Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KARSINOMA NASOFARING (KNF)

Disusun Oleh :
Bima tirta pratama
202001018

SEKOLAH TINGGI ILMU KEEHATAN SAPTA BAKTI BENGKULU


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan Oleh BIMA TIRTA PRATAMA NIM: 202001018 dengan


judul “LAPORAN PENDAHULUAN "KARSINOMA NASOFARING (KNF)" telah
diperiksa dan disetujui

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Ns,Sutri yani M.A.N


NIP/NIK. NIDN/NIK.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Medis.....................................................................................3
1. Definisi........................................................................................3
2. Anatomi Fisiologi........................................................................4
3. Etiologi .......................................................................................4
4. Manifestasi Klinis........................................................................5
5. Patofisiologi.................................................................................6
6. WOC (Way Of Cause).................................................................7
7. Komplikasi..................................................................................8
8. Pencegahan..................................................................................8
9. Pemeriksaan Penunjang...............................................................9
10. Penatalaksanaan...........................................................................10
B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................12
1. Pengkajian Keperawatan.............................................................13
2. Diagnosa Keperawatan................................................................14
3. Intervensi Keperawatan...............................................................15
4. Implementasi……………………………………………………16
5. Evaluasi…………………………………………………………17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….....18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker Nasofaring adalah sebuah penyakit yang mematikan di dunia

medis. Bagaimana tidak penyakit tumor yang menyerang saluran pernafasan

manusia tidak ditangani dengan cepat akan berujung terhadap kematian.

Didunia banyak ditemukan di negara dengan penduduk non-Mongoloid,

namun demikian daerah Cina bagian selatan masih menduduki tempat tertinggi,

yaitu dengan 2.500 kasus baru pertahun untuk propinsi Guang-dong (Kwantung)

atau prevalensi 39.84/ 100.000 penduduk.

Ras Mongoloid merupakan faktor dominan timbulnya kanker nasofaring,

sehingga kekerapan cukup tinggi pada penduduk Cina bagian Selatan,

Hongkong. Vietman, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.

Ditemukan pula cukup banyak kasus di Yunani, Afrika bagian Utara seperti

Aljazair dan Tunisia, pada orang Eskimo di Alaska dan Tanag Hijau yang diduga

penyebabnya adalah karena mereka memakan makanan yang diawetkan dalam

musim dingin dengan menggunakan bahan pengawet nitrosamin yang sangat

mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini, seperti letak geografis, rasial,

jenis kelamin, genetik, pekerjaan, lingkungan, kebiasaan hidup, kebudayaan,

sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit.

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher

yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Hampir 60 % tumor ganas kepala dan

leher merupakan karsinoma nasofaring, kemudian diikuti oleh tumor ganas

hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas rongga,

mulut, tonsil, hipofaring dalam prosentase rendah. Ber-dasarkan data

Laboratorium Patologi Anatomik tumor ganas nasofaring sendiri selalu berada


dalam kedudukan lima besar dari tumor ganas tubuh manusia bersama tumor

ganas serviks uteri, tumor payudara, tumor getah bening dan tumor kulit.

Banyak penyeledikan mengenai perangai dari virus ini dikemukakan, tetapi

virus ini bukan satu-satunya faktor, karena banyak faktor lain.

Di jawa timur kasus kanker nasofaring mencapai A7Y dari jumlah kasus

kanker yang aktiv. Jumlah penderita kanker di jawa timur 61.230 orang berarti

1300 orang penderita kanker nafofaring (clobocan 2012) merupakan penyebab

kematian ke 3 setelah kenker servik, kanker paru.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi KNF?
2. Apa etiologi KNF?
3. Bagaimana manifestasi klinisKNF?
4. Bagaimana patofisiologi KNF?
5. Apa komplikasi pada KNF?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada KNF?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada KNF?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien KNF?

