Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMAE

DI RUANG IGD RUMAH SAKIT KANGKER DARMAIS JAKARTA

Arya Fandika Pratama


NIM:202001019

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI
TAHUN 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CA MAMAE DI RUANG IGD


RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA

ARYA FANDIKA PRATAMA


NIM:202001019

Telah diperiksa di Hadapan Pembimbing Akademik dan Pembimbing Lahan dan


Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ns. Novi Lasmadasari, M.Kep


NIDN/NIK. NIP/NIK.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan dengan Ca. Mamae di Ruang IGD Rumah Sakit Kanker
Dharmais Jakarta”. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan Laporan Kasus ini yaitu:
1. Direktur utama RS Kanker Dharmais yaitu Dr. R. Soeko Werdi Nindito D.,
MARS
2. Ketua Komite Bidang Keperawatan RS Kanker Dharmais yaitu Ibu Ns. Retno
Setiowati, S. Kep., Sp. Kep. Onk., M.K.M
3. Ketua Bidang Pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) RS Kanker Dharmais yaitu
Bapak Dahlan, S. Sos., M. Kes. M.M
4. Pembimbing Praktik Ruang IGD RS Kanker Dharmais Yaitu ...................
5. Kakak-kakak perawat dan staff di Ruang IGD RS Kanker Dharmais
Penulis berharap makalah ini dapat membantu kita semua dalam proses
pembelajaran dan meningkatkan pengetahuan akan Asuhan Keperawatan dengan
Ca. Mamae Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak kesalahan-kesalahan
yang terkandung di dalamnya baik dari segi isinya maupun kata-katanya bahkan
dalam hal penulisan. Kritik dan saran dari para pembaca makalah ini, sangat saya
perlukan karena saya menyadari sepenuhnya bahwa makaalah ini masih banyak
kekurangannya.
Jakarta, Januari 2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iv
DAFTAR ISI..................................................................................................v
DAFTAR TABEL..........................................................................................vi
DAFTAR BAGAN.........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................xi
DAFTAR ISTILAH.......................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................2
1. Tujuan umum...............................................................................2
2. Tujuan khusus..............................................................................2
C. Metode Penulisan dan Pengumpulan Data.........................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Penyakit.................................................................................4
1. Definisi........................................................................................5
2. Anatomi Fisiologi........................................................................6
3. Etiologi .......................................................................................7
4. Manifestasi Klinis........................................................................8
5. Patofisiologi.................................................................................9
6. Woc (Way Of Cause)..................................................................10
7. Komplikasi..................................................................................11
8. Pencegahan..................................................................................12
9. Pemeriksaan Penunjang...............................................................13
10. Penatalaksanaan...........................................................................14
a) Farmakologi............................................................................15
b) Non Farmakologi....................................................................16
B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................17
1. Pengkajian Keperawatan.............................................................18
2. Diagnosa Keperawatan................................................................19
3. Intervensi Keperawatan...............................................................20
4. Daftar pustaka..............................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................22
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel Analisa data
2.1
Tabel Intervensi keperawatan
2.1
Tabel Pengkajian
2.2
Tabel Pemeriksaan fisik
4.2
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Judul Halaman
Bagan 2.1 WOC
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Anatomi
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan/istilah Kepanjangan/makna
WHO : World Health Organization
TD : Tekanan darah
S : Suhu
N : Nadi
WOC : Way Of Cause
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ca mammae atau kanker payudara merupakan tumor ganas pada
payudara yang menginvasi daerah sekitar payudara dan menyebar keseluruh
tubuh (American Cancer Society, 2014). Kanker payudara secara global
menyebabkan angka kematian tertinggi untuk wanita dan epidemiologinya
menyebar merata tanpa terkendali, prevelensi angka kejadian kanker
payudara cukup tinggi mulai dari luar negeri sampai dalam negeri.
Berdasarkan data GLOBOCAN, diketahui pada tahun 2018 kasus kanker
payudara sebesar 2.088.849 (11,6%) dan menyumbang angka kematian
sebesar 626.679 (6,6%) keseluruhan angka kematian disebabkan oleh kanker.
World Health Organization (WHO) melalui International Agency for
Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa kanker adalah salah satu
masalah kesehatan utama masyarakat dan penyebab kematian kedua paling
umum di seluruh dunia. Beban dari penyakit kanker akan terus bertambah dan
diperkirakan berlipat ganda pada tahun 2040 (WHO, 2018). Di Amerika
serikat pada tahun 2019 diperkirakan terdapat jumlah kasus baru secara total
sekitar 1.762.450 kasus kanker baru tiap hari dan kasus kanker payudara pada
wanita diperkirakan sekitar 62.930 kasus (Siegel et. al, 2019).
Data di Indonesia kanker payudara memiliki jumlah kasus baru tertinggi
sebesar 65.858 kasus atau 16,6% dari total 396.914 kasus, prevalensi kanker
berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan
1,79 per 1000 penduduk. Faktor risiko tinggi penyebab kanker payudara
meliputi jenis kelamin, usia, riwayat keluarga, genetik, siklus mentruasi,
melahirkan dan riwayat kanker sebelumnya (Breast Care Indonesia, 2017).
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalensi kanker
berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia 1,8% permil. Proporsi jenis
tatalaksana kanker pada penduduk semua umur yang terdiagnosis kanker oleh
dokter dilakukan pembedahan sebesar 61,8 % (Riskesdas, 2018). Berdasarkan
data yang diperoleh dari rekam medis dalam bulan Oktober 2021 - Desember
2021 di Poliklinik Spesialis Bedah RSD dr Soebandi jember pasien kujungan
bedah umum dengan diagnosa Ca Mammae sebanyak 433 pasien.
Ca Mammae akan berdampak pada penderita baik secara fisik maupun
pisikologis. Dampak fisik yang ditemukan berupa kerontokan rambut akibat
kemotrapi, penurunan berat badan yang drastis akibat kurang nutrisi,
gangguan integritas kulit akibat terapi radiasi, nyeri pada massa yang
membesar, dan gangguan nafsu makan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Oetami, (2014) dampak Ca Mammae dan pengobatannya
terhadap aspek pisikologis akan memberikan dampak ketidakberdayaan,
kecemasan, rasa malu, harga diri menurun, setres, amarah dan ancaman body
image. Faktor psikologis mempunyai peran penting dalam permulaan dan
perkembangan gangguan nyeri (Kumar & Elavarasi, 2016).
Nyeri sering terjadi pada pasien kanker, terutama pada stadium lanjut
dimana prevalensinya diperkirakan lebih dari 70% berkontribusi pada
Kesehatan fisik dan emosional (Fallon et al., 2018). Nyeri memiliki
prevalensi tinggi di awal penyakit pada jenis kanker tertentu seperti
pankreas (44%) dan kanker kepala dan leher (40%) (Fallon et al., 2018).
Sebuah tinjauan 40 tahun terakhir mengungkapkan bahwa 64% pasien
dengan metastasis melaporkan nyeri, 59 % menerima pengobatan anti
kanker melaporkan nyeri (Scarborough & Smith, 2019). Meskipun insiden
nyeri ca mammae telah berkurang 2% tiap tahun selama 30 tahun terakhir,
namun 30% pasien masih merasakan nyeri sedang 11% pasien lainnya
mengeluh nyeri berat (Holdcroft, 2015). Pasien ca mammae biasannya
mengalami nyeri. Nyeri dari penyakit kanker payudara dapat berupa nyeri
akut maupun nyeri kronik. Keluhan nyeri kronik merupakan keluhan yang
paling menakutkan bagi penderita ca mammae. Penderita ca mammae
mengalami beberapa tingkat rasa sakit dari ringan hingga parah, dari
episode singkat hingga rasa sakit yang bertahan lama. Rasa sakit disebabkan
dari ca mammae itu sendiri atau perawatan seperti pembedahan, kemoterapi,
terapi radiasi, terapi hormonal dan obat anti kanker lainnya
(Breastcancer.org, 2019). Penatalaksanaan nyeri di rumah sakit biasanya
diberikan terapi farmakologis yaitu obat analgesik jenis NSAID (Non-
Steroid Anti Inflamasi Drugs) (Astuti, 2016).
Dampak jika nyeri yang tidak ditangani dan terjadi terus menerus maka
dapat menyebabkan perkembangan dan status mal adaptif yang menganggu
aktifitas sehari - hari. Pasien dengan nyeri tersebut cenderung menunjukkan
peningkatan kerentanan terhadap gangguan kejiwaan, termasuk depresi,
kecemasan dan stres pasca trauma. Hubungan depresi dan nyeri cenderung
dua arah, sehingga adanya gangguan depresi diidentifikasi sebagai faktor
risiko kunci dalam transisi nyeri akut menjadi kronis (Kadhi et al., 2016).
Nyeri adalah respon subjektif terhadap stressor fisik dan psikologis.
Nyeri adalah pengalaman tidak nyaman secara sensoris dan psikologis
berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial (Brunner
& Sudarth, 2016). Nyeri pada kanker payudara terdiri dari tiga jenis yaitu
akut, persisten (kronis), atau terobosan. Jenis ini didasarkan pada bagaimana
penderita ca mammaemengalami nyeri dan berapa lama nyeri berlangsung.
Penderita ca mammae bisa mengalami satu atau lebih jenis nyeri, pada
waktu yang sama atau berbeda(Breastcancer.org, 2019).
Nyeri menyebabkan penderitaan pada pasien, nyeri juga dapat
meningkatkan tekanan darah dan detak jantung dan dapat mempengaruhi
kesembuhan, dengan mengelola nyeri dapat meringankan penderitaan
(Fairfiew, 2020). Perawat berperan dalam penilaian dan penatalaksanaan
nyeri yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang
menderita nyeri serta mengurangi morbiditas dan biaya yang terkait dengan
penatalaksanaan nyeri (Nursing, 2015). Pengukuran nyeri dapat dikaji
dengan NRS (Numeric Rating Scale), Vas (Visual Analog Scale), dan Skala
Wong Baker Faces Rating Scal. Pasien dalam merespon terhadap nyeri yang
dialaminya dengan cara berbedabeda misalnya berteriak, meringis,
menangis dan sebagainya, maka perawat harus peka terhadap sensasi nyeri
yang dialami oleh pasien (Asmadi dalam Saifullah, 2015). Respon individu
dalam upaya meminimalisir rasa nyeri ternyata berbeda-beda, seperti
mengatupkan gigi, memejamkan mata dengan kuat,menggigit bibir bawah,
mengerutkan dahi, meringis, dan memegang area yang nyeri.
Strategi mengatasi nyeri yang dialami pasien disebut dengan istilah
manajemen nyeri. Manajemen untuk mengatasi nyeri dapat dibagi menjadi
2, yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi.
Manajemen farmakologi yaitu manajemen yang berkolaborasi antara dokter
dengan perawat, yang menekankan pada pemberian obat yang mampu
menghilangkan rasa nyeri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Ca Mamae?
2. Apa etiologi Ca Mamae?
3. Bagaimana manifestasi klinis Ca Mamae?
4. Bagaimana patofisiologi Ca Mamae?
5. Apa komplikasi pada Ca Mamae?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada Ca Mamae?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada Ca Mamae?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Ca Mamae?

C. Tujuan
1. Mengidentifikasi hasil pengkajian keperawatan pada klien dengan Ca
Mamae di ruang IGD
2. Diagnosis keperawatan pada klien dengan Ca Mamae di ruang IGD
D. Manfaat
1. Bagi akademik
Untuk mengembangkan ilmu keperawatan,khususnya keperawatan
maternitas terkait konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Ca
Mamae .
2. Bagi pelayanan kesehatan
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dalam bidang
keperawatan.
3. Bagi penulis
Memperoleh pengalaman dalam proses pengambilan data dan
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca Mamae di ruang
IGD
4. Penulis selanjutnya
Sebagai acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya dan
memberikan asuhan keperawatan sejenis sekaligus pengembangannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1. Definisi
Carcinoma mammae (ca. mammae) adalah tumor mengganas yang
tumbuh di jaringan payudara seseorang. Carcinoma / kanker dapat mulai
tumbuh dalam kelenjar payudara, bisa juga di saluran payudara, jaringan
lemak maupun jaringan yang mengikat pada payudara (SAFMA, 2019).
Ca. mammae merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dari fungsi nomal, sehingga mengalami pertumbuhan yang
tidak normal, cepat, serta tidak terkendali. Sel-sel tersebut membelah diri
lebih cepat dari sel normal dan berakumulasi, yang kemudian
membentuk benjolan atau massa (PPNI, 2018). Ca. mammae merupakan
keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel ductus
maupun lobulusnya (Kemenkes RI, 2011).
Ca. mammae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan,
sebelum gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan
benjolan. Sebagian besar massa terlihat saat terjadi benjolan di payudara
yang pada awalnya bersifat jinak dan terus berkembang dan menyebar
sehingga tidak terkendali. Analisis mikroskopis payudara diperlukan
untuk diagnosis definitis dan untuk mengetahui tingkat penyebaran (in
situ atau invasif) dan ciri jenis penyakitnya. Analisis mikroskopis
jaringan didapat melalui biopsi jarum atau bedah. Biopsi didasarkan pada
klinis klien, individu faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan sumber
daya tertentu (American Cancer Society, 2015
Kanker payudara atau istilah medisnya Carsinoma Mammae adalah
momok pembunuh kedua bagi kaum wanita Indonesia setelah kanker
rahim Nurcahyo, 2010). Kanker payudara terjadi karena terganggunya
system pertumbuhan di dalam jaringan payudara. Carcinoma mammae
merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana
sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Nurarif & Kusuma,
2015)

2. Anatomi fisiologi

A. Anatomi Mammae (payudara)


merupakan kelenjar subkutan yang mulai tumbuh sejak minggu ke
enam masa embrio yang berupa penebalan pada ektodermal sepanjang
garis mammae yang terbentang dari aksila sampai region inguinal.
Kelenjar mammae merupakan sekumpulan kelenjar kulit yang berfungsi
menghasilkan susu. Papilla mammae merupakan benjolan kecil yang
dikelilingi daerah kulit yang berwarna lebih gelap ( aerola mammae ).
Saat usia pubertas mammae pada perempuan mengalami pembesaran
karena adanya rangsangan dari hormone ovarium. Pembesaran mammae
juga diakibatkan Karena adanya timbunan lemak dibawah jaringan.
Dasar mammae terletak dari costa kedua sampai linea axillaruis media.
Setiap mammae terdiri dari 15-20 lobus, yang tersusun radier dan
berpusat pada papilla mammae. Lobus-lobus kelenjar mammae
dipisahkan oleh septa fibrosa. Perdarahan pada mammae mendapatkan
pasokan darah dari rami perforans arteria thoracicae interna, arteria
axillaris dan arteria intercostalis. Aliran limfe pada mammae dibagi
kedalam beberapa kuadran. Ini penting untuk mengetahui jalur
penyebaran carcinoma pada mammae.
a. Kuadran lateral, mengalirkan cairan limfe ke nodi axillaris anterios
atau kelompok pectoralis.
b. Kuadran medial, mengalirkan limfe melalui pembuluh-pembuluh
yang menembus ruangan intercostalis dan masuk kedalam
kelompok nodi thoracales interna.
Mammae pada wanita dewasa disusun oleh sistem kelenjar, duktus,
dan stroma yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa dan jaringan lemak.
Bagian dasar dari setiap lobus tersebut berada di daerah proksimal dekat
tulang iga sedangkan bagian puncaknya adalah papilla mammae yang
merupakan muara dari duktus setiap lobus. Jadi, setiap duktus laktiferus
akan bergabung menjadi sinus laktiferus dan akhirnya bermuara pada
papilla mammae (nipple). Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis
serta diantara kulit dan kelenjar mammae terdapat jaringan lemak.
Diantara lobulus terdapat ligamentum Cooper yang memberi rangka
untuk mammae. Setiap lobulus terdiri dari sel-sel asini yang terdiri dari
sel epitel kubus dan mioepitel yang mengelilingi lumen. Sel epitel
mengarah ke lumen, sedangkan sel mioepitel terletak diantara sel epitel
dan membran basalis.
B. Fisiologi Mammae
memiliki tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon.
Perubahan pertama ketika kelahiran hingga pubertas, masa fertilisasi
hingga masa klimaksterium. Perkembangan ini dipicu oleh estrogen dan
progesterone yang diproduksi oleh ovarium dan hipofise. Perubahan
kedua terjadi sesuai dengan adanya daur haid. Sekitar hari ke-8 haid,
mammae jadi lebih besar dan beberapa hari sebelum haid terjadi
pembesaran maksimal. Perubahan ketiga terjadi saat kehamilan dan
menyusui, terjadinya pembesaran karena terjadi poliferasi duktus alveoli.

3. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,
sebaliknya serangkaian factor genetic, hormonal dan kemungkinan
kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa.
Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam
pembentukan kanker payudara (estradiol dan progesterone mengalami
perubahan dalam lingkungan seluler). (Nurarif & Kusuma, 2015).
Factor-faktor risiko timbulnya Ca Mammae menurut Brunner & Sudarth,
2015 :
a. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami
kanker payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.
b. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga
langsung) dari wanita dengan kanker payudara. Risikonya
meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60
tahun, risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara
terjadi pada dua orang saudara langsung.
c. Menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita
yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.
d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama.
Wanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun
mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara
dibanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka
pada usia 20 tahun.
e. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun
meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam
perbandingan, wanita yang telah menjalani ooferoktomi bilateral
sebelum usia 35 tahun mempunyai risiko sepertiganya.
f. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor
payudara disertai perubahan epitel proliferative mempunyai risiko
dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara, wanita dengan
hyperplasia tipikal mempunyai risiko empat kali lipat untuk
mengalami penyakit ini.
g. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan
sebelum usia 30 tahun berisiko hampir dua kali lipat.
h. Obesitas-risiko terendah diantara wanita pascamenopause.
Bagaimanapun, wanita gemuk yang didiaganosa penyakit ini
mempunyai angka kematian lebih tinggi yang paling sering
berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
i. Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun,
risiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah penghentian
medikasi.
j. Terapi penggantian hormone. Wanita yang berusia lebih tua yang
menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk
jangka panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami
peningkatan risiko. Sementara penambahan progesterone terhadap
penggantian estrogen meningkatkan insidens kanker endometrium,
hal ini tidak menurunkan kanker payudara.
k. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada
wanita yang mengonsumsi bahkan dengan hanya sekali minum
dalam sehari.
l. Beberapa factor risiko seperti usia dan ras, tidak dapat diganggu
gugat. Namun, beberapa risiko dapat dimodifikasi khususnya yang
berkaitan dengan lingkungan dan perilaku. Seperti kebiasaan
merokok, minum alkohol dan pengaturan pola makan. Risiko
seorang wanita menderita kanker payudara dapat berubah seiring
dengan waktu. (Astrid Savitri, dkk.,2015)
4. Manifestasi klinis
Tanda Ca Mammae sekarang mempunyai ciri fisik yang khas,
mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat
dan elips. Gejala carcinoma kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya
keluaran dari puting susu, puting eritemme, mengeras asimetik, inversi,
gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya
metastase. (Nurarif & Kusuma, 2015).
Beberapa gejala kanker payudara yang dapat terasa dan terlihat
cukup jelas menurut Astrid Savitri, dkk. (2015) antara lain :
a. Munculnya benjolan pada payudara
Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul setelah siklus
menstruasi seringkali menjadi gejala awal kanker payudara yang
paling jelas. Benjolan yang berhubungan dengan kanker payudara
biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, meskipun kadang-kadang
dapat menyebabkan sensasi tajam pada beberapa penderita.
b. Munculnya benjolan di ketiak (aksila)
Kadang-kadang benjolan kecil dan keras muncul di ketiak dan bisa
menjadi tanda bahwa kanker payudara telah menyebar hingga
kelenjar getah bening. Benjolan ini terasa lunak, tetapi seringkali
terasa menyakitkan dan nyeri.
c. Perubahan bentuk dan ukuran payudara
Bentuk dan ukuran salah satu payudara mungkin terlihat berubah.
Bisa lebih kecil atau lebih besar daripada payudara sebelahnya.
Bisa juga terlihat turun.
d. Keluarnya cairan dari puting (Nipple Discharge)
Jika puting susu ditekan, secara umum tubuh bereaksi dengan
mengeluarkan cairan. Namun, apabila cairan keluar tanpa menekan
putting susu, terjadi hanya pada salah satu payudara disertai darah
atau nanah berwarna kuning sampai kehijauan, mungkin itu
merupakan tanda kanker payudara.
e. Perubahan pada puting susu
Puting susu terasa seperti terbakar, gatal dan muncul luka yang
sulit/lama sembuh. Selain itu puting terlihat tertarik masuk ke
dalam (retraksi), berubah bentuk atau posisi, memerah atau
berkerak. Kerak, bisul atau sisik pada puting susu mungkin
merupakan tanda dari beberapa jenis kanker payudara yang jarang
terjadi.
f. Kulit payudara berkerut
Muncul kerutan-kerutan seperti jeruk purut pada kulit payudara.
Selain itu kulit payudara terlihat memerah dan terasa panas.
g. Tanda-tanda kanker telah menyebar
Pada stadium lanjut bisa timbul tanda-tanda dan gejala yang
menunjukkan bahwa kanker telah tumbuh membesar atau
menyebar ke bagian lain dari tubuh lainnya. Tanda-tanda yang
muncul seperti nyeri tulang, pembengkakan lengan atau luka pada
kulit, penumpukan cairan disekitar paru-paru (efusi pleura), mual,
kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, penyakit kuning,
sesak napas, atau penglihatan ganda.

5. Patofisiologi
Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah
dengan ciri proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak
mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker
akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang
jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimia
terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu
sel yang mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi
sekelompok sel ganas di antara sel normal (Wijaya dan Putri, 2013).
Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan
permeabilitas kapiler akan terganggu sehingga sel kanker dapat
berkembang pada jaringan kulit. Sel kanker tersebut akan terus
menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat dan merusak pembuluh darah
kapiler yang mensuplai darah ke jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan
lapisan kulit akan mati (nekrosis) kemudian timbul luka kanker. Jaringan
nekrosis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik
bakteri aerob atau anaerob. Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar luka
kanker sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, sel
kanker dan proses infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas kapiler
kemudian menimbulkan cairan luka (eksudat) yang banyak. Cairan yang
banyak dapat menimbulkan iritasi sekitar luka dan juga gatal-gatal. Pada
jaringan yang rusak dan terjadi infeksi akan merangsang pengeluaran
reseptor nyeri sebagai respon tubuh secara fisiologis, akibatnya timbul
gejala nyeri yang hebat. Sel kanker itu sendiri juga merupakan sel imatur
yang bersifat rapuh dan merusak pembuluh darah kapiler yang
menyebabkan mudah pendarahan. Adanya luka kanker, bau yang tidak
sedap dan cairan yang banyak keluar akan menyebabkan masalah
psikologis pada pasien. Akhirnya, pasien cenderungmerasa rendah diri,
mudah marah atau tersinggung, menarik dini dan membatasi
kegiatannya. Hal tersebut yang akan menurunkan kualitas hidup pasien
kanker (Astuti, 2013).
6. WOC (Way Of Cause)

faktor resiko
Pertumbuhan sel abnormal
- genetik
-hormonal 74
-merokok, alcohol, Tumor jinak
Hyperplasia pada sel mammae
pola makan

CA mammae

Mensuplai nutrisi ke jantung


Mendesak jaringan Mendesak pembulu
CA
sekitarnya darah

Penurunan hipermetabolisme
Pembengkakan mammae jaringan lainnya BB turun Aliran terhambat hingga
terjadi hipoxia

Peningktan massa tumor Ketidakseimbangan nutrisi Bakteri pathogen


kurang dari kebutuhan
tubuh
Keluar cairan putih di
nanah
Tindakan pembedahan

Efek anastesi
Pre op Post op

Ketidakefektfan pola
Stress Massa tumor nafas Fisiologi Psikologi
psikologi mendesak
jaringan
Infeksi Perubahan
jaringan bentuk
Nyari akut mammae mammae

Defisit ansietas
pengetahuan
7. Komplikasi
Potensial komplikasinya dapat dapat mencakup sebagai berikut :
limfedema terjadi saat limfe yang digunakan untuk menjamin aliran balik
limfe bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan baik. Jika nodus
aksilaris harus mengambil alih fungsi. Limfedema dapat dicegah dengan
meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang proksimal. Jika
terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran
limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Fatimah, 2009)
8. Pencegahan
Pencegahan kanker payudara Olfah et all (2017). Beberapa hal
yang bisa mengurangi risiko kanker payudara adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara
mandiri guna membantu mengecek kondisi payudara pada seseorang
apakah terdapat benjolan ataupun perubahan lainnya yang dapat
menjadi tanda terjadinya tumor atau kanker payudara.
b. Aktivitas Fisik Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa
aktivitas fisik dapat menurunkan resiko kanker payudara. Terutama
yang rajin berolahraga secara rutin akan mengalami penundaan
menarche (menstruasi pertama- kali) sedangkan perempuan yang
berusia kurang dari 40 tahun dan aktivitas fisik dibandingkan dengan
perempuan yang tidak melakukan aktivitas rutin akan mnurunkan
resiko terkena penyakit kanker payudara. Aktivitas fisik yang
dianjurkan yang dapat menurunkan resiko kanker payudara yaitu
latihan fisik intensitas sedang, sebanyak 5x/minggu dengan durasi
masing masing 30 menit.
c. Berat badan Selama masa awal menuju kedewasaan (remaja) berat
badan yang berlebih dikaitkan dengan resiko rendah kanker
payudara pada saat seseorang tersebut menopause nantinya. Dan
sebaliknya, penambahan berat badan yang terjadi pada saat setelah
usia 18 tahun ada hubungannya dengan peningkatan resiko terjadi
kanker payudara pada saat menopause kelak. Berat badan yang
berlebih atau obesitas setelah menopause meningkatkan resiko
kanker payudara karena terjadi peningkatan hormon reproduksi yaitu
estrogen pada jaringan lemak.
d. Cukupi kebutuhan vitamin D Vitamin D bermanfaat sebagai anti
kanker terus bermunculan. Seseorang yang kekurangan vitamin D
maka kanker payudara lebih cepat menyebar dibandingkan dengan
mereka yang cukup akan vitamin D dalam tubuhnya.
e. Batasi alkohol Data terbaru dari National Cancer Institute menunjuk-
kan perempuan yang minum satu atau dua gelas alkohol setiap
harinya memiliki resiko kanker payudara sebanyak 32% lebih besar.
9. Pemeriksaan penunjang
Menurut Wijaya dan Putri, (2013) :
a. Pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Morfologi sel darah
2. LED
3. Test fal marker (CEA) dalam serum/plasma
4. Pemeriksaan sitologis
b. Monografi
Menemukan kanker insito yang kecil yang tida dapat dideteksi
dengan pemeriksaan fisik.
c. SCAN (CT, MRI, Galfum), ultra pasienund Untuk tujuan
diagnostic, identfikasi metastatic, respon pengobatan.
d. Biopsi (aspirasi, eksisi)
Untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan. Biopsi,
ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2 macam tindakan
pembedahan.
1) Aspirasi biopsi (FNAB)
Dengan aspirasi jarum halus, sifat massa dibedakan antar kistik atau
padat.
2) True cut/care biopsy
Dilakukan dengan perlengkapan stereotactic biopsy mamografi untuk
memandu jarum pada massa.
b. Incisi biopsy
c. Eksisi biopsy
Hasil biopsi dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan
pemeriksaan histologik secara froxen section.
F . Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum (alfa feto protein,
HCG asam fosfat). Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi
lebih bermanfaat sebagai prognosis/monitor terapeutik.
G. Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah
H. Foto thoraks
I. USG
USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan
benjolan padat.
J. Mammografi
Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan
daerah yang abnormal pada payudara
K. Termografi
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada
payudara.
L. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat
menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan
pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami
menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7-
10 hari sesudah 1 hari menstruasi. Bagi wanita pasca menopause,
SADARI bisa dilakukan kapan saja tetapi secara rutin dilakukan setiap
bulan (misalnya setiap awal bulan)

10. Penatalaksanaan
Olfah et all (2017) menjelaskan kanker payudara yang masih bisa
diobati dengan cara dioprasi yaitu stadium IIIA. Sedangkan, terapi
pada stadium IIIB dan IV tidak lagi dengan mastektomi, melainkan
pengobatan dengan paliatif. Ada beberapa pengobatan pada kanker
payudara tetapi tergantung pada stadium klinik penyakit kanker
payudara tersebut:
a. Pembedahan / operasi
Dilakukan pada kanker payudara yang ditemukan adanya
benjolan lebih dini pada payudara, maka semakin dini kanker
payudara ditemukan maka semakin besar kemungkinan untuk
sembuh setelah menjalani operasi. Jenis operasi yang dilakukan
untuk mengobati kanker payudara yaitu mastektomi dan
pengangkatan kelenjar getah bening (KGB).
b. Radiasi / penyinaran Radiasi adalah proses penyinaran yang
dilakukan pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma tindakan ini bertujuan
untuk membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara.
c. Kemoterapi Kemoterapi merupakan tindakan kanker
payudaraa dengan cara pemberian obat – obatan anti kanker
dalam bentuk pil cair atau kapsul melalui infus, ini bertujuan
untuk membunuh sel kanker yang ada di seluruh tubuh bukan
hanya dibagian payudara saja.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
1. Identitas
Kebanyakan pasien Ca Mammae terjadi pada wanita dewasa usia lebih
dari 30 tahun, didukung dengan faktor-faktor predisposisi kanker
payudara. Tetapi tidak menutup kemungkinan usia dibawah 30 tahun
terkena kanker payudara, dikarenkan pola hidup yang tidak sehat. Risiko
seorang wanita menderita kanker payudara dapat berubah seiring dengan
waktu. (Astrid Savitri, dkk., 2015)

2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien Ca Mammae biasanya
klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,
bengkak serta nyeri. Pada pasien Pre Op Ca Mammae pasien akan
mengeluh cemas serta khawatir bagaimana nanti ketika di operasi
(Wijaya & Putri, 2013).

3. Riwayat penyakit sekarang


Uraian mengenai penyakit mulai dari timbulnya keluhan yang dirasakan
sampai saat dibawa ke layanan kesehatan, apakah pernah memeriksakan
diri ke tempat lain serta pengobatan yang telah diberikan dan bagaimana
perubahannya.

4. Riwayat kesehatan dahulu


Dalam hal ini yang perlu dikaji atau ditanyakan pada pasien yaitu tentang
penyakit apa saja yang pernah diderita. Apakah pasien pernah mengalami
penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit payudara jinak,
hyperplasia tipikal. Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian
terapi pengganti hormone dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15
tahun) seperti estrogen suplemen dan apakah pasien juga mempunyai
riwayat pemakaian kontrasepsi oral. Biasanya pasien Ca Mammae
mempunyai riwayat menarche atau menstruasi pertama pada usia yang
relative muda dan menopause pada usia yang relative tua. Dan pada
riwayat obstetri, biasanya pasien mempunyai riwayat nulipara (belum
pernah melahirkan) infertilitas dan melahirkan anak pertama pada usia
yang relative lebih tua (lebih dari 35 tahun) serta tidak menyusui.

5. Riwayat penyakit keluarga


Adanya keluarga yang mengalami Ca Mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami Ca Mammae atau pun keluarga klien
pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau
kanker serviks.

6. Riwayat psikososial
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari (Padila, 2012 dalam Andini,
2018). Pada penderita kanker payudara akan terjadi perubahan tubuh
sejak kanker mulai menyebar pada tubuh, menyebabkan perubahan
persepsi sehingga pasien harus beradaptasi dari sisi fisiologis dan
psikososial baik konsep diri, peran fungsi dan interdependensi. Adanya
gejala fisik seperti kerontokan rambut dimana rambut merupakan
identitas diri pasien sehingga ketika mengalami kebotakan akan
mempengaruhi penampilan mereka dan kondisi ini akan menimbulkan
persepsi serta harga diri yang negatif. Perubahan citra tubuh akibat
perubahan fisik merupakan respon psikologis yang sangat menekan bagi
pasien kanker payudara, dimana payudara merupakan organ penyusuan
bagi bayinya dan sebagai daya tarik bagi kaum pria. Payudara juga
mempunyai fungsi sebagai simbol kewanitaan (body image) dan fungsi
erotik atau seksual terhadap lawan jenis. Kehliangan payudara pada
akhirnya dapat menciptakan disfungsi seksual yang parah sebagai bentuk
hilangnya sefl image, rendahnya self esteem, hilangnya perceived
attractiveness, rasa malu dan kehilangan gairah. (Ambarwati, 2017)

7. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)


a. Keadaan umum Pada pasien Pre Op Ca Mammae biasannya tidak
terjadi penurunan kesadaran (composmentis), untuk pemeriksaan tanda-
tanda vital yang dikaji yaitu tekanan darah, suhu, nadi, respirasi.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan Diagnosis keperawatan adalah respons individu
terhadap rangsangan yang timbul dan diri sendiri maupun luar
(lingkungan) (Nursalam, 2015). Diagnosa yang muncul menurut Nurarif
dan Kusuma (2015), adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan masa tumor
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan, deformitas dinding dada
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ke
jaringan
d. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
(tekanan jaringan mammae)
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada bentuk
tubuh karena proses penyakit (mammae asimetris)
f. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta
pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
h. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya informasi
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah
atau memanipulasi stimulus fokal, kontektual dan residual.
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam
menggunakan koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan
dapat terjadi pada klien (Nursalam, 2015). SIKI (Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia) mendefinisikan intervensi keperawatan adalah
segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

Anda mungkin juga menyukai