Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN TN.

F
DI RUANG IGD DENGAN DIAGNOSA MALARIA
DI RSUP DR.TADJUDDIN CHALID MAKASSAR

DISUSUN OLEH :
ASTRI FANI VIDIANA JODDING
PO713201201161

CI LAHAN CI INSTITUSI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2022
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PASIEN TN. F
DI RUANG IGD DENGAN DIAGNOSA MALARIA
DI RSUP DR.TADJUDDIN CHALID MAKASSAR

DISUSUN OLEH :
ASTRI FANI VIDIANA JODDING
PO713201201161

CI LAHAN CI INSTITUSI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh parasite dari
kelompok plasmodium yang berada di dalam sel darah merah atau sel hati yang ditularkan
oleh nyamuk anopheles. Sampai saat ini telah terinfeksi sebanyak 80 species anopheles dan
18 species diantaranya telah dikomfirmasi sebagai vector malaria.
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus
plasmodium yang berada di dalam sel darah merah atau sel hati. Sampai saat ini dikenal
cukup banyak species dari plasmodia yang terdapat pada burung, monyet, kerbau, sapi dan
binantang melata.
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegaly (
mansjoer, 2001, hal 406 ).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh
parasite plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk anopheles.

B. Etiologi
Agen penyebab malaria dari genus plasmodium, familia pasmodidae dari ordo
coccidiidae. Penyebab malaria dari manusia di Indonesia sampai saat ini ada empat species
Plasmodium yaitu plasmodium falciparumsebagai penyebab malaria tropika yaitu nyamuk
anopheles, plasmodium vivax sebagai penyebab malaria tertiana, plasmodium malaric
sebagai penyebab malaria kuartana dan plasmodium ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai,
umumnya banyak di afrika. Jenis plasmodium yang sering menyebabkan kekambuhan
adalah p. vivax dan p. ovale.

C. Patofisiologi
pada malaria masih belum dapat diketahui dengan pasti. Berbagai
macam teori dan hipotesis telah dikemukakkan. Perubahan patofisiologi pada malaria
terutama mungkin berhubungan dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat
melekatnya eritrosit yang mengandung parasite pada endothelium kapiler. Perubahan ini
cepat reversible pada mereka yang dapat tetap hidup. Peran beberapa mediator
humoralmasih belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam pathogenesis demam dan
peradangan. Skizogoni eksoeritrositik mungkun dapat menyebabkan reaksi leukosit dan
fagosit, sedangkan sprozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan patofisiologik.
Patofisiologi malaria adalah multifaktoral dan mungkin berhubungan dengan hal-
hal berikut :
Penghancuran eritrosit Eitrosit dihancurkan tidak saja oleh pecahnya eritrosit yang
mengandung parasite, tetapi juga oleh fagositosis yang mengandung parasite dan yang
tidak mengandung parasite, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan.
Dengan hemolisis intravascular yang berat dapat terjadi hemoglobinuria dan dapat
mengakibatkan gagal ginjal.
Mediator endotoksin magrofag. Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung
prasit memicu magrofag yang sensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator
yang rupanya menyebabkan perubahan patofissiologi yang berhubungana dengan malaria.
Endotoksin tidak terdapat pada parasite malaria, mungkin asalnya dari rongga saluran
pencernaan dan parasite malaria sendiri dapat melepaskan factor nekrosis tumor ( TNF ).
TNF adalah suatu monikin yang ditemukan dalam peredaraan darah manusia dan hewan
yang terinfeksi parasite malaria. TNF dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulakan
demam, hipoglikemia dan sindrom penyakit pernafasan pada orange dewasa ( ARDS :
Adult Resfiratory Discasa Sindrom ) dengan sekuestrasi sel neutrophil dalam pemburuh
darah paru. TNF dapat juga menghancuran p. falciaparum in vito dan dapat meningkatkan
perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasite pada endothelium kapiler.
Kosentrasi TNF dalam serum pada anak dengan malaria falciparum akut
berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya
penyakit.
Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi dengan stadium lanjut
P. falciparum dapat membentuk tonjolan-tonjolan pada permukaannya. Tonjolan tersebut
mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibody malaria dan berhubungan
dengan afinitas eritrosit yang mengandung P. falciparum terhadap endothelium kapiler
darah dlam organ tubuh sehingga skizogoni berlangsung di sirkuasi orga tubuh, bukan di
sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endothelium kapoler darah dan
membentuk gumpalan ( sludge ) yang membentuk kapiler dalam organ tubuh.
Protein dan cairan merembes melalui membrane kapiler yang bocor ( menjadi
lebih permeable ) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang
cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidine P. falciparum
ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut.
Terjadinya infeksi oleh parasite Plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui
dua cara yaitu :
a. Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung paraasit
malaria
b. induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk kedalam darah manusia,
misalkan melalui transfuse darah, suntikan atau pada bayi yang baru lahir melalui
plasenta ibu yang terinfeksi

Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubugan hal-hal sebagai berikut
a. Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena :
• Pecahnya eritrosit yang mengandung parasit
• Fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak mengandung parasit
Akibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan dan hemolisis intravaskuler
b. Pelepasan mediator Endotoksin-makrofag
Pada proses skizoni yang melepaskan endotoksin, makrofag melepaskan berbagai
mediator endotoksin.
c. Pelepasan TNF ( Tumor necrosing factor atau factor nekrosis tumor )
Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria. TNF ini
bertanggung jawab terhadap demam, hipoglikemia, ARDS.
d. Sekuetrasi eritrosit
Eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di permukaannya. Knob ini
mengandung antigen malaria yang kemudian akan bereaksi dengan antibody. Eritrosit
yang terinfeksi akan menempel pada endotel kapiler alat dalam dan membentuk
gumpalan sehingga terjadi bendungan. (Price. Sylvia, 2002 )

D. Manifestasi Klinis
Gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval
tertentu (parokisme), yang diselingi oleh suatu periode (periode laten) dimana penderita
bebas sama sekali dari demam. Jadi gejala klinis utama dari penyakit malaria adalah
demam, menggigil secara berkala dan sakit kepala disebut “Trias Malaria” ( Malaria
paroxysm). Secara berurutan.
Kadang-kadang menunjukkan gejala klinis lain seperti : badan terasa lemas dan pucat
karena kekurangan sel darah merah dan berkeringat, napsu makan menurun, mual-mual,
kadang-kadang diikuti muntah, sakit kepala dengan rasa berat yang terus menerus,
khususnya pada infeksi dengan falsiparum. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala
tersebut diatas disertai dengan pembesaran limpa. Pada malaria berat, gejala-gejala tersebut
diatas disertai kejang-kejang dan penurunan kesadaran sampai koma. Pada anak, makin
muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya, tetapi yang menonjol adalah diare dan anemia
serta adanya riwayat kunjungan atau berasal dari daerah malaria.

a. Stadium menggigil
Dimulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, nadi cepat lemah, bibir dan jari
pucat/kebiruan. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang.
Stadium ini berlangsung antara 15 sampai 1 jam.

b. Stadium demam
Setelah merasa kedinginan penderita merasa kepanasan, muka merah, kulit kering, dan
terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala, nadi lebih kuat. Penderita merasa
sangat haus dan suhu tubuh bisa mencapai 41 ºC. Stadium ini berlangsungantara 2-4
jam.
c. Stadium berkeringat
Penderita berkeringat banyak, suhu badan menurun dengan cepat, kadang-kadang
samapai di bawah suhu normal, dapat tidur nyenyak dan setelah bangun tidur badan
terasa lelah tetapi tidak ada gejala lain. Stadium ini berlangsung antara 2-4 jam.
Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria adalah : (Departemen
Kesehatan RI, 2000).