. 1.3 Tujuan
Mengidentifikasi hasil asuhan keperawatan KNF di Ruang Cempaka
a. Mengidentifikasi hasil pengkajian keperawatan pada klien dengan KNF di
Ruang Cempaka
b. Diagnosis keperawatan pada klien dengan KNF di Ruang Cempaka

1.4 Manfaat
a. Bagi akademik
Untuk mengembangkan ilmu keperawatan, khususnya keperawatan
maternitas terkait konsep asuhan keperawatan pada klien dengan KNF
b. Bagi Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dalam bidang
keperawatan.
c. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam proses pengambilan data dan
melakukakan asuhan keperawatan pada klien dengan Peritonitis di Ruang
Cempaka
d. Penulis selanjutnya
Sebagai acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya dan memberikan
asuhan keperawatan sejenis sekaligus pengembanganya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Teori Karsinoma Nasofaring


A. Definisi Karsinoma Nasofaring
Karsibnoma nasofaring adalah sebuah kanker yang bermula tumbuh
pada sel epitelial batas permukaan badan internal dan eksternal sel
didaerah nasofaring (american cancer asosiety,2011).
Karsinoma nasofaring adalah keganasan yang muncul pada daerah
nasofaring (area diatas tengorokan dibelakang hidung).Kanker nasofaring
atau dikenal juga dengan kanker THT adalah penyakit yang disebabkan
oleh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring, yaitu
bagian atas faring atau tenggorokan.
Nasofaring merupakan suatu ruangan yang dilapisi mukosa dan
disebelah lateral dibatasi oleh lamina medialis processus pterygoidei, di
superior oleh os sphenoideum, di anterior oleh choanae dan vomer
tengah, di posterior oleh clivus dan di inferior oleh palatum molle. Tuba
eustachii bermuara ke arah posterolateral dan dikelilingi oleh suatu
struktur kartilago. Dibelakang tuba eustachii adalah lekuk-lekuk mukosa
yang disebut sebagai fossae rosenmulleri. Adenoid (tonsilla pharyngealis)
menggantung dari fassae tersebut dan dinding posterosuperior kubah
nasofaring (Khoa dan Gady, 2012).

B. Anatomi Nasofaring

Nasofaring merupakan suatu rongga dengan dinding kaku


diatas,belakang dan lateral yang termasuk bagian dari faring. Ke anterior
berhubungan dengan rongga hidung melalui koana dan tepi belakang
septum nasi.Pada dinding lateral nasofaring terdapat orifisium tuba
eustakius yang merupakan bagian dari pendengaran.Pada usia muda
dinding postero-superior nasofaring umumnya tidak rata karena adanya
jaringan adenoid.
Pada atap nasofaring sering terlihat lipatan-lipatan mukosa yang
dibentuk oleh jaringan lunak sub mukosa.Nasofaring terdapat banyak
saluran getah bening.Nasofaring merupakan lubang sempit yang terdapat
pada belakang rongga hidung.

C. Etiologi
Terjadinya KNF mungkin multifaktorial, proses karsinogenesisnya
mungkin mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait dengan
timbulnya KNF adalah:
1. Kerentanan Genetik
Walaupun karsinoma nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi
kerentanan terhadap karsinoma nasofaring pada kelompok masyarakat
tertentu relatif lebih menonjol dan memiliki agregasi familial. Analisis
korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen) dan gen
pengkode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) kemungkinan adalah gen
kerentanan terhadap karsinoma nasofaring, mereka berkaitan dengan
sebagian besar karsinoma nasofaring (Pandi, 1983 dan Nasir, 2009) .
2. Infeksi Virus Eipstein-Barr
Banyak perhatian ditujukan kepada hubungan langsung antara karsinoma
nasofaring dengan ambang titer antibody virus Epstein-Barr (EBV).
Serum pasien-pasien orang Asia dan Afrika dengan karsinoma nasofaring
primer maupun sekunder telah dibuktikan mengandung antibody Ig G
terhadap antigen kapsid virus (VCA) EB dan seringkali pula terhadap
antigen dini (EA); dan antibody Ig A terhadap VCA (VCA-IgA), sering
dengan titer yang tinggi. Hubungan ini juga terdapat pada pasien di
Amerika yang mendapat karsinoma nasofaring aktif. Bentuk-bentuk anti-
EBV ini berhubungan dengan karsinoma nasofaring tidak berdifrensiasi
(undifferentiated) dan karsinoma nasofaring non-keratinisasi (non-
keratinizing) yang aktif (dengan mikroskop cahaya) tetapi biasanya tidak
berhubung dengan tumor sel skuamosa atau elemen limfoid dalam
limfoepitelioma (Nasir, 2009 dan Nasional Cancer Institute, 2009).
3. Faktor Lingkungan
Ventilasi rumah yang jelek dengan asap kayu bakar yang terakumulasi di
dalam rumah juga dapat meningkatkan angka kejadian KNF.
(gangguly,2003)
4. Penelitian akhir-akhir ini menemukan zat-zat berikut berkaitan dengan
timbulnya karsinoma nasofaring yaitu golongan Nitrosamin,diantaranya
dimetilnitrosamin dan dietilnitrosamin, Hidrokarbon aromatic dan unsur
Renik, diantaranya nikel sulfat (Roezin, Anida, 2007 dan Nasir, 2009).

