalan, namun mengalami perlambatan), Second degree AV
Block (Impuls tidak cukup kuat untuk dihantarkan sampai ke ventrikel
sehingga frekwensi denyut atrium akan menjadi lebih besar dibandingkan
frekwensi denyut ventrikel dan terdapat dropped beats yang berarti tidak ada
denyut ventrikel setelah dengyut atrium sebagaimana mestinya), dan Third
degree AV Block (terjadi akibat adanya blok total pada bundle AV sehingga
konduksi dari atrium tidak sampai ke ventrikel). Pada Blok Intraventrikuler
(Bundle-Branch Block) terbagi menjadi dua, yaitu Right Bundle-Branch
Block dan Left Bundle-Branch Block.
Penatalaksanaan untuk aritmia gangguan penghantaran ini bisa
dengan kolaborasi, yaitu dengan pemberian obat antiaritmia, Analgesik,
Terapi oksigen, pemberian nutrisi dan pemasangan Pacemaker.Sedangkan
untuk tindakan mandiri bisa dengan tirah baring, pengurangan aktivitas,
pengaturan intake dan output.
Masalah keperawatan yang muncul adalah penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan irama jantung, ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi, intoleransi aktivitas berhubungan dengan

21
kelemahan umum, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.
Rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan aritmia bertujuan
untuk mengatasi permasalahan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan pasien.

4.2. Saran
Setelah mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan aritmia
gangguan penghantaran di atas, diharapkan petugas kesehatan khususnya
perawat dapat membeikan asuhan keperwatan dengan tepat sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan pasien dengan aritmia
gangguan penghantaran.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, jadi
diharapkan untuk para pembaca untuk lebih mengembangkannya lagi.Jadikan
makalah ini sebagai pertimbangan pengembangan dari penyakit yang telah
dibahas diatas.

22
DAFTAR PUSTAKA
Herman, Bustami R. 2010. Buku Ajar Fisiologi Jantung.Jakarta : ECG.
L. Tao and K. Kendal. Alih bahasa : Hartono , Andry. 2013. Sinopsis
Organ System Kardiovaskular : Pendekatan dengan Sistem Terpadu dan Disertai
Kumpulan Kasus Klinik. Tanggerang Selatan : Karisma Publhising Group.
Aronson, I. Philip and Ward, Jeremy. 2007. At a Glance Sistem
Kardiovaskular. Jakarta : Erlangga.

23

Anda mungkin juga menyukai