E. Pemeriksaan penunjang
Diagnosa malaria didasarkan atas manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji
imunoserologis dan menemukan parasit (Plasmodium) malaria dalam darah penderita.
Penegakan diagnosis melalui pemeriksaan laboratorium memerlukan 6 persyaratan
tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi yaitu : waktu pengambilan sampel
harus tepat yaitu pada akhir periode demam memasuki periode berkeringat, karena pada
periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi mencapai maksimal dan cukup matur
sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit. Volume darah yang diambil sebagai
sampel cukup, yaitu darah kapiler. Kualitas preparat harus baik untuk menjamin
identifikasi spesies Plasmodium yang tepat (Purwaningsih, 2000). Diagnosa malaria dibagi
dua (Departemen Kesehatan RI., 2000), yaitu :

a. Secara laboratorium (Dengan Pemeriksaan Sediaan Darah)


Darah Lengkap dilakukan guna mengetahui kadar eritrosit, leukosit, dan trombosit.
Biasanya pada kasus-kasus malaria, dijumpai kadar eritrosit dan hemoglobin yang
menurun. Hal ini disebabkan karena pengrusakan eritrosit oleh parasit, penekanan
eritropoesis dan mungkin sangat penting adalah hemolisis oleh proses imunologis.
Pada malaria akut juga terjadi penghambatan eritropoesis pada sumsum tulang, dapat
dijumpai trombositopenia yang dapat mengganggu proses koagulasi. Pada malaria
tropika yang berat maka plasma fibrinogen dapat menurun yang
disebabkan peningkatan konsumsi fibrinogen karena terjadinya koagulasi intravskuler.

b. Tes Antigen : p-f test


Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi
sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik,
tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran
yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari
plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan
nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat
membedakan apakah infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan
hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai
tes cepat (Rapid test).
c. Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik
indirect fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi 7 adanya antibody
specific terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini
kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa
hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat
uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20
dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain indirect haemagglutination
test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.

d. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) --->pemeriksaan infeksi


Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu
dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini
walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru
dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.

F. Penatalaksanaan
a. Non Farmakologi
The Center for disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan hal
berikut untuk membantu mencegah merebaknya malaria:
1) Semprotkan atau gunakan obat pembasmi nyamuk di sekitar tempat tidur
2) Gunakan pakaian yang bisa menutupi tubuh disaat senja sampai fajar
3) Atau bisa menggunkan kelambu di atas tempat tidur, untuk menghalangi nyamuk
mendekat
4) Jangan biarkan air tergenang lama di got, bak mandi, bekas kaleng atau tempat
lain yang bisa menjadi sarang nyamuk

b. Terapi Farmakologi
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh
semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan
radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan parasitologik serta memutuskan rantai
penularan. 8 Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut
kosong karena bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih
dahulu setiap akan minum obat anti malaria.
1) Pemberian obat anti malaria
a. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit pra-eritrosit,
yaitu proguanil, pirimetamin
b. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit ekso-eritroit, yaitu
primakuin
c. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin,
dan amodiakuin
d. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid
yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.malaria,
P.ovale, adalah kina, klorokuin, dan amidokuin
e. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista dan
sporozoid dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.

2) Pemberian obat anti malaria berat


Artesunat parenteral direkomendasikan untuk digunakan di Rumah Sakit
atau Puskesmas perawatan, sedangkan artemeter intramuskular direkomendasikan
untuk di lapangan atau Puskesmas tanpa fasilitas perawatan. Obat ini tidak boleh
diberikan pada ibu hamil trimester 1 yang menderita malaria berat.
Kemasan dan cara pemberian artesunatArtesunat parenteral tersedia dalam
vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang
berisi 0,6 ml natrium bikarbonat 5%. Untuk membuat larutan artesunat dengan
mencampur 60 mg serbuk kering artesunik dengan larutan 0,6 ml natrium
bikarbonat 5%. Kemudian ditambah larutan Dextrose 5% sebanyak 3-5 ml.
Artesunat diberikan dengan loading dose secara bolus: 2,4 mg/kgbb per-iv selama
± 2 menit, dan diulang setelah 12 jam dengan dosis yang sama. Selanjutnya
artesunat diberikan 2,4 mg/kgbb per-iv satu kali sehari sampai penderita mampu
minum obat. Larutan 9 artesunat ini juga bisa diberikan secara intramuskular (i.m.)
dengan dosis yang sama.
Bila penderitasudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan
dengan regimen artesunat + amodiakuin + primakuin (Lihat dosis pengobatan lini
pertama malaria falsiparum tanpa komplikasi).
Kemasan dan cara pemberian artemeter. Artemeter intramuskular tersedia
dalam ampul yang berisi 80 mg artemeter dalam larutan minyak Artemeter
diberikan dengan loading dose: 3,2mg/kgbb intramuskular Selanjutnya artemeter
diberikan 1,6 mg/kgbb intramuskular satu kali sehari sampai penderita mampu
minum obat. Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan
dengan regimen artesunat + amodiakuin + primakuin
.
3) Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk. mengurangi resiko terinfeksi malaria
sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat Kemoprofilaksis ini
ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu
yang tidak terlalu lama, seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain
Untuk kelompok atau individu yang akan bepergian/tugas dalam jangka waktu
yang lama, sebaiknya menggunakan personaI protection seperti pemakaian
kelambu, repellent, kawat kassa dan Iain-lain.
Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi Plasmodium
falciparum terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan
untuk kemoprofilaksis Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgbb
selama tidak Iebih dari 4-6 minggu. Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak
umur < 8 tahun dan ibu hamil.
Kemoprofilaksis untuk Plasmodium vivax dapat diberikan klorokuin
dengan dosis 5 mg/kgbb setiap minggu. Obat tersebut diminum satu minggu
sebelum masuk ke daerah endemis sampai 4 minggu setelah kembali. Dianjurkan
tidak menggunakan klorokuin lebih dan 3-6 bulan.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian Pengumpulan data pasien baik subjektif atau objektif pada gangguan sistem
persyarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan
adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Data yang perlu didapati adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian primer
a. Airway
Kaji kepatenan jalan nafas, observasi adanya lidah jatuh, adanya benda asing pada
jalan nafas (bekas muntahan, darah, sekret yang tertahan), adanya edema pada mulut,
faring, laring, disfagia, suara stridor, gurgling atau wheezing yang menandakan adanya
masalah jalan nafas.
b. Breathing
Kaji keefektifan pola nafas, respiratory rate, abnormalitas pernafasan, bunyi nafas
tambahan, penggunaan otot bantu nafas, adanya nafas cuping hidung, saturasi oksigen.
c. Circulation
Kaji heart rate, tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refill, akral, suhu tubuh, warna
kulit, kelembaban kulit, perdarahan eksternal jika ada.
d. Disability
Berisi pengkajian kesadaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS), ukuran dan reaksi
pupil.
e. Exposure
Berisi pengkajian terhadap suhu serta adanya injury atau kelainan lain, kondisi
lingkungan yang ada di sekitar pasien.

2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab) : nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, golongan darah, hubungan pasien dengan keluarga.
b. Riwayat kesehatan : tingkat kesadaran Glasgow Coma Scale (GCS) (< 15), muntah,
dispnea atau takipnea, sakit kepala, wajah simetris atau tidak, lemah, luka pada kepala,
akumulasi pada saluran nafas kejang.
c. Riwayat penyakit dahulu : haruslah diketahui dengan baik yang berhubungan dengan
sistem persyarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. Demikian pula riwayat
penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit keturunan atau menular.
d. Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari pasien atau keluarga sebagai data
subjektif. Data - data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa pasien.
3. Data Fokus
a. Breathing
Pengkajian breathing meliputi : pergerakan otot dada, pemakaian otot bantu napas,
frekuensi nadi tekanan dan irama nadi, suara tambahan, batuk ada (produktif, tidak
produktif) atau tidak, sputum (warna dan konsistensi), pemakaian alat bantu napas
b. Blood
Pengkajian blood meliputi : suara jantung, irama jantung, capillary refill time (CRT),
jugularis vena pressure (JVP), edema.
c. Brain Pengkajian brain meliputi : pengkajian tingkat kesadaran (tingkat keterjagaan
klien dan respon terhadap lingkungan), pengkajian fungsi serebral (status mental,
fungsi intelektual, lobus frontalis, hemisfer), pengkajian saraf kranial, pemeriksaan
kepala (raut muka, bibir, mata, sclera, kornea, gerakan bola mata, reflek kornea,
persepsi sensori).
d. Bladder Pengkajian bladder meliputi : urin (jumlah, bau, warna), penggunaan kateter,
kesulitan BAK (oliguri,poliuri, dysuri, hematuri,nocturi).
e. Bowel Pemeriksaan bowel meliputi : mukosa bibir, lidah, keadaan gigi, nyeri telan,
distensi abdomen, peristaltik usus, mual ,muntah, hematemesis, melena, penggunaan
NGT, diare, konstipasi, asites.
f. Bone Pengkajian bone meliputi : turgor kulit, perdarahan kulit, ikterus, akral,
pergerakan sendi, fraktur, luka.

4. Pemeriksaan fisik
Aspek neurologis yang di kaji adalah : tingkat kesadaran, biasanya GCS, disorentasi orang,
tempat dan waktu, perubahan nilai tanda – tanda vital, kaku kuduk, hemiparese.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO Diagnose keperawatan
1. Hipertermia b.d peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada
hipotalamus d.d peningkatan suhu tubuh
2. Defisit nutrisi b.d asupan makan tidak adekut d.d nafsu makan menurun,
C. RENCANA KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o keperawata
n
1. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen hipertemia • Mengetahui
b.d Tindakan • Monitor TTV dan
peningkatan keperawatan selama • Berikan cairan memonitor
metabolisme, 1x24 jam • Lakukan TTV klien
dehidrasi, diharapkan masalah pendinginan • Menyeimbang
efek keperawatan eksternal ( kompres kan kebutuhan
langsung hipertermia dapat ) cairan klien
sirkulasi teratasi dengan • Anjurkan tirah • Menurunkan
kuman pada kriteria hasil : baring suhu dengan
hipotalamus • Kolaborasi teknik non
d.d Termoregulasi : pemberian cairan farmakologis
peningkatan - Kulit merah dan elektrolit IV • Meminimalisir
suhu tubuh tidak ada jumlah
- Nadi 60 – Regulasi temperature kegiatan klien
100x/ menit • Monitor tekanan
• Membantu
- RR 15-20x/ darah, frekuensi
menurunkan
menit pernafasan dan
suhu dengan
- Suhu tubuh nadi
farmakologis
menurun • Sesuaikan suhu
• Memantau
hingga 36 – lingkungan dengan
perubahan
37,2 C kebutuhan klien
tekanan darah,
- Suhu kulit • Kolaborasi frekuensi
tidak teraba pemberian pernafasan dan
hangat / antipiretik nadi
panas paracetamol 1 g/6
• Dapat
jam
membantu
menstabilkan
suhu tubuh
klien
• Antipiretik
berguna untuk
menurunkan
panas
2. Defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi Manajemen nutrisi
nutrisi b.d Tindakan Observasi : Observasi :
asupan keperawatan selama • Identifikasi status • Untuk
makan tidak 1x24 jam nutrisi mengetahui
adekut d.d diharapkan masalah • Identifikasi status nutrisi
nafsu makan keperawatan dapat kebutuhan kalori pasien
menurun, teratasi dengan dan jenis nutrient • Untuk
kriteria hasil :
• Monitor asupan mengetahui
- Porsi makan
makanan kebutuhan
yang
kalori dan
dihabiskan Terapeutik : jenis nutrient
meningkat • Berikan makanan
- Perasaan yang
tinggi serat untuk
cepat dibutuhkan
mencegah
kenyang pasien
konstipasai
menurun • Untuk
• Berikan makanan
- Frekuensi mengetahui
tinggi kalori dan
makan pemenuhan
tinggi protein
membaik kebutuhan
- Nafsu • Berikan suplemen
nutrisi pasien
makan makan jika perlu
membaik Terapeutik :
Edukasi : • Untuk
• Anjurkan posisi
membuat
dudk jika perlu
pengeluaran
• Anjurkan diet yang
fekal lancer
diprogramkan
• Untuk
Kolaborasi : menambah
• Kolaborasi stamina
pemberian pasien
madikasi sebelum • Untuk
makan jika perlu menambah
• Kolaborasi dengan nafsu makan
ahli gizi untuk pasien
menghentikan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
butuhkan jik perlu
Nama Mahasiswa : ASTRI FANI VIDIANA JODDING Tgl.Pengkajian : 28/12/2022
NIM : PO713201201161 No. Register : 102096

1. Identitas
A. Identitas Klien
Nama : Tn. F
Umur : 26 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Biring Remang ( kost otomona )
Status : Belum menikah

B. Identitas Penanggung
Nama : Tn. R
Umur : 29 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Kawin
Hubungan dengan Keluarga : Rekan Kerja

2. Data Fisiologis/Biologis
A. Keluhan Utama : Demam
B. Riwayat Keluhan utama : pasien datang ke IGD tanggal 28 Desember 2022 bersama
rekan kerjanya dengan keluhan demam 7 hari , nyeri ulu hati,nafsu makan menurun, mual
muntah, menggingil dan berkeringat lebih .
C. Riwayat Kesehatan yang lalu: klien mengatakan pernah masuk rumah sakit sebelumnya
karena penyakit malaria

3. Pengkajian
A. Pengkajian Primer
a. Airway
• Bebas
• Tidak ada sumbatan di jalan nafas
• Tidak ada pendarahan jalan nafas

b. breathing
• Spontan
• RR 24x/ menit
• SpO2 92 %

c. Circulation
• TD : 95/70 mmHg
• Suhu : 38,7 C
• Nadi : 132x/ menit
• CRT : <2
• Warna kulit : Kuning
• Perdarahan : Tidak ada
• Turgo kulit : Baik
d. Dissability
• Kesadaran : Composmentis
• Tidak ada kejang
• Respon : Alert
• Pupil : Isokor

e. Expossure
• Lemas
• Tidak ada fraktur ataupun luka

B. Pengkajian Sekunder
a. Breathing : pernafasan normal, pola nafas teratur, gerakan dinding dada simetris,
irama normal,pasien tidak ada masalah dalam pernafasan.

b. Blood : Tekanan darah 95/70 mmHg, Nadi 132 x/mnt, Pernafasan 24x/mnt, Suhu
38,7 C, Akral hangat, wajah tampak pucat, tidak terjadi perdarahan.

c. Brain : Kesadaran composmentis, E4V5M6

d. Bladder : Klien tidak mengalami gangguan dalam buang air kecil, kencing terakhir
1 jam yang lalu, distensi kandung kemih tidak ada.

e. Bowel : Tidak ada permasalahan pada perut, pada pemeriksaan abdomen suara
perut tympani dan gerakan peristaltik usus normal

f. Bone : tidak ada edema pada ektremitas.


ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Invasi kuman Hipertermia
• Klien mengatakan demam sudah
7 hari
Meningkatnya
DO :
monosit/ magrofaq
• Ku : lemah
• Gelisah
• TTV Sitokin pyrogen
TD : 95/70
N : 132x/ menit
Mempengaruhi
S :38,7 C hipotalamus anterior
P : 24x/ menit
SPO2 :97%
• CRT <2 Demam

Hipertermia

2. DS : Peritonitis Defisit nutrisi


• Klien mengatakan nafsu makan
menurun, mual muntah sudah 2
Obstruksi usus
hari
DO :
• Ku : lemah Refluk makanan ke
• Mual muntah atas
• TTV
TD : 95/70 mmHg
Mual, muntah
N : 132x/ menit
S :38,7 C
P : 24x/ menit Intake adekuat
SPO2 :97%
• CRT <2
Defisit nutrisi
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO Diagnose keperawatan
1. Hipertermia b.d peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada
hipotalamus d.d peningkatan suhu tubuh
2. Defisit nutrisi b.d asupan makan tidak adekut d.d nafsu makan menurun,

RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawata
n
1. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen • Mengetahui dan
b.d Tindakan hipertemia memonitor TTV
peningkatan keperawatan • Monitor TTV klien
metabolisme, selama 1x24 jam • Berikan cairan • Menyeimbangkan
dehidrasi, diharapkan • Lakukan kebutuhan cairan
efek masalah pendinginan klien
langsung keperawatan eksternal ( • Menurunkan suhu
sirkulasi hipertermia dapat kompres ) dengan teknik
kuman pada teratasi dengan • Anjurkan tirah non farmakologis
hipotalamus kriteria hasil : baring • Meminimalisir
d.d • Kolaborasi jumlah kegiatan
peningkatan Termoregulasi : pemberian klien
suhu tubuh - Kulit cairan dan • Membantu
merah elektrolit IV menurunkan suhu
tidak ada dengan
- Nadi 60 – Regulasi temperature farmakologis
100x/ • Monitor tekanan
• Memantau
menit darah, frekuensi
perubahan
- RR 15- pernafasan dan
tekanan darah,
20x/ menit nadi
frekuensi
- Suhu • Sesuaikan suhu
pernafasan dan
tubuh lingkungan
nadi
menurun dengan
• Dapat membantu
hingga 36 kebutuhan klien
menstabilkan
– 37,2 C • Kolaborasi
suhu tubuh klien
- Suhu kulit pemberian
• Antipiretik
tidak antipiretik
berguna untuk
teraba paracetamol 1
menurunkan
hangat / g/6 jam
panas
panas
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi Manajemen nutrisi
b.d asupan Tindakan Observasi : Observasi :
makan tidak keperawatan selama • Identifikasi status • Untuk mengetahui
adekut d.d 1x24 jam diharapkan nutrisi status nutrisi
nafsu makan masalah • Identifikasi pasien
menurun, keperawatan dapat kebutuhan kalori • Untuk mengetahui
teratasi dengan dan jenis nutrient kebutuhan kalori
kriteria hasil :
• Monitor asupan dan jenis nutrient
- Porsi
makanan yang dibutuhkan
makan yang
pasien
dihabiskan Terapeutik : • Untuk mengetahui
meningkat • Berikan makanan
- Perasaan pemenuhan
tinggi serat untuk
cepat kebutuhan nutrisi
mencegah
kenyang pasien
konstipasai
menurun
• Berikan makanan Terapeutik :
- Frekuensi
tinggi kalori dan • Untuk membuat
makan
tinggi protein pengeluaran fekal
membaik
- Nafsu • Berikan suplemen lancer
makan makan jika perlu • Untuk menambah
membaik stamina pasien
Edukasi : • Untuk menambah
• Anjurkan posisi
nafsu makan
dudk jika perlu
pasien
• Anjurkan diet
yang
diprogramkan

Kolaborasi :
• Kolaborasi
pemberian
madikasi sebelum
makan jika perlu
• Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menghentikan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang butuhkan jik
perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO HARI/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


TANGGAL KEPERAWATAN
1. Rabu, Hipertermia b.d Jam : 21.20 Jam : 05.20
28/12/ peningkatan
2022 19etabolism, 1. Mengobservasi ttv S : Klien mengatakan
dehidrasi, efek • Ku : Lemah masih demam
langsung sirkulasi • TD : 95/70 • :
kuman pada • Ku : Baik
hipotalamus d.d mmHg
• N : 132 x/mnt • TD : 110/95
peningkatan suhu
tubuh • RR : 24x/mnt mmHg
• S : 39,1 C • N : 119 x/mnt
• SPO2 : 96% • RR : 22 x/mnt
• S : 38,4 C
2. Memberikan cairan • SPO2 : 98%
Hasil : telah
dibarikan cairan RL A : Hipertermia
500 ml 28 tpm
P :
3. Melakukan • Observasi TTV
pendinginan • Lakukan kompres
ekternal ( kompres ) hangaT
Hasil : klien sudah • Pemberian PCT 1
di kompres g/8 jam /IV

4. Pemberian obat
• PCT 1 g/8 jam/IV
2. Rabu, Defisit nutrisi Jam : 21.20 Jam : 05.20
28/12/ b.d asupan
2022 makan tidak 1. Mengobservasi TTV S : Klien mengatakan
adekut d.d • Ku : Lemah sudah ada nafsu untuk
nafsu makan • TD : 95/70 makan dan tidak muntah
menurun, mual O :
mmHg
muntah • Ku :Baik
• N : 132 x/mnt
• TD : 110/95
• RR : 24x/mnt mmHg
• S : 39,1C • N : 119 x/mnt
• SPO2 : 98% • RR : 22 x/mnt
• S : 38,4C
2. Memonitor asupan
• SPO2 : 98%
makan
A:
- Masalah teratasi
3. Menganjurkan
P:
makan dan minum
sedikit tapi sering Intervensi dihentikan

4. Pemberian obat
Injeksi Omeprazole
40 mg/24 jam/ IV

Anda mungkin juga menyukai