D. Tanda dan gejala


1. Gejala dini
a. Gejala telinga
 Rasa penuh pada telinga
 Tinitus
 Gangguan pendengaran
b. Gejala hidung
 Epistaksis
 Obstruksi hidung
c. Gejala mata dan saraf
 Diplopia
 Gerakan bola mata terbatas
 Juling
2. Gejala lanjut
 Limfadenopati servikal
 Gejala akibat perluasan kedaerah sekitar.ex : sakit kepala hebat krn
meluas kedaerah kranial.
 Gejala akibat metastasis jauh .ex : pada femur , hati , paru , ginjal, dan
limpa

E. Penggolongan Ca Nasofaring :
1. T1 : Kanker terbatas di rongga nasofaring.
2. T2 : Kanker menginfiltrasi kavum nasal, orofaring atau di celah
parafaring di anterior dari garis SO ( garis penghubung prosesus
stiloideus dan margo posterior garis tengah foramen magnum os
oksipital).
3. T3 : Kanker di celah parafaring di posterior garis SO atau mengenai
basis kranial, fosa pterigopalatinum atau terdapat rudapaksa tunggal
syaraf kranial kelompok anterior atau posterior.
4. T4 : Saraf kranial kelompok anterior dan posterior terkena serentak,
atau kanker mengenai sinus paranasal, sinus spongiosus, orbita, fosa
infra-temporal.
5. N0 : Belum teraba pembesaran kelenjar limfe .
6. N1 : Kelenjar limfe koli superior berdiameter <4 cm.
7. N2 : Kelenjar koli inferior membesar atau berdiameter 4-7 cm .
8. N3 : Kelenjar limfe supraklavikular membesar atau berdiameter >7
cm.
9. M0 : Tak ada metastasis jauh.
10. M1 : Ada metastasis jauh.
Penggolongan stadium klinis, antara lain :
a. Stadium I : T1N0M0
b. Stadium II : T2N0 – 1M0, T0 – 2N1M0
c. Stadium III : T3N0 - 2M0, T0 – 3N2M0
d. Stadium IVb :T apapun, N Apapun, M1

F. Pemeriksaan diagnostik
1. Anamnesis
Terdiri dari gejala hidung ,gejala telinga , gejala mata dan saraf serta
gejala mestatasis.
2. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan status generalis dan status lokalis
 Pemeriksaan nasofaring : rinoskopi posterior dan nasofaringoskopi
fiber/rigid
3. Pemeriksaan laboraturium
 Hematologik
4. Pemeriksaan radiologi
 Ct-scan
 MRI
5. Pemeriksaan patologi anatomi
 Biopsi nasofaring
G. Penatalksanaan medis
1. Radioterapi :
 merupakan penatalaksanaan pertama untuk KNF.
 Radiasi diberikan kepada seluruh stadium (I,II,III,IV lokal) tanpa
metastasis jauh dengan sasaran radiasi tumor primer dan KGB leher
dan supraklavikula.
 Macam pemberian radioterapi : radiasi eksternal (Radioterapi eksternal
berarti sinar X diarahkan ke tubuh (area panggul) melalui sebuah mesin
besar. Radioterapi Internal berarti suatu bahan radioaktif ditanam ke
dalam rahim/leher rahim selama beberapa waktu untuk membunuh sel-
sel kankernya) dan radiasi internal (Radiasi internal adalah radiasi yang
diterima dari dalam tubuh manusia sendiri. Unsur radioaktif ini
kebanyakan berasal dari sumber kerak bumi yang masuk melalui udara
yang dihirup, air yang diminum ataupun makanan).
2. Kemoterapi
Diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh
Macam kemoterapi : kemoterapi neodejuvan, kemoterapi adjuvan,
kemotrapi konkomitan
3. Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring
adalah virus epistein bar, maka pada penderita KNF dapat diberikan
imunoterapi
4. Operasi / pembedahan
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi.
Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau
adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah
dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan
serologi.
Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan pada
kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak
berhasil diterapi dengan cara lain.

