Anda di halaman 1dari 56

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut WHO, Terdapat 490.000 wanita didunia terkena kanker

serviks pada tiap tahunnya 80% diantaranya berada dinegara

berkembang seperti Indonesia. Angka kematian kanker serviks di

Indonesia tergolong tinggi. Sebagian besar disebabkan oleh

keterlambatan dalam diagnosis. Ketika memeriksakan kondisinya,

biasanya kanker sudah menyebar keorgan lain didalam tubuh. Hal ini

menyebabkan pengobatan yang dilakukan semakin sulit (Savitri, 2015).

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks

nomor dua tersering dan menyebabkan kematian akibat kanker yang

paling utama.Pencegahan dan pengobatan kanker serviks masih

merupakan masalah kesehatan masyarakat.Hal ini mengakibatkan

penyakit sering di temukan telah mencapai stadium lanjut, setiap tahun

terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks dapat di perkirakan

sebanyak 8.000 kasus berakhir dengan kematian.Sementara menurut

ikatan peduli kanker serviks Indonesia setiap harinya 40- 45 wanita

terdiagnosa kanke rserviks dan 20- 25 wanita meninggal, dengan kata lain

setiap tahun angka kematian karena kanker serviks mencapai 270.000

(IPKSI, 2011).
2

Tingginya angka penderita kanker serviks di Indonesia salah

satu penyebabnya adalah rendahnya kesadaran perempuan di dalam

memeriksakan kesehatan organ reproduksi tersebut (Setiati, 2012: 7).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan bahwa diperoleh data sebagai

berikut :

Tabel 1.1
Data Kejadian Kanker Serviks Di RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2013-2016
No Tahun Data kejadian Jumlah Kunjungan
pemeriksaan kanker serviks
kanker serviks
(pap smear)
1 2013 132 220

2 2014 86 276

3 2015 137 342

4 Januari – 52 180
Mei 2016
Sumber : Data Rekam Medik RSUD Raden Mattaher Jambi

Menurut data rekam medik di RSUD Raden Mattaher Jambi bahwa

kejadian kanker serviks pada tahun 2013 yaitu 132 orang dan menurun

pada tahun 2014 yaitu 86 orang Dan meningkat pada Tahun 2015 yaitu

137 dan didapat data pada Tahun 2016 pada Bulan Januari – Mei yaitu 52

orang.

Kanker adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang mempunyai

sprektum yang sangat luas dan komplek. Hampir tidak ada kanker yang

dapat sembuh dengan spontan. Setiap 11 menit ada 1 orang penduduk


3

dunia yang meninggal karena kanker, setiap 3 menit ada satu penderita

kanker baru (Olfah.Y.2013).

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher

rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak

vagina).Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia diatas 35

tahun.90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi

serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjarpenghasil lendir pada

saluran servikal yang menuju kedalam rahim (Taufan.N, 2014).

Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan dengan pap smear, pap

smear juga disebut tes pap adalah prosedur sederhana untuk mengambil

sel serviks (bagian bawah, ujung dari uterus). Pap smear tidak hanya

efektif untuk mendeteksi kanker serviks tetapi juga perubahan sel serviks

yang dicurigai dapat menimbulkan kanker.(Intan.K, 2013).

Penyebab terserangnya seorang wanita dengan kanker ini banyak

sekali. Beberapa diantaranya adalah faktor usia yang semakin bertambah

dan genetic. Walaupun begitu, semua usia wanita rentan terkena penyakit

ini. Selain itu, faktor genetik hanya mengambil sedikit peran dalam

menurunkan penyakit ini. Semua wanita memiliki potensi yang sama

terkena kanker serviks. Kedua faktor ini hanya potensi yang sama

terserang kanker serviks. Kedua faktor ini hanya mempunyai sedikit

pengaruh terhadap keberadaan kanker serviks ( Savitri, 2015).


4

Paritas adalah Jumlah kehamilan dan partus. Kanker serviks

banyak dijumpai pada perempuan yan sering partus. Semakin sering

partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks

(Kumalasari :2013).

Pada usia dibawah 20 tahun memiliki organ reproduksi yang belum

siap dan beresiko tinggi mengalami kondisi kesahatan dan kematian ibu

dikarenakan terjadinya perdarahan dan infeksi yang menyebabkan kanker

serviks dan pada usia diatas 35 tahun walaupun usia ideal untuk wanita

memiliki anak akan tetapi usia ini beresiko lebih tinggi dan cenderung

memiliki kondisi medis tertentu seperti pertumbuhan otot, kanker dan

tumor yang menimbulkan rasa nyeri atau perdarahan pada kewanitaan

semakin berkembang (Savitri A : 2015).

Berdasarkan kejadian kanker serviks di RSUD Raden Mattaher

Kota Jambi bahwa data usia sebagai berikut :

Tabel 1.2

Data paritas di RSUD Raden Mattaher Kota jambi

Tahun 2016

No Paritas

Kasus Kontrol

1 50 orang 50 orang
5

Penggunaan kontrasepsi pil (kombinasi estrogen dan

progesterone) dalam jangka waktu lama, yakni 5 tahun atau lebih, dapat

meningkatkan resiko kanker seriviks dua kali lipat lebih besar. Secara

bersamaan, penggunaan pil kontrasepsi tersebut terbukti dapat mencegah

terjadinya kanker indung telur (ovarium) dan kandungan (uterus)

(savitri.A : 2015).

Selain para perempuan yang terinfeksi HPV, perempuan yang juga

menggunakan pil-pil pengontrol kelahiran untuk jangka waktu yang lama,

misalnya lebih dari lima tahun atau lebih bisa lebih berisiko menderita

kanker serviks (Maharani:2012)

Berdasarkan penelitian Nisrina Pradya Wanita yang berusia 35 –

50 tahun dan masih aktif berhubungan seksual rawan terserang kanker

serviks. Pada panelitian secara retrospektif yang dilakukan oleh

Schellekens dan Ranti di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung.

Sedangkan hasil penelitian lain oleh Wahyuningsih (2014) menunjukkan

responden yang mengalami lesi prakanker serviks pada perempuan yang

berusia ≥ 35 tahun beresiko 5,86 kali untuk mengalami kejadian lesi

prakanker serviks dibanding mereka yang berusia < 35 tahun. Uji statistik

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia responden

dengan kejadian lesi prakanker serviks (p< 0,05).


6

Menurut Nova Karya Dewi Pada kenyataannya dari hasil penelitian

yang peneliti lakukan yaitu mengenai lama penggunaan kontrasepsi oral

pada wanita usia diatas 35 tahun dengan stadium kanker servik di RSUD

Kota Semarang bahwa penderita kanker servik lebih banyak dengan lama

penggunaan kontrasepsi oral dibawah 5 tahun yaitu 30 responden

(62,5%).

Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan pada bulan Agustus

tahun 2016. Kasus kanker serviks yang terjadi di RSUD Raden Mattaher

Kota Jambi Tahun 2016 sebanyak 52 kasus diantaranya 42 orang yang

mempunyai usia diatas 35 tahun dan 10 orang yang mempunyai usia <35

tahun dan terdapat 40 orang yang menggunakan pil kontrasepsi > 5tahun

dan 12 orang yang menggunakan pil kontrasepsi < 5 tahun.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik dan

meneliti mengenai hubungan usia dan penggunaan pil kontrasepsi

dengan kejadian kanker serviks di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi

Tahun 2016.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Diketahuinya “Hubungan

usia dan penggunaan pil kontrasepsi dengan kejadian kanker serviks di

RSUD Raden Mattaher Kota Jambi Tahun 2016”.


7

C. Tujuan penelitian

1. TujuanUmum

Diketahuinya hubungan usia dan penggunaan pil

kontrasepsi dengan kejadian kanker serviks di RSUD Raden

Mattaher Kota Jambi Tahun 2016

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya gambaran usia di RSUD Raden Mattaher

Kota Jambi Tahun 2016.

b. Diketahuinya gambaran penggunaan pil kontrasepsi di

RSUD Raden Mattaher Kota Jambi Tahun 2016.

c. Diketahuinya hubungan usia dengan kejadian kanker

serviks di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi Tahun 2016

d. Diketahuinya hubungan penggunaan pil kontrasepsi

dengan kejadian kankerserviks di RSUD Raden Mattaher

Kota Jambi Tahun 2016.

D. Manfaat penelitian

a. Bagi RSUD Raden Mattaher Jambi

Sebagai informasi data kanker serviks di RSUD

Raden Mattaher Jambidan pemberian pelayanan di RSUD


8

Raden Mattaher Kota Jambi dalam mencegah terjadinya

kanker serviks serta Meningkatkan pemberian informasi

secara jelas bagi pasangan suami istri sebelum pemberian

pelayanan KB (Keluarga Berencana) untuk membantu

pasien memilih alat kontrasepsi agar dapat meminimalkan

efek samping kontrasepsi kombinasi.

b. Bagi institusi pendidikan STIKes Prima

Sebagai pengetahuan yang berhubungan dengan

kanker serviks dan sebagai wawasan bagi mahasisiwi

lainnya serta dapat menambah bahan perpustakaan

institusi STikes Prima.

c. Bagi peneliti lain

Diharapkan sebagai bahan masukan bagi

pengembangan ilmu dibidang penelitian kesehatan

masyarakat dan sebagai bahan referensi peneliti

berikutnya.

E. Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif

dengan desain penelitian case control, yaitu pengumpulan data

dimulai dari efek di identifikasi pada saat ini dan faktor resiko di

identifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu dengan


9

tujuan untuk mengetahui hubungan usia dan penggunaan pil

kontrasepsi dengan kejadian kankerserviks di RSUD Raden

Mattaher Jambi Tahun 2016. Terdapat kasus dengan kejadian

kanker serviks dan kontrol tidak kanker serviks. Populasi pada

penelitian ini sebanyak 180 orang yang melakukan

pemeriksaan kanker serviks (pap smear) yang terdiri dari

kelompok kasus dan kelompok kontrol. Populasi kasus pada

penelitian ini sebanyak 52 orang kanker serviks, dengan

sampel yang diambil secara total sampling. Populasi kontrol

sebanyak 52 orang yang melakukan pemeriksaan kanker

serviks (pap smear) dengan sampel kontrol sebanyak 52 orang

yang melakukan pemeriksaan kanker serviks dengan

mengggunakan matching paritas perbandingan kasus : kontrol

1:1 yang diambil secara purposive sampling. Penelitian ini telah

dilaksanakan pada tanggal 18-20 Agustus tahun 2016.

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

lembar checklist. Data dianalisis menggunakan uji analisis Chi-

Square.
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker serviks

1. Defenisi Kanker Serviks

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh dalam leher

rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada

puncak vagina)(Taufan.N 2014).

Kanker serviks adalah penyakit tumor ganas pada daerah

serviks(leher rahim) sebagai akibat adanya pertumbuhan jaringan

yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya.

Didunia setiap 2 menit seorang perempuan meninggal akibat kanker

serviks,sedangkan di Idindonesia setiap 1 jam (Kumalasari, 2013).

Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.

90%dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi

serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir

pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim (Taufan.N 2014).


11

Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan dengan pap smear,

pap smear juga disebut tes pap adalah prosedur sederhana untuk

mengambil sel serviks (bagian bawah, ujung dari uterus). Pap smear

tidak hanya efektif untuk mendeteksi kanker serviks tetapi juga

perubahan sel serviks yang dicurigai dapat menimbulkan kanker.

(Intan.K, 2013).

2. Tanda-tanda kanker serviks

Perubahan awal yang terjadi pada sel leher rahim tidak selalu

merupakan suatu tanda-tanda kanker . pemeriksaan pap smear yang

teratur sangat diperlukan untuk mengetahui lebih dini adanya

perubahan awal dari sel-sel kanker. Perubahan sel-sel kanker

selanjutnya dapat menyebabkan perdarahan setelah aktivitas sexual

atau diantara masa menstruasi.

Adanya perubahan ataupun keluarnya cairan bukanlah suatuhal

yang normal dan pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan

walaupun anda baru saja melakukan pap smear test. Biarpun begitu,

pada umumnya, setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti, hasilnya

tidak selalu positif kanker (Pratiwi.N.2011).

3. Penyebab kanker serviks

Penyebab dari kanker serviks adalah infeksi dari human papiloma

virus (HPV) , biasanya terjadi pada perempuan usia subur. HPV

ditularkan melalui hubungan seksual dan ditemukan pada 95% kasus


12

kanker mulut rahim. Infeksi HPV dapat menetap menjadi displasi atau

sembuh secara sempurna (Kumalasari, 2013).

Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui

secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh

terhadap terjadinya kanker serviks :

1. HPV adalah virus penyebab kulit genitalis(kondiloma akuminata)

yang ditularkan melalui hubungan seksual.

2. Merokok tembakau merusak sistem kekebalan dan

mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV

pada serviks

3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini

4. Berganti-ganti pasangan seksual

5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual

pertama pada usia dibawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan

dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker

serviks

6. Pemakaian DES pada wanita hamil untuk mencegah keguguran

7. Gangguan sistem kekebalan

8. Pemakain pil KB

9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun

10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap

smear) (Taufan.N 2014).


13

4. Gejala kanker serviks

Kanker serviks pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala

atau tanda-tanda yang khas, bahkan kadang-kadang tidak ada gejala

sama sekali. Gejala yang mungkin timbul antara lain sebagai berikut :

1. Nyeri pada waktu senggama dan pendarahan sesudah senggama

2. Keluar keputihan atau cairan encer dari vagina

3. Pendarahan sesudah mati menstruasi

4. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuningan, berbau, da

dapat bercampur dengan darah.

Apabila gejala tersebut sudah muncul, biasanya kanker sudah

dalam stadium lanjut. Untuk itu perlu segera diperiksakan kedokter

karena makin dini penyakit didiagnosa dan diobati, makin besar

kemungkinan untuk disembuhkan ( Kumalasari:2013).

Dan beberapa tanda perempuan yang terkena kanker

serviks,sebagaimana berikut:

1. Mukanya pucat

2. Kurus

3. Nafsu makan menurun

4. Kerap mengeluarkan keputihan disertai darah terus-menerus

( keputihan dapat bercampur darah dan berbau).


14

5. Perut bagian bawah terasa sesak dan disertai nyeri

6. Tungkai bagian kaki bengkak karena bendungan pada

pembuluh darah balik dikaki ( pembengkakan diberbagai

anggota tubuh, seperti dipaha, betis, tangan dan sebagainya).

5. Deteksi dini kanker serviks

Diagnose ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan

berikut :

1. Pap smear

Pap smear dapat medeteksi sampai 90% kasus kanker serviks

secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

Akibatnya angka kematian akibat kanker servikspunmenurun

sampai lebih dari 50%.

Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah

mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani pap smear secara teratur

yaitu 1kali/tahun. Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan

hasil yang normal, pap smear bisa dilakukan 1 kali/2-3 tahun.

Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan stadium dari kanker

serviks :

a. Normal

b. Displasia ringan( perubahan dini yang belu bersifat ganas)

c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)


15

d. Karsinoma in situ ( kanker yang terbatas pada lapisan serviks

paling luar )

e. Kanker invasif (kanker telah meyebar kelapisan serviks yang

lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).

Hasil pemeriksaan Pap Smear

Tabel 2.1

Hasil keterangan Tindakan

Kelas 0 Tidak dapat dinilai Lakukan pemeriksaan ulang

Kelas I Normal Kontrol ulang tiap1 tahun

sekali bagi wanita berusia 35-

40 tahundan 6 bulan sekali

bagi wanita usia 40-50 tahun.

Kelas II Proses radang dengan Kontrol ulang 3-6 bulan lagi

atau tanpa dysplasia

ringan

Kelas III Dysplasia sedang berat Kontrol ulang segera

Kelas IV Karsinoma insitu Kontrol ulang segera

Kelas IV Karsinoma invasive Kontrol ulang segera

2. Biopsi
16

Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu

pertumbuhan atau luka pada serviks atau jika pap smear

menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.

3. Kolposkopi ( pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)

4. Tes schiller serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat

warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang

abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.

Untuk membantu menentukan stadium kanker, dilakukan

beberapa pemeriksaan berikut :

a. Sistoskopi

b. Rontgen dada

c. Urografi intravenad sigmoidoskopi

d. Skrinig tulang dan hati

e. Barum enema.

( Taufan.N :2014).

5. Pengobatan untuk kanker serviks

Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada

lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum

penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi.

1. Pembedahan

Pada karsinoma in situ (kanker yang terbataspada lapisan

servikspaling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat


17

dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP. Dengan

pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.

Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk

menjalani pemeriksaan ulang dan papsmear setiap 3 bulan

selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika

penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan

untuk menajalani histerektomi.

2. Terapi penyinaran

Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati

kanker invasive yang masih terbatas pada daerah panggul.

Pada radioterapi digunakan sinar berernergi tinggi untuk

merusak sel-sel kanker danmenghentikan pertumbuhannya.

Efek samping dari penyinaran adalah :

a. Iritasi rectum dan vagina

b. Kerusakan kandung kemih dan rectum

c. Ovarium berhenti berfungsi

3. Kemoterapi

Jika kanker telah menyebar keluar panggul, kadang

dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi

digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat

anti kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau

melalui mulut.
18

4. Terapi biologis

Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki

sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi bilogis

dilakukan pada kanker yang telah meyebar kebagian tubuh

lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang

bisa dikombinasikan dengan kemoterapi. (Taufan.N :2014).

Kasus kanker serviks di seluruh dunia sangat bervariasi (Andrews, 2010:

368).

1. Dibeberapa negara berkembang, kanker Serviks merupakan kanker yang

paling umum terjadi pada wanita.

2. Dari sekitar 371.000 kasus baru pada tahun 1990 di dunia, 77% terjadi di

negara berkembang.

3. Kanker serviks merupakan kanker kedua tersering pada wanita di seluruh

dunia setelah kanker payudara.

B. Faktor yang mempengaruhi kanker serviks

1. Usia

Usia adalah suatu yang tidak bisa diubah,maka bisa menyikapi

faktor ini dengan cara memperbaiki pola hidup yang kurang baik dan

mulai mengantisipasi kemungkinan terburuk. Jika pola hidup yang baik,

maka berapapun umur yang dimiliki, akan bisa menjauhkan diri dari
19

kanker serviks. Karena pola hidup yang baik sangat berpengaruh besar

terjadinya kanker serviks (savitri. A :2015)

Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka

yang berusia diatas 35 tahun dan masih aktif berhubungan seksual. Meski

fakta memperlihatkan bahwa terjadi pengurangan resiko infeksi HPV

seiring pertambahan usia, namun sebaliknya resiko infeksi

menetap/persisten justru meningkat. Hal ini diduga karena seiring

pertambahan usia, terjadi perubahan anatomi ( retraksi) dan histology

(metaplasia) (Savitri.A :2015)

2. Penggunaan pil kontrasepsi

Penggunaan kontrasepsi pil (kombinasi estrogen dan

progesterone) dalam jangka waktu lama, yakni 5 tahun atau lebih, dapat

meningkatkan resiko kanker seriviks dua kali lipat lebih besar. Secara

bersamaan, penggunaan pil kontrasepsi tersebut terbukti dapat mencegah

terjadinya kanker indung telur (ovarium) dan kandungan (uterus)

(savitri.A : 2015)

Faktor risiko terjadinya kanker servik antara lain sering mencuci

vagina dengan antiseptik yang tidak dianjurkan oleh Dokter. kebiasaan

merokok, hal ini karena zat nikotin yang dikandung tembakau mempunyai

kecenderungan mempengaruhi selaput lendir mulut rahim sehingga

membuatnya rentan terhadap sel-sel kanker. Perilaku seks, paritas, usia.


20

Penggunaan pil KB yang terlalu lama dapat berisiko menderita kanker

serviks (Maharani : 2012).

Selain para perempuan yang terinfeksi HPV, perempuan yang juga

menggunakan pil-pil pengontrol kelahiran untuk jangka waktu yang lama,

misalnya lebih dari lima tahun atau lebih bisa lebih berisiko menderita

kanker serviks (Maharani :2012)

Namun apabila hasil pemeriksaan mendalamternyata seorang

wanita memiliki resiko tinggi terhadap kanker serviks, maka tidak

diperkenankan menggunakan pil kontrasepsi tersebut. Apalagi hasil

pemeriksaan skrining seorang wanita positif mengalami prakanker atau

kanker serviks (savitri.A :2015)

3. Paritas

Banyaknya anak yang pernah dilahirkan seorang ibu

(Maryunani :2009).

Paritas dapat memicu terjadinya kanker serviks dengan meiliki

anak lebih dari 2, semakin sering partus semakin besar kemungkinan

resiko mendapat karsinoma serviks , saat janin dilahirkan janin akan

melewati serviks dan menimbulkan trauma pada serviks. Pada usia

dibawah 20 tahun memiliki organ reproduksi yang belum siap dan

beresiko tinggi mengalami kondisi kesahatan dan kematian ibu

dikarenakan terjadinya perdarahan dan infeksi yang menyebabkan


21

kanker serviks dan pada usia diatas 35 tahun walaupun usia ideal

untuk wanita memiliki anak akan tetapi usia ini beresiko lebih tinggi

dan cenderung memiliki kondisi medis tertentu seperti pertumbuhan

otot, kanker dan tumor yang menimbulkan rasa nyeri atau perdarahn

pada kewanitaan semakin berkembang (Savitri.A : 2015).


22

C. Kerangka teori

Tabel 2.2

Faktor resiko :

 Infeksi HPV

 Jumlah pasangan seksual

 Umur (usia)

 Aktivitas seksual pertama kali


Kanker serviks
 Paritas

 Frekuensi kehamilan

 Merokok

 Penggunaan pil kontrasepsi

 Kekebalan tubuh

 ras
23

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang dilakukan

(Notoatmodjo, 2010). Dalam kerangka konsep penelitian ini yang menjadi

variabel independent adalah usia dan penggunaan pil kontrasepsi

sedangkan variabel dependennya adalah kanker serviks.

Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan

menggeneralisasikan suatu pengertian.

Berdasarkan hal tersebut, maka kerangka konsep dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Independen Dependen

Usia
Kanker serviks

Penggunaan pil
Kontrasepsi
24

B. Definisi operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang

diamati/ diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau

“Definisi Operasional”. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-

variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat

ukur. (Notoadmodjo, 2010).

Berdasarkan pokok permasalahan yang diajukan dalam penelitian

ini, maka variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Variabel Eksogen

Variabel eksogen yaitu variabel yang tidak tergantung pada

variabel lain. Variabel ini disebut juga dengan variabel bebas atau

independen. Dari penelitian ini ada tiga variabel eksogen, yaitu usia dan

penggunaan pil kontrasepsi.

2. Variabel Endogen

Variabel ini merupakan variabel yang tergantung atau terikat

(dependen) oleh variabel bebas (independen). Variabel endogen dalam

penelitian ini adalah kejadian kanker serviks.


25

Tabel 1.2
Definisi operasional

variabel Definisi cara alat skala Hasil ukur


operasional
Kanker Tumor ganas yang Telaah checklist ordinal 1= jika kanker
serviks tumbuh dalam rekam serviks
leher rahim/serviks medik 0= jika tidak
kanker serviks
(Pratiwi.N.2011).

usia Perempuan yang Telaah checklist Ordinal 1=resiko tinggi


berusia 35-50 rekam jika usia >35
tahun dan masih medik tahun
aktif berhubungan 0=resiko rendah
seksual. jika <35 tahun
(Savitri.A :.2015).

Penggunaa Penggunaan Telaah checklist Ordinal 1= beresiko jika


n pil kontrasepsi pil rekam penggunaan pil
kontrasepsi (kombinasi medik sering
estrogen dan 0= tidak beresiko
progesteron)dalam jika penggunaan
jangka waktu pil tidak sering
lama. (Savitri. A :2015)

C. Hipotesis
26

Hipotesis didalam suatu penelitian berarti jawaban sementara dari

suatu penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya

akan dibuktikan dalam penelitian tersebut ( Notoatmodjo, 2012).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha : Adanya hubungan usia dan penggunaan pil kontrasepsi dengan

kejadian kanker serviks di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi

Tahun 2016

D. Desain Penelitian

Desain Penelitian pada penelitian ini menggunakan penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang

dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang suatu

keadaan secara objektif. (Notoatmodjo, 2010)

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain case control, yaitu

pengumpulan data dimulai dari efek di identifikasi pada saat ini dan faktor

resiko di identifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu dengan

pendekatan restropektif yakni melihat kejadian kanker serviks yang telah

terjadi sebelumnya. (Notoatmodjo, 2010 ).

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi
27

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti atau yang

diselididki (Notoatmodjo :2012). Dimana jumlah kunjungan yang

melakukan pemeriksaan kanker serviks (pap smear) pada bulan

Januari sampai Mei di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2016 yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 180 orang.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (notoatmodjo, 2012:115). Sampel dalam penelitian ini ada dua

kelompok kasus dan control dimana kelompok kasus adalah orang

mengalami kanker serviks di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun

2016. Sedangkan kelompok kontrol adalah orang tidak mengalami

mengalami kanker serviks di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2016

dari data rekam medik.

Sampel dalam penelitian ini menggunakan perbandingan kasus-

kontrol yaitu 1:1 sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 52

orang yang mengalami kanker serviks yang dijadikan kasus dan 52

orang yang tidak mengalami kanker serviks yang dijadikan kontrol. Jadi

jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 104 sampel.

F. Pengumpulan data
28

Pengumpulan data akan dilakukan di RSUD Raden Mattaher Kota

Jambi. Data yang digunakan adalah dat sekunder. Data sekunder adalah

data rekam medik yang diperoleh peneliti dari RSUD Raden Mattaher

Kota Jambi dengan cara pengisian lembar checklist meliputi usia dan

penggunaan pil kontrasepsi.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Instrumen penelitian ini menggunakan cheklist

dimana lembar cheklist tabel yang terdiri Usia dan penggunaan pil

kontrasepsi untuk pengambilan data tentang Hubungan usia dan

penggunaan pil kontrasepsi Di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi Tahun

2016

H. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul kemudian diolah melalui tahapan sebagai

berikut:

1. Editing

Proses editing dengan memeriksa kembali data yang telah

dikumpulkan Di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi ini berarti semua

data harus diteliti kelengkapan data yang diberikan.

2. Coding
29

Memberikan kode pada setiap data yang ada dalam bentuk

angka-angka sehingga memudahkan dalam pengolahan data

selanjutnya.

a. Untuk kanker serviks

Jika kanker serviks diberi kode 1

Jika tidak kanker serviks diberi kode 0

b. Untuk usia

Beresiko tinggi jika usia 35-50 tahun diberi kode 1

Beresiko rendah jika usia <35 tahun diberi kode 0

c. Untuk penggunaan pil kontrasepsi

Beresiko Jika penggunaan pil sering diberi kode 1

Tidak beresiko Jika penggunaan pil tidak sering diberi kode 0

3. Entry Data

Data yang di dapatkan dimasukan kedalam komputer untuk diolah

4. Cleaning

Memastikan data yang dientry siap untuk dianalisa dan dilakukan

apabila terdapat kesalahan dalam pemasukan data.

I. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis data univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat

gambaran distribusi frekuensi variabel-variabel yang di teliti meliputi


30

variabel independen (usia dan penggunaan pil kontrasepsi) dan variabel

dependen (kanker serviks).

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi.

Analisa data ini diolah dengan sistem komputerisasi, kemudian

di analisa dengan analisa bivariat. Analisa bivariat digunakan untuk

melihat hubungan antara variabel independen yaitu usia dan

penggunaan pil kontrasepsi dengan variabel dependen yaitu kejadian

kanker serviks, dengan menggunakan ukuran Odd Ratio (OR) dengan

uji statistic Chi-square dengan tingkat kesalahan 0,05 dengan Z hitung

1,96 diartikan bermakna. Jika p-value < 0,05, artinya ada hubungan

yang bermakna (Ha diterima), bila p-value > 0,05 artinya tidak ada

hubungan yang bermakna (Ha gagal diterima).


31

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Tempat Penelitian

Gambaran umum Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi

Jambi sebagai berikut :

1. Sejarah

Sejarah berdirinya RSUD Provinsi Jambi dan ditetapkannya menjadi

Rumah Sakit Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi kelas B non

pendidikan adalah sebagai berikut :

a. Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Provinsi Jambi berdiri pada

tahun 1948 dengan tipe C dan bergabung dengan Dinas

Kesehatan Tentara (DKI)Jambi. Pada tanggal 19 November 1972

dipindahkan ke Jl. Letjen Suprapto No.31 Telanaipura Jambi.

Rumah sakit ini dibangun diatas tanah seluas 75.000 M2 dengan

luas bangunan seluas ± 28.163 M2.


32

b. Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Provinsi Jambi semula

namanya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Jambi. Dan

kemudian pada bulan november 1999 bertetapan pada hari

kesehatan nasional 1999, rumah sakit ini diberi nama salah

seorang pahlawan jambi yaitu Raden Mattaher. RSUD Raden

Mattaher sejak bulan november 2009 merupakan rumah sakit kelas

B Pendidikan dengan kapasitas 321 tempat tidur.

c. Sejak mulai 1 januari 2011, RSUD Raden Mattaher telah

diberlakukan pengelolaan keuangan secara Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD)

d. Berdasarkan Perda Nomor 13 tahun 2002 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Provinsi Jambi,

sebagai pengganti Perda Nomor 13 tahun 1994. Kedudukan RSUD

Raden Mattaher Provinsi Jambi merupakan Lembaga Teknis

Daerah sebagai unsur penunjang Pemerintah Daerah, dipimpin

oleh seorang Direktur dan bertanggung jawab kepada Gubernur

sebagai Sekretaris Daerah.

e. Pada saat ini RSUD Raden Mattaher telah menjadi tempat

mahasiswa kepaniteraan klinik senior PSPD UNJA yang

melaksanakan pendidikan profesi kedokteran. Selain itu, ada

mahasiswa kepaniteraan klinik junior dan program kesehatan

lainnya.
33

2. Visi, Misi, Nilai, Motto, dan Tujuan

Dalam rangka mendukung Jambi Emas 2015, dan mendukung Misi

Jambi Emas point 2 yaitu : meningkatkan kualitas pendidikan

kesehatan, kehidupan beragama dan berbudaya, maka untuk

mewujudkan hal tersebut, RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi

menetapkan Visi dan Misi adalah sebagai berikut:

a. Visi

“ Menjadi Rumah Sakit Rujukan dengan pelayanan prima dan

Rumah Sait Pendidikan yang berkualitas ".

b. Misi

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan pelayanan

prima untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.

2. Menyelenggarakan administrasi dan pengelolaan keuangan

yang transparan, akuntabel dan terintegrasi.

3. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penelitian untuk

menghasilkan sumber daya kesehatan yang berkualitas.

4. Mewujudkan kecukupan sarana dan prasarana kesehatan untuk

menjamin kepastian pelatihan dan pendidikan kesehatan.

c. Nilai-Nilai Dasar

1. Kejujuran

2. Keterbukaan
34

3. Kebersamaan

4. Kerendahan Hati

5. Kesediaan Melayani

6. Kerja Keras

7. Loyalitas

8. Bertanggung Jawab

d. Motto

Komitmen dalam mutu, melayani dengan nurani.

e. Tujuan

1. Mewujudkan pelayanan Rumah Sakit yang paripurna, terpadu,

bermutu tinggi dan terjangkau oleh masyarakat.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit untuk dapat

meningkatkan pelayanan kesehatan.

3. Mewujudkan sistem informasi dan administrasi manajemen

rumah sakit yang terpadu / terintegrasi secara komputerisasi.

4. Meningkatkan SDM Rumah Sakit yang profesional melalui

pendidikan dan penelitian.

5. Meningkatkan kesejahteraan karyawan / karyawati rumah sakit.

3. Kegiatan Pelayanan

Kegiatan pelayanan kesehatan terdiri dari pelayanan medik

spesialistik dan sub spesialistik, pelayanan penunjang medik,


35

pelayanan penunjang diagnostik, pelayanan medik lainnya dan

pelayanan non medik. Secara rinci pelayanan yang diberikan RSUD

Raden Mattaher Provinsi Jambi mencakup :

a. Pelayanan Rawat Jalan

1. Poliklinik Spesialis

2. Poliklinik Umum

3. Poliklinik lain sesuai perkembangan (Voluntari Conselling and

Testing)

b. Pelayanan Rawat Inap

c. Pelayanan Penunjang Medik

d. Pelayanan Penunjang Diagnostik

e. Pelayanan Medik Lainnya

f. Pelayanan Non Medik

B. Analisa Univariat

1. Gambaran Usia Ibu dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUD


Raden Mattaher Kota Jambi Tahun 2016

Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia Ibu di RSUD Raden
Mattaher Kota Jambi Tahun 2016

Kasus Kontrol Total

Usia N % Usia N % ∑ %
36

Beresiko 10 19,2 beresiko 34 65,4 44 42,3


rendah rendah

Beresiko 42 80,8 Beresiko 18 34,6 60 57,7


tinggi tinggi

Jumlah 52 100 Jumlah 52 100 104 100

Pada tabel 4.1 dalam kelompok kasus menunjukkan bahwa dari 52

ibu terdapat (80,8%) dengan usia beresiko tinggi dan (19,2%) dengan

usia beresiko rendah yang mengalami kanker serviks. Sedangkan

pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa dari 52 ibu terdapat

(34,6%) dengan usia beresiko tinggi dan (65,4%) dengan usia beresiko

rendah yang tidak mengalami kanker serviks. Dari jumlah keseluruhan

kelompok kasus dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa dari 104

ibu yang mengalami kanker serviks dan tidak mengalami kanker

serviks di RSUD Raden Mattaher Provinsi Kota Jambi tahun 2016

terdapat (42,3%) dengan usia beresiko rendah dan (57,7%) dengan

usia beresiko tinggi.

2. Gambaran Penggunaan Pil Kontrasepsi dengan Kejadian Kanker


Serviks di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi Tahun 2016

Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Pil Kontrasepsi
di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi
Tahun 2016

Kasus Kontrol Total

Penggunaan Pil N % Penggunaan Pil N % ∑ %


37

Tidak 12 23,1 Tidak 34 65,4 46 44,2


Beresiko Beresiko
Tidak sering Tidak sering

Beresiko 40 76,9 Beresiko 18 34,6 58 55,8


Sering sering

Jumlah 52 100 Jumlah 52 100 104 100

Pada tabel 4.2 kelompok kasus menunjukkan bahwa dari 52 ibu

terdapat (76,9%) ibu beresiko dengan penggunaan pil kontrasepsi

sering dan (23,1%) ibu beresiko dengan penggunaan pil kontrasepsi

tidak sering yang mengalami kanker serviks. Sedangkan pada

kelompok kontrol menunjukkan bahwa dari 52 ibu terdapat (34,6%) ibu

beresiko dengan penggunaan pil kontrasepsi sering dan (65,4%) ibu

beresiko dengan penggunaan pil kontrasepsi tidak sering yang tidak

mengalami kanker serviks. Dari jumlah keseluruhan kelompok kasus

dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa dari 104 ibu yang

mengalami kanker serviks dan tidak mengalami kanker serviks di

RSUD Raden Mattaher Provinsi Kota Jambi tahun 2016 terdapat

(44,2%) ibu beresiko dengan penggunaan pil kontrasepsi tidak sering

dan (55,8%) ibu beresiko dengan penggunaan pil kontrasepsi sering.

C. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara Variabel Independen (Usia dan Pengunaan Pil


38

Kontrasepsi) dengan Variabel Dependen (Kanker Serviks) dengan

menggunakan uji Chi Square, sedangkan untuk mengetahui keeratan

hubungan pada masing-masing variabel maka digunakan Odd Ratio (OR).

Dengan hasil analisis sebagai berikut :

1. Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUD Raden


Mattaher Kota Jambi Tahun 2016

Tabel 4.3
Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Kanker Serviks
di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi Tahun 2016

No Usia Kejadian Jumlah P OR


Value
Tidak Kanker
Kanker Serviks

N % N % N %

1 Beresiko 34 65,4 10 19, 44 42,3 0,000 7,933


rendah < 35 2
tahun

2 Beresiko tinggi 18 34,6 42 80, 60 57,7


>35 tahun 8
39

Jumlah 52 50 52 50 104 100

Berdasarkan tabel 4.3 dan hasil analisis dengan uji Chi-Square

diperoleh p-value 0,000 < (0,05), artinya ada hubungan yang signifikan

antara usia ibu dengan kejadian kanker serviks. Dari hasil analisis juga

diketahui Odds Ratio (OR) 7,933 artinya ibu yang mempunyai usia

beresiko tinggi >35 tahun mempunyai peluang yang bermakna yaitu 7,933

kali untuk mengalami kanker serviks dibandingkan dengan ibu yang

mempunyai usia < 35 tahun.

2. Hubungan Penggunaan Pil Kontrasepsi dengan Kejadian Kanker


Serviks di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi Tahun 2016

Tabel 4.4
Hubungan Penggunaan Pil Kontrasepsi dengan Kejadian Kanker
Serviks di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi Tahun 2016

No Penggunaan Kejadian Jumlah P OR


Pil Value
Kontrasepsi Tidak Kanker
Kanker Serviks

N % N % N %

1 Tidak Beresiko 34 65,4 12 23, 46 44,2 0,000 6,296


tidak sering 1

2 Beresiko 18 34,6 40 76, 58 55,8


40

sering 9

Jumlah 52 50 52 50 104 100

Berdasarkan tabel 4.4 dan hasil analisis dengan uji Chi-Square

diperoleh p-value 0,000 < (0,05), artinya ada hubungan yang signifikan

antara penggunaan pil kontrasepsi dengan kejadian kanker serviks. Dari

hasil analisis juga diketahui Odds Ratio (OR) 6,296 artinya ibu yang

menggunakan pil kontrasepsi sering mempunyai peluang yang bermakna

yaitu 6,296 kali untuk mengalami kanker serviks dibandingkan dengan ibu

yang menggunakan pil kontrasepsi tidak sering.

BAB V
PEMBAHASAN

A. Kualitas Data

1. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian case control

yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara

usia dan penggunaan pil kontrasepsi terhadap kejadian kanker serviks


41

di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi tahun 2016, data yang diperoleh

bersumber dari data sekunder yang diperoleh dari ruang rekam medik

dengan menggunakan lembar checklist yang dilaksanakan pada

bulan Agustus 2016 dengan jumlah responden dalam penelitian ini

adalah 104 ibu yang mengalami kanker serviks dan yang tidak

mengalami kanker serviks. Kualitas data sangat tergantung dari

ketelitian dan kecermatan peneliti dalam pencatatan serta

pemeriksaan data diruang rekam medik. Oleh karena itu terdapat

keterbatasan didalam melakukan penelitian ini yaitu secara teoritis

terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kanker serviks

seperti yang ada pada kerangka teori, akan tetapi karena

keterbatasan peneliti, penelitian dilakukan sendiri maupun tidak

adanya informasi mengenai faktor-faktor tersebut pada status pasien,

maka penelitian ini hanya terbatas pada variabel usia dan

penggunaan pil kontrasepsi.

B. Analisis Univariat

1. Gambaran Usia Ibu dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUD


Raden Mattaher Kota Jambi Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Raden

Mattaher Kota Jambi Tahun 2016 dapat dilihat dalam kelompok kasus

menunjukkan bahwa dari 52 ibu terdapat (80,8%) dengan usia

beresiko tinggi dan (19,2%) dengan usia beresiko rendah yang


42

mengalami kanker serviks. Sedangkan pada kelompok kontrol

menunjukkan bahwa dari 52 ibu terdapat (34,6%) dengan usia

beresiko tinggi dan (65,4%) dengan usia beresiko rendah yang tidak

mengalami kanker serviks.

pada usia diatas 35 tahun dan masih aktif berhubungan seksual.

Meski fakta memperlihatkan bahwa terjadi pengurangan resiko infeksi

HPV seiring pertambahan usia, namun sebaliknya resiko infeksi

menetap justru meningkat (Savitri.A : 2015).

Usia adalah faktor alamiah penyebab kanker serviks. Orang

yang terkena kanker serviks adalah usia diatas 40 tahun. Hasil

penelitian tahun 2002 menunjukkan puncak usia penderita kanker

serviks di Indonesia adalah 45-54 tahun. Semakin tua seorang wanita

maka semakin tinggi resikonya terkena kanker serviks. Akan tetapi

tidak menutup kemungkinan wanita muda bisa terkena kanker ini jika

tidak memiliki pola hidup sehat (Arum, 2015).

Wanita yang berusia diatas 35 tahun dan masih aktif

berhubungan seksual rawan terserang kanker serviks. Pada panelitian

secara retrospektif yang dilakukan oleh Schellekens dan Ranti di

Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung untuk periode januari tahun

2000 sampai juli 2001 dengan interval usia mulai 21 sampai 85 tahun

(N=307), didapatkan usia rata-rata dari pasien karsinoma serviks yaitu

32 tahun. Ditempat yang sama S. Van Loon melakukan penelitian


43

terhadapat 58 pasien dengan kanker serviks pada tahun 1996, dan

mendapatkan pasien mayoritas yaitu 20,3% berusia 40- 44 tahun dan

usia rata-rata 46 tahun (Pradya, 2015).

Upaