Anda di halaman 1dari 13

METODE INTERAKSI PENYAKIT TIDAK MENULAR

Dosen Pembimbing :

Rahmayani s,km,M.kes

Di Susun Oleh :

Nur islami 2016010029

M.rio prayudiski 2016010011

Aulia Rahman 2016010002

Khairul azmi 2016010010

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT

UNIVESITAS SERAMBI MEKKAH

BANDA ACEH

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Illahi Robbi atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ” Metode Interaksi Penyakit Tidak Menular”
tepat pada waktunya. Tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, sehingga dapat berada di zaman terang benderang ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi saya berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah berikutnya.

Banda Aceh, 07 oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Definisi Kanker Serviks......................................................................................3
B. Distribusi Penyakit Kanker Serviks....................................................................3
C. Faktor Risiko Kanker Serviks.............................................................................4
D. Pencegahan Kanker Serviks...............................................................................4
E. Penanggulangan Kanker Serviks........................................................................6
BAB III.........................................................................................................................8
PENUTUP....................................................................................................................8
A. Kesimpulan.........................................................................................................8
B. Saran...................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
International Agency for Research Cancer (IARC) mencatat bahwa
jumlah kasus baru kanker serviks yaitu sebanyak 569.847 kasus di seluruh
dunia (IARC, 2018). Penyakit tidak menular menjadi penyebab kematian
terbanyak di Indonesia. Tingginya morbiditas dan mortalitas penyakit tidak
menular menjadi permasalahan yang cukup serius dihadapi dalam pelayanan
kesehatan. Salah satu penyakit tidak menular yang cukup tinggi terjadi di
Indonesia yaitu kanker serviks (Kementerian Kesehatan, 2011).
Menurut Kemenkes (2013), prevalensi penyakit kanker secara nasional
pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4‰ atau
diperkirakan sekitar 347.792 orang. Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki
prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker, yaitu sebesar 4,1‰. Berdasarkan
estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa
Timur merupakan provinsi dengan estimasi penderita kanker terbanyak, yaitu
sekitar 68.638 dan 61.230 orang (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan data Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan di RS
Kanker Dharmais, dari tahun 2010-2013 tiga penyakit terbanyak yang jumlah
kasus baru serta jumlah kematian akibat kanker tersebut terus meningkat
yaitu kanker payudara, kanker serviks dan kanker paru (Kemenkes, 2015).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi kanker serviks di
Indonesia yaitu sebanyak 98.692 orang dan estimasi kasus kanker serviks di
Sumatera Utara sebesar 4.694 kasus. Kanker tertinggi di Indonesia yang
terjadi pada perempuan yaitu kanker payudara dan kanker serviks (Riskesdas,
2013).
RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2018 memperlihatkan jumlah pasien
yang menderita kanker serviks di Ruang Nifas sebanyak 108 orang,
sedangkan pada tahun 2019 dari bulan Maret sampai Juni didapatkan
sebanyak 50 orang penderita kanker serviks. Data yang didapatkan pada
Poliklinik Kandungan RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2018 dari bulan Juni
1
2

sampai Desember jumlah pasien yang terdiagnosa kanker serviks sebanyak


887 orang dan pada tahun 2019 dari bulan Januari sampai Mei terdapat 560
penderita kanker serviks (Dokumen: RSUD Ulin Banjarmasin, 2019).
Mengacu pada data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2016 tercatat penderita kanker serviks di Kalimantan Selatan sebanyak
50 orang. Terjadi peningkatan angka kejadian kanker serviks di Kal-Sel pada
tahun 2018 dimana tercatat penderita kanker serviks yang melakukan
kunjungan pertama untuk melakukan pemeriksaan dini sebanyak 53 orang
dan yang melakukan kunjungan kedua atau lebih sebanyak 1.877 penderita
kanker serviks (Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan, 2019)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang akan dibahas dalam
makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian dari penyakit kanker serviks?
2. Bagaimana distribusi penyakit kanker serviks?
3. Apa saja faktor risiko penyakit kanker serviks?
4. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan pada penyakit
kanker serviks?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui distribusi penyakit kanker serviks berdasarkan orang, tempat,
dan waktu..
2. Mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit kanker
serviks.
3. Mengetahui pencegahan-pencegahan yang harus dilakukan agar
terhindarnya dari penyakit kanker serviks.
4. Mengetahui penanggulangan yang telah atau sedang dilakukan untuk
menurunkan angkat kematian akibat penyakit kanker serviks.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kanker Serviks


Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak kendali serta membelah lebih cepat dibandingkan dengan sel
normal. Sel kanker tidak mati setelah usianya cukup., melainkan tumbuh terus
dan bersifat invasif sehingga sel normal tubuh dapat terdesak atau malah mati
(Sabrida, 2015). Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat
pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel
kanker (Kemenkes, 2015).
Menurut Septadina dkk (2015), Kanker leher rahim atau disebut juga
kanker serviks adalah jenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh human
papilloma virus (HPV) onkogenik yang menyerang leher rahim. Adapun
menurut Savitri (2015), Kanker serviks merupakan jenis tumor ganas yang
menyerang organ reproduksi wanita. Kanker ini mengenai lapisan permukaan
(epitel) dari leher rahim atau mulut rahim dan dapat terjadi dikarenakan sel-
sel permukaan tersebut mengalami penggandaan dan berubah sifat menjadi
sel yang tidak normal.

B. Distribusi Penyakit Kanker Serviks


a) Menurut Orang
Penyakit kanker dapat menyerang semua umur. hampir semua
kelompok umur penduduk memiliki prevalensi penyakit kanker yang
cukup tinggi. Prevalensi penyakit kanker tertinggi berada pada kelompok
umur 75 tahun ke atas, yaitu sebesar 5,0‰ dan prevalensi terendah pada
anak kelompok umur 1-4 tahun dan 5-14 tahun sebesar 0,1‰. Terlihat
peningkatan prevalensi yang cukup tinggi pada kelompok umur 25-34
tahun, 35-44 tahun, dan 45-54 (Limpens, M., 2018).
Pada penelitian Haryani (2016), di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Periode Januari 2011- Desember 2012 didapatkan 63 kasus kanker
serviks. Distribusi kanker serviks berdasarkan umur terbanyak pada
3
4

kelompok umur >50 tahun sebanyak 27 kasus (42,9%), dan terendah


pada kelompok umur 20- 30 tahun sebanyak 2 orang (3,2%).
b) Menurut Tempat
Pada tahun 2018, distribusi provinsi pasien yang IVA positifnya
yang ditemukan tertinggi adalah provinsi Jawa Tengah sebanyak 25.300
orang. Sedangkan provinsi dengan jumlah terendah ialah di provinsi
Maluku Utara sebanyak 25 orang (Kemenkes, 2019).
Berdasarkan data rekapitulasi deteksi dini kanker serviks (IVA)
menurut provinsi sampai 2019, distribusi provinsi pasien yang IVA
positifnya yang ditemukan tertinggi adalah provinsi DI Yogyakarta
sebanyak 25.300 orang. Sedangkan provinsi dengan jumlah terendah
ialah di provinsi Papua sejumlah 25 orang (Kemenkes, 2020).
c) Menurut Waktu
Berdasarkan data rekapitulasi deteksi dini kanker serviks (IVA)
sampai 2018, di Indonesia ditemukan sebanyak 77.969 yang positif
(Kemenkes, 2019). Sedangkan, ditahun 2019 ditemukan kasus bertambah
dari jumlah ditahun 2018 menjadi 84.185 (Kemenkes, 2020).

C. Faktor Risiko Kanker Serviks


Menurut Sabrida (2015), faktor-faktor risiko dari penyakit kanker
serviks, yaitu :
 Menikah atau memulai aktifitas seksual pada usia muda (kurang dari 18
tahun).
 Berganti-ganti pasangan seks.
 Sering menderita infeksi di daerah kelamin.
 Wanita yang melahirkan banyak anak.
 Wanita yang merokok.