H. Prognosis
Prognosis secara umum tergantung pada pertumbuhan lokal dan
metastasenya. Prognosis buruk jika dijumpai limfadenopati, stadium lanjut,
tipe histologik karsinoma skuamus berkretinasi. Prognosis juga diperburuk
dengan beberapa faktor seperti stadium yang lebih lanjut, usia> 40 tahun dan
jenis kelamin laki-laki.

I. Komplikasi
1. Hipotiroidsme
2. Hilangnya jangkauan gerak
3. Hipoplasia struktur otak dan tulang
4. Kehilangn pendengaran sensorineural

J. Pencegahan
1. Mengurangi konsumsi ikan asin
2. Makan makanan yang bernutrisi
3. Mengurangi serta mengontrol stress
4. Berolahraga secara teratur
5. Health education mengenai lingkungan yang sehat
6. Membiasakan hidup secara sehat
WOC Karsinoma Nasofaring (KNF)
Infeksi virus Mutasi gen Berfungsinya Gangguan mekanisme
( Virus SV –4) pengendali onkogen pengendalian
pertumbuhan pertumbuhan normal
( Carsinogenic Agent)

Perubahan epitel siliadan mukosa / ulserasi bronchus

Jinak (Epidermoid, sel Ganas/kanker (Sel kecil/oat


besar, adeno carsinoma ) cell)

- Kohesif - Kurang kohesif


- Tumbuh lambat Ketakutan - Pertumbuhan cepat
- Pola teratur - Pola tidak teratur
- Berkapsul (Kecemasan) - Tidak berkapsul

Lumen Proksimal Kompetisi Metastase


distal Pemakaian
Nutrisi, Hematogen/Limfogen/

Sumbatan rangsangan
Langsung
organ viseral
partial/total
melalui
Penekanan transmitor
reseptor Pada H1, serotonin Multiorgan failure
Brokiektasis (5 HT3), Host
lobus paru,
prostalagnin, Cytokine Sepsis
serotonin,
bradikinin,
norefinefrin, ion
hidrogen, ion Ggn Pola nafas
kalium dan pertukara tidak efektif
Syok Peningk
subtance P n gas Sepsis atan
suhu
tubuh

Nyeri akut Resiko infeksi Gangguann Nutrisi

Kelemahan
/Intoleransi aktivitas
2. Konsep Askep Karsinoma Nasofaring (KNF)
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
1. Nama
Terdapat nama lengkap dari pasien penderita penyakit tumor
nasofaring.
2. Jenis Kelamin
Penyakit tumor nasofaring ini lebih banyak di derita oleh laki-laki
daripada perempuan.
3. Usia
Tumor nasofaring dapat terjadi pada semua usia dan usia
terbanyak antara 45-54 tahun.
4. Alamat
Lingkungan tempat tinggal dengan udara yang penuh asap
dengan ventilasi rumah yang kurang baik akan meningkatkan
resiko terjadinya tumor nasofaring serta lingkungan yang sering
terpajan oleh gas kimia, asap industry, asap kayu, dan beberapa
ekstrak tumbuh-tumbuhan.
5. Agama
Agama tidak mempengaruhi seseorang terkena penyakit tumor
nasofaring.
6. Suku Bangsa
Karsinoma nasofaring jarang sekali ditemukan di benua Eropa,
Amerika, ataupun Oseania.Namun relatif sering ditemukan di
berbagai Asia Tenggara dan China.
7. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di pabrik industry akan beresiko terkena
tumor nasofaring, karena akan sering terpajan gas kimia, asap
industry, dan asap kayu.

