PENDAHULUAN
Keadaan ini merupakan awal dari perubahan menuju karsinoma leher rahim (kanker
Kanker serviks menduduki urutan ke-7 secara global dalam segi angka
kejadian (urutan ke urutan ke- 6 di negara kurang berkembang) dan urutan ke-8
ke 10 pada negara maju atau urutan ke-5 secara global. Di Indonesia kanker serviks
menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari Patologi
Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen
Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100
kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks
tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0,8‰ (WHO,
2013). Sedangkan di Sumatera Barat estimasi kanker serviks yang didiagnosis dokter
sebanyak 0,9 ‰ (2285 orang) (Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan, 2015).
Untuk Kota Padang dari hasil deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA
diperoleh hasil pemeriksaan lesi prakanker (IVA positif) sebanyak 11,04 % (256
orang) dengan jumlah terbesar di Puskesmas Padang Pasir sebanyak 137 orang
Adapun penyebab dari lesi prakanker adalah usia perkawinan, paritas, dan
mengenai faktor-faktor risiko kejadian lesi prakanker leher rahim pada pasien di
leher rahim adalah usia pertama kali menikah (OR=2,7) dan paritas (OR=4,4).
kontrasepsi terhadap kejadian lesi prakanker leher rahim pada wanita yang
kejadian lesi prakanker dimana wanita yang menggunakan kontasepsi non hormonal
4 kali lebih tinggi mengalami lesi prakanker (OR=4,14) dibandingkan dengan yang
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti “Faktor Risiko Lesi
Prakanker Serviks Pada Ibu PUS Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Pasir
Kota Padang Tahun 2017” karena dari hasil deteksi dini kanker serviks di Puskesmas
adalah “ Apa saja faktor risiko yang dapat menyebabkan lesi prakanker serviks pada
ibu PUS di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir Kota Padang tahun 2017?”
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui faktor risiko lesi prakanker serviks pada ibu PUS di
2017.
hormonal pada ibu PUS di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir Kota
serviks pada ibu PUS di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir Kota
risiko lesi prakanker serviks. Selain itu, sebagai media untuk menerapkan ilmu
yang telah didapatkan selama kuliah baik mengenai kesehatan reproduksi juga
metodelogi penelitian.
pada instansi terkait, seperti Puskesmas untuk meminimalisir faktor risiko yang
serviks.
waktu yang tersedia, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini mengenai
faktor risiko yang dapat menyebabkan lesi prakanker serviks pada ibu PUS di
wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir Kota Padang tahun 2017 karena dari hasil
deteksi dini kanker serviks di Puskesmas Padang Pasir memiliki jumlah terbesar hasil
IVA positif. Variabel independen adalah usia perkawinan, paritas dan penggunaan
ini menggunakan case control, populasinya adalah ibu PUS yang melakukan
pemeriksaan IVA di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir, sample kasus adalah ibu
PUS dengan hasil pemeriksaan IVA positif dan sedangkan sample kontrol adalah ibu
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
tepatnya di daerah lehar rahim atau pintu masuk ke daerah rahim yaitu bagian yang
permukaan (epitel) dari leher rahim atau mulut rahim. Kanker ini dapat terjadi
karena sel-sel permukaan tersebut mengalami penggandaan dan berubah sifat tidak
seperti sel yang normal. Penggandaan sel yang tidak mengikuti aturan normal itu
dapat membentuk tumor atau kadang-kadang seperti luka atau borok yang memberi
keluhan atau gejala keputihan berbau dan perdarahan. Sifat dari sel ganas ini dapat
menyebar, baik secara langsung di sekitar panggul maupun menyebar jauh lewat
saluran getah bening atau pembuluh darah, misalnya ke paru, hati dan tulang.
Kanker serviks berawal dari adanya pembelahan sel yang tidak terkendali dan
Penyerangan ini bisa melalui berbagai macam cara, antara lain dengan invasi atau
pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan dan dengan cara migrasi atau
perpindahan sel ke tempat yang jauh (metastatis) melalui perederan darah, pembuluh
menggerogoti jaringan tubuh itu sendiri, hal ini dikarenakan adanya kerusakan DNA
sehingga menyebabkan mutasi pada gen vital yang mengontrol pembelahan sel.
Mutasi ini sering diakibatkan kerena alasan biologis, kimia, fisik yang biasa kita
metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel
secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat berubah menjadi sel yang
berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Sel yang
mengalami mutasi disebut sel displastik dan kelainan epitelnya disebut displasia
(Neoplasia Intraepitel Leher rahim/ NIS). Dimulai dari displasia ringan, sedang, berat
dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Lesi
didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan
Sel-sel pada permukaan serviks kadang tampak abnormal tetapi tidak ganas.
Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel serviks
merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang
beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Kerena itu, beberapa perubahan
abnormal merupakan keadaan prakanker yang bisa berubah menjadi kanker. Saat ini
telah digunakan istilah yang berbeda perubahan abnormal pada sel-sel permukaan
serviks, salah satu diantaranya adalah lesi skuamosa intraepitel (lesi artinya kelainan
1. Lesi tingkat rendah : merupakan perubahan dini pada ukuran, bentuk dan
jumlah sel yang membentuk permukaan serviks. Beberapa lesi tingkat rendah
besar dan lebih abnormal, membentuk lesi tingkat tinggi. Lesi tingkat rendah
juga disebut displasia ringan atau neoplasia intraepitel servikal 1 (NIS 1).
Lesi tingkat rendah paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 25-35
2. Lesi tingkat tinggi : ditemukan sejumlah besar sel prekanker yang tampak
sangat berbeda dari sel yang normal. Perubahan prakanker ini hanya terjadi
tahun, sel tersebut tidak akan men jadi ganas dan tidak akan menyusup ke
lapisan serviks yang lebih dalam. Lesi tingkat tinggi juga disebut displasia
menengah atau displasia berat, NIS 2 atau 3, atau karsinoma in situ. Lesi
tingkat tinggi paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 30-40 tahun.
maupun organ lainnya, maka keadaannya disebut kanker serviks atau kanker
serviks invasif.
(Rahayu,2012)
2.1.3 Stadium Kanker Serviks
menginvasi atau menyebar bagian tubuh lain. Sama seperti kanker lain, kanker
serviks juga memiliki empat stadium. Semakin besar angka stadium, maka semakin
kelenjar getah bening. Walaupun begitu, kanker serviks juga mungkin menyebar
pada bagian tubuh lain misalnya paru-paru, hati atau tulang. Kanker yang menyebar
pada bagian tubuh lain itu memiliki sifat yang sama dengan kanker serviks. Mereka
a. Stadium 0
karena sel-sel kanker belum menyebar pada jaringan lain. Sel kanker ini
masih bertahan dilapisan leher rahim atau serviks. Ukurannya pun masih
sangat kecil. Kanker ini hanya dapat ditemukan pada lapisan atas dari sel-sel
b. Stadium I
Pada stadium I, sel kanker mulai ditemukan pada serviks itu sendiri.
tetapi infeksinya sudah mulai menyerang serviks bagian bawah lapisan atas
dari sel-sel serviks. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh adalah
85% dalam lima tahun ke depan. Stadium I kembali terbagi menjadi dua
stadium I.
1) Stadium IA
a) Stadium IA1
b) Stadium IA2
2) Stadium IB
Lesi yang nampak secara klinis, terbatas pada serviks uteri atau
a) Stadium IB1
b) Stadium IB2
Lesi yang nampak >4 cm. Pada stadium ini pertumbuhan kanker
telanjang.
c. Stadium II
Pada stadium II, sel kanker telah melalui serviks dan menginvasi
bagian atas vagina. Namun, sel kanker tidak menyebar ke dinding pelvic
terserang kanker pada stadium ini adalah serviks dan uterus. Pada stadium
ini, angka harapan hidup dalam lima tahun ke depan adalah 50-60%.
Stadium II terbagi menjadi II tahap yakni stadium IIA dan IIB. Berikut
pembagiannya :
1) Stadium IIA
2) Stadium IIB
Pada stadium ini, lesi telah mencapai ke parametrium, akan tetapi tidak
d. Stadium III
Pada stadium ini, sel kanker telah menyerang bagian pelvic atau
sepertiga bagian bawah vagina. Bisa jadi sel kanker telah menyerang
dinding panggul. Jika kanker yang ada berukuran besar, mungkin memblok
saluran urin dari ginjal sehingga menyebabkan ginjal tidak berfungsi dengan
baik.