D. Pencegahan Kanker Serviks


Pencegahan utama pada kanker leher rahim adalah menghindari faktor-
faktor risikonya, terutama dengan menghindari perilaku seksual berisiko
untuk terinfeksi HPV seperti berikut ini (Kemenkes, 2019) :
5

1. Tidak berganti - ganti pasangan seksual


2. Tidak melakukan hubungan seksual pada usia dini (kurang dari 20 tahun)
3. Hindari terpapar asap rokok (aktif dan pasif)
4. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan IVA/pap smear yang hasilnya positif
5. Lakukan vaksinasi HPV
Adapun upaya pencegahan kanker serviks menurut Rasjidi (2009),
yaitu:
1. Pencegahan Primer
 Menunda Onset Aktivitas Seksual : Menunda aktivitas seksual
sampai usia 20 tahun dan berhubungan secara monogami akan
mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan.
 Penggunaan Kontrasepsi Barier : Dokter merekomendasikan
kontrasepsi metode barrier (kondom, diafragma, dan spermisida)
yang berperan untuk proteksi terhadap agen virus. Penggunaan
lateks lebih dianjurkan daripada kondom yang dibuat dari kulit
kambing.
 Penggunaan Vaksinasi HPV : Vaksinasi HPV yang diberikan
kepada pasien bisa mengurangi infeksi Human Papiloma Virus,
karena mempunyai kemampuan proteksi >90%. Tujuan dari vaksin
propilaktik dan vaksin pencegah adalah untuk mencegah
perkembangan infeksi HPV dan rangkaian dari event yang
mengarah ke kanker serviks. Kebanyakan vaksin adalah
berdasarkan respons humoral dengan penghasilan antibodi yang
menghancurkan virus sebelum ia menjadi intraseluler. Masa depan
dari vaksin propilatik HPV sangat menjanjikan, namun penerimaan
seluruh populasi heterogenous dengan tahap pendidikan berbeda
dan kepercayaan kultur berbeda tetap dipersoalkan. Sebagai
tambahan, prevelansi tinggi infeksi HPV mengindikasikan bahwa
akan butuh beberapa dekade untuk program imunisasi yang sukses
dalam usaha mengurangi insiden kanker serviks.
2. Pencegahan Sekunder
 Pasien Dengan Risiko Sedang
6

Hasil tes Pap yang negatif sebanyak tiga kali berturut-turut


dengan selisih waktu antarpemeriksaan satu tahun dan atas petunjuk
dokter sangat dianjurkan. Untuk pasien (atau partner hubungan
seksual yang level aktivitasnya tidak diketahui), dianjurkan untuk
melakukan tes Pap tiap tahun.
 Pasien Dengan Risiko Tinggi
Pasien yang memulai hubungan seksual saat usia < 18 tahun dan
wanita yang mempunyai banyak partner (multipel partner)
seharusnya melakukan tes Pap tiap tahun, dimulai dari onset seksual
intercourse aktif. Interval sekarang ini dapat diturunkan menjadi
setiap 6 bulan untuk pasien dengan risiko khusus, seperti mereka
yang mempunyai riwayat penyakit seksual berulang.

E. Penanggulangan Kanker Serviks


Menurut Dwipiyono (2009), ada beberapa komponen dalam
pengendalian kanker secara nasional :
1. Usaha pencegahan: meminimalisasi atau mengeliminasi faktor penyebab
kanker atau promosi gaya hidup sehat. Karena, pencegahan sangat ”cost-
effective” dan berdampak besar pada kesehatan masyarakat. Di antaranya
kontrol tembakau, vaksinasi terhadap hepatitis B, kemungkinan vaksinasi
terhadap virus papiloma manusia, pencegahan transmisi melalui donor
darah untuk kemungkinan tertular HBV dan HCV, serta pengaturan diet-
aktivitas fisik dan obesitas.
2. Deteksi dini dan skrining: hal ini dapat menurunkan angka kematian
karena ditemukan dalam stadium yang lebih awal. Deteksi dini dapat
dilakukan untuk kanker payudara, serviks, dan usus besar (kolon). Juga
untuk kanker paru dan lambung, tergantung prevalensi di masyarakat.
3. Diagnosis dan pengobatan: diperlukan fasilitas kesehatan yang memadai
sebagai komponen yang terintegrasi dalam program penanggulangan
kanker nasional. Modalitas pengobatan seperti operasi, radiasi, dan
kemoterapi diperlukan, termasuk sumber daya manusia dan finansial.
7

Protokol pengobatan disesuaikan dengan kemampuan dari setiap negara,


tetapi tetap mempertahankan faktor keamanan dan efektivitasnya.
4. Perawatan paliatif: perawatan ini sangat diperlukan karena sebagian
besar penderita kanker (dalam stadium lanjut) sulit disembuhkan
sehingga usaha mengatasi gejala dan mencukupi kebutuhan penderita
serta keluarga dalam fase terminal menjadi penting. Pada saat akhir
kehidupannya, penderitaan terhadap rasa sakit (nyeri) atau hal-hal
lainnya perlu segera dicarikan jalan keluarnya. Diperlukan kebijakan
distribusi obat penghilang rasa sakit dan logistik dalam skala nasional.
5. Monitoring dan surveilens: hal ini penting untuk mengevaluasi impak
terhadap perubahan yang terjadi dan intervensi yang sudah dilakukan.
Dengan demikian, dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian agar
kebijakan program dapat lebih tajam dan tepat.
6. Riset dan koordinasi program.
Sebagai bentuk upaya deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan
dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan krioterapi
untuk IVA positif untuk kanker serviks telah ditetapkan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796 Tahun 2010 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim di
Indonesia (UU. No. 796, 2010).
Adapun upaya penanggulangan kanker serviks yaitu dengan
diadakannya kegiatan skrining atau program deteksi dini kanker serviksyang
telah tercantum pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2015
tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim (UU.
No. 34, 2015).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah jenis kanker
yang 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik yang
menyerang leher Rahim.
Faktor-faktor risiko dari penyakit kanker serviks, yaitu :
 Menikah atau memulai aktifitas seksual pada usia muda (kurang dari 18
tahun).
 Berganti-ganti pasangan seks.
 Sering menderita infeksi di daerah kelamin.
 Wanita yang melahirkan banyak anak.
 Wanita yang merokok.
Pencegahan utama pada kanker leher rahim adalah menghindari faktor-
faktor risikonya, seperti:
1. Tidak berganti - ganti pasangan seksual
2. Tidak melakukan hubungan seksual pada usia dini (kurang dari 20 tahun)
3. Hindari terpapar asap rokok (aktif dan pasif)
4. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan IVA/pap smear yang hasilnya positif
5. Lakukan vaksinasi HPV

B. Saran
1. Diharapkan kepada wanita yang sudah menikah untuk melakukan
pemeriksaan Pap Smear dan untuk yang belum menikah melakukan
pemeriksaan IV A Test secara berkala untuk mendiagnosa kanker
serviks.
2. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan kegiatan
promotif, preventif, maupun kuratif mengenai kanker serviks.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel. (2019). Laporan Penyakit Tidak Menular Tahun
2017. Banjarmasin. Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan.
Dwipoyono, Bambang. (2009). Kebijakan Pengendalian Penyakit Kanker
(Serviks) di Indonesia. Indonesian Journal of Cancer Vol. III, No. 3. 110-
111
Haryani, S. Defrin, & Yenita. (2016). Prevalensi Kanker Serviks Berdasarkan
Paritas di RSUP. Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2011- Desember
2012. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3), 647-652.
International Agency for Research Cancer. (2018). Cancer Fact Sheets. Diakses
dari https://gco.iarc.fr/today/fact-sheets-cancer
KEMENKES. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
796 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara
dan Kanker Leher Rahim.
KEMENKES. (2011). Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyebab Kematian
Terbanyak di Indonesia. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/article/view/1637/penyakit-tidak-menular-ptm
penyebab-kematian-terbanyak-di-indonesia.html
KEMENKES. (2013). Data Riset Kesehatan Dasar. Pusdatin Kementerian
Kesehatan RI 2013.
KEMENKES. (2013). Riset Kesehatan Dasar: Hasil Utama Riskesdas Tahun
2013.
KEMENKES. (2015). Buletin Kanker. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI 2015.
KEMENKES. (2015). Stop Kanker. Pusat Data dan Informasi. Kementrian
Kesehatan RI 2015.
KEMENKES. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan RI 2019.
KEMENKES. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Kementrian
Kesehatan RI 2020.

Anda mungkin juga menyukai