Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI


PADA NY. F USIA 61 TAHUN P3A1 DENGAN KANKER SERVIKS
DI RSUP DR KARIADI SEMARANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik


Stase Asuhan Kebidanan KB dan Kesehatan Reproduksi

Oleh :
KHARISMA DWI ANGGRAINI
P1337424822235

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN SEMARANG


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada


Ny. F Usia 61 Tahun P3A1 Dengan Kanker Serviks Di RSUP Dr Kariadi
Semarang” telah disahkan oleh pembimbing pada :

Hari :
Tanggal :

Dalam Rangka Praktik Klinik Stase Asuhan Kebidanan KB dan Kesehataan


Reproduksi yang telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan
pembimbing institusi Prodi Profesi Bidan Semarang Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Tahun 2023

Semarang, Maret 2023


Pembimbing Klinik Mahasiswa

Heidy Ratna Sari, S.Kep, Ners Kharisma Dwi Anggraini


NIK. 16901831 NIM. P1337424822235

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Umaroh, SKM, S.Tr.Keb, M.Kes


NIP. 196903141998032002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat,
hidayah serta inayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul
“Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Ny. F Usia 61 Tahun P3A1
Dengan Kanker Serviks Di RSUP Dr Kariadi Semarang”. Laporan kasus ini
disusun untuk memenuhi target kompetensi mata kuliah Praktik Asuhan Kebidanan
KB dan Kesehatan Reproduksi di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan laporan kasus
ini, antara lain :
1. Allah S.W.T yang telah melimpahkan karunia-Nya.
2. Dr. Sri Rahayu, SKp. Ns, S.Tr.Keb, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
3. Ida Ariyanti, S.SiT, M. Kes selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan dan Profesi Bidan Semarang.
4. Heidy Ratna Sari, S.Kep, Ners selaku pembimbing klinik yang telah membimbing
saya sehingga dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan tepat pada
waktunya.
5. Umaroh, SKM, S.Tr.Keb, M.Kes selaku pembimbing institusi yang telah
membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan
ini tepat pada waktunya.
6. Orang tua yang selalu memberikan motivasi dan doa dalam menyelesaikan
laporan praktek kerja lapangan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
sempurnanya tulisan ini. Penulis berharap semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi
pembaca.

Semarang, 04 Maret 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker serviks adalah kanker paling sering keempat pada wanita dengan
perkiraan 570.000 kasus baru pada tahun 2018 dan mewakili 6,6% dari semua
kanker pada wanita. Sekitar 90% kematian akibat kanker serviks terjadi di negara-
negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tingkat kematian yang tinggi dari
kanker serviks secara global dapat dikurangi melalui pendekatan kom-prehensif
yang mencakup pencegahan, diagnosis dini, skrining yang efektif dan program
pengobatan (WHO, 2018).
Skrining bertujuan untuk mendeteksi perubahan prakanker, yang jika tidak
diobati, dapat menyebabkan kanker. Wanita yang ditemukan memiliki kelainan
pada skrining perlu ditindak lanjuti, diagnosis dan pengobatan, untuk mencegah
perkembangan kanker atau untuk mengobati kanker pada tahap awal. WHO telah
meninjau bukti mengenai kemungkinan modalitas untuk skrining kanker serviks
dan telah menyimpulkan bahwa skrining harus dilakukan setidaknya sekali untuk
setiap wanita dalam kelompok usia sasaran (30-49 tahun); test HPV, sitologi dan
inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah tes skrining yang
direkomendasikan (Wantini & Indrayani, 2019).
Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan pada kelompok sasaran perempuan
20 tahun ke atas, namun prioritas program deteksi dini di Indonesia pada
perempuan usia 30-50 tahun dengan target 50% perempuan sampai tahun 2019.
Untuk IVA dilakukan minimal 3 tahun sekali (Kemenkes RI, 2015)
Sampai tahun 2014, program deteksi dini kanker leher rahim telah berjalan
pada 1.986 Puskesmas di 304 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di
Indonesia. Pelatih (trainer) deteksi dini berjumlah 430 orang terdiri dari dokter
spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis onkologi, dokter bedah, dokter
umum dan bidan. Sedangkan pelaksana (provider) deteksi dini di Puskesmas
berjumlah 4.127 orang, yang terdiri dari 2.671 bidan dan 1.456 dokter umum.
Sedangkan untuk cakupan dan hasil skrining telah dilakukan terhadap 904.099
orang (2,45%), hasil IVA positif sebanyak 44.654 orang (4,94%), suspek kanker
leher rahim sebanyak 1.056 orang atau 12 per 1.000 orang (Wahidin, 2015).
Kejadian kanker serviks akan sangat mempengaruhi hidup dari penderitanya
dan keluarganya serta juga akan sangat mempengaruhi sektor pembiayaan
kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu peningkatan upaya penanganan kanker
serviks, terutama dalam bidang pencegahan dan deteksi dini sangat diperlukan
oleh setiap pihak yang terlibat. Dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk
menyusun laporan kasus tentang kanker serviks di RSUP Dr.Kariadi Kota
Semarang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diambil oleh
penulis pada laporan ini yaitu, “Bagaimana penerapan asuhan kebidanan
kesehatan reproduksi pada Ny. F usia 61 tahun dengan kanker serviks di RSUP
Dr Kariadi Semarang dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi pada Ny. F
usia 61 tahun dengan kanker serviks di RSUP Dr Kariadi Semarang
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. F usia 61 tahun dengan
kanker serviks di RSUP Dr Kariadi Semarang
b. Melakukan pengkajian data objektif pada Ny. F usia 61 tahun dengan
kanker serviks di RSUP Dr Kariadi Semarang
c. Melakukan analisa pada Ny. F usia 61 tahun dengan kanker serviks di
RSUP Dr Kariadi Semarang
d. Membuat rencana tindakan pada Ny. F usia 61 tahun dengan kanker serviks
di RSUP Dr Kariadi Semarang
e. Melakukan penatalaksanaan tidakan pada Ny. F usia 61 tahun dengan
kanker serviks di RSUP Dr Kariadi Semarang
f. Melakukan dokumentasi asuhahan pada Ny. F usia 61 tahun dengan kanker
serviks di RSUP Dr Kariadi Semarang
D. Manfaat
1. Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi yang sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan
2. Bagi Penulis
Penulis dapat mengerti, memahami dan menerapkan asuhan kebidanan
kesehatan reproduksi. Penulis dapat meningkatkan ketrampilan dalam
memberikan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi
3. Bagi Lahan Praktik
Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama dalam
penerapan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi
4. Bagi Institusi
Dapat mengevaluasi sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
memberikan asuhan yang baik dan benar sesuai standar pelayanan kebidanan
pada asuhan kebidanan kesehatan reproduksi
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kanker serviks adalah kanker dengan angka kejadian nomor empat terbanyak
yang terjadi pada wanita diseluruh dunia dan kanker yang paling sering pada
negara berpenghasilan rendah (Mustafa & dkk, 2016). Kanker serviks merupakan
suatu keganasan yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan sel-sel epitel serviks
yang tidak terkontrol (Mirayashi, 2014). Kanker serviks 99,7% disebabkan oleh
Human Papiloma Virus (HPV) onkogenik yang menyerang rahim. Kanker serviks
merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim (serviks), yaitu bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina (Setiawan, 2014).
Berdasarkan pemaparan tersebut kanker serviks atau yang dikenal juga dengan
sebutan kanker leher rahim merupakan kanker ganas yang tumbuh dileher rahim
yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus.
Kanker serviks merupakan penyakit kanker perempuan yang menimbulkan
kematian terbanyak akibat penyakit kanker terutama di negara berkembang.
Diperkirakan dijumpai kanker serviks baru sebanyak 500.000 orang di seluruh
dunia dan sebagian besar terjadi di negara berkembang (Prawirohardjo, 2011).
Kanker Serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim yang
merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama
atau vagina (Kemenkes RI, 2017).Kanker serviks adalah penyakit akibat
pertumbuhan jaringan secara abnormal yang terjadi pada serviks yaitu area bagian
bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Terdapat dua tipe
kanker serviks utama, yaitu karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma.
Sebanyak 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi
serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran
servikal yang menuju ke rahim (Madiuw & Dkk, 2022).
Kanker serviks atau yang lebih dikenal dengan kanker leher rahim adalah
tumbuhnya sel-sel tidak normal pada rahim. Sel-sel yang tidak normal ini berubah
meniadi kanker. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina).
Kanker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim
(serviks) atau bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Jadi kanker serviks merupakan suatu keganasan yang disebabkan oleh adanya
pertumbuhan sel-sel epitel serviks yang tidak terkontrol (Pratiwi & Nawangsari,
2021).
B. Etiologi
Penyebab utama kanker serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV). Lebih
dari 90% kanker leher rahim adalah jenis skuamosa yang mengandung DNA
virus Human Papilloma Virus (HPV) dan 50% kanker servik berhubungan
dengan Human Papilloma Virus tipe 16. Virus HPV dapat menyebar melalui
hubungan seksual terutama pada hubungan seksual yang tidak aman. Virus HPV
menyerang selaput pada mulut dan kerongkongan serta anus dan akan
menyebabkan terbentunya sel-sel pra-kanker dalam jangka waktu yang panjang.
Virus HPV akan menempel pada reseptor permukaan sel dengan perantara virus
attachment yang tersebar pada permukaan virus. HPV yang menempel pada
reseptor permukaan sel akan melakukan penetrasi, adanya luka mempermudah
virus memasuki sel. Virus masuk dan mengeluarkan genom setelah itu kapsid
dihancurkan. Setelah virus masuk ke dalam inti sel, virus melakukan transkripsi
dengan DNA-nya berubah menjadi MRNA (Yanti, 2013).
Mekanisme terjadinya kanker serviks berhubungan dengan siklus sel yang
diekspresikan oleh HPV. Protein utama yang terkait dengan karsinogen adalah
E6 dan E7. Bentuk genom HPV sirkuler jika terintegrasi akan menjadi linier dan
terpotong diantara gen E2 dan E1. Integrasi antara genom HPV dengan DNA
manusia menyebabkan gen E2 tidak berfungsi sehingga akan merangsang E6
berikatan dengan p53 dan E7 berikatan dengan pRb (Yanti, 2013).
Ikatan antara protein E6 dan gen p53 akan menyebabkan p53 tidak
berfungsi sebagai gen supresi tumor yang bekerja di fase G1. Gen p53 akan
menghentikan siklus sel di fase G1 dengan tujuan penghentian siklus sel yaitu
agar sel dapat memperbaiki kerusakan sebelum berlanjut ke fase S. Mekanisme
kerja p53 adalah dengan menghambat kompleks cdk-cyclin yang akan
merangsang sel memasuki fase selanjutnya jika E6 berikatan dengan p53 maka
sel terus bekerja sehingga sel akan terus membelah dan menjadi abnormal.
Protein retinoblastoma (pRb) dan gen lain yang menyerupai pRb (p130 dan
p107) berfungsi mengkontrol ekspresi sel yang diperantarai oleh E2F. Ikatan pRb
dengan E2F akan menghambat gen yang mengatur sel keluar dari fase G1, jika
pRb berikatan dengan protein E7 dari HPV maka E2F tidak terikat sehingga
menstimulasi proliferasi sel yang melebihi batas normal sehingga sel tersebut
menjadi sel karsinoma (Yanti, 2013).
Infeksi HPV mempunyai prevalensi yang tinggi pada kelompok usia muda,
sementara kanker serviks baru timbul pada usia tiga puluh tahunan atau lebih.
HPV dibagi menurut resiko dalam menimbulkan kanker serviks, yaitu sebagai
berikut (Imelda & Santoso, 2020) :
a. Resiko Rendah: tipe 6, 11, 42, 43, 44 disebut tipe nononkogenik. Jika
terinfeksi, hanya menimbulkan lesi jinak, misalnya kutil dan jengger ayam
b. Resiko Tinggi: tipe 16, 18, 31, 35, 39, 45, 51, 56, 58, 59, 68 disebut tipe
onkogernik, jika terinfeksi dan tidak diketahui ataupun tidak diobati, bisa
menjadi kanker. HPV resiko tinggi ditemukan pada hampir semua kasus
kanker serviks (99%). Kanker leher rahim pertama kali berkembang dari lesi
pra-kanker (secara luas dikenal sebagai displasia 1), yang berkembang
dengan pasti dari displasia ringan, menengah, sampai parah kemudian
menjadi kanker dini (CIS/ Carsinoma In Situ) sebelum menjadi kanker yang
bersifat invasif. Penyebab awal (prekursor) langsung terjadinya kanker leher
rahim adalah displasia tingkat tinggi (CIN/ Cervical Intraepitelial Neoplasia
II atau III), yang dapat berkembang menjadi kanker leher rahim dalam waktu
10 tahun atau lebih. Sebagian besar displasia tingkat rendah (CIN I) dapat
hilang tanpa diobati atau tidak berkembang, terutama perubahan-perubahan
yang terlihat pada perempuan remaja.
Gambar 1.1 Tipe Human Papilloma Virus (HPV)
C. Patofisiologi
Perjalanan secara singkat kanker serviks dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1.2 Perjalanan Kanker Serviks
Kanker Serviks adalah kanker yang berasal dari sel epitel skuamosa yang
terjadi jika sel-sel pada serviks tumbuh tidak terkendali. Sebelum kanker terjadi,
akan didahului dengan suatu keadaan yang disebut lesi prakanker atau Cervical
Intraephiteal Neoplasia (CIN). Fase prakanker ini sering disebut dengan dysplasia
yang merupakan perubahan prakeganasan dari sel-sel rahim. Terdapat tiga tahap
utama prakanker yang dimulai dengan infeksi pada sel dan berlanjut menjadi
intraephitelia neoplasia (perkembangan sel-sel abnormal pada serviks) dan pada
akhirnya berubah menjadi sel kanker pada serviks. Sebelum terjadinya kanker,
akan didahului dengan keadaan yang disebut lesi pra kanker atau neoplasia
intraepitel serviks (NIS). NIS merupakan awal dari perubahan menuju karsinoma
serviks uterus. Patogenesa NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit
yang dimulai dari displasia ringan (NIS 1), displasia sedang (NIS 2), displasia
berat dan karsinoma in-situ (NIS 3) untuk kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Konsep regresi spontan serta lesi yang persisten menyatakan
bahwa tidak semua lesi prakanker akan berkembang menjadi lesi invasif, sehingga
diakui bahwa masih cukup banyak faktor berpengaruh Prevalensi NIS di Amerika
Serikat pada perempuan yang menjalani skrining kanker serviks sebesar 4 persen
untuk NIS 1 dan 5 persen untuk NIS 2 dan 3. Lesi tingkat tinggi biasanya
didiagnosis pada wanita 25 sampai 35 tahun, sedangkan kanker invasif lebih sering
didiagnosis setelah usia 40, biasanya 8 sampai 13 tahun setelah diagnosis lesi kelas
tinggi. Pada negara yang berkembang seperti di Nigeria usia rata-rata untuk
neoplasia intraepithelial servikal ((NIS) adalah 37,6 tahun. NIS 1 menyumbang
3,6%, NIS 2 0,8% dan NIS 3 hanya 0,4% (Imelda & Santoso, 2020).
D. Manifestasi Klinis
Pada tahap awal dan pra kanker biasanya tidak akan mengalami gejala. Gejala
akan muncul setelah kanker menjadi kanker invasif. Secara umum gejala kanker
serviks yang sering timbul (Malehere, 2019) adalah :
a) Perdarahan pervagina abnormal
Perdarahan dapat terjadi setelah berhubungan seks, perdarahan setelah
menopause, perdarahan dan bercak diantara periode menstruasi, dan periode
menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya serta perdarahan
setelah douching atau setelah pemeriksaan panggul.
b) Keputihan
Cairan yang keluar mungkin mengandung darah, berbau busuk dan mungkin
terjadi antara periode menstruasi atau setelah menopause.
c) Nyeri panggul
Nyeri panggul saat berhubungan seks atau saat pemeriksaan panggul.
d) Trias
Berupa back pain, oedema tungkai dan gagal ginjal merupakan tanda kanker
serviks tahap lanjut dengan keterlibatan dinding panggul yang luas.
E. Faktor Risiko
Predisposisi adalah kondisi yang memicu munculnya kanker. Faktor- faktor yang
bisa memicu terjadinya kanker serviks antara lain:
a) Perilaku seksual
Risiko terkena kanker serviks akan meningkat apabila seorang perempuan
memiliki mitra seksual multipel atau sama saja ketika pasangannya memiliki
mitra seksual multipel. Selain itu akan sangat berisiko apabila pasangan
mengidap kondiloma akuminata (Kurniawati, 2018).
b) Aktivitas seksual dini
Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang cukup
penting. Perempuan yang melakukan hubungan seksual sebelum usia 16 tahun
mempunyai risiko lebih tinggi karena pada usia itu epitel atau lapisan dinding
vagina dan serviks belum terbentuk sempurna jika melakukan hubungan
seksual pada usia tersebut maka akan sangat mudah terjadi lesi atau luka
mikro yang akan menyebabkan terjadi infeksi salah satunya oleh virus HPV
yang merupakan penyebab kanker serviks (Meihartati, 2017).
c) Smegma
Smegma adalah substansi berlemak. Smegma biasanya terdapat pada lekukan
kepala kemaluan laki-laki yang tidak disunat. Sebenarnya smegma adalah
secret alami yang dihasilkan kelenjar sabeceous pada kulit penis. Namun
ternyata hal ini berkaitan dengan meningkatnya resiko seorang laki-laki
sebagai pembawa dan penular virus HPV (Kurniawati, 2018).
d) Perempuan yang merokok
Rokok terbuat dari tembakau dan seperti yang kita ketahui bahwa didalam
tembakau terdapat zat-zat yang bersifat sebagai pemicu kanker baik yang
dihisap maupun dikunyah. Asap rokok menghasilkan Polycyclic aromatic
hydrocarbons heterocyclic amine yang mutagen dan sangat karsinogen,
sedangkan jika dikunyah menghasilkan netrosamine. Bahan karsinogenik
spesifik dari tembakau dijumpai dalam lendir serviks wanita perokok. Bahan
ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama dengan infeksi HPV
mencetuskan transformasi maligna (Meihartati, 2017).
e) Paritas
Perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terkena kanker serviks
lebih tinggi. Hal ini terjadi karena ibu dengan paritas tinggi akan mengalami
lebih banyak resiko morbiditas dan mortalita. Hal ini dipengaruhi oleh
menurunnya fungsi organ-organ reproduksi yang memudahkan timbulnya
komplikasi (Handayani dan Mayrita, 2018).
f) Tingkat sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan dengan asupan gizi
serta status imunitas (Kurniawati, 2018).
g) Pengguna obat imunosupresan atau penekan kekebalan tubuh
HIV (Human Immunodeficiensy Virus) merupakan virus penyebab Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyebabkan sistem imun tubuh
menurun dan membuat perempuan berisiko tinggi terinfeksi HPV. Pada
wanita dengan HIV, pra-kanker serviks mungkin akan berkembang
menginvasi dengan cepat untuk menjadi kanker dari pada normalnya.
Pengguna obat imunosupresan atau penekan kekebalan tubuh atau pasca
transplantasi organ merupakan faktor risiko juga (Yanti, 2013).

