Disusun Oleh :
NUR AZIZAH FITRIANI
202001007
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Pendahuluan Oleh NUR AZIZAH FITRIANI NIM: 202001007 dengan
judul “LAPORAN PENDAHULUAN "KARSINOMA NASOFARING (KNF)" telah
diperiksa dan disetujui
Mengetahui,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….....18
BAB I
PENDAHULUAN
(clobocan 2013).
namun demikian daerah Cina bagian selatan masih menduduki tempat tertinggi,
yaitu dengan 2.500 kasus baru pertahun untuk propinsi Guang-dong (Kwantung)
pula cukup banyak kasus di Yunani, Afrika bagian Utara seperti Aljazair dan
Tunisia, pada orang Eskimo di Alaska dan Tanag Hijau yang diduga
sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit (Roezin, Anida, 2007 dan Nasir,
2009).
dan leher merupakan karsinoma nasofaring, kemudian diikuti oleh tumor ganas
hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas rongga,
dalam kedudukan lima besar dari tumor ganas tubuh manusia bersama tumor
ganas serviks uteri, tumor payudara, tumor getah bening dan tumor kulit (Khoa
virus ini bukan satu-satunya faktor, karena banyak faktor lain. Di jawa timur
kasus kanker nasofaring mencapai A7Y dari jumlah kasus kanker yang aktiv.
Jumlah penderita kanker di jawa timur 61.230 orang berarti 1300 orang penderita
. 1.3 Tujuan
Mengidentifikasi hasil asuhan keperawatan KNF di Ruang tulip translit
a. Mengidentifikasi hasil pengkajian keperawatan pada klien dengan KNF di
Ruang tulip translit
b. Diagnosis keperawatan pada klien dengan KNF di Ruang tulip translit
1.4 Manfaat
a. Bagi akademik
Untuk mengembangkan ilmu keperawatan, khususnya keperawatan
maternitas terkait konsep asuhan keperawatan pada klien dengan KNF
b. Bagi Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dalam bidang
keperawatan.
c. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam proses pengambilan data dan
melakukakan asuhan keperawatan pada klien dengan Peritonitis di Ruang
tulip translit
d. Penulis selanjutnya
Sebagai acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya dan memberikan
asuhan keperawatan sejenis sekaligus pengembanganya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Anatomi Nasofaring
E. Penggolongan Ca Nasofaring :
1. T1 : Kanker terbatas di rongga nasofaring.
2. T2 : Kanker menginfiltrasi kavum nasal, orofaring atau di celah
parafaring di anterior dari garis SO ( garis penghubung prosesus
stiloideus dan margo posterior garis tengah foramen magnum os
oksipital).
3. T3 : Kanker di celah parafaring di posterior garis SO atau mengenai
basis kranial, fosa pterigopalatinum atau terdapat rudapaksa tunggal
syaraf kranial kelompok anterior atau posterior.
4. T4 : Saraf kranial kelompok anterior dan posterior terkena serentak,
atau kanker mengenai sinus paranasal, sinus spongiosus, orbita, fosa
infra-temporal.
5. N0 : Belum teraba pembesaran kelenjar limfe .
6. N1 : Kelenjar limfe koli superior berdiameter <4 cm.
7. N2 : Kelenjar koli inferior membesar atau berdiameter 4-7 cm .
8. N3 : Kelenjar limfe supraklavikular membesar atau berdiameter >7
cm.
9. M0 : Tak ada metastasis jauh.
10. M1 : Ada metastasis jauh.
Penggolongan stadium klinis, antara lain :
a. Stadium I : T1N0M0
b. Stadium II : T2N0 – 1M0, T0 – 2N1M0
c. Stadium III : T3N0 - 2M0, T0 – 3N2M0
d. Stadium IVb :T apapun, N Apapun, M1
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Anamnesis
Terdiri dari gejala hidung ,gejala telinga , gejala mata dan saraf serta
gejala mestatasis.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status generalis dan status lokalis
Pemeriksaan nasofaring : rinoskopi posterior dan nasofaringoskopi
fiber/rigid
3. Pemeriksaan laboraturium
Hematologik
4. Pemeriksaan radiologi
Ct-scan
MRI
5. Pemeriksaan patologi anatomi
Biopsi nasofaring
G. Penatalksanaan medis
1. Radioterapi :
merupakan penatalaksanaan pertama untuk KNF.
Radiasi diberikan kepada seluruh stadium (I,II,III,IV lokal) tanpa
metastasis jauh dengan sasaran radiasi tumor primer dan KGB leher
dan supraklavikula.
Macam pemberian radioterapi : radiasi eksternal (Radioterapi eksternal
berarti sinar X diarahkan ke tubuh (area panggul) melalui sebuah mesin
besar. Radioterapi Internal berarti suatu bahan radioaktif ditanam ke
dalam rahim/leher rahim selama beberapa waktu untuk membunuh sel-
sel kankernya) dan radiasi internal (Radiasi internal adalah radiasi yang
diterima dari dalam tubuh manusia sendiri. Unsur radioaktif ini
kebanyakan berasal dari sumber kerak bumi yang masuk melalui udara
yang dihirup, air yang diminum ataupun makanan).
2. Kemoterapi
Diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh
Macam kemoterapi : kemoterapi neodejuvan, kemoterapi adjuvan,
kemotrapi konkomitan
3. Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring
adalah virus epistein bar, maka pada penderita KNF dapat diberikan
imunoterapi
4. Operasi / pembedahan
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi.
Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau
adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah
dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan
serologi.
Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan pada
kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak
berhasil diterapi dengan cara lain.
H. Prognosis
Prognosis secara umum tergantung pada pertumbuhan lokal dan
metastasenya. Prognosis buruk jika dijumpai limfadenopati, stadium lanjut,
tipe histologik karsinoma skuamus berkretinasi. Prognosis juga diperburuk
dengan beberapa faktor seperti stadium yang lebih lanjut, usia> 40 tahun dan
jenis kelamin laki-laki.
I. Komplikasi
1. Hipotiroidsme
2. Hilangnya jangkauan gerak
3. Hipoplasia struktur otak dan tulang
4. Kehilangn pendengaran sensorineural
J. Pencegahan
1. Mengurangi konsumsi ikan asin
2. Makan makanan yang bernutrisi
3. Mengurangi serta mengontrol stress
4. Berolahraga secara teratur
5. Health education mengenai lingkungan yang sehat
6. Membiasakan hidup secara sehat
(Kecemasan)
Sumbatan rangsangan
Langsung
organ viseral
partial/total
melalui
Penekanan transmitor
reseptor Pada H1, serotonin Multiorgan failure
Brokiektasis (5 HT3), Host
lobus paru,
prostalagnin, Cytokine Sepsis
serotonin,
bradikinin,
norefinefrin, ion
hidrogen, ion Ggn Pola nafas
kalium dan pertukara tidak efektif
Syok Peningk
subtance P n gas Sepsis atan
suhu
tubuh
Kelemahan
/Intoleransi aktivitas
f. Penatalaksanaan
Pemberian terapi atau pengobatan untuk KNF,seperti
radioterapi,kemoterapi serta obat-obatan.
B. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi berlebihan d/d batuk
tidak efektif
2. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (pembedahan) d/d mengeluh nyeri
3. Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh menurun d/d
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan
Observasi
nafas tidak efektif asuhan Identifikasi kemampuan batuk
b.d sekresi yang keperawatan diharap
Monitor adanya retensi sputum
tertahan d.d batuk kan dengan Kriteria
tidak efektif hasil : Monitor tanda dan gejala infeksi
1. batuk efektif
saluran napas
meningkat
Monitor input dan output cairan
2. wheezing menurun
3. frekuensi napas (mis. jumlah dan karakteristik)
membaik
Terapeutik
4. pola napas membaik
Atur posisi semi-Fowler atau
Fowler
pangkuan pasien
sputum
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
Anjurkan mengulangitarik
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001