Disusun Oleh :
Bima tirta pratama
202001018
Mengetahui,
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….....18
BAB I
PENDAHULUAN
namun demikian daerah Cina bagian selatan masih menduduki tempat tertinggi,
yaitu dengan 2.500 kasus baru pertahun untuk propinsi Guang-dong (Kwantung)
Ditemukan pula cukup banyak kasus di Yunani, Afrika bagian Utara seperti
Aljazair dan Tunisia, pada orang Eskimo di Alaska dan Tanag Hijau yang diduga
hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas rongga,
ganas serviks uteri, tumor payudara, tumor getah bening dan tumor kulit.
Di jawa timur kasus kanker nasofaring mencapai A7Y dari jumlah kasus
kanker yang aktiv. Jumlah penderita kanker di jawa timur 61.230 orang berarti
. 1.3 Tujuan
Mengidentifikasi hasil asuhan keperawatan KNF di Ruang Cempaka
a. Mengidentifikasi hasil pengkajian keperawatan pada klien dengan KNF di
Ruang Cempaka
b. Diagnosis keperawatan pada klien dengan KNF di Ruang Cempaka
1.4 Manfaat
a. Bagi akademik
Untuk mengembangkan ilmu keperawatan, khususnya keperawatan
maternitas terkait konsep asuhan keperawatan pada klien dengan KNF
b. Bagi Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dalam bidang
keperawatan.
c. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam proses pengambilan data dan
melakukakan asuhan keperawatan pada klien dengan Peritonitis di Ruang
Cempaka
d. Penulis selanjutnya
Sebagai acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya dan memberikan
asuhan keperawatan sejenis sekaligus pengembanganya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Anatomi Nasofaring
C. Etiologi
Terjadinya KNF mungkin multifaktorial, proses karsinogenesisnya
mungkin mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait dengan
timbulnya KNF adalah:
1. Kerentanan Genetik
Walaupun karsinoma nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi
kerentanan terhadap karsinoma nasofaring pada kelompok masyarakat
tertentu relatif lebih menonjol dan memiliki agregasi familial. Analisis
korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen) dan gen
pengkode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) kemungkinan adalah gen
kerentanan terhadap karsinoma nasofaring, mereka berkaitan dengan
sebagian besar karsinoma nasofaring (Pandi, 1983 dan Nasir, 2009) .
2. Infeksi Virus Eipstein-Barr
Banyak perhatian ditujukan kepada hubungan langsung antara karsinoma
nasofaring dengan ambang titer antibody virus Epstein-Barr (EBV).
Serum pasien-pasien orang Asia dan Afrika dengan karsinoma nasofaring
primer maupun sekunder telah dibuktikan mengandung antibody Ig G
terhadap antigen kapsid virus (VCA) EB dan seringkali pula terhadap
antigen dini (EA); dan antibody Ig A terhadap VCA (VCA-IgA), sering
dengan titer yang tinggi. Hubungan ini juga terdapat pada pasien di
Amerika yang mendapat karsinoma nasofaring aktif. Bentuk-bentuk anti-
EBV ini berhubungan dengan karsinoma nasofaring tidak berdifrensiasi
(undifferentiated) dan karsinoma nasofaring non-keratinisasi (non-
keratinizing) yang aktif (dengan mikroskop cahaya) tetapi biasanya tidak
berhubung dengan tumor sel skuamosa atau elemen limfoid dalam
limfoepitelioma (Nasir, 2009 dan Nasional Cancer Institute, 2009).
3. Faktor Lingkungan
Ventilasi rumah yang jelek dengan asap kayu bakar yang terakumulasi di
dalam rumah juga dapat meningkatkan angka kejadian KNF.
(gangguly,2003)
4. Penelitian akhir-akhir ini menemukan zat-zat berikut berkaitan dengan
timbulnya karsinoma nasofaring yaitu golongan Nitrosamin,diantaranya
dimetilnitrosamin dan dietilnitrosamin, Hidrokarbon aromatic dan unsur
Renik, diantaranya nikel sulfat (Roezin, Anida, 2007 dan Nasir, 2009).
E. Penggolongan Ca Nasofaring :
1. T1 : Kanker terbatas di rongga nasofaring.
2. T2 : Kanker menginfiltrasi kavum nasal, orofaring atau di celah
parafaring di anterior dari garis SO ( garis penghubung prosesus
stiloideus dan margo posterior garis tengah foramen magnum os
oksipital).
3. T3 : Kanker di celah parafaring di posterior garis SO atau mengenai
basis kranial, fosa pterigopalatinum atau terdapat rudapaksa tunggal
syaraf kranial kelompok anterior atau posterior.
4. T4 : Saraf kranial kelompok anterior dan posterior terkena serentak,
atau kanker mengenai sinus paranasal, sinus spongiosus, orbita, fosa
infra-temporal.
5. N0 : Belum teraba pembesaran kelenjar limfe .
6. N1 : Kelenjar limfe koli superior berdiameter <4 cm.
7. N2 : Kelenjar koli inferior membesar atau berdiameter 4-7 cm .
8. N3 : Kelenjar limfe supraklavikular membesar atau berdiameter >7
cm.
9. M0 : Tak ada metastasis jauh.
10. M1 : Ada metastasis jauh.
Penggolongan stadium klinis, antara lain :
a. Stadium I : T1N0M0
b. Stadium II : T2N0 – 1M0, T0 – 2N1M0
c. Stadium III : T3N0 - 2M0, T0 – 3N2M0
d. Stadium IVb :T apapun, N Apapun, M1
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Anamnesis
Terdiri dari gejala hidung ,gejala telinga , gejala mata dan saraf serta
gejala mestatasis.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status generalis dan status lokalis
Pemeriksaan nasofaring : rinoskopi posterior dan nasofaringoskopi
fiber/rigid
3. Pemeriksaan laboraturium
Hematologik
4. Pemeriksaan radiologi
Ct-scan
MRI
5. Pemeriksaan patologi anatomi
Biopsi nasofaring
G. Penatalksanaan medis
1. Radioterapi :
merupakan penatalaksanaan pertama untuk KNF.
Radiasi diberikan kepada seluruh stadium (I,II,III,IV lokal) tanpa
metastasis jauh dengan sasaran radiasi tumor primer dan KGB leher
dan supraklavikula.
Macam pemberian radioterapi : radiasi eksternal (Radioterapi eksternal
berarti sinar X diarahkan ke tubuh (area panggul) melalui sebuah mesin
besar. Radioterapi Internal berarti suatu bahan radioaktif ditanam ke
dalam rahim/leher rahim selama beberapa waktu untuk membunuh sel-
sel kankernya) dan radiasi internal (Radiasi internal adalah radiasi yang
diterima dari dalam tubuh manusia sendiri. Unsur radioaktif ini
kebanyakan berasal dari sumber kerak bumi yang masuk melalui udara
yang dihirup, air yang diminum ataupun makanan).
2. Kemoterapi
Diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh
Macam kemoterapi : kemoterapi neodejuvan, kemoterapi adjuvan,
kemotrapi konkomitan
3. Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring
adalah virus epistein bar, maka pada penderita KNF dapat diberikan
imunoterapi
4. Operasi / pembedahan
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi.
Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau
adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah
dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan
serologi.
Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan pada
kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak
berhasil diterapi dengan cara lain.
H. Prognosis
Prognosis secara umum tergantung pada pertumbuhan lokal dan
metastasenya. Prognosis buruk jika dijumpai limfadenopati, stadium lanjut,
tipe histologik karsinoma skuamus berkretinasi. Prognosis juga diperburuk
dengan beberapa faktor seperti stadium yang lebih lanjut, usia> 40 tahun dan
jenis kelamin laki-laki.
I. Komplikasi
1. Hipotiroidsme
2. Hilangnya jangkauan gerak
3. Hipoplasia struktur otak dan tulang
4. Kehilangn pendengaran sensorineural
J. Pencegahan
1. Mengurangi konsumsi ikan asin
2. Makan makanan yang bernutrisi
3. Mengurangi serta mengontrol stress
4. Berolahraga secara teratur
5. Health education mengenai lingkungan yang sehat
6. Membiasakan hidup secara sehat
WOC Karsinoma Nasofaring (KNF)
Infeksi virus Mutasi gen Berfungsinya Gangguan mekanisme
( Virus SV –4) pengendali onkogen pengendalian
pertumbuhan pertumbuhan normal
( Carsinogenic Agent)
Sumbatan rangsangan
Langsung
organ viseral
partial/total
melalui
Penekanan transmitor
reseptor Pada H1, serotonin Multiorgan failure
Brokiektasis (5 HT3), Host
lobus paru,
prostalagnin, Cytokine Sepsis
serotonin,
bradikinin,
norefinefrin, ion
hidrogen, ion Ggn Pola nafas
kalium dan pertukara tidak efektif
Syok Peningk
subtance P n gas Sepsis atan
suhu
tubuh
Kelemahan
/Intoleransi aktivitas
2. Konsep Askep Karsinoma Nasofaring (KNF)
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
1. Nama
Terdapat nama lengkap dari pasien penderita penyakit tumor
nasofaring.
2. Jenis Kelamin
Penyakit tumor nasofaring ini lebih banyak di derita oleh laki-laki
daripada perempuan.
3. Usia
Tumor nasofaring dapat terjadi pada semua usia dan usia
terbanyak antara 45-54 tahun.
4. Alamat
Lingkungan tempat tinggal dengan udara yang penuh asap
dengan ventilasi rumah yang kurang baik akan meningkatkan
resiko terjadinya tumor nasofaring serta lingkungan yang sering
terpajan oleh gas kimia, asap industry, asap kayu, dan beberapa
ekstrak tumbuh-tumbuhan.
5. Agama
Agama tidak mempengaruhi seseorang terkena penyakit tumor
nasofaring.
6. Suku Bangsa
Karsinoma nasofaring jarang sekali ditemukan di benua Eropa,
Amerika, ataupun Oseania.Namun relatif sering ditemukan di
berbagai Asia Tenggara dan China.
7. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di pabrik industry akan beresiko terkena
tumor nasofaring, karena akan sering terpajan gas kimia, asap
industry, dan asap kayu.
b. Status Kesehatan
1. Keluhan Utama
Biasanya di dapatkan adanya keluhan suara agak serak,
kemampuan menelan terjadi penurunan dan terasa sakit waktu
menelan atau nyeri dan rasa terbakar dalam tenggorok.Pasien
mengeluh rasa penuh di telinga, rasa berdengung kadang-kadang
disertai dengan gangguan pendengaran.Terjadi pendarahan
dihidung yang terjadi berulang-ulang, berjumlah sedikit dan
bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat
di RS. Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses
perjalanan penyakit samapi timbulnya keluhan, faktor apa saja
memperberat dan meringankan keluhan dan bagaimana cara klien
menggambarkan apa yang dirasakan, daerah terasanya keluhan,
semua dijabarkan dalam bentuk PQRST. Penderita tumor
nasofaring ini menunjukkan tanda dan gejala telinga kiri terasa
buntu hingga peradangan dan nyeri, timbul benjolan di daerah
samping leher di bawah daun telinga, gangguan pendengaran,
perdarahan hidung, dan bisa juga menimbulkan komplikasi
apabila terjadi dalam tahap yang lebih lanjut
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang
ada hubungannya dengan penyait keturunan dan kebiasaan atau
gaya hidup.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit tumor
nasofaring maka akan meningkatkan resiko seseorang untuk
terjangkit tumor nasofaring pula.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Penglihatan
Pada penderita karsinoma nasofaring terdapat posisi bola mata
klien simetris, kelompak mata klien normal, pergerakan bola mata
klien normal namun konjungtiva klien anemis, kornea normal,
sclera anikterik, pupil mata klien isokor, otot mata klien tidak ada
kelainan, namun fungsi penglihatan kabur, tanda-tanda radang
tidak ada, reaksi terhadap cahaya baik (+/+). Hal ini terjadi karena
pada karsinoma nasofaring, hanya bagian tertentu yang
mengalami beberapa gejala yang tidak normal seperti konjungtiva
klien yang anemis disebabkan klien memiliki kekurangan nutrisi
dan fungsi penglihatan kabur.
2. Sistem pendengaran
Pada penderita karsinoma nasofaring, daun telinga kiri dan kanan
pasien normal dan simetris, terdapat cairan pada rongga telinga,
ada nyeri tekan pada telinga.Hal ini terjadi akibat adanya nyeri
saat menelan makanan oleh pasien dengan tumor nasofaring
sehingga terdengar suara berdengung pada telinga.
3. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien tampak sesak, tidak
menggunakan otot bantu nafas dengan frekuensi pernafasan 26 x/
menit, irama nafas klien teratur, jenis pernafasan spontan, nafas
dalam, klien mengalami batuk produktif dengan sputum kental
berwarna kuning, tidak terdapat darah, palpasi dada klien simetris,
perkusi dada bunyi sonor, suara nafas klien ronkhi, namun tidak
mengalami nyeri dada dan menggunakan alat bantu nafas. Pada
sistem ini akan sangat terganggu karena akan mempengaruhi
pernafasan, jika dalam jalan nafas terdapat sputum maka pasien
akan kesulitan dalam bernafas yang bisa mengakibatkan pasien
mengalami sesak nafas. Gangguan lain muncul seperti ronkhi
karena suara nafas ini menandakan adanya gangguan pada saat
ekspirasi.
4. Sistem kardiovaskular
Pada sirkulasi perifer kecepatan nadi perifer klien 82 x/menit
dengan irama teratur, tidak mengalami distensi vena jugularis,
temperature kulit hangat suhu tubuh klien 360C, warna kulit tidak
pucat, pengisian kapiler 2 detik, dan tidak ada edema. Sedangkan
pada sirkulasi jantung, kecepatan denyut apical 82 x/ menit
dengan irama teratur tidak ada kelainan bunyi jantung dan tidak
ada nyeri dada. Tumor nasofaring tidak menyerang peredaran
darah pasien sehingga tidak akan mengganggu peredaran darah
tersebut.
5. Sistem saraf pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala, migran atau pertigo, tingkat
kesadaran pasien kompos mentis dengan Glasgow Coma Scale
(GCS) E: 4, M: 6, V: 5. Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK,
tidak ada gangguan sitem persyarafan dan pada pemeriksaan
refleks fisiologis klien normal. Tumor nasofaring juga bisa
menyerang saraf otak karena ada lubang penghubung di rongga
tengkorak yang bisa menyebabkan beberapa gangguan pada
beberapa saraf otak. Jika terdapat gangguan pada otak tersebut
maka pasien akan memiliki prognosis yang buruk.
6. Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien saat ini gigi caries, tidak ada stomatitis lidah
klien tidak kotor, saliva normal, tidak muntah, tidak ada nyeri perut,
tidak ada diare, konsistensi feses lunak, bising usus klien 8
x/menit, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen
lembek. Tumor tidak menyerang di saluran pencernaan sehingga
tidak ada gangguan dalam sistem percernaan pasien.
7. Sistem endoktrin
Pada klien tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, nafas klien tidak
berbau keton, dan tidak ada luka ganggren.Hal ini terjadi karena
tumor nasofaring tidak menyerang kalenjar tiroid pasien sehingga
tidak menganggu kerja sistem endoktrin.
8. Sistem urogenital
Balance cairan klien dengan intake 1300 ml, output 500 ml, tidak
ada perubahan pola kemih (retensi urgency, disuria, tidak lampias,
nokturia, inkontinensia, anunia), warna BAK klien kuning jernih,
tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada keluhan sakit
pinggang. Tumor nasofaring tidak sampai melebar sampai daerah
urogenital sehingga tidak mengganggu sistem tersebut.
9. Sistem integumen
Turgor kulit klien elastic, temperature kulit klien hangat, warna kulit
pucat, keadaan kulit baik, tidak ada luka, kelainan kulit tidak ada,
kondisi kulit daerah pemasangan infuse baik, tekstur kulit baik,
kebersihan rambut bersih. Warna pucat yang terlihat pada pasien
menunjukkan adanya sumbatan yang ada di dalam tenggorokan
sehingga pasien terlihat pucat.
10.Sistem musculoskeletal
Saat ini klien tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit
pada tulang, sendi dan kulit serta tidak ada fraktur. Tidak ada
kelainan pada bentuk tulang sendi dan tidak ada kelainan struktur
tulang belakang, dan keadaan otot baik.Pada tumor ini tidak
menyerang otot rangka sehingga tidak ada kelainan yang
mengganggu sistem musculoskeletal.
B. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi berlebihan d/d batuk
tidak efektif
2. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (pembedahan) d/d mengeluh nyeri
3. Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh menurun d/d
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan
Observasi
nafas tidak efektif asuhan Identifikasi kemampuan batuk
b.d sekresi yang keperawatan diharap
Monitor adanya retensi sputum
tertahan d.d batuk kan dengan Kriteria
Monitor tanda dan gejala infeksi
tidak efektif hasil :
1. batuk efektif saluran napas
meningkat
Monitor input dan output cairan
2. wheezing menurun
(mis. jumlah dan karakteristik)
3. frekuensi napas
membaik
Terapeutik
4. pola napas membaik Atur posisi semi-Fowler atau
Fowler
pangkuan pasien
sputum
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
Anjurkan tarik napas dalam
Anjurkan mengulangitarik
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian mukolitik
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan yang
telahditetapkan.
Implementasi keperawatan terderi dari beberapa komponen yaitu:
a. Diagnosa keperawatan
b. Waktu dan tanggal dilakukan implementasi keperawatan
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
d. Respon hasil dari klien
e. Evaluasi formatif yang berisikan SOAPIER
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang
didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan
perilaku dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi
pada individu. Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk
pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa
komponen yaitu:
a. Nomor
b. Diagnosa keperawatan
c. Evaluasi sumatif yang berisikan SOAP
DAFTAR PUSTAKA
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001