Selain itu, kanker juga telah menyebar ke simpul getah bening yang
hidup sebesar 30% dalam lina tahun ke depan. Tahapan ini juga terbagi
1) Stadium IIIA
Pada stadium ini, lesi telah meyebar ke sepertiga vagina distal. Tetapi
2) Stadium IIIB
Pada stadium ini, sel kanker telah menyerang dinding samping vagina.
timbunan air seni di ginjal. Stadium ini juga mulai merusak kerja ginjal.
e. Stadium IV
Pada stadium IV, sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain.
Lesi telah keluar dari vagina. Kondisi ini tentu sangat parah. Bisa jadi
kemih, rektum, paru-paru, tulang, bahkan hati. Pada stadium akhir ini,
angka harapan hidup penderita adalah 5% dalam lima tahun. Tahapan dalan
organ tubuh yang lebih jauh dari serviks. Misalnya paru-paru, hati dan
tulang. (Astrid,2015)
2.1.4 Faktor Risiko
Virus). Infeksi HPV atau biasa terjadi pada perempuan usia reproduksi. Infeksi ini
dapat menetap, berkembang menjadi displasi atau sembuh sempurna. Virus ini
ditemukan pada 95% kasus Kanker Leher Rahim. Ada dua golongan HPV yaitu HPV
risiko tinggi atau disebut HPV onkogenik yaitu utamanya tipe 16, 18, dan 31, 33, 45,
52, 58; sedangkan HPV risiko rendah atau HPV non-onkogenik yaitu tipe 6, 11, 32
Faktor yang menyebabkan perempuan terpapar HPV (sebagai etiologi dari Kanker
Serviks) adalah :
1. Menikah/ memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 20 tahun)
Usia perkawinan muda atau melakukan hubungan seks pada usia dini yakni
sebelum usia 20 tahun dianggap sebagai faktor terpenting. Umur pertama kali
melakukan hubungan seks terkait erat dengan infeksi HPV yang menjadi penyebab
utama lesi prakanker leher rahim karena epitel serviks yang belum matang sehingga
lainnya.
prediktor jumlah pasangan seks dari wanita. Semakin muda seorang wanita
melakukan hubungan seks pertamannya, maka semakin banyak pula pasangan seks
Jika sering bergonta ganti pasangan seksual, risiko terkena HPV akan
semakin besar untuk. Hal ini menyebabkan risiko yang juga lebih besar untuk
Tidak hanya wanita saja yang perlu membatasi partner seksualnya. Jika suami
atau laki-laki juga sering melakukan hubungan seksual dengan beberapa wanita, bisa
juga ditularkan kepada istrinya. Pria berisiko tinggi sebagai agen vektor yang dapat
menimbulkan infeksi.
berasosiasi dengan peningkatan risiko kanker leher rahim pada wanita yang
inflamasi pada serviks yang dapat memicu kerusakan genotoksik melalui reaksi
oksidasi tersebut.
Paritas atau kelahiran yang paling optimal adalah kelahiran sampai ketiga
kali. Semakin banyak proses melahirkan yang dialami oleh seorang ibu, maka
Pertama, saat proses melahirkan, janin tentu saja akan keluar melalui serviks.
Keluarnya janin akan menimbulkan trauma pada serviks. Jika serviks mengalami
kelahiran terus menerus maka serviks juga akan semakin mengalami trauma.
yang membuat wanita tersebut lebih mudah terkena infeksi HPV dan pertumbuhan
kanker. Ketiga, adalah pendapat bahwa wanita hamil memiliki imunitas yang lebih
rendah sehingga memudahkan masuknya HPV dalam tubuh yang berujung pada
pertumbuhan kanker.
6. Perempuan perokok
Mempunyai risiko dua setengah kali lebih besar untuk menderita Kanker
Leher Rahim dibanding dengan yang tidak merokok. Tembakau sebagai bahan
utama dari rokok mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai
rokok/ sigaret / atau dikunyah. Asap rokok sendiri mengandung polycyclic aromatic
serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen
infeksi virus.
Perempuan yang menjadi perokok pasif (yang tinggal bersama keluarga yang
mempunyai kebiasaan merokok) akan meningkat risikonya 1,4 (satu koma empat)
(Kemenkes,2015)
secara teoritis terkait hal tersebut adalah mendorong pertubuhan tumor, perubahan
lendir serviks yang dapat meningkatkan kerentanan jaringan, perubahan respon imun
yang meningkatkan kerentanan terhadap infeksi virus dan kekurangan folat dalam
serviks sehingga merangsang perkembangan lesi prakanker serviks yang abnormal.