h) Riwayat terpapar infeksi menular seksual (IMS)


Human Papilloma Virus (HPV) bisa ikut tertularkan bersamaan dengan
penyebab penyakit kelamin lainnya saat terjadi hubungan kelamin
(Kurniawati, 2018).
i) Pengunaan kontrasepsi hormonal Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka
waktu yang panjang (5 tahun atau lebih) akan meningkatkan risiko terjadinya
kanker serviks pada perempuan yang terinfeksi HPV, jika penggunaan obat
oral kontrasepsi dihentikan maka risiko akan turun pula (Yanti, 2013).
j) Kontrasepsi barier
Penggunaan metode barier (kondom) akan menurunkan risiko kanker serviks.
Hal ini disebabkan karena adanya perlindungan serviks dari kontak langsung
bahan karsinogen dari cairan semen (Yanti, 2013).
F. Stadium
Stadium kanker serviks yang digunakan adalah menurut The International
Federation Of Gynecology and Obstetrics (FIGO) (Malehere, 2019) dapat dilihat
pada berikut.
Stadium Kanker Serviks
Stadium Deskripsi
I Karsinoma benar-benar terbatas pada serviks (tanpa bisa
mengenali ekstensi ke korpus uteri).
IA Karsinoma invasive yang hanya diidentifikasi secara
mikroskopis. Kedalaman invasi maksimun 5 mm dan
tidak lebih lebar dari 7 mm
IAI Invasi stroma sedalam ≤ 3 mm dan seluas ≤ 7 mm
IA2 Invasi stroma sedalam > 3 mm namun < 5 mm dan seluas > 7
mm
IB Lesi klinis terbatas pada serviks, atau lesi praklinis lebih besar
dari stadium IA.
IBI Lesi klinis berukuran ≤ 4 cm
IB2 Lesi klinis berukuran > 4 cm
II Karsinoma meluas di luar Rahim, tetapi tidak meluas ke
dinding panggul atau sepertiga bagian bawah vagina
IIA Keterlibatan hingga 2/3 bagian atas vagina. tidak ada
keterlibatan parametrium
IIA1 Lesi yang terlihat secara klinis ≤ 4 cm
IIA2 Lesi klinis terlihat > 4 cm
IIB Nampak invasi ke parametrium
III Tumor meluas ke dinding samping pelvis. Pada pemeriksaan
dubur, tidak ada ruang bebas antara tumor dan dinding
samping pelvis.
IIIA Tumor melibatkan sepertiga bawah vagina, tanpa ekstensi ke
dinding samping pelvis
IIIB Perluasan ke dinding samping pelvis atau hidronefrosis atau
ginjal yang tidak berfungsi
IV Karsinoma telah meluas ke pelvis yang sebenarnya atau
secara klinis melibatkan mukosa kandung kemih dan atau
rectum
IVA Menyebar ke organ panggul yang berdekatan
IVB Menyebar ke organ yang jauh

Sumber : (Malehere, 2019)


G. Pencegahan
Kanker serviks 100% dapat dicegah dengan vaksinasi HPV, menggunakan
kondom, menghindari konsumsi tembakau, serta deteksi dini dan pengobatan lesi
pra kanker (Malehere, 2019). Upaya pencegahan kanker serviks dibagi atas
pencegahan primer, sekunder dan tersier yang meliputi:

a) Pencegahan primer
Pencegahan primer yang dilakukan melalui vaksinasi Human Papilloma Virus
(HPV) untuk mencegah infeksi HPV dan pengendalian faktor resiko.
Pengendalian faktor resiko dengan menghindari rokok, tidak melakukan
hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan, tidak menggunakan
kontrasepsi oral jangka panjang >5 tahun, serta menjalani diet sehat
(Malehere, 2019).
b) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder melalui deteksi dini prekursor kanker serviks dengan
tujuan memperlambat atau menghentikan kanker pada stadium awal
(Kemenkes, 2016). Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan tes DNA
HPV, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), tes pap smear, pemeriksaan
sitology, colposcopy dan biopsy. Pemeriksaan IVA direkomendasikan untuk
daerah dengan sumber daya rendah dan diikuti dengan cryotherapy untuk hasil
IVA positif (Malehere, 2019).
c) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dilakukan melalui perawatan paliatif dan rehabilitatif di
unit pelayanan kesehatan yang menangani kanker serta pembentukan
kelompok survival kanker di masyarakat (Kemenkes RI, 2016).

H. Evidence Base
1. Manajemen Nyeri Teknik Relaksasi Finger Hold
Memberikan edukasi dan mempraktekkan manajemen nyeri untuk mengatasi
keluhan yang dialaminya seperti menggunakan teknik relaksasi finger hold.
Teknik relaksasi Finger Hold merupakan teknik relaksasi yang sederhana dan
mudah dilakukan oleh siapapun yang berhubung dengan jari tangan serta
aliran energi di dalam tubuh. Teknik relaksasi genggam jari dan nafas efektif
dalam menurunkan nyeri. Menggenggam jari sambil menarik nafas
dalam/relaksasi dapat mengurangi nyeri dan menyembuhkan ketegangan fisik
dan emosi. Teknik tersebut nantinya dapat menghangatkan titik titik keluar
dan masuknya energi pada median (energi channel) yang terletak pada jari
tangan kita, sehingga mampu memberikan rangsangan secara reflex/spontan
pada saat genggaman. Rangsangan yang didapat nantinya akan mengalir
gelombang menuju ke otak, kemudian dilanjutkan ke saraf pada organ tubuh
yang mengalami gangguan, sumbatan di jalur energi menjadi lancar. Teknik
relaksasi Finger Hold adalah melibatkan genggaman jari dan pengaturan
nafas. Pada setiap anggota tubuh terdapat aliran energi, dimana pada
genggaman jari ini aliran energi dipersepsikan sebagai stimulus untuk rileks.
Stimulus ini mengaktifkan transmisi serabut saraf Abeta yang lebih besar dan
cepat, menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-A yang
berdiameter lebih kecil, proses ini menghambat stimulus nyeri. Jika tidak ada
informasi nyeri yang disampaikan ke otak, maka tidak ada nyeri yang
dirasakan. Dengan pengaturan nafas melalui genggaman jari, ketegangan serta
kecemasan pasien dapat dikontrol, pasien akan merasa rileks dan santai yang
selanjutnya akan menimbulkan tingkat kenyamanan yang lebih baik sehingga
intensitas nyeri dapat menurun. Perlakuan relaksasi genggam jari akan
menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen non
nosiseptor. Serabut saraf non nosiseptor mengakibatkan “pintu gerbang”
tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat dan berkurang (Aswad, 2020).
2. Manajemen Nyeri Dzikir dan Doa
Manajemen nyeri baik farmakologi maupun non farmakologi terus
dikembangkan. Terapi dzikir menjadi salah satu terapi untuk mengurangi rasa
nyeri. Terapi dzikir, pikiran tentang rasa sakit beralih untuk mengingat Allah
yang maha kuasa menyebabkan pasien merasa nyaman dan tenang. Terapi
dzikir selama 30 menit dapat meringankan rasa nyeri pada pasien muslim.
Dan doa menjadi sarana untuk mengendalikan rasa sakit. Bacaan doa dan
dzikir yang digunakan adalah dengan melafalkan bacaan Tasbih
(Subhaanallah) sebanyak 33 kali, Tahmid (Alhamdulillah) sebanyak 33 kali,
Takbir (Allahu akbar) sebanyak 33 kali, Tahlil (Laa ilaaha il-lallah) sebanyak
33 kali, Alhauqalah (Laa haula wala quwwata il-la billah) 33 kali selama 10-
15 menit atau selama 30 menit. Sebelum membaca dzikir diawali dengan
melakukan tehnik napas dalam selama 5 menit. Membaca dzikir yaitu
menyebut nama “Allah” sebanyak 100 kali. Bacaan doa dan dzikir
dipraktikkan dengan posisi duduk atau berbaring dengan nyaman, dengan
mata tertutup. Setelah membaca dzikir dilanjutkan dengan membaca surat Al-
fatihah dan diakhiri dengan membaca doa (Muzaenah & Hidayati, 2021).
3. Meningkatkan Hb dengam Mengonsumsi Madu
Madu mengandung zat besi (Fe), yang merupakan mikromineral yang sangat
penting di dalam tubuh karena dapat berfungsi sebagai pembentuk sel darah
merah. Kandungan zat besi dapat mensintesis pembentukan heme yang dapat
memacu kadar Hemoglobin. Kandungan lain madu yang berperan penting
dalam melarutkan zat besi yaitu vitamin C. Madu mengandung banyak
mineral seperti natrium, kalsium, magnesium, alumunium, besi, fosfor, dan
kalium, ditambah lagi kandungan vitamin yang ada di dalamnya seperti asam
askorbat (C), asam folat dan vitamin K. Madu telah dikenal karena sifat gizi
dan penyembuhannya yang menakjubkan. Madu mengandung mineral penting
yang membantu dalam produksi hemoglobin. Ketika madu dikonsumsi setiap
hari, penderita anemia dapat melihat peningkatkan secara signifikan dalam
tingkat energi, kemudian madu membantu meningkatkan penyerapan kalsium,
jumlah hemoglobin dan mengobati atau mencegah anemia karena faktor
gizinya (Evayanti & dkk, 2021).
4. Meningkatkan Hb dengan Mengonsumsi Bayam
Zat besi adalah unsur vital untuk pembentukan hemoglobin, juga merupakan
komponen penting pada sistem enzim pernafasan. Fungsi zat besi adalah
membentuk sel darah merah, sehingga apabila produksi sel darah merah
dalam tubuh cukup maka kadar hemoglobin akan normal. Zat besi ditemukan
pada sayur-sayuran, antara lain bayam (Amaranthus spp). Bayam hijau
merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan zat besi dapat
dilakukan dengan konsumsi sayuran yang mengandung zat besi dalam menu
makanan. Bayam adalah sayuran yang memiliki gizi lengkap anemia bagi
penderita anemia. Bayam juga mengandung vitamin C yang cukup tinggi.
Vitamin C memiliki peranan penting dalam penyerapan zat besi, sehingga zat
besi yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Green Leafy Vegetables
(GLF) dianggap sebagai sumber yang kaya akan zat besi dan kalsium.
Sayuran bit, daun fenugreek, daun labu, daun peterseli, dan daun bayam
memiliki kandungan besi tertinggi CO) Pemberian bayam merupakan tertinggi
salah satu cara efektif yang dapat memberikan peningkatan terhadap kadar
hemoglobin. Bayam hijau memiliki manfaat baik bagi tubuh karena
merupakan sumber kalsium, vitamin A. vitamin E, vitamin C, serat dan juga
betakaroten. Kandungan mineral pada bayam cukup tinggi, terutama Fe yang
dapat digunakan untuk mencegah kelelahan akibat anemia. Pemberian bayam
dengan berbagai cara pengolahan dapat meningkatkan kadar hemoglobin
karena merupakan sumber zat besi yang baik. Zat besi dapat meningkatkan
kadar hemoglobin yang dapat memproduksi sel darah merah (Tombokan &
dkk, 2022).
5. Meningkatkan Hb dengan Sari Buah Kurma
Kurma memiliki kandungan yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Nilai gizi
yang terdapat dalam buah kurma dengan takaran 100 gram : energy sebanyak
251 kkal, 18,27 air, vitamin A 90 IU, Protein 2,81 gram, vitamin B1 0,046
mg, Karbohidrat 66,78 gram, Vitamin B2 0,059 mg, Serat 7,1 gram, Vitamin
B3 1,134 mg, Gula 56,38 gram, Vitamin B5 0,525 mg, Total Lemak 0,35
gram, Vitamin B6 0,147 mg, Lemak Jenuh 0,0028 gram, Vitamin B9 17mcg,
MUFA 0,0032 gram, PUFA 0,017, Vitamin C 0,4 mg, Vitamin E 0,04 mg,
Vitamin K 2,4 mcg, Kalsium 35 mg, Zat Besi 0,91 mg, Beta Karoten 5 mcg,
Magnesium 38 mg, fosfor 55 mg, Kalium 484 mg, lutein dan zaexantin 67
mcg, sodium 2 mg dan seng 0,26 mg. Sari kurma adalah kurma yang
dihaluskan dan diambil sarinya yang berbentuk cair dengan konsistensi kental,
berwarna hitam, terasa sangat manis dan mengandung zat gizi lengkap seperti
buah kurma. Sediaan sari kurma dibuat agar memudahkan untuk
mengkonsumsi sari kurma. Sari kurma merupakan suplemen kesehatan yang
lengkap yang teruat dari kurma pilihan. Di dalamnya terdapat senyawa untuk
sumber energy yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sari kurma, memiliki
kandungan nutrisi yaitu air 16,5 %, protein 0,6 %, Lemak 0,22 %, Karbohidrat
47,9 %, Energi 330 kkal/100mg, Kalium 776, 8 mg/100g, dan Kalsium 32,5
mg/100g. Sementara komposisinya adalah buah kurma, fruktosa dan glukosa.
Sari kurma ini dipercaya bisa meningkatkan kadar hemoglobin karena
mengandung zat besi juga sumber energy yang diperlukan oleh tubuh. Kurma
maupun sari kurma dapat dikategorikan sebagai salah satu alternatif pilihan
dalam memenuhi kebutuhan zat besi asalkan dikonsumsi secara rutin agar
peningkatan hemoglobin semakin membaik. Berdasarkan teori, dapat
dijelaskan bahwa asam folat dan zat besi yang terkandung dalam buah kurma
maupun sari kurma dapat meningkatkan leukosit dan trombosit dalam batas
normal (Yuniarti & Harnetacia, 2020).

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA NY. F USIA 61


TAHUN P3A1 DENGAN KANKER SERVIKS
DI RSUP DR KARIADI SEMARANG

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 27 Februari 2023
Waktu : 15.30 WIB
Tempat : Rajawali 4B

II. IDENTITAS PASIEN


Identitas pasien Penanggung jawab: Anak
1. Nama Ibu : Ny. F 1. Nama : Tn. P
2. Umur : 61 tahun 2. Umur : 41 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SD 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Suku bangsa : Jawa 6. Suku Bangsa : Jawa
7. Alamat : Lerep 02/03, Ungaran 7. Alamat : Lerep 02/03,
Ungaran

III. DATA SUBYEKTIF


1. ALASAN DATANG
Pasien mengatakan akan dilakukan tindakan sinar dalam (brachytherapy)
yang sudah terjawal pada tanggal 28/02/2023, setelah dilakukan sinar luar
sebanyak 25x terakhir pada tanggal 17/02/2023.
Riwayat penyakit yang lalu:
Sebelumnya pasien pernah dirawat di RSUP Dr. Kariadi Ruang Rajawali
dengan indikasi Ca Cervix stadium II B. Pasien dirawat sekitar bulan Oktober
2022, kemudian menjalani sinar sebanyak 25x terakhir pada tanggal
17/02/2023 dan sudah dilakukan biopsi didapatkan hasil terdapat keganasan
di mulut rahim.
Keluhan utama :
Nyeri pada bagian perut
Uraian keluhan utama :
Pasien mengatakn nyeri pada bagian perut, terasa tertekan dengan skala VAS
3
2. RIWAYAT KESEHATAN
 Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Pasien mengatakan saat ini sedang menjalani pengobatan untuk kanker
serviks. Pasien mengatakan telah melakukan terapi sinar luar (beam radiation)
sebanyak 25x terakhir tanggal 17/02/2023 dan akan terapi sinar dalam
(brachytherapy) untuk yang pertama.
Pasien mengatakan dirinya memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus dan
hipertensi. Pasien juga mengatakan dirinya tidak pernah menderita penyakit
menular seperti hepatitis, IMS, HIV AIDS
 Riwayat penyakit dalam keluarga (menular maupun keturunan) :
Pasien mengatakan dalam keluarganya ada yang menderita penyakit diabetes
mellitus yaitu ibunya. Pasien juga mengatakan didalam keluarganya tidak
pernah ada yang menderita penyakit menular seperti hepatitis, IMS, HIV
AIDS

3. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Haid:
Menarche : 13 tahun
Menopause : 56 tahun
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu:
Kehamilan Persalinan Nifas
Tahun Asi Keadaan anak sekarang
Frek ANC Keluhan/ Penyulit UK Jenis Penolong JK/ BB Penyulit IMD Penyulit
eksklusif

40 Dukun
1982 - Tidak ada Normal L/Lupa Tidak ada Tidak Tidak ada 6 bulan Baik, sehat usia 41 tahun
mg beranak

1991 Abortus - - - - - - - - - -

40 Dukun
1992 - Tidak ada Normal L/Lupa Tidak ada Tidak Tidak ada 6 bulan Baik, sehat usia 31 tahun
mg beranak

4. RIWAYAT KB: Pernah


a. Jika Pernah :
Jenis Kontrasepsi Lama Pemakaian Keluhan Alasan dilepas
Pil KB 3 tahun Berat badan naik Ingin KB kalender
5. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI:
a. Nutrisi
1) Makan
a) Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
b) Komposisi :
 Nasi : 3 x @ 1 piring (sedang / penuh)
 Lauk : 3 x @ 1 potong (sedang / besar), jenisnya tahu, tempe,
ikan, telur, ayam
 Sayuran : 1 x @ 1 mangkuk sayur ; jenis sayuran bayam, kol
 Buah : 1 x sehari / seminggu; jenis pisang, jeruk, mangga
 Camilan : 1 x sehari; jenis biskuit
c) Pantangan : tidak ada
2) Minum
a) Jumlah total 6-8 gelas perhari; jenis air putih
b) Susu : tidak minum susu
b. Eliminasi
1) Buang air kecil
 Frekuensi perhari : ± 6-7 x ; warna : kuning jernih
 Keluhan/masalah : tidak ada
2) Buang air besar

Frekuensi perhari : 1 x ; warna kuning kecoklatan konsistensi
lembek / keras*)

Keluhan/masalah : tidak ada
c. Personal hygiene
 Mandi 2 x sehari
 Keramas 3-4 x seminggu
 Gosok gigi 2 x sehari
 Ganti pakaian 2 x sehari; celana dalam 2 x sehari
 Kebiasaan memakai alas kaki : pasien menggunakan alas kaki ketika
keluar rumah
d. Istirahat/tidur
 Tidur malam ± 7-8 jam
 Tidur siang : tidak pasti
 Keluhan/masalah : tidak ada
e. Aktivitas fisik dan olah raga
Aktivitas pasien sebagai ibu rumah tangga (menyapu, memasak,
mengepel, mencuci, dll) dan pasien jarang berolahraga
f. Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
1) Merokok : tidak merokok
2) Minuman beralkohol : tidak minum minuman beralkohol
3) Obat-obatan : tidak mengkonsumsi obat- obatan
4) Jamu : tidak menkonsumsi jamu

6. RIWAYAT PSIKOSOSIAL-SPIRITUAL
a. Riwayat perkawinan :
1) Status perkawinan : menikah / tidak menikah*), umur waktu menikah :
20 th.
2) Pernikahan ini yang ke 1 sah/ tidak*) lamanya 42 tahun
3) Hubungan dengan suami : baik/ ada masalah
b. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : dimusyawarahkan bersama
c. Pasien tinggal serumah dengan : anak
d. Pengambil keputusan utama dalam keluarga : pasien sendiri
Dalam kondisi emergensi, pasien dapat / tidak * mengambil keputusan
sendiri.
e. Orang terdekat pasien : anak
f. Yang menemani pasien periksa dan rawat inap : anak
g. Penghasilan perbulan: Cukup/Tidak Cukup*)
h. Praktek agama yang berhubungan dengan kesehatan :
1) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
 ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh nakes wanita maupun pria;
 tidak boleh menerima transfusi darah;
 tidak boleh diperiksa daerah genitalia,
 lainnya : .....................................................

IV. DATA OBYEKTIF


1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tensi : 120/80 mmHg
4) Nadi : 87x/menit
5) Suhu : 36,50 C
6) RR : 20x menit
7) BB : 60 kg
8) TB : 155 cm
b. Status present
Kepala : simetris, mesosefal, rambut rontok
Mata : simetris, konjungtiva anemis
Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret
Mulut : bibir lembab, terdapat gigi berlubang
Telinga : simetris, tidak ada benjolan, tidak keluar serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
Ketiak : bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
Dada : simetris, pernafasan baik tidak ada retraksi dinding dada
Perut : terasa nyeri
Vulva : tidak diperiksa
Ekstremitas : tidak ada kelainan dan kecacatan, akral hangat
Punggung : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada kelainan
Abdomen : supel
Anus : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan penunjang :
Lab 23/02/2023
Hb : 10,7 (normal 11,7-15,5)
Leukosit : 6.400 (normal 4.000-11.000)
Trombosit : 297.000 (normal 150.000-450.000)
Glukosa sewaktu : 178 (normal 80-160)
Ureum 29/Kreatinin 1.1 (normal 15-39/0,6-1,3)
Natrium 131/Kalium 4.2/Chlorida 97 (normal 136-145/3.5-5.0/95-105)
PPT/PTTK : 12.5 (15.3)/28.3 (29.3)
d. Advice dokter
1. Infus RL 20tpm sebelum tindakan
2. Injeksi Ondansentron 8mg sebelum tindakan
3. Kolaborasi dengan dokter anestesi terkait edukasi anestesi sebelum
tindakan
4. Motivasi puasa selama 6 jam sebelum tindakan
5. Memberikan informed concent tindakan

V. ANALISA
Ny. F umur 61 tahun P3A1 dengan kanker serviks stadium II B dengan anemia
sedang
Diagnosa potensial : anemia berat

VI. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan memberitahu hasil pemeriksaan
pada pasien
Hasil : TD 120/80 mmHg, Nadi 87x/menit, Suhu 36,50 C, RR 20x/menit
2. Memberitahu pasien dan memberikan informed concent bahwa akan
dilakukan tindakan sinar dalam (brachytherapy) besok pagi tanggal 28
Februari 2023, jam 06.00 WIB
Hasil : Pasien tahu dan memahami tentang tindakan yang akan dilakukan dan
mengisi informed concent
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter anestesi terkait pembiusan sebelum
tindakan
Hasil : Dokter anestesi datang dan melakukan pemeriksaan dan edukasi terkait
anestesi yang akan dilakukan sebelum tindakan dilakukan
4. Memberitahu pasien untuk berpuasa 6 jam sebelum dilakukan sinar dalam
dimulai dari jam 02.00 sampai tindakan selesai dilakukan
Hasil : Pasien paham dengan apa yang disampaikan dan bersedia melakukan
sesuai arahan
5. Memberitahu pasien dan keluarga terkait terapi nonfarmakologi mengatasi
rasa nyeri sesuai dengan evidence based dengan tarik napas panjang dan
membuang napas secara teratur atau dengan berdzikir dan berdoa kepada
Tuhan
Hasil : Pasien bersedia melakukan sesuai anjuran
6. Memberitahu pasien untuk memenuhi kebutuhan istirahat dengan tidur yang
cukup
Hasil : Pasien bersedia melakukan sesuai anjuran
7. Memberikan support psikologi pada pasien untuk berdoa supaya tindakan
besok berjalan dengan lancar, semangat dan anjuran agar pasien tetap tenang,
rileks, tidak cemas serta berfikir positif terhadap sakit yang dialaminya bahwa
saat dilakukan perawatan di RSUP Dr.Kariadi pasien akan mendapatkan
asuhan dan terapi sebaik mungkin serta pertolongan yang semaksimal
mungkin sesuai dengan standar prosedur rumah sakit
Hasil : Pasien berdoa dan tampak tenang
8. Melakukan pendokumentasian di rekam medis elektronik dan register
Hasil : Dokumentasi telah dilakukan

Semarang, Maret 2023


Pembimbing Klinik Mahasiswa

Heidy Ratna Sari, S.Kep, Ners Kharisma Dwi Anggraini


NIK. 16901831 NIM. P1337424822235

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Umaroh, SKM, S.Tr.Keb, M.Kes


NIP. 196903141998032002
VII.CATATAN PERKEMBANGAN (PRE DAN POST TINDAKAN
BRACHYTHERAPY)
Nama Pasien:
No. RM Ruang:
Ny. F
Umur: 61 tahun Tanggal: 28 Februari 2023
Nama dan
Tanggal/Jam: Catatan Perkembangan (SOAP) Paraf

28 Februari S : Pasien mengatakan hari ini akan dilakukan


2023/06.00 terapi sinar dalam (brachytherapy). Pasien
WIB mengatakan terkadang masih merasa nyeri pada
bagian perut, terasa tertekan, hilang timbul,
skala nyeri 3

O:
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Composmentis
 TD : 129/87 mmHg
 N : 88x/menit
 R : 22x/menit
 S : 360 C

A : Ny. F umur 61 tahun dengan kanker serviks


stadium IIB pre brachytherapy

P:
1. Memberitahu pasien dan keluarga bahwa
keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital
dalam kondisi baik
Hasil : TD : 129/87 mmHg, N : 88x/menit,
R : 22x/menit, S : 360 C
2. Memberitahu pasien dan keluarga terkait
terapi nonfarmakologi mengatasi rasa nyeri
dengan tarik napas panjang dan membuang
napas secara teratur
Hasil : Pasien bersedia melakukan sesuai
anjuran
3. Memberikan posisi yang nyaman agar
pasien merasa lebih baik
Hasil : Pasien memilih posisi setengah
duduk
4. Memasang infus RL pada vena dorsalis
dekstra dengan abocath no 20
Hasil : Pasien bersedia dilakukan
pemasangan infus
5. Memberikan support psikologi pada pasien
untuk berdoa supaya tindakan berjalan
dengan lancar, semangat dan anjuran agar
pasien tetap tenang, rileks, tidak cemas
Hasil : Pasien terlihat tenang
6. Mengantar pasien brachytherapy di instalasi
onkologi Kasuari
Hasil : Pasien sudah diantar
7. Melakukan pendokumentasian di rekam
medis elektronik dan register
Hasil : dokumentasi telah dilakukan

S : Pasien mengatakan sudah dilakukan terapi


28 Februari sinar dalam (brachytherapy). Pasien
2023/18.00 mengatakan terkadang masih merasa nyeri pada
WIB bagian perut

O:
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Composmentis
 TD : 125/80 mmHg
 N : 88x/menit
 R : 22x/menit
 S : 360 C
A : Ny. F umur 61 tahun dengan kanker serviks
stadium IIB post brachytherapy

P:
1. Memberitahu pasien dan keluarga bahwa
keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital
dalam kondisi baik
Hasil : TD : 125/80 mmHg, N : 88x/menit,
R : 22x/menit, S : 360 C
2. Memberitahu pasien dan keluarga terkait
terapi nonfarmakologi mengatasi rasa nyeri
sesuai dengan evidence based dengan tarik
napas panjang dan membuang napas secara
teratur atau dengan berdzikir dan berdoa
kepada Tuhan
Hasil : Pasien bersedia melakukan sesuai
anjuran
3. Memberikan posisi yang nyaman agar
pasien merasa lebih baik
Hasil : Pasien memilih posisi setengah
duduk
4. Memberitahu kepada pasien untuk
menunggu advice dari dokter untuk rencana
rawat jalan dan menunggu obat pulang
disiapkan
Hasil : Pasien bersedia menunggu arahan
selanjutnya
5. Memberikan edukasi pada pasien sebelum
pulang terkait cara menaikkan Hb sesuai
dengan evidence based dan dapat dilakukan
di rumah yaitu dengan mengonsumsi
sayuran hijau seperti bayam, mengonsumsi
sari kurma, dan mengonsumsi madu
Hasil : Pasien mengerti dan akan melakukan
sesuai anjuran
6. Melakukan pendokumentasian di rekam
medis elektronik dan register
Hasil : dokumentasi telah dilakukan

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini akan dijelaskan tentang kesesuaian antara teori dan praktik
langsung di lapangan selama melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. F usia 61
tahun P3A1 dengan kanker serviks di RSUP Dr. Kariadi Kota Semarang. Pembahasan
diuraikan dengan pendekatan managemen kebidanan yaitu sebagai berikut :
1. Subjektif
Pengkajian data merupakan tahap awal untuk menentukan langkah berikutnya.
Dari penilaian keadaan umum ibu secara menyeluruh baik yang bersifat subyektif
yang berasal dari keterangan pasien dan keluarga, serta yang bersifat obyektif yang
berasal dari hasil pemeriksaan dan penunjang lainnya sehingga dapat menentukan
diagnosa pada langkah selanjutnya. Selama melakukan pengkajian penulis tidak
menemukan hambatan karena tercipta kerja sama dan komunikasi yang baik antara
penulis dan pasien.
Ny. F P3A1 umur 61 tahun datang ke RSUP Dr. Kariadi menjalani pengobatan
untuk kanker serviks. Pasien telah melakukan terapi sinar luar (beam radiation)
sebanyak 25x terakhir tanggal 17/02/2023 dan akan terapi sinar dalam
(brachytherapy) untuk yang pertama. Melihat dari umur ibu yang sudah lanjut usia
merupakan faktor pemicu dari kankern serviks. Rerata umur penderita kanker
serviks berada di antara usia 30-70 tahun, dimana kanker serviks stadium IA lebih
sering ditemukan pada kelompok usia 30-39 tahun, sedangkan untuk stadium I
lebih sering ditemukan pada kelompok usia 40-49 tahun, dan Kelompok usia 60-
69 tahun merupakan proporsi tertinggi pada stadium IlI dan IV. Usia merupakan
faktor yang penting dalam terjadinya kanker, Sebagian besar kanker banyak terjadi
pada usia lanjut. Risiko terjadinya kanker serviks meningkat 2 kali lipat setelah
usia 35 hingga 60 tahun. Keterkaitan usia > 35 tahun dengan kejadian kanker
serviks adalah akibat waktu pemaparan infeksi HPV yang lama dan sistem
kekebalan tubuh yang semakin melemah akibat dari teriadinya thymus involution
pada usia lanjut. Kedua hal itulah yang menyebabkan usias 35 tahun berpotensi
untuk menyebabkan terjadinya kanker serviks (Trifitriana & dkk, 2017).
Kanker serviks bisa juga disebabkan karena serviks yang normal secara
alami mengalami proses metaplasia (erosio) akibat saling desak mendesaknya
kedua jenis epitel yang melapisi dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif
(metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik
melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma
invasif. Sekali menjadi mikro invasif, proses keganasan akan berjalan terus.
Periode laten (dari NIS-I sampai dengan KIS) tergantung dari daya tahan tubuh
penderita. Umumnya dari fase pra invasif menjadi invasif memakan waktu
bertahun-tahun dan umumnya tanpa disertai gejala sehingga ditemukan sudah
dalam keadaan stadium lanjut (Mayrita, S.N., 2014).
Ny. F mengatakan pernah menggunakan Pil KB selama 3 tahun kemudian
berhenti dikarenakan merasa berat badanya terus bertambah. Setelah itu ibu tidak
menggunakan KB, hanya berpatokan pada kalender saja. Menurut WHO
kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang lebih dari 5 tahun dapat
meningkatkan risiko 1,53 kali mengalami kanker serviks. Penggunaan kontrasepsi
hormonal dengan komposisi estrogen dan progestin yang. bekerja melalui
reseptornya di sel target, dapat meningkatkan insiden ektropion serviks dan
potensi karsinogen lainnya. Estrogen dan progestin juga dapat mempengaruhi sel-
sel serviks secara langsung. mempromosikan integrasi DNA HPV ke dalam genom
inang. merangsang transkripsi DNA HPV dan meningkatkan proliferasi sel.
Steroid sexs hormone dapat meningkatkan ekspresi HPV-16 E6 dan gen, E7
dengan inaktivasi dan atau degradasi p53 dan protein Rb yang kemudian
menyebabkan kegagalan mekanisme apoptosis dan peningkatan kar sinogenesis
pada sel serviks. Terlebih jaringan pada serviks merupakan salah satu sasaran yang
disukai oleh hormon steroid wanita (Fitrisia & dkk, 2019). Jadi, penulis
menyimpulkan bahwa kanker serviks yang dialami pasien bukan karena pil kb
yang digunakan.
Melihat riwayat pernikahan pasien, pasien menikah saat berusia 20 tahun.
Kanker serviks meningkat >10 kali bila melakukan hubungan seksual pada usia
15-19 tahun karena kondisi tersebut meningkatkan paparan oleh HPV resiko
tinggi. Faktor risiko ini dihubungkan dengan karsinogen pada zona transformasi
yang sedang berkembang dan paling berbahaya apabila terpajan HPV dalam 5-10
tahun setelah menarche. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita
benar-benar matang yang juga bergantung pada sel-sel mukosa yang terdapat di
selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang
setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Kelainan sel yang mengarah kepada
kanker serviks tidak terjadi dalam hitungan hari atau pun dalam hitungan bulan.
Namun membutuhkan proses yang memakan waktu 10 hingga 20 tahun lamanya.
Sehingga berhubungan seksual pertama kali usia <20 tahun merupakan jembatan
menuju terjadinya lesi pra kanker serviks bahkan kanker serviks. karena dapat
menjadi pernicu HPV menginfeksi lebih dalam oleh karena ketidaksiapan atau
belum matangnya mukosa serviks pada usia tersebut dibandingkan berhubungan
seksual di usia 20 tahun (Fitrisia & dkk, 2019).
2. Objektif
Hasil pengkajian data obyektif terdapat pemeriksaan umum, status present,
dan status obstetric. Pemeriksaan umum dilakukan untuk melihat keadaan umum,
status kesadaran, mengukur TTV. Maka diperoleh keadaan umum Baik,
kesadaran composmentis, Dilakukan pemeriksaan TTV dengan hasil TD 120/80
mmHg, Nadi 87 x/menit, Suhu 36,5 oC, dan RR 20 x/menit. Keseluruhan
pemeriksaan fisik Ny. F dalam keadaan baik dan tidak ditemukan masalah.
3. Analisa
Untuk analisa yang di Ruang Rajawal 4B RSUP Dr. Kariadi Semarang
menunjukkan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny. F umur 61 tahun
dengan kanker serviks stadium III B.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan kepada Ny. F tanggal 27 februari 2022 yaitu
memberi dukungan psikologis kepada pasien, dan persiapan tindakan
brachytherapy. Sebelum dilakukan tindakan brachytherapy pasien dan
keluarganya diberi penjelasan tentang jalannya pelaksanaan brachytherapy serta
dipersilahkan untuk menandatangani surat persetujuan dilakukan tindakan
brachytherapy. Pasien diprogram satu minggu atau tiga hari sebelum pelakasanaan
brachytherapy untuk cek laborat. Satu hari sebelum pelakasanaan brachytherapy ,
pasien harus dirawat inap terlebih dahulu untuk melakukan beberapa persiapan
seperti cukur rambut pubis (skeren) pada sore hari, minum obat pencahar
sebagai pencahar agar colon dan rectum bersih dari feses, berpuasa selama 6 jam
sebelum pelaksanaan brachytherapy, dan diinfus sebelum beranjak ke Instalasi
onkologi. Pada kasus Ny. F pemeriksaan laboratorium sudah dilakukan 6 hari
sebelum brachytherapy, pasien sudah di infus dengan cairan RL 20 tpm, Ny. F
sudah berpuasa sejak pukul 02.00 tanggal 27 februari 2022.
Pada tanggal 28 Februari 2023 sebelum pasien pulang, pasien sudah diberikan
pendkes terkait manajemen nyeri dan cara menaikkan Hb yang dapat dilakukan
mandiri di rumah. Yang pertama terkait manajemen Nyeri Teknik Relaksasi
Finger Hold. Teknik relaksasi Finger Hold merupakan teknik relaksasi yang
sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun yang berhubung dengan jari tangan
serta aliran energi di dalam tubuh. Teknik relaksasi genggam jari dan nafas efektif
dalam menurunkan nyeri. Menggenggam jari sambil menarik nafas
dalam/relaksasi dapat mengurangi nyeri dan menyembuhkan ketegangan fisik dan
emosi. Teknik tersebut nantinya dapat menghangatkan titik titik keluar dan
masuknya energi pada median (energi channel) yang terletak pada jari tangan kita,
sehingga mampu memberikan rangsangan secara reflex/spontan pada saat
genggaman. Rangsangan yang didapat nantinya akan mengalir gelombang menuju
ke otak, kemudian dilanjutkan ke saraf pada organ tubuh yang mengalami
gangguan, sumbatan di jalur energi menjadi lancar. Teknik relaksasi Finger Hold
adalah melibatkan genggaman jari dan pengaturan nafas. Pada setiap anggota
tubuh terdapat aliran energi, dimana pada genggaman jari ini aliran energi
dipersepsikan sebagai stimulus untuk rileks. Stimulus ini mengaktifkan transmisi
serabut saraf Abeta yang lebih besar dan cepat, menurunkan transmisi nyeri
melalui serabut C dan delta-A yang berdiameter lebih kecil, proses ini
menghambat stimulus nyeri. Jika tidak ada informasi nyeri yang disampaikan ke
otak, maka tidak ada nyeri yang dirasakan. Dengan pengaturan nafas melalui
genggaman jari, ketegangan serta kecemasan pasien dapat dikontrol, pasien akan
merasa rileks dan santai yang selanjutnya akan menimbulkan tingkat kenyamanan
yang lebih baik sehingga intensitas nyeri dapat menurun. Perlakuan relaksasi
genggam jari akan menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen
non nosiseptor. Serabut saraf non nosiseptor mengakibatkan “pintu gerbang”
tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat dan berkurang (Aswad, 2020).
Yang kedua manajemen nyeri dzikir dan doa. Manajemen nyeri baik
farmakologi maupun non farmakologi terus dikembangkan. Terapi dzikir menjadi
salah satu terapi untuk mengurangi rasa nyeri. Terapi dzikir, pikiran tentang rasa
sakit beralih untuk mengingat Allah yang maha kuasa menyebabkan pasien merasa
nyaman dan tenang. Terapi dzikir selama 30 menit dapat meringankan rasa nyeri
pada pasien muslim. Dan doa menjadi sarana untuk mengendalikan rasa sakit.
Bacaan doa dan dzikir yang digunakan adalah dengan melafalkan bacaan Tasbih
(Subhaanallah) sebanyak 33 kali, Tahmid (Alhamdulillah) sebanyak 33 kali,
Takbir (Allahu akbar) sebanyak 33 kali, Tahlil (Laa ilaaha il-lallah) sebanyak 33
kali, Alhauqalah (Laa haula wala quwwata il-la billah) 33 kali selama 10-15 menit
atau selama 30 menit. Sebelum membaca dzikir diawali dengan melakukan tehnik
napas dalam selama 5 menit. Membaca dzikir yaitu menyebut nama “Allah”
sebanyak 100 kali. Bacaan doa dan dzikir dipraktikkan dengan posisi duduk atau
berbaring dengan nyaman, dengan mata tertutup. Setelah membaca dzikir
dilanjutkan dengan membaca surat Al-fatihah dan diakhiri dengan membaca doa
(Muzaenah & Hidayati, 2021).
Yang ketiga terkait meningkatkan Hb dengam mengonsumsi madu. Madu
mengandung zat besi (Fe), yang merupakan mikromineral yang sangat penting di
dalam tubuh karena dapat berfungsi sebagai pembentuk sel darah merah.
Kandungan zat besi dapat mensintesis pembentukan heme yang dapat memacu
kadar Hemoglobin. Kandungan lain madu yang berperan penting dalam
melarutkan zat besi yaitu vitamin C. Madu mengandung banyak mineral seperti
natrium, kalsium, magnesium, alumunium, besi, fosfor, dan kalium, ditambah lagi
kandungan vitamin yang ada di dalamnya seperti asam askorbat (C), asam folat
dan vitamin K. Madu telah dikenal karena sifat gizi dan penyembuhannya yang
menakjubkan. Madu mengandung mineral penting yang membantu dalam
produksi hemoglobin. Ketika madu dikonsumsi setiap hari, penderita anemia dapat
melihat peningkatkan secara signifikan dalam tingkat energi, kemudian madu
membantu meningkatkan penyerapan kalsium, jumlah hemoglobin dan mengobati
atau mencegah anemia karena faktor gizinya (Evayanti & dkk, 2021).
Yang keempat meningkatkan Hb dengan mengonsumsi bayam. Zat besi
adalah unsur vital untuk pembentukan hemoglobin, juga merupakan komponen
penting pada sistem enzim pernafasan. Fungsi zat besi adalah membentuk sel
darah merah, sehingga apabila produksi sel darah merah dalam tubuh cukup maka
kadar hemoglobin akan normal. Zat besi ditemukan pada sayur-sayuran, antara
lain bayam (Amaranthus spp). Bayam hijau merupakan salah satu alternatif untuk
memenuhi kebutuhan zat besi dapat dilakukan dengan konsumsi sayuran yang
mengandung zat besi dalam menu makanan. Bayam adalah sayuran yang memiliki
gizi lengkap anemia bagi penderita anemia. Bayam juga mengandung vitamin C
yang cukup tinggi. Vitamin C memiliki peranan penting dalam penyerapan zat
besi, sehingga zat besi yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Green Leafy
Vegetables (GLF) dianggap sebagai sumber yang kaya akan zat besi dan kalsium.
Sayuran bit, daun fenugreek, daun labu, daun peterseli, dan daun bayam memiliki
kandungan besi tertinggi CO) Pemberian bayam merupakan tertinggi salah satu
cara efektif yang dapat memberikan peningkatan terhadap kadar hemoglobin.
Bayam hijau memiliki manfaat baik bagi tubuh karena merupakan sumber
kalsium, vitamin A. vitamin E, vitamin C, serat dan juga betakaroten. Kandungan
mineral pada bayam cukup tinggi, terutama Fe yang dapat digunakan untuk
mencegah kelelahan akibat anemia. Pemberian bayam dengan berbagai cara
pengolahan dapat meningkatkan kadar hemoglobin karena merupakan sumber zat
besi yang baik. Zat besi dapat meningkatkan kadar hemoglobin yang dapat
memproduksi sel darah merah (Tombokan & dkk, 2022).
Yang kelimat meningkatkan hb dengan sari buah kurma. Kurma memiliki
kandungan yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Nilai gizi yang terdapat dalam
buah kurma dengan takaran 100 gram : energy sebanyak 251 kkal, 18,27 air,
vitamin A 90 IU, Protein 2,81 gram, vitamin B1 0,046 mg, Karbohidrat 66,78
gram, Vitamin B2 0,059 mg, Serat 7,1 gram, Vitamin B3 1,134 mg, Gula 56,38
gram, Vitamin B5 0,525 mg, Total Lemak 0,35 gram, Vitamin B6 0,147 mg,
Lemak Jenuh 0,0028 gram, Vitamin B9 17mcg, MUFA 0,0032 gram, PUFA
0,017, Vitamin C 0,4 mg, Vitamin E 0,04 mg, Vitamin K 2,4 mcg, Kalsium 35 mg,
Zat Besi 0,91 mg, Beta Karoten 5 mcg, Magnesium 38 mg, fosfor 55 mg, Kalium
484 mg, lutein dan zaexantin 67 mcg, sodium 2 mg dan seng 0,26 mg. Sari kurma
adalah kurma yang dihaluskan dan diambil sarinya yang berbentuk cair dengan
konsistensi kental, berwarna hitam, terasa sangat manis dan mengandung zat gizi
lengkap seperti buah kurma. Sediaan sari kurma dibuat agar memudahkan untuk
mengkonsumsi sari kurma. Sari kurma merupakan suplemen kesehatan yang
lengkap yang teruat dari kurma pilihan. Di dalamnya terdapat senyawa untuk
sumber energy yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sari kurma, memiliki
kandungan nutrisi yaitu air 16,5 %, protein 0,6 %, Lemak 0,22 %, Karbohidrat
47,9 %, Energi 330 kkal/100mg, Kalium 776, 8 mg/100g, dan Kalsium 32,5
mg/100g. Sementara komposisinya adalah buah kurma, fruktosa dan glukosa. Sari
kurma ini dipercaya bisa meningkatkan kadar hemoglobin karena mengandung zat
besi juga sumber energy yang diperlukan oleh tubuh. Kurma maupun sari kurma
dapat dikategorikan sebagai salah satu alternatif pilihan dalam memenuhi
kebutuhan zat besi asalkan dikonsumsi secara rutin agar peningkatan hemoglobin
semakin membaik. Berdasarkan teori, dapat dijelaskan bahwa asam folat dan zat
besi yang terkandung dalam buah kurma maupun sari kurma dapat meningkatkan
leukosit dan trombosit dalam batas normal (Yuniarti & Harnetacia, 2020).
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dari semua yang telah diperoleh dan dibahas menyatakan bahwa pada
pelaksanaan praktik lapangan pada penganan kasus kanker serviks di RSUP Dr.
Kariadi di teori tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.
Penatalaksanaan asuhan didasari pada advice dokter dan evidence based yang
berlaku.
B. Saran
Untuk asuhan kebidanan kesehatan reproduksi diharapkan lebih menggunakan
ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi, menggunakan sumber yang lebih banyak
dan telah terpublis di jurnal-jurnal terpercaya.
DAFTAR PUSTAKA

Aswad. (2020). Relaksasi Finger Hold untuk Penurunan Nyeri Pasien Post Operasi
Appendektomi. Jambura Health and Sport Journal, 2(1), 1–6.

Evayanti, Y., & dkk. (2021). Penyuluhan Tentang Cara Mengkonsumsi Madu Yang
Benar Untuk Meningkatkan Kadar Haemoglobin (Hb) Pada Ibu Hamil di Desa
Jati Baru Lampung Selatan. Jurnal Perak Malahayati, 3(21–28).

Fitrisia, C. A., & dkk. (2019). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Lesi Pra Kanker Serviks pada Wanita Pasangan Usia Subur di Wilayah
Kerja Puskesmas Muara Bungo 1. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4), 33–43.

Imelda, & Santoso. (2020). Deteksi Dini Kanker Serviks pada Wanita. CV.Anugrah
Pangeran Jaya Press.

Kemenkes RI. (2015). Infodatin “Situasi Penyakit Kanker” Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.

Kemenkes RI. (2017). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. In Kyklos (Vol. 28,
Issue 1). https://doi.org/10.1111/j.1467-6435.1975.tb01941.x

Kurniawati. (2018). Kanker Serviks: Pengetahuan dan Kepercayaan Penyakit


Degeneratif pada Masyarakat bandar Lampung.

Madiuw, D., & Dkk. (2022). Skrining Kanker Serviks. Penerbit NEM.

Malehere. (2019). Analisis Perilaku Pencegahan Kanker Serviks pada Wanita


Pasangan Usia Subur Berdasarkan Teori Health Promotion Model (Skripsi).

Mayrita, S.N., N. H. (2014). Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Kanker


Serviks Di Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya Sisca Nida Mayrita *,
Nanik Handayani **. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(1), 1–7.

Meihartati. (2017). Hubungan Faktor Predisposisi Ibu terhadap Kanker Serviks. 8(1),
194–201.

Mirayashi, D. (2014). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker


Serviks dan Keikutsertaan Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat di
Puskesmas Alianyang Pontianak. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas
Tanjungpura, 1(1), 1–18.

Mustafa, & dkk. (2016). Systematic Reviews and Meta-Analyses of The Accuracy of
HPV Test, Visual Inspection with Acetic Acid, Cytology and Colposcopy.
International Journal of Gynecology and Obstetrics, 123(3), 259–256.

Muzaenah, T., & Hidayati, A. B. S. (2021). Manajemen Nyeri Non Farmakologi Post
Operasi Dengan Terapi Spritual “Doa Dan Dzikir”: A Literature Review. Herb-
Medicine Journal, 4(3), 1–9.

Pratiwi, L., & Nawangsari, H. (2021). Kanker Serviks (Sudut Pandang Teori dan
Penelitian). CV. Jejak.

Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu Kandungan. Penerbit Bina Pustaka.

Setiawan, D. (2014). Human Papilloma Virus dan Kanker Serviks. Al-Sihah:Public


Health Science, 2(1), 77–86.

Tombokan, S. G. ., & dkk. (2022). Pemberian Sayur Bayam Hijau


(Amaranthusgangeticus) Terhadap Peningkatan Hemoglobin pada Ibu
Menyusui. Jurnal Ilmiah Bidan, 9(1), 64–71.

Trifitriana, M., & dkk. (2017). Faktor Risiko Kanker Serviks Pada Pasien Rawat
Jalan dan Rawat Inap Di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang. Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, 3(1), 11–19.

Wahidin. (2015). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Situasi Penyakit
Kanker.

Wantini, N. A., & Indrayani, N. (2019). Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Inspeksi
Visual Asam Asetat (IVA). Jurnal Ners Dan Kebidanan, 6(1), 27–34.

WHO. (2018). Cervical Cancer.

Yanti. (2013). Analisis Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Servik dengan
Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Puskesmas Kota Semarang Tahun
2015 (Skripsi).

Yuniarti, & Harnetacia, Y. (2020). Efektivitas Sari Kurma Terhadap Peningkatan


Kadar Hemoglobin Pada Ibu Nifas Di Wilayah UPT Puskesmas Kereng
Bangkirai Kota Palangka Raya. Jurnal Skala Kesehatan Politeknik Kesehatan
Banjarmasin, 11(2), 67–79.

Anda mungkin juga menyukai