b. Status Kesehatan
1. Keluhan Utama
Biasanya di dapatkan adanya keluhan suara agak serak,
kemampuan menelan terjadi penurunan dan terasa sakit waktu
menelan atau nyeri dan rasa terbakar dalam tenggorok.Pasien
mengeluh rasa penuh di telinga, rasa berdengung kadang-kadang
disertai dengan gangguan pendengaran.Terjadi pendarahan
dihidung yang terjadi berulang-ulang, berjumlah sedikit dan
bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat
di RS. Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses
perjalanan penyakit samapi timbulnya keluhan, faktor apa saja
memperberat dan meringankan keluhan dan bagaimana cara klien
menggambarkan apa yang dirasakan, daerah terasanya keluhan,
semua dijabarkan dalam bentuk PQRST. Penderita tumor
nasofaring ini menunjukkan tanda dan gejala telinga kiri terasa
buntu hingga peradangan dan nyeri, timbul benjolan di daerah
samping leher di bawah daun telinga, gangguan pendengaran,
perdarahan hidung, dan bisa juga menimbulkan komplikasi
apabila terjadi dalam tahap yang lebih lanjut
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang
ada hubungannya dengan penyait keturunan dan kebiasaan atau
gaya hidup.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit tumor
nasofaring maka akan meningkatkan resiko seseorang untuk
terjangkit tumor nasofaring pula.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Penglihatan
Pada penderita karsinoma nasofaring terdapat posisi bola mata
klien simetris, kelompak mata klien normal, pergerakan bola mata
klien normal namun konjungtiva klien anemis, kornea normal,
sclera anikterik, pupil mata klien isokor, otot mata klien tidak ada
kelainan, namun fungsi penglihatan kabur, tanda-tanda radang
tidak ada, reaksi terhadap cahaya baik (+/+). Hal ini terjadi karena
pada karsinoma nasofaring, hanya bagian tertentu yang
mengalami beberapa gejala yang tidak normal seperti konjungtiva
klien yang anemis disebabkan klien memiliki kekurangan nutrisi
dan fungsi penglihatan kabur.
2. Sistem pendengaran
Pada penderita karsinoma nasofaring, daun telinga kiri dan kanan
pasien normal dan simetris, terdapat cairan pada rongga telinga,
ada nyeri tekan pada telinga.Hal ini terjadi akibat adanya nyeri
saat menelan makanan oleh pasien dengan tumor nasofaring
sehingga terdengar suara berdengung pada telinga.
3. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien tampak sesak, tidak
menggunakan otot bantu nafas dengan frekuensi pernafasan 26 x/
menit, irama nafas klien teratur, jenis pernafasan spontan, nafas
dalam, klien mengalami batuk produktif dengan sputum kental
berwarna kuning, tidak terdapat darah, palpasi dada klien simetris,
perkusi dada bunyi sonor, suara nafas klien ronkhi, namun tidak
mengalami nyeri dada dan menggunakan alat bantu nafas. Pada
sistem ini akan sangat terganggu karena akan mempengaruhi
pernafasan, jika dalam jalan nafas terdapat sputum maka pasien
akan kesulitan dalam bernafas yang bisa mengakibatkan pasien
mengalami sesak nafas. Gangguan lain muncul seperti ronkhi
karena suara nafas ini menandakan adanya gangguan pada saat
ekspirasi.
4. Sistem kardiovaskular
Pada sirkulasi perifer kecepatan nadi perifer klien 82 x/menit
dengan irama teratur, tidak mengalami distensi vena jugularis,
temperature kulit hangat suhu tubuh klien 360C, warna kulit tidak
pucat, pengisian kapiler 2 detik, dan tidak ada edema. Sedangkan
pada sirkulasi jantung, kecepatan denyut apical 82 x/ menit
dengan irama teratur tidak ada kelainan bunyi jantung dan tidak
ada nyeri dada. Tumor nasofaring tidak menyerang peredaran
darah pasien sehingga tidak akan mengganggu peredaran darah
tersebut.
5. Sistem saraf pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala, migran atau pertigo, tingkat
kesadaran pasien kompos mentis dengan Glasgow Coma Scale
(GCS) E: 4, M: 6, V: 5. Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK,
tidak ada gangguan sitem persyarafan dan pada pemeriksaan
refleks fisiologis klien normal. Tumor nasofaring juga bisa
menyerang saraf otak karena ada lubang penghubung di rongga
tengkorak yang bisa menyebabkan beberapa gangguan pada
beberapa saraf otak. Jika terdapat gangguan pada otak tersebut
maka pasien akan memiliki prognosis yang buruk.
6. Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien saat ini gigi caries, tidak ada stomatitis lidah
klien tidak kotor, saliva normal, tidak muntah, tidak ada nyeri perut,
tidak ada diare, konsistensi feses lunak, bising usus klien 8
x/menit, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen
lembek. Tumor tidak menyerang di saluran pencernaan sehingga
tidak ada gangguan dalam sistem percernaan pasien.
7. Sistem endoktrin
Pada klien tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, nafas klien tidak
berbau keton, dan tidak ada luka ganggren.Hal ini terjadi karena
tumor nasofaring tidak menyerang kalenjar tiroid pasien sehingga
tidak menganggu kerja sistem endoktrin.
8. Sistem urogenital
Balance cairan klien dengan intake 1300 ml, output 500 ml, tidak
ada perubahan pola kemih (retensi urgency, disuria, tidak lampias,
nokturia, inkontinensia, anunia), warna BAK klien kuning jernih,
tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada keluhan sakit
pinggang. Tumor nasofaring tidak sampai melebar sampai daerah
urogenital sehingga tidak mengganggu sistem tersebut.
9. Sistem integumen
Turgor kulit klien elastic, temperature kulit klien hangat, warna kulit
pucat, keadaan kulit baik, tidak ada luka, kelainan kulit tidak ada,
kondisi kulit daerah pemasangan infuse baik, tekstur kulit baik,
kebersihan rambut bersih. Warna pucat yang terlihat pada pasien
menunjukkan adanya sumbatan yang ada di dalam tenggorokan
sehingga pasien terlihat pucat.
10.Sistem musculoskeletal
Saat ini klien tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit
pada tulang, sendi dan kulit serta tidak ada fraktur. Tidak ada
kelainan pada bentuk tulang sendi dan tidak ada kelainan struktur
tulang belakang, dan keadaan otot baik.Pada tumor ini tidak
menyerang otot rangka sehingga tidak ada kelainan yang
mengganggu sistem musculoskeletal.

d. Pola aktifitas sehari-hari


1) Pola Persepsi Kesehatan manajemen Kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit
yang dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien?Biasanya
klien yang datang ke rumah sakit sudah mengalami gejala pada
stadium lanjut, klien biasanya kurang mengetahui penyebab
terjadinya serta penanganannya dengan cepat.
2) Pola Nutrisi Metabolic
Kaji kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahan pengawet),
anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi
makanan,perubahan berat badan, perubahan kelembaban/turgor
kulit. Biasanya klien akan mengalami penurunan berat badan
akibat inflamasi penyakit dan proses pengobatan kanker.
3) Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan
eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi abdomen.Biasanya
klien tidak mengalami gangguan eliminasi.
4) Pola aktivas latihan
Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari.Biasanya klien
mengalami kelemahan atau keletihan akibat inflamasi penyakit.
5) Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa
lama klien tidur dalam sehari?Biasanya klien mengalami
perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
6) Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan
penglihatan,pendengaran, perabaan, penciuman,perabaan dan
kaji bagaimana klien dalam berkomunikasi? Biasanya klien
mengalami gangguan pada indra penciuman.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang
dideritanya? Apakah klien merasa rendah diri? Biasanya klien
akan merasa sedih dan rendah diri karena penyakit yang
dideritanya.
8) Pola peran hubungan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan
selama dirawat di Rumah Sakit?Dan bagaimana hubungan social
klien dengan masyarakat sekitarnya? Biasanya klien lebih sering
tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
9) Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah
ada perubahan kepuasan pada klien?. Biasanya klien akan
mengalami gangguan pada hubungan dengan pasangan karena
sakit yang diderita.
10)Pola koping dan toleransi stress
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah
klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres?.
Biasanya klien akan sering bertanya tentang pengobatan.
11)Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi
penyakitnya? Apakah ada pantangan agama dalam proses
penyembuhan klien? Biasanya klien lebih mendekatkan diri pada
Tuhan Yang Maha Kuasa.
12)Pola kebersihan diri
Kaji bagaimana klien tentang tindakan dalam menjaga kebersihan
diri.
e. Pemeriksaan penunjang
Hasil dari beberapa pemeriksaan diagnostik yang abnormal.
f. Penatalaksanaan
Pemberian terapi atau pengobatan untuk KNF,seperti
radioterapi,kemoterapi serta obat-obatan.

B. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi berlebihan d/d batuk
tidak efektif
2. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (pembedahan) d/d mengeluh nyeri
3. Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh menurun d/d

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan
Observasi
nafas tidak efektif asuhan  Identifikasi kemampuan batuk
b.d sekresi yang keperawatan diharap
 Monitor adanya retensi sputum
tertahan d.d batuk kan dengan Kriteria
 Monitor tanda dan gejala infeksi
tidak efektif hasil :
1. batuk efektif saluran napas
meningkat
 Monitor input dan output cairan
2. wheezing menurun
(mis. jumlah dan karakteristik)
3. frekuensi napas
membaik
Terapeutik
4. pola napas membaik  Atur posisi semi-Fowler atau

Fowler

 Pasang perlak dan bengkok di

pangkuan pasien

 Buang sekret pada tempat

sputum

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur

batuk efektif
 Anjurkan tarik napas dalam

melalui hidung selama 4 detik,

ditahan selama 2 detik,

kemudian keluarkan dari mulut

dengan bibir mencucu

(dibulatkan) selama 8 detik

 Anjurkan mengulangitarik

napas dalam hingga 3 kali

 Anjurkan batuk dengan kuat

langsung setelah tarik napas

dalam yang ke-3

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik

atau ekspektoran, jika perlu

2 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri :


pencedera fisik asuhan keperawatan Observasi
(mis, abses, ….. jam dengan  Identifikasi lokasi, karakteristik,
amputasi, terbakar, criteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas,
terpotong, keluhan nyeri intensitas nyeri
mengangkat berat, menurun  Identifikasi skala nyeri
prosedur operasi, meringis menurun  Idenfitikasi respon nyeri non
trauma, latihan fisik frekuensi nadi verbal
berlebihan) membaik  Identifikasi faktor yang
pola napas membaik memperberat dan memperingan
tekanan darah nyeri
membaik  Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
.
3 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan
Pencegahan Infeki
efek prosedur asuhan keperawatan
Observasi
invasif diharapkan dengan
 Monitor tanda dan gejala infeksi
criteria hasil:
lokal dan sistemik
Kebersihan gtangan
Terapeutik
meningkat
 Batasi jumlah pengunjung
Kebersihan badan
 Berikan perawatan kulit pada
meningkat
area edema
Nafsu makan
 Cuci tangan sebelum dan
meningkat
sesudah kontak dengan pasien
Nyeri menurun
dan lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan yang
telahditetapkan.
Implementasi keperawatan terderi dari beberapa komponen yaitu:
a. Diagnosa keperawatan
b. Waktu dan tanggal dilakukan implementasi keperawatan
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
d. Respon hasil dari klien
e. Evaluasi formatif yang berisikan SOAPIER

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang
didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan
perilaku dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi
pada individu. Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk
pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa
komponen yaitu:
a. Nomor
b. Diagnosa keperawatan
c. Evaluasi sumatif yang berisikan SOAP

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I
Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999

Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001

Moorhead, Sue, et.al. Nursing Outcomes Classification (NOC).Fourth Edition. St.


Louis Missouri : Mosby Elsevier.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2012-2014 oleh NANDA International. Jakarta : EGC
Bulechek ,Dochterman. Nursing Interventions Classification (NIC).Fourth
Edition. St. Louis Missouri : Mosby Elsevier.

R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta :


EGC ; 1997

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC; 2001

Anda mungkin juga menyukai