F
DI RUANG IGD DENGAN DIAGNOSA MALARIA
DI RSUP DR.TADJUDDIN CHALID MAKASSAR
DISUSUN OLEH :
ASTRI FANI VIDIANA JODDING
PO713201201161
CI LAHAN CI INSTITUSI
DISUSUN OLEH :
ASTRI FANI VIDIANA JODDING
PO713201201161
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. Definisi
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh parasite dari
kelompok plasmodium yang berada di dalam sel darah merah atau sel hati yang ditularkan
oleh nyamuk anopheles. Sampai saat ini telah terinfeksi sebanyak 80 species anopheles dan
18 species diantaranya telah dikomfirmasi sebagai vector malaria.
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus
plasmodium yang berada di dalam sel darah merah atau sel hati. Sampai saat ini dikenal
cukup banyak species dari plasmodia yang terdapat pada burung, monyet, kerbau, sapi dan
binantang melata.
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegaly (
mansjoer, 2001, hal 406 ).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh
parasite plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk anopheles.
B. Etiologi
Agen penyebab malaria dari genus plasmodium, familia pasmodidae dari ordo
coccidiidae. Penyebab malaria dari manusia di Indonesia sampai saat ini ada empat species
Plasmodium yaitu plasmodium falciparumsebagai penyebab malaria tropika yaitu nyamuk
anopheles, plasmodium vivax sebagai penyebab malaria tertiana, plasmodium malaric
sebagai penyebab malaria kuartana dan plasmodium ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai,
umumnya banyak di afrika. Jenis plasmodium yang sering menyebabkan kekambuhan
adalah p. vivax dan p. ovale.
C. Patofisiologi
pada malaria masih belum dapat diketahui dengan pasti. Berbagai
macam teori dan hipotesis telah dikemukakkan. Perubahan patofisiologi pada malaria
terutama mungkin berhubungan dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat
melekatnya eritrosit yang mengandung parasite pada endothelium kapiler. Perubahan ini
cepat reversible pada mereka yang dapat tetap hidup. Peran beberapa mediator
humoralmasih belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam pathogenesis demam dan
peradangan. Skizogoni eksoeritrositik mungkun dapat menyebabkan reaksi leukosit dan
fagosit, sedangkan sprozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan patofisiologik.
Patofisiologi malaria adalah multifaktoral dan mungkin berhubungan dengan hal-
hal berikut :
Penghancuran eritrosit Eitrosit dihancurkan tidak saja oleh pecahnya eritrosit yang
mengandung parasite, tetapi juga oleh fagositosis yang mengandung parasite dan yang
tidak mengandung parasite, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan.
Dengan hemolisis intravascular yang berat dapat terjadi hemoglobinuria dan dapat
mengakibatkan gagal ginjal.
Mediator endotoksin magrofag. Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung
prasit memicu magrofag yang sensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator
yang rupanya menyebabkan perubahan patofissiologi yang berhubungana dengan malaria.
Endotoksin tidak terdapat pada parasite malaria, mungkin asalnya dari rongga saluran
pencernaan dan parasite malaria sendiri dapat melepaskan factor nekrosis tumor ( TNF ).
TNF adalah suatu monikin yang ditemukan dalam peredaraan darah manusia dan hewan
yang terinfeksi parasite malaria. TNF dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulakan
demam, hipoglikemia dan sindrom penyakit pernafasan pada orange dewasa ( ARDS :
Adult Resfiratory Discasa Sindrom ) dengan sekuestrasi sel neutrophil dalam pemburuh
darah paru. TNF dapat juga menghancuran p. falciaparum in vito dan dapat meningkatkan
perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasite pada endothelium kapiler.
Kosentrasi TNF dalam serum pada anak dengan malaria falciparum akut
berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya
penyakit.
Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi dengan stadium lanjut
P. falciparum dapat membentuk tonjolan-tonjolan pada permukaannya. Tonjolan tersebut
mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibody malaria dan berhubungan
dengan afinitas eritrosit yang mengandung P. falciparum terhadap endothelium kapiler
darah dlam organ tubuh sehingga skizogoni berlangsung di sirkuasi orga tubuh, bukan di
sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endothelium kapoler darah dan
membentuk gumpalan ( sludge ) yang membentuk kapiler dalam organ tubuh.
