Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MENGIDENTIFIKASI TENTANG CURENT ISSUE PENYAKIT TIDAK


MENULAR
TENTANG
(KANKER SERVIKS )

Dosen Pengampuh :
Dr.Darwis,S.kep.,M.Kes
Dr. Susilo Damarini, SKM., MPH

Disusun Oleh :
Aldi Prayoga
Alvira tria Ramadhi
Abdul fattah
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan tugas makalah epidemiologi penyakit tidak menular
tentang kanker serviks tepat pada waktunya. Tidak lupa pula kami kirimkan shalawat
serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya,
pra sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuaan mahasiswa khususnya bagi penyusun. Namun tidak lepas
dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada
kami membuka pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik
demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan menginspirasi para pembaca dalam pembuatan
makalah- makalah selanjutnya

Bengkulu 2023

Penyusun

PAGE \* MERGEFORMAT ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I ............................................................................................................................
1
PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II ..........................................................................................................................
3
PEMBAHASAN ..........................................................................................................
3

A. curent issue Penyakit Tidak menular................................................................. 3


B. Definisi Kanker Serviks…………………………………………………...…...13
C. Distribusi Penyakit Kanker Serviks ...................................................................
14
D. Faktor Risiko Kanker Serviks ...........................................................................
15
E. issue Pencegahan Kanker Serviks......................................................................
15
F. Penanggulangan Kanker Serviks........................................................................ 17
BAB III....................................................................................................................... 18
PENUTUP................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 18
B. Saran...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 20

PAGE \* MERGEFORMAT ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

International Agency for Research Cancer (IARC) mencatat bahwa


jumlah kasus baru kanker serviks yaitu sebanyak 569.847 kasus di seluruh
dunia (IARC, 2018). Penyakit tidak menular menjadi penyebab kematian
terbanyak di Indonesia. Tingginya morbiditas dan mortalitas penyakit tidak
menular menjadi permasalahan yang cukup serius dihadapi dalam pelayanan
kesehatan. Salah satu penyakit tidak menular yang cukup tinggi terjadi di
Indonesia yaitu kanker serviks (Kementerian Kesehatan, 2011).
Menurut Kemenkes (2013), prevalensi penyakit kanker secara nasional
pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4‰ atau
diperkirakan sekitar 347.792 orang. Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki
prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker, yaitu sebesar 4,1‰. Berdasarkan
estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa
Timur merupakan provinsi dengan estimasi penderita kanker terbanyak, yaitu
sekitar 68.638 dan 61.230 orang (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan data Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan di RS
Kanker Dharmais, dari tahun 2010-2013 tiga penyakit terbanyak yang jumlah
kasus baru serta jumlah kematian akibat kanker tersebut terus meningkat
yaitu kanker payudara, kanker serviks dan kanker paru (Kemenkes, 2015).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi kanker serviks di
Indonesia yaitu sebanyak 98.692 orang dan estimasi kasus kanker serviks di
Sumatera Utara sebesar 4.694 kasus. Kanker tertinggi di Indonesia yang
terjadi pada perempuan yaitu kanker payudara dan kanker serviks (Riskesdas,
2013).

RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2018 memperlihatkan jumlah pasien


yang menderita kanker serviks di Ruang Nifas sebanyak 108 orang,
sedangkan pada tahun 2019 dari bulan Maret sampai Juni didapatkan
sebanyak 50 orang penderita kanker serviks. Data yang didapatkan pada
Poliklinik Kandungan RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2018 dari bulan Juni

sampai Desember jumlah pasien yang terdiagnosa kanker serviks sebanyak


PAGE \* MERGEFORMAT 22
887 orang dan pada tahun 2019 dari bulan Januari sampai Mei terdapat 560
penderita kanker serviks (Dokumen: RSUD Ulin Banjarmasin, 2019).
Mengacu pada data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2016 tercatat penderita kanker serviks di Kalimantan Selatan sebanyak
50 orang. Terjadi peningkatan angka kejadian kanker serviks di Kal-Sel pada
tahun 2018 dimana tercatat penderita kanker serviks yang melakukan
kunjungan pertama untuk melakukan pemeriksaan dini sebanyak 53 orang
dan yang melakukan kunjungan kedua atau lebih sebanyak 1.877 penderita
kanker serviks (Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan, 2019)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang akan dibahas dalam


makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian dari penyakit kanker serviks?

2. Bagaimana distribusi penyakit kanker serviks?

3. Apa saja faktor risiko penyakit kanker serviks?

4. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan pada penyakit kanker


serviks?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui distribusi penyakit kanker serviks berdasarkan orang, tempat,