Serviks. Tujuan skrining untuk menemukan lesi prakanker. Beberapa metode itu
antara lain:
dari sel-sel epitel leher rahim yang ditemukan pada keadaan prakanker dan kanker.
leher rahim yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%). Pada lesi
prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut acetowhite epitelium.
Pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka (IVA) berarti
melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah
pengolesan asam asetat atau cuka (3–5%). Daerah yang tidak normal akan berubah
warna dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan
Dengan mengoleskan asam asetat (cuka dapur) yang telah diencerkan (3-5%)
ke leher rahim, tenaga kesehatan terlatih akan melihat perbedaan antara bagian yang
sehat dan yang tidak normal. Asam asetat merubah warna sel-sel abnormal menjadi
lebih putih dan lebih menonjol dibandingkan dengan permukaan sel sehat
Gambar
IVA adalah praktik yang 2.1 Hasil
dianjurkan Pemeriksaan
untuk IVA sumber daya
fasilitas dengan
sederhana karena:
b. Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan untuk skrining
Kanker Serviks;
c. Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan di semua
e. Suplai sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini mudah didapat
dan tersedia;
sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang ada.
Pada tingkat pelayanan primer dengan sarana dan prasarana terbatas dapat dilakukan
program skrining atau deteksi dini dengan tes IVA. Skrining dengan tes IVA dapat
dilakukan dengan cara single visit approach atau see and treat program, yaitu bila
sederhana dengan krioterapi oleh dokter umum atau bidan yang sudah terlatih.
Procedure (LEEP) atau Large Loop Excision of the Transformation Zone (LLETZ)
tidak mencapai bebas batas sayatan, maka bisa dilanjutkan dengan tindakan konisasi
observasi 1 tahun.
observasi 6 bulan
dan CO2, elektrokauter, elektrokoagulasi, dan laser. Metode tersebut ditujukan untuk
destruksi lokal lapisan epitel serviks dengan kelainan lesi prakanker yang kemudian
pada fase penyembuhan berikutnya akan digantikan dengan epitel skuamosa yang
baru.
a. Krioterapi
akan terjadi dengan mekanisme: (1) sel‐sel mengalami dehidrasi dan mengkerut; (2)
konsentrasi elektrolit dalam sel terganggu; (3) syok termal dan denaturasi kompleks
b. Elektrokauter
melakukan eksisi Loop diathermy terhadap jaringan lesi prakanker pada zona
c. Diatermi Elektrokoagulasi
kedalaman 1 cm, tetapi fisiologi serviks dapat dipengaruhi, terutama jika lesi tersebut
sangat luas.
d. Laser
muatan listrik dilepaskan dalam suatu tabung yang berisi campuran gas helium, gas
nitrogen, dan gas CO2 sehingga akan menimbulkan sinar laser yang mempunyai
panjang gelombang 10,6u. Perubahan patologis yang terdapat pada serviks dapat
dibedakan dalam dua bagian, yaitu penguapan dan nekrosis. Lapisan paling luar dari
yang mengalami nekrotik terletak di bawahnya. Volume jaringan yang menguap atau
Berganti-ganti pasangan
seksual
Perempuan yang
melahirkan banyak anak
(paritas)
Lesi PraKanker /
Kanker serviks
Perempuan perokok
Penggunaan kontrasepsi
hormonal
Penggunaan kontrasepsi
hormonal
Gambar 2.3 Kerangka Konsep " Faktor Risiko Lesi Prakanker Serviks
Pada Ibu PUS Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Pasir
Kota Padang Tahun 2017”.
Keterangan :
2.4.1 Ada hubungan faktor usia pertama kali menikah dengan lesi prakanker
serviks pada ibu PUS di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir Kota
2.4.2 Ada hubungan faktor risiko paritas dengan lesi prakanker serviks pada
ibu PUS di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir Kota Padang tahun
2017
lesi prakanker serviks pada ibu PUS di wilayah kerja Puskesmas Padang
Astrid Savitri, 2015. Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim dan Rahim.
Pustaka Baru Press : Yogyakarta
Rini Diah Puspitasari, 2010. Artikel Faktor-Faktor Risiko Kejadian Lesi Prakanker
Leher Rahim Pada Pasien Di Puskesmas Ambal I Kabupaten Kebumen