Protein dan cairan merembes melalui membrane kapiler yang bocor ( menjadi
lebih permeable ) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang
cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidine P. falciparum
ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut.
Terjadinya infeksi oleh parasite Plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui
dua cara yaitu :
a. Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung paraasit
malaria
b. induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk kedalam darah manusia,
misalkan melalui transfuse darah, suntikan atau pada bayi yang baru lahir melalui
plasenta ibu yang terinfeksi
Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubugan hal-hal sebagai berikut
a. Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena :
• Pecahnya eritrosit yang mengandung parasit
• Fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak mengandung parasit
Akibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan dan hemolisis intravaskuler
b. Pelepasan mediator Endotoksin-makrofag
Pada proses skizoni yang melepaskan endotoksin, makrofag melepaskan berbagai
mediator endotoksin.
c. Pelepasan TNF ( Tumor necrosing factor atau factor nekrosis tumor )
Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria. TNF ini
bertanggung jawab terhadap demam, hipoglikemia, ARDS.
d. Sekuetrasi eritrosit
Eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di permukaannya. Knob ini
mengandung antigen malaria yang kemudian akan bereaksi dengan antibody. Eritrosit
yang terinfeksi akan menempel pada endotel kapiler alat dalam dan membentuk
gumpalan sehingga terjadi bendungan. (Price. Sylvia, 2002 )
D. Manifestasi Klinis
Gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval
tertentu (parokisme), yang diselingi oleh suatu periode (periode laten) dimana penderita
bebas sama sekali dari demam. Jadi gejala klinis utama dari penyakit malaria adalah
demam, menggigil secara berkala dan sakit kepala disebut “Trias Malaria” ( Malaria
paroxysm). Secara berurutan.
Kadang-kadang menunjukkan gejala klinis lain seperti : badan terasa lemas dan pucat
karena kekurangan sel darah merah dan berkeringat, napsu makan menurun, mual-mual,
kadang-kadang diikuti muntah, sakit kepala dengan rasa berat yang terus menerus,
khususnya pada infeksi dengan falsiparum. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala
tersebut diatas disertai dengan pembesaran limpa. Pada malaria berat, gejala-gejala tersebut
diatas disertai kejang-kejang dan penurunan kesadaran sampai koma. Pada anak, makin
muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya, tetapi yang menonjol adalah diare dan anemia
serta adanya riwayat kunjungan atau berasal dari daerah malaria.
a. Stadium menggigil
Dimulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, nadi cepat lemah, bibir dan jari
pucat/kebiruan. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang.
Stadium ini berlangsung antara 15 sampai 1 jam.
b. Stadium demam
Setelah merasa kedinginan penderita merasa kepanasan, muka merah, kulit kering, dan
terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala, nadi lebih kuat. Penderita merasa
sangat haus dan suhu tubuh bisa mencapai 41 ºC. Stadium ini berlangsungantara 2-4
jam.
c. Stadium berkeringat
Penderita berkeringat banyak, suhu badan menurun dengan cepat, kadang-kadang
samapai di bawah suhu normal, dapat tidur nyenyak dan setelah bangun tidur badan
terasa lelah tetapi tidak ada gejala lain. Stadium ini berlangsung antara 2-4 jam.
Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria adalah : (Departemen
Kesehatan RI, 2000).
E. Pemeriksaan penunjang
Diagnosa malaria didasarkan atas manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji
imunoserologis dan menemukan parasit (Plasmodium) malaria dalam darah penderita.
Penegakan diagnosis melalui pemeriksaan laboratorium memerlukan 6 persyaratan
tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi yaitu : waktu pengambilan sampel
harus tepat yaitu pada akhir periode demam memasuki periode berkeringat, karena pada
periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi mencapai maksimal dan cukup matur
sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit. Volume darah yang diambil sebagai
sampel cukup, yaitu darah kapiler. Kualitas preparat harus baik untuk menjamin
identifikasi spesies Plasmodium yang tepat (Purwaningsih, 2000). Diagnosa malaria dibagi
dua (Departemen Kesehatan RI., 2000), yaitu :
F. Penatalaksanaan
a. Non Farmakologi
The Center for disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan hal
berikut untuk membantu mencegah merebaknya malaria:
1) Semprotkan atau gunakan obat pembasmi nyamuk di sekitar tempat tidur
2) Gunakan pakaian yang bisa menutupi tubuh disaat senja sampai fajar
3) Atau bisa menggunkan kelambu di atas tempat tidur, untuk menghalangi nyamuk
mendekat
4) Jangan biarkan air tergenang lama di got, bak mandi, bekas kaleng atau tempat
lain yang bisa menjadi sarang nyamuk
b. Terapi Farmakologi
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh
semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan
radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan parasitologik serta memutuskan rantai
penularan. 8 Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut
kosong karena bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih
dahulu setiap akan minum obat anti malaria.
1) Pemberian obat anti malaria
a. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit pra-eritrosit,
yaitu proguanil, pirimetamin
b. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit ekso-eritroit, yaitu
primakuin
c. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin,
dan amodiakuin
d. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid
yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.malaria,
P.ovale, adalah kina, klorokuin, dan amidokuin
e. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista dan
sporozoid dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian Pengumpulan data pasien baik subjektif atau objektif pada gangguan sistem
persyarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan
adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Data yang perlu didapati adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian primer
a. Airway
Kaji kepatenan jalan nafas, observasi adanya lidah jatuh, adanya benda asing pada
jalan nafas (bekas muntahan, darah, sekret yang tertahan), adanya edema pada mulut,
faring, laring, disfagia, suara stridor, gurgling atau wheezing yang menandakan adanya
masalah jalan nafas.
b. Breathing
Kaji keefektifan pola nafas, respiratory rate, abnormalitas pernafasan, bunyi nafas
tambahan, penggunaan otot bantu nafas, adanya nafas cuping hidung, saturasi oksigen.
c. Circulation
Kaji heart rate, tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refill, akral, suhu tubuh, warna
kulit, kelembaban kulit, perdarahan eksternal jika ada.
d. Disability
Berisi pengkajian kesadaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS), ukuran dan reaksi
pupil.
e. Exposure
Berisi pengkajian terhadap suhu serta adanya injury atau kelainan lain, kondisi
lingkungan yang ada di sekitar pasien.
2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab) : nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, golongan darah, hubungan pasien dengan keluarga.
b. Riwayat kesehatan : tingkat kesadaran Glasgow Coma Scale (GCS) (< 15), muntah,
dispnea atau takipnea, sakit kepala, wajah simetris atau tidak, lemah, luka pada kepala,
akumulasi pada saluran nafas kejang.
c. Riwayat penyakit dahulu : haruslah diketahui dengan baik yang berhubungan dengan
sistem persyarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. Demikian pula riwayat
penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit keturunan atau menular.
d. Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari pasien atau keluarga sebagai data
subjektif. Data - data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa pasien.
3. Data Fokus
a. Breathing
Pengkajian breathing meliputi : pergerakan otot dada, pemakaian otot bantu napas,
frekuensi nadi tekanan dan irama nadi, suara tambahan, batuk ada (produktif, tidak
produktif) atau tidak, sputum (warna dan konsistensi), pemakaian alat bantu napas
b. Blood
Pengkajian blood meliputi : suara jantung, irama jantung, capillary refill time (CRT),
jugularis vena pressure (JVP), edema.
c. Brain Pengkajian brain meliputi : pengkajian tingkat kesadaran (tingkat keterjagaan
klien dan respon terhadap lingkungan), pengkajian fungsi serebral (status mental,
fungsi intelektual, lobus frontalis, hemisfer), pengkajian saraf kranial, pemeriksaan
kepala (raut muka, bibir, mata, sclera, kornea, gerakan bola mata, reflek kornea,
persepsi sensori).
d. Bladder Pengkajian bladder meliputi : urin (jumlah, bau, warna), penggunaan kateter,
kesulitan BAK (oliguri,poliuri, dysuri, hematuri,nocturi).
e. Bowel Pemeriksaan bowel meliputi : mukosa bibir, lidah, keadaan gigi, nyeri telan,
distensi abdomen, peristaltik usus, mual ,muntah, hematemesis, melena, penggunaan
NGT, diare, konstipasi, asites.
f. Bone Pengkajian bone meliputi : turgor kulit, perdarahan kulit, ikterus, akral,
pergerakan sendi, fraktur, luka.