dan waktu..
2. Mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit kanker
serviks.
3. Mengetahui pencegahan-pencegahan yang harus dilakukan agar
terhindarnya dari penyakit kanker serviks.
4. Mengetahui penanggulangan yang telah atau sedang dilakukan untuk
menurunkan angkat kematian akibat penyakit kanker serviks.
PAGE \* MERGEFORMAT 22
BAB II
PEMBAHASAN
A. curent issue Penyakit Tidak menular
Penyakit Tidak Menular (PTM) atau biasa juga disebut sebagai penyakit degenerative. Penyakit
tidak menular menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat karena tingkat morbiditas dan
mortalitas yang tinggi secara global, merupakan jenis penyakit yang tak bisa ditularkan oleh
penderita ke orang lain, jenis penyakit ini berkembang secara perlahan dan terjadi dalam jangka
waktu yang panjang.
Istilah-istilah lain dalam penyebutannya yang bervariasi diantaranya :
Penyakit Kronis : penyakit yang menurunkan kondisi penderitanya secara bertahap dalam
waktu yang lama atau menahun dan umumnya mengindikasikan para pengidapnya menderita
penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian.
Penyakit Non Infeksi : penyakit yang disebabkan bakteri, virus, parasit, jamur, dan
mikroorganisme lainnya, dan ditemukan pada sel dalam diri individu yang tumbuh secara tak
normal.
Non Communicable Disease : penis Penyakit yang disebabkan oleh infeksi dan tidak dapat
ditularkan ke orang lain.
Penyakit Degenerative, merupakan jenis penyakit yang muncul akibat perubahan fungsi sel-sel
pada tubuh yang mempengaruhi fungsi organ, penyakit degenerative juga dapat muncul
akibat perubahan usia.
Penyakit tidak menular menimbulkan angka kematian yang tinggi tiap tahunnya dan dapat
menjangkiti individu diberbagai usia maupun negara di seluruh dunia. Adapun yang termasuk
ke dalam penyakit tidak menular antara lain :
Penyakit kardiovaskular yang berkaitan dengan naiknya tekanan darah, gula darah, lipid darah
dan obesitas. Kondisi ini mengakibatkan munculnya penyakit seperti serangan jantung, stroke,
gangguan pada arteri, penyakit serebrovaskular, penyakit jantung dan berbagai penyakit
kardiovaskular lainnya.
Berbagai jenis kanker seperti : kanker hati, kanker paru-paru, kanker serviks, kanker payudara,
dan jenis kanker lainnya.
Penyakit pernafasan kronis meliputi : asma, hipertensi pada paru, dan berbagai penyakit
pernafasan lainnya.
Diabetes tipe satu dan tipe dua. Serta jenis penyakit tidak menular lainnya yang kerap
ditemukan di sekitar kita seperti Alzheimer, artritis, epilepsy, hemophilia dan berbagai penyakit
tidak menular lainnya.
Beberapa faktor yang dapat memicu penyakit tidak menular seperti kebiasaan merokok,
konsumsi alkohol, dan pola hidup tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik dan pola makan

PAGE \* MERGEFORMAT 22
sembarangan.
Cara mencegah penyakit tidak menular menurut di antaranya :
Hindari kebiasaan merokok dan minum alkohol berlebih. Dengan menghindari kebiasaan
tersebut tubuh akan terbebas dari risiko munculnya penyakit tidak menular.
Membatasi konsumsi gula, garam dan lemak berlebih. Konsumsi gula perhari untuk setiap
individu, yakni 5 - 9 sendok teh atau setara 50 gram gula. Kadar garam yang dibutuhkan tubuh
yakni tidak kurang dari seperempat sendok teh per harinya sedangkankadar konsumsi lemak
disarankan sebanyak 20 hingga 30 gram perhari (Kementerian Kesehatan).
Rutin melakukan aktivitas fisik. Dengan melakukan aktivitas ringan dan rutin dapat membakar
lemak.
Rajin mengonsumsi buah dan sayur. Melengkapi konsumsi harian dengan buah dan sayur
mampu mencegah risiko terjangkit PTM.
Dengan mengecek kesehatan secara rutin dan mengubah gaya hidup sehat serta memahami
konsep, penyebab dan cara pencegahannya, kita dapat mengenali sekaligus menghindari jenis
penyakit tidak menular.
Penyakit tidak menular merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi
perhatian nasional maupun global pada saat ini. Data WHO tahun 2008 menunjukan bahwa
dari 57 juta kematian yang terjadi, 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh
Penyakit Tidak Menular. Di negara dengan tingkat ekonomi rendah sampai menengah,
29% kematian yang terjadi pada penduduk berusia kurang dari 60 tahun disebabkan oleh

PTM.1,2
Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple burden
diseases, yaitu penyakit menular yang masih menjadi masalah, kejadian re-emerging diseases
dan new emerging diseases yang masih sering terjadi, dan di sisi lain kejadian PTM
cenderung meningkat dari waktu ke
waktu. Menurut profil Penyakit Tidak Menular WHO tahun 2011, di Indoesia tahun 2008
terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan meninggal karena PTM. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12
tahun (1995-2007) telah terjadi transisi
epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat,
sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun. Fenomena ini diprediksi akan

terus berlanjut.2
Penyakit tidak menular diketahui sebagai penyakit yang tidak dapat disebarkan dari
seseorang terhadap orang lain. Terdapat empat tipe utama penyakit tidak menular yaitu
PAGE \* MERGEFORMAT 22
penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes.

PAGE \* MERGEFORMAT 22
Pola hidup modern telah mengubah sikap dan perilaku manusia, termasuk pola makan,
merokok, konsumsi alkohol serta obat-obatan sebagai gaya hidup sehingga penderita
penyakit degeneratif (penyakit karena penurunan fungsi organ tubuh) semakin meningkat
dan mengancam kehidupan.
Akibat perilaku manusia pula, lingkungan hidup dieksploitasi sedemikian rupa
sampai menjadi tidak ramah terhadap kehidupan manusia sehingga meningkatkan jumlah
penderita penyakit paru kronis yang
seringkali berakhir dengan kematian. Demikian pula berbagai penyakit kanker dapat
dipicu oleh bermacam bahan kimia yang bersifat karsinogenik, kondisi lingkungan, serta

perilaku manusia.1,3

Penyakit tidak menular (PTM), dikenal juga sebagai penyakit kronis, tidak ditularkan

dari orang ke orang.1 Perkembangan penyakit tidak menular umumnya lambat dan
membutuhkan durasi yang panjang. Berdasarkan profil WHO mengenai penyakit tidak menular
di Asia Tenggara, ada lima penyakit tidak menular dengan angka kesakitan dan kematian
yang tinggi, yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dibetes

mellitus, dan cedera.3,4 Empat terbanyak dari penyakit tidak menular yaitu penyakit
kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes mellitus. Proporsi penyebab
kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyebab kematian terbesar
adalah penyakit kardiovaskuler (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernapasan
kronis, penyakit pencernaan dan PTM lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian

serta 4% disebabkan oleh diabetes mellitus.2,5


1. Penyakit Kardiovaskuler
Secara global, penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu dan
diproyeksikan akan tetap demikian. Penyakit kardiovaskuler mencakup penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskuler, peningkatan
tekanan darah, penyakit arteri perifer, penyakit jantung rematik, penyakit jantung
bawaan, dan gagal

PAGE \* MERGEFORMAT 22
jantung.Penyebab utama penyakit kardiovaskuler adalah merokok, aktivitas fisik yang
kurang, dan diet yang tidak sehat.Merokok, diet yang tidak sehat, dan aktivitas fisik
yang kurang meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.Tekanan darah tinggi
tidak memiliki gejala, namun dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke.Lebih dari
80% kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berpenghasilan rendah
sampai menengah. Status ekonomi yang rendah meningkatkan paparan faktor risiko dan

kerentanan terhadap penyakit kardiovaskuler.6


2. Kanker
Kanker menyumbang kematian kedua
setelah penyakit kardiovaskuler.Jenis
utama kanker adalah kanker paru, kanker perut, kanker kolorektal, kanker hati, dan kanker
payudara.Lebih dari 70% semua
kematian akibat kanker terjadi di negara berpenghasilan rendah sampai menengah. Dan
diproyeksikan akan terus meningkat dengan perkiraan 11.5 juta kematian pada 2030.
Faktor risiko utama kanker adalah merokok, konsumsi alkohol, faktor makanan
(termasuk konsumsi sayur dan buah yang kurang), aktivitas fisik yang kurang, infeksi
kronis dari Helycobacter pylori, virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan beberapa jenis
Human Papilloma Virus (HPV), serta lingkungan dan risiko kerja yang berhubungan

dengan pengion dan radiasi.7


3. Penyakit Pernapasan Kronis
Penyakit pernapasan kronis adalah penyakit pada saluran udara dan struktur paru lainnya
seperti asma dan alergi pernapasan, penyakit paru obstruktif kronis, penyakit paru kerja
(kerusakan
paru akibat debu, uap, atau gas berahaya yang terhirup pekerja di tempat kerja), sleep
apnea syndrome, dan hipertensi pulmonal.Prevalensi penyakit ini meningkat dimana-
mana, khususnya di kalangan anak-anak dan orang tua serta meningkat di daerah dengan
penghasilan rendah samai menengah. Penyakit pernapasan kronis sering kurang
diperhatikan,underdiagnosed, kurang diobati, dan kurang dicegah. Faktor risiko

PAGE \* MERGEFORMAT 22
dari penyakit pernapasan kronis adalah merokok (baik aktif maupun pasif), terpapar polusi
udara, paparan allergen, infeksi saluran pernapasan berulang pada anak, serta debu kerja

dan bahan kimia.8


4. Diabetes Mellitus
Diabetes adalah penyakit kronis yang
terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat
secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan.Risiko kematian orang yang
menderita diabetes mellitus adalah dua kali lipat dibandingkan orang tanpa diabetes
mellitus.Ada dua tipe diabetes, yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe
2. Diabetes mellitus tipe 1 ditandai dengan kurangnya produksi insulin; tanpa pemberian
insulin harian, diabetes mellitus tipe 1 akan berakibat fatal. Diabetes mellitus tipe 2
disebabkan karena penggunaan insulin yang tidak efektif; diabetes mellitus tipe 2
merupakan 90% tipe dari penderita diabetes di seluruh dunia, hal ini merupakan dampak
dari kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik. Peningkatan kadar gula darah
adalah efek dari diabetes yang tidak terkontrol sehingga perlahan dapat merusak jantung,
pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf sehingga memiliki implikasi yang buruk

terhadap kesehatan dan kualitas hidup.9,10


Penyakit tidak menular telah menjadi kelompok penyakit yang sulit untuk

didefinisikan.11 Istilah penyakit tidak menular menjadi sebuah ironi karena beberapa
penyakit yang termasuk seperti kanker leher rahim, perut, dan hati sebagian disebabkan oleh
infeksi organisme. Namun, empat perilaku seperti penggunaan tembakau, konsumsi alkohol,
pola makan yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik merupakan perilaku yang menjadi
faktor risikodan berhubungan erat dengan empat penyakit tidak menular utama (penyakit
kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes) yang mencapai 80%

menyebabkan kematian dari kelompok penyakit tidak menular.1,2,11


Penyakit tidak menular muncul dari kombinasi faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat

PAGE \* MERGEFORMAT 22
dimodifikasi. Fakor risiko yang tidak dapat dimodifikasi oleh individu adalah usia, jenis
kelamin, dan genetika. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor yang
dapat diubah melalui keadaran individu itu sendiri dan intervensi sosial. Faktor- faktor yang

dapat dimodifikasi tersebut adalah:12

1. Merokok
Efek berbahaya dari merokokterhadap kematian yang disebabkan oleh kanker, penyakit
kardiovaskuler, dan penyakit pernapasan kronis telah lama diketahui.Selain itu, paparan
asap rokok
pada perokok pasif seperti ibu hamil, anak-anak, dan orang dewasa yang tidak hamil
di rumah maupun di tempat- tempat umum menyebabkan hasil kelahiran yang
merugikan, penyakit pernapasan pada masa kanak-kanak, dan penyakit lainnya seperti
yang diderita oleh perokok aktif. Setiap tahunnya, tembakau menyumbang sekitar 6 juta
kematian (termasuk perokok pasif) dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 8 juta pada

tahun 2030.1,13,14
Selain pergeseran pola prevalensi merokok, telah terjadi perubahan dalam jenis rokok
yang tersedia, seperti rokok rendah tar dan rokok elektrik. Namun, hasil tinjauan
menyimpulkan bahwa selama lima dekade desain rokok berkembang tidak mengurangi
risiko penyakit di kalangan perokok. Satu- satunya tindakan yang efektif untuk mencegah

bahaya merokok adalah dengan pencegahan dan penghentian merokok.13


2. Konsumsi Alkohol
Alkohol merupakan zat psikoaktif dengan memproduksi substansi yang membuat
ketergantungan pengkonsumsinya.Dampak alkohol
ditentukan oleh volume alkohol yang dikonsumsi, pola minum, dan kualitas alkohol yang
dikonsumsi. Pada tahun
2012, sekitar 3.3 juta kematian, atau

sekitar 5.9% dari seluruh kematian global disebabkan oleh konsumsi alkohol.15
Konsumsi Alkohol sangat umum di seluruh dunia meskipun membawa risiko yang
merugikan bagi kesehatan dan konsekuensi sosial terkait efek memabukkan, sifat
beracun, dan

PAGE \* MERGEFORMAT 22
ketergantungan.Konsumsi alkohol merupakan faktor risiko utama untuk beban penyakit di
negara berkembang berkaitan dengan berbagai penyakit dan cedera, termasuk kecelakaan
lalu lintas, kekerasan, dan bunuh diri.Secara keseluruhan, 5.1% dari beban penyakit global
dan cedera disebabkan oleh alkohol (diukur dalam Disability-Adjusted Life Years,
DALYs).Konsumsi alkohol yang berlebih tidak hanya meningkatkan risiko cedera secara
substansial, tetapi juga memperburuk penyakit kardiovaskuler dan hati. Konsumsi
alkohol terus meningkat di Jepang, Cina, dan banyak negara lain di Asia yang sebelumnya

rendah.
Faktor lingkungan meliputi pembangunan, ekonomi, budaya, ketersediaan alkohol, serta
kelengkapan tingkat pelaksanaan dan penegakkan kebijakan alkohol mempengaruhi pola
konsumsi alkohol dan besarnya masalah yang berhubungan dengan alkohol dalam

populasi.15
3. Pola Makan yang Buruk
Sekitar 16 juta (1%) DALYs (ukuran potensial kehilangan kehidupan karena kematian dini
dan tahun-tahun produktif
yang hilang karena cacat) dan 1.7 juta (2.8%) dari kematian di seluruh dunia disebabkan
oleh kurangnya konsumsi buah dan sayur.Konsumsi cukup buah dan sayur
mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, kanker perut, dan kanker kolorektal.
Konsumsi makanan tinggi kalori seperti makanan olahan yang tinggi lemak dan gula
cenderung menyebabkan obesitas dibandingkan makanan rendah kalori seperti buah dan

sayuran.17,18
Jumlah garam yang dikonsumsi merupakan faktor penentu penting dari tingkat tekanan
darah dan risiko kardiovaskuler secara keseluruhan. Diperkirakan bahwa mengurangi
asupan garam dari konsumsi rata-rata 9-12 gram per hari menjadi 5 gram per hari memiliki

dampak besar pada tekanan darah dan penyakit kardiovaskuler.17,18


Konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan trans fatty acid terkait dengan
penyakit jantung; minyak nabati tak jenuh ganda dapat menjadi pengganti untuk
menurunkan risiko penyakit

PAGE \* MERGEFORMAT 22
jantung koronerdan diabetes mellitus tipe 2
4. Kurangnya Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang tidak memadai
merupakan satu dari sepuluh faktor risiko utama kematian global. Orang yang kurang
aktif secara fisik memiliki 20%-
30% peningkatan faktor risiko penyebab kematian dibandingkan dengan mereka yan
setidaknya melakukan aktivitas fisik selama 150 menit per minggu, atau setara
seperti yang direkomendasikan WHO.18,19

Aktivitas fisik yang teratur mengurangi risiko penyakit jantung iskemik, diabetes, kanker
payudara, dan kanker kolon.Selain itu, aktivitas yang cukup mengurangi risiko stroke,
hipertensi, dan depresi. Aktivitas fisik juga merupakan penentu utama dari pengeluaran
energi dan dengan demikian penting untuk keseimbangan energy dan control berat badan.
Empat perilaku umum diatas (merokok, konsumsi alkohol, pola makan yang buruk,
dan kurangnya aktivitas fisik)menyebabkan gangguan metabolik berupa peningkatan tekanan
darah, kelebihan berat badan/obesitas, tingginya kadar glukosa darah, dan peningkatan kadar
kolesterol yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit tidak menular
1. Peningkatan Tekanan Darah
Peningkatan tekanan darah merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung
koroner, iskemik, dan stroke hemoragik.Tingkat tekanan darah telah
terbukti berhubungan dengan risiko tersebut. Dikatakan dalam beberapa kelompok usia,
setiap kenaikan 20/10 mmHg tekanan darah, mulai dari 115/75 mmHg meningkatkan
risiko dua kalilipat terkena penyakit kardiovaskuler.Selain penyakit jantung koroner,
iskemik, dan stroke, komplikasi peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan gagal
jantung, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan ginjal, dan gangguan
penglihatan.Mengontrol tekanan darah sampai kurang dari 140/90 mmHg dikaitkan dengan
penurunankomplikasi kardiovaskuler.
2. Kelebihan Berat Badan

PAGE \* MERGEFORMAT 22
1
Obesitas memiliki efek metabolik yang buruk pada tekanan darah, 2
kolesterol,
trigliserida, dan resistensi insulin. Risiko penyakit jantung koroner, stroke
iskemik, dan diabetes mellitus tipe 2 terus meningkat seiring dengan meningkatnya
indeks massa tubuh (IMT). IMT yang meningkat juga meningkatkan risiko kanker
payudara, kanker kolon, kanker prostat, kanker endometrium, kanker ginjal, dan
kanker hati. Untuk mencapai kesehatan optimal, IMT rata-rata untuk populasi

dewasa harus berada pada isaran 21-23 kg/m2, sedangkan bagi individu harus

menjaga IMT dalam kisaran 18.5-24.9 kg/m2. Terdapat peningkatan risiko

penyakit penyerta untuk orang dengan IMT 25-29.9 kg/m2 dan komorbiditas yang

parah untuk IMT lebih dari 30 kg/m2.21


3. Kadar Glukosa Darah yang Tinggi
Diabetes bertanggung jawab untuk kematian 1,5 juta jiwa pada tahun 2012 dan 89
juta DALYs. Toleransi glukosa yang terganggu, dan gangguan gula darah
puasa adalah kategori risiko untuk diabetes dan penyakit kardiovaskuler.Orang
dengan diabetes memiliki risiko dua kali lipat terkena stroke.Diabetes juga
menyebabkan kegagalan ginjal pada banyak populasi.Amputasi tungkai bawah
meningkat 10 kali lebih umum pada orang dengan diabetes.Diabetes juga
merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan. Prevalensi
hiperglikemi bergantung pada kriteria diagnostik epidemiologi, dikatakan nilai gula
darah puasa ≥7.0 mmol/L (126 mg/dL) sudah cukup untuk mendiagnosis

diabetes.9,10,22
4. Peningkatan Kadar Kolesterol
Kadar kolesterol yang tinggi
meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Secara umum, sepertiga dari
penyakit jantung iskemik disebabkan oleh kadar kolesterol yang tinggi. Kolesterol
yang tinggi diperkirakan menyebabkan

2.6 juta kematian (4.5% dari total kematian) dan 2.0% dari total DALYs.23
Untuk mengurangi dampak dari PTM pada individu dan masyarakat, diperlukan
pendekatan komprehensif dari semua sektor, termasuk kesehatan keuangan,
pendidikan,

PAGE \* MERGEFORMAT 22
1
pertanian, perencanaan, dan lain-lain. Berbagai penyakit tidak menular 3
dapat
dicegah dengan mengatasi faktor risiko yang terkait, ditargetkan dengan kebijakan
kesehatan formal dan informal dari inisiatif pemerintah. Temuan kunci telah menggaris

bawahi efektivitas kebijakan pemerintah dalam mencegah penyakit tidak menular.1,24


WHO dalam mengatasi dan mengendalikan penyakit tidak menular mendukung
negara-negara anggota untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijakan yang
komprehensif dan terpadu.Komponen program pengendalian dan pencegahan penyakit

tidak menular tersebut adalah:29


1. Pencegahan dan pengendalian penyakit kardiovaskuler.
Solusi untuk penyakit kardiovaskuler adalah dengan diet makanan yang sehat dan
meningkatkan aktifitas fisik, menghentikan merokok, dan mengetahui kemungkinan

risiko.6,12
2. Pencegahan dan pengendalian kanker Strategi kunci untuk pencegahan kanker
adalah dengan mengontrol merokok, promosi makanan sehat dan aktivitas
fisik yang cukup, proteksi terhadap agen infeksi seperti dengan
melakukan vaksinasi, mencegah konsumsi alkohol yang berlebihan, dan
menggurangi paparan terahap radiasi dan agen karsinogenik lain, serta

proteksi diri.7,12
3. Pencegahan dan pengendalian penyakit pernapasan kronis
Fokus pencegahan pada penyakit
pernapasan kronis adalah pencegahan
merokok, deteksi dini penyakit paru yang berhubungan dengan paparan,
pengaturan diet dan nutrisi, memperhatikan kualitas udara yang dihirup, dan

memperhatikan kualitas pernapasan pada awal-awal kehidupan.8


4. Kontrol diabetes mellitus
Untuk membantu mencegah diabetes mellitus tipe 2 dan komplikasinya, dilakukan
dengan cara mencapai dan mempertahan kan berat badan yang ideal,
melakukan aktivitas fisik yang cukup, deteksi dini, pengobatan, dan
menghentikan rokok. Pengendalian diabetes dilakukan dengan memberikan insulin,
mengontrol tekanan darah, merawat kaki apabila telah terjadi omplikasi,

skrining dan pengobatan retinopati, mengontrol kadar lipid darah.9


Pengetahuan tentang faktor risiko menggambarkan lebih lengkap transisi

PAGE \* MERGEFORMAT 22
1
epidemiologi dan bagaimana untuk mengurangi faktor risiko di semua 4
tingkat
pembangunan negara dengan penggunaan berbagai strategis. Meskipun perilaku
individu merupakan faktor penting dalam pola pengendalian faktor risiko untuk penyakit
menular, upaya untuk mengurangi merokok, konsumsi alkohol, konsumsi makanan
yang mengandung lemak trans, dan konsumsi garam menunjukkan bahwa terdapat
ruang melalui perumusan kebijakan dan implementasi.
WHO mengusulkan beberapa intervensi untuk mencegah dan mengontrol penyakit
tidak menular, seperti untuk peningkatan pajak tembakau dan alkohol, tempat kerja
dan publik harus bebas dari asap rokok, memberi informasi kesehatan dan peringatan,
larangan
klan rokok, promosi, dan sponsorships, akses terbatas untuk alkohol, melarang iklan
alkohol, mengurangi asupan garam dalam makanan, penggantian lemak trans dengan
lemak tidak jenuh ganda, dan menyadarkan public melalui media massa tentang diet dan

aktivitas fisik. 1,12,18

B. Definisi Kanker Serviks

Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan


tumbuh tidak kendali serta membelah lebih cepat dibandingkan dengan sel
normal. Sel kanker tidak mati setelah usianya cukup., melainkan tumbuh terus
dan bersifat invasif sehingga sel normal tubuh dapat terdesak atau malah mati
(Sabrida, 2015). Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat
pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel
kanker (Kemenkes, 2015).
Menurut Septadina dkk (2015), Kanker leher rahim atau disebut juga
kanker serviks adalah jenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh human
papilloma virus (HPV) onkogenik yang menyerang leher rahim. Adapun
menurut Savitri (2015), Kanker serviks merupakan jenis tumor ganas yang
menyerang organ reproduksi wanita. Kanker ini mengenai lapisan permukaan
(epitel) dari leher rahim atau mulut rahim dan dapat terjadi dikarenakan sel-
sel permukaan tersebut mengalami penggandaan dan berubah sifat menjadi
sel yang tidak normal.

PAGE \* MERGEFORMAT 22
1
5

C. Distribusi Penyakit Kanker Serviks

a) Menurut Orang

Penyakit kanker dapat menyerang semua umur. hampir semua


kelompok umur penduduk memiliki prevalensi penyakit kanker yang
cukup tinggi. Prevalensi penyakit kanker tertinggi berada pada kelompok
umur 75 tahun ke atas, yaitu sebesar 5,0‰ dan prevalensi terendah pada
anak kelompok umur 1-4 tahun dan 5-14 tahun sebesar 0,1‰. Terlihat
peningkatan prevalensi yang cukup tinggi pada kelompok umur 25-34
tahun, 35-44 tahun, dan 45-54 (Limpens, M., 2018).
Pada penelitian Haryani (2016), di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Periode Januari 2011- Desember 2012 didapatkan 63 kasus kanker
serviks. Distribusi kanker serviks berdasarkan umur terbanyak pada

kelompok umur >50 tahun sebanyak 27 kasus (42,9%), dan terendah


pada kelompok umur 20- 30 tahun sebanyak 2 orang (3,2%).
b) Menurut Tempat

Pada tahun 2018, distribusi provinsi pasien yang IVA positifnya


yang ditemukan tertinggi adalah provinsi Jawa Tengah sebanyak 25.300
orang. Sedangkan provinsi dengan jumlah terendah ialah di provinsi
Maluku Utara sebanyak 25 orang (Kemenkes, 2019).
Berdasarkan data rekapitulasi deteksi dini kanker serviks (IVA)
menurut provinsi sampai 2019, distribusi provinsi pasien yang IVA
positifnya yang ditemukan tertinggi adalah provinsi DI Yogyakarta
sebanyak 25.300 orang. Sedangkan provinsi dengan jumlah terendah
ialah di provinsi Papua sejumlah 25 orang (Kemenkes, 2020).
c) Menurut Waktu

Berdasarkan data rekapitulasi deteksi dini kanker serviks (IVA)


sampai 2018, di Indonesia ditemukan sebanyak 77.969 yang positif
(Kemenkes, 2019). Sedangkan, ditahun 2019 ditemukan kasus bertambah

PAGE \* MERGEFORMAT 22
1
dari jumlah ditahun 2018 menjadi 84.185 (Kemenkes, 2020). 6

D. Faktor Risiko Kanker Serviks

Menurut Sabrida (2015), faktor-faktor risiko dari penyakit kanker


serviks, yaitu :
 Menikah atau memulai aktifitas seksual pada usia muda (kurang dari 18
tahun).
 Berganti-ganti pasangan seks.

 Sering menderita infeksi di daerah kelamin.

 Wanita yang melahirkan banyak anak.

 Wanita yang merokok.

E. issue Pencegahan Kanker


Serviks

Pencegahan utama pada kanker leher rahim adalah menghindari faktor-


faktor risikonya, terutama dengan menghindari perilaku seksual berisiko
untuk terinfeksi HPV seperti berikut ini (Kemenkes, 2019) :
1. Tidak berganti - ganti pasangan seksual

2. Tidak melakukan hubungan seksual pada usia dini (kurang dari 20 tahun)

3. Hindari terpapar asap rokok (aktif dan pasif)

4. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan IVA/pap smear yang hasilnya positif

5. Lakukan vaksinasi HPV

Adapun upaya pencegahan kanker serviks menurut Rasjidi (2009),

yaitu:

PAGE \* MERGEFORMAT 22
1
7

1. Pencegahan Primer
 Menunda Onset Aktivitas Seksual : Menunda aktivitas seksual
sampai usia 20 tahun dan berhubungan secara monogami akan
mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan.
 Penggunaan Kontrasepsi Barier : Dokter merekomendasikan
kontrasepsi metode barrier (kondom, diafragma, dan spermisida)
yang berperan untuk proteksi terhadap agen virus. Penggunaan
lateks lebih dianjurkan daripada kondom yang dibuat dari kulit
kambing.
 Penggunaan Vaksinasi HPV : Vaksinasi HPV yang diberikan
kepada pasien bisa mengurangi infeksi Human Papiloma Virus,
karena mempunyai kemampuan proteksi >90%. Tujuan dari vaksin
propilaktik dan vaksin pencegah adalah untuk mencegah
perkembangan infeksi HPV dan rangkaian dari event yang
mengarah ke kanker serviks. Kebanyakan vaksin adalah
berdasarkan respons humoral dengan penghasilan antibodi yang
menghancurkan virus sebelum ia menjadi intraseluler. Masa depan
dari vaksin propilatik HPV sangat menjanjikan, namun penerimaan
seluruh populasi heterogenous dengan tahap pendidikan berbeda
dan kepercayaan kultur berbeda tetap dipersoalkan. Sebagai
tambahan, prevelansi tinggi infeksi HPV mengindikasikan bahwa
akan butuh beberapa dekade untuk program imunisasi yang sukses
dalam usaha mengurangi insiden kanker serviks.

2. Pencegahan Sekunder
 Pasien Dengan Risiko Sedang

Hasil tes Pap yang negatif sebanyak tiga kali berturut-turut


dengan selisih waktu antarpemeriksaan satu tahun dan atas petunjuk
dokter sangat dianjurkan. Untuk pasien (atau partner hubungan
seksual yang level aktivitasnya tidak diketahui), dianjurkan untuk
melakukan tes Pap tiap tahun.
 Pasien Dengan Risiko Tinggi

PAGE \* MERGEFORMAT 22
1
8

Pasien yang memulai hubungan seksual saat usia < 18 tahun dan
wanita yang mempunyai banyak partner (multipel partner)
seharusnya melakukan tes Pap tiap tahun, dimulai dari onset seksual
intercourse aktif. Interval sekarang ini dapat diturunkan menjadi
setiap 6 bulan untuk pasien dengan risiko khusus, seperti mereka
yang mempunyai riwayat penyakit seksual berulang.

F. Penanggulangan Kanker Serviks

Menurut Dwipiyono (2009), ada beberapa komponen dalam


pengendalian kanker secara nasional :
1. Usaha pencegahan: meminimalisasi atau mengeliminasi faktor penyebab
kanker atau promosi gaya hidup sehat. Karena, pencegahan sangat ”cost-
effective” dan berdampak besar pada kesehatan masyarakat. Di antaranya
kontrol tembakau, vaksinasi terhadap hepatitis B, kemungkinan vaksinasi
terhadap virus papiloma manusia, pencegahan transmisi melalui donor
darah untuk kemungkinan tertular HBV dan HCV, serta pengaturan diet-
aktivitas fisik dan obesitas.
2. Deteksi dini dan skrining: hal ini dapat menurunkan angka kematian
karena ditemukan dalam stadium yang lebih awal. Deteksi dini dapat
dilakukan untuk kanker payudara, serviks, dan usus besar (kolon). Juga
untuk kanker paru dan lambung, tergantung prevalensi di masyarakat.
3. Diagnosis dan pengobatan: diperlukan fasilitas kesehatan yang memadai
sebagai komponen yang terintegrasi dalam program penanggulangan
kanker nasional. Modalitas pengobatan seperti operasi, radiasi, dan
kemoterapi diperlukan, termasuk sumber daya manusia dan finansial.

PAGE \* MERGEFORMAT 22
1
9

Protokol pengobatan disesuaikan dengan kemampuan dari setiap negara,


tetapi tetap mempertahankan faktor keamanan dan efektivitasnya.
4. Perawatan paliatif: perawatan ini sangat diperlukan karena sebagian
besar penderita kanker (dalam stadium lanjut) sulit disembuhkan
sehingga usaha mengatasi gejala dan mencukupi kebutuhan penderita
serta keluarga dalam fase terminal menjadi penting. Pada saat akhir
kehidupannya, penderitaan terhadap rasa sakit (nyeri) atau hal-hal
lainnya perlu segera dicarikan jalan keluarnya. Diperlukan kebijakan
distribusi obat penghilang rasa sakit dan logistik dalam skala nasional.
5. Monitoring dan surveilens: hal ini penting untuk mengevaluasi impak
terhadap perubahan yang terjadi dan intervensi yang sudah dilakukan.
Dengan demikian, dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian agar
kebijakan program dapat lebih tajam dan tepat.
6. Riset dan koordinasi program.

Sebagai bentuk upaya deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan


dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan krioterapi
untuk IVA positif untuk kanker serviks telah ditetapkan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796 Tahun 2010 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim di
Indonesia (UU. No. 796, 2010).
Adapun upaya penanggulangan kanker serviks yaitu dengan
diadakannya kegiatan skrining atau program deteksi dini kanker serviksyang
telah tercantum pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2015
tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim (UU.
No. 34, 2015).

PAGE \* MERGEFORMAT 22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah jenis kanker
yang 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik yang
menyerang leher Rahim.
Faktor-faktor risiko dari penyakit kanker serviks, yaitu :

 Menikah atau memulai aktifitas seksual pada usia muda (kurang dari 18
tahun).
 Berganti-ganti pasangan seks.

 Sering menderita infeksi di daerah kelamin.

 Wanita yang melahirkan banyak anak.

 Wanita yang merokok.

Pencegahan utama pada kanker leher rahim adalah menghindari faktor-


faktor risikonya, seperti:
1. Tidak berganti - ganti pasangan seksual

2. Tidak melakukan hubungan seksual pada usia dini (kurang dari 20 tahun)

3. Hindari terpapar asap rokok (aktif dan pasif)

4. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan IVA/pap smear yang hasilnya positif

5. Lakukan vaksinasi HPV

PAGE \* MERGEFORMAT 22
B. Saran

1. Diharapkan kepada wanita yang sudah menikah untuk melakukan


pemeriksaan Pap Smear dan untuk yang belum menikah melakukan
pemeriksaan IV A Test secara berkala untuk mendiagnosa kanker
serviks.
2. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan kegiatan

promotif, preventif, maupun kuratif mengenai kanker serviks.

PAGE \* MERGEFORMAT 22
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Comprehensive Cervical Cancer Control. Jenewa; 2006. 2.

2. Nuranna L. 2005, Penanggulangan Kanker Serviks Yang Sahih dan Andal


Dengan Model Proaktif-VO (Proaktif, Koordinatif Dengan Skrining IVA
dan Terapi Krio). [Disertasi]. Program Pasca Sarjana FKUI. Jakarta,.
3. Benedet J, Odicino F, Maisonneuve P, et al. 1998. Carcinoma of The
Cervix Uteri. Annual Report. The Results of Treatment in Gynacological
Cancer. Epidemiol Biostat.
4. Crowder S, Lee C, Santoso JT. Cervical Cancer. Dalam: Santoso JT,
Coleman RL (eds). Handbook of Gynaecology Oncology. 1st Ed. New
York: Mc Graw Hill; 2001. h. 25-32.
5. Krivak TC, McBroom JW, Elkas JC., Cervical and vaginal cancer. Dalam:
(ed: Berek JS, Adashi EY, Hillard PA. (Editor). Novak’s gynecology. 13th
ed. Lippincort Williams & Wilkin, Baltimore, 2002; 199-244.
6. Hacker NF, Benedet JL, Ngan HYS. Staging Classifications and Clinical
Practice Guidelines of Gynaecologic Cancers. International Journal of
Gynecology and Obstetrics 2000; 70:207-312
7. Hacker NF, Benedet JL, Ngan HYS. Staging Classifications and Clinical
Practice Guidelines of Gynaecologic Cancers. International Journal of
Gynecology and Obstetrics 2000; 70:207-312
8. Rasjidi I, Sulistyanto H. Vaksin Human Papilloma Virus dan Eradikasi

Kanker Mulut Rahim. Jakarta: Sagung Seto; 2007.

9. Rasjidi I. Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi: Berdasarkan

Evidence Base. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.

10. Aziz MF. Vaksin Human Papilloma Virus: Suatu Alternatif dalam
Pengendalian Kanker Serviks di Masa Depan. Dalam: Pidato Pengukuhan
Guru Besar Tetap dalam Ilmu Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: FKUI;

PAGE \* MERGEFORMAT 22
2005

11. Miller AB. Cervical cancer, Prognostic Factors. Dalam: Surgical


Gynaecology Oncology. Burghardt E, Webb MJ, Monaghan JM,
Kindermann G, eds. New York: Thieme Medical Publishers, Inc; 1993. h.
315-23.

12. Boyd, NF. Guide to Studies of Diagnostic Tests, Prognosis and Treatment.

New York: McGraw Hill Inc; 1992. h. 379 – 85. 13.

13. Morrow CP, Curtin JP, Townsend DE (eds). Synopsis of Gynaecologic


Oncology, 5th ed. New York: Churchill Livingstone; 1998. Dalam: Peters
RF\K, Thomas D, Hagen DC et al. J Natl Cancer Inst 1986; 77:1063.
14. Singer A, French P. Natural History and Epidemiology of Cervical
Carcinoma. Dalam: Mc Brien DCA dan Slater TF (eds). Cancer of The
Uterine Cervix. Academic Press; 1984. h. 5-18.

PAGE \* MERGEFORMAT 22

Anda mungkin juga menyukai