4. Pemeriksaan fisik
Aspek neurologis yang di kaji adalah : tingkat kesadaran, biasanya GCS, disorentasi orang,
tempat dan waktu, perubahan nilai tanda – tanda vital, kaku kuduk, hemiparese.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Diagnose keperawatan
1. Hipertermia b.d peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada
hipotalamus d.d peningkatan suhu tubuh
2. Defisit nutrisi b.d asupan makan tidak adekut d.d nafsu makan menurun,
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Identitas
A. Identitas Klien
Nama : Tn. F
Umur : 26 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Biring Remang ( kost otomona )
Status : Belum menikah
B. Identitas Penanggung
Nama : Tn. R
Umur : 29 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Kawin
Hubungan dengan Keluarga : Rekan Kerja
2. Data Fisiologis/Biologis
A. Keluhan Utama : Demam
B. Riwayat Keluhan utama : pasien datang ke IGD tanggal 28 Desember 2022 bersama
rekan kerjanya dengan keluhan demam 7 hari , nyeri ulu hati,nafsu makan menurun, mual
muntah, menggingil dan berkeringat lebih .
C. Riwayat Kesehatan yang lalu: klien mengatakan pernah masuk rumah sakit sebelumnya
karena penyakit malaria
3. Pengkajian
A. Pengkajian Primer
a. Airway
• Bebas
• Tidak ada sumbatan di jalan nafas
• Tidak ada pendarahan jalan nafas
b. breathing
• Spontan
• RR 24x/ menit
• SpO2 92 %
c. Circulation
• TD : 95/70 mmHg
• Suhu : 38,7 C
• Nadi : 132x/ menit
• CRT : <2
• Warna kulit : Kuning
• Perdarahan : Tidak ada
• Turgo kulit : Baik
d. Dissability
• Kesadaran : Composmentis
• Tidak ada kejang
• Respon : Alert
• Pupil : Isokor
e. Expossure
• Lemas
• Tidak ada fraktur ataupun luka
B. Pengkajian Sekunder
a. Breathing : pernafasan normal, pola nafas teratur, gerakan dinding dada simetris,
irama normal,pasien tidak ada masalah dalam pernafasan.
b. Blood : Tekanan darah 95/70 mmHg, Nadi 132 x/mnt, Pernafasan 24x/mnt, Suhu
38,7 C, Akral hangat, wajah tampak pucat, tidak terjadi perdarahan.
d. Bladder : Klien tidak mengalami gangguan dalam buang air kecil, kencing terakhir
1 jam yang lalu, distensi kandung kemih tidak ada.
e. Bowel : Tidak ada permasalahan pada perut, pada pemeriksaan abdomen suara
perut tympani dan gerakan peristaltik usus normal
Hipertermia
NO Diagnose keperawatan
1. Hipertermia b.d peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada
hipotalamus d.d peningkatan suhu tubuh
2. Defisit nutrisi b.d asupan makan tidak adekut d.d nafsu makan menurun,
RENCANA KEPERAWATAN
Kolaborasi :
• Kolaborasi
pemberian
madikasi sebelum
makan jika perlu
• Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menghentikan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang butuhkan jik
perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
4. Pemberian obat
• PCT 1 g/8 jam/IV
2. Rabu, Defisit nutrisi Jam : 21.20 Jam : 05.20
28/12/ b.d asupan
2022 makan tidak 1. Mengobservasi TTV S : Klien mengatakan
adekut d.d • Ku : Lemah sudah ada nafsu untuk
nafsu makan • TD : 95/70 makan dan tidak muntah
menurun, mual O :
mmHg
muntah • Ku :Baik
• N : 132 x/mnt
• TD : 110/95
• RR : 24x/mnt mmHg
• S : 39,1C • N : 119 x/mnt
• SPO2 : 98% • RR : 22 x/mnt
• S : 38,4C
2. Memonitor asupan
• SPO2 : 98%
makan
A:
- Masalah teratasi
3. Menganjurkan
P:
makan dan minum
sedikit tapi sering Intervensi dihentikan
4. Pemberian obat
Injeksi Omeprazole
40 mg/24 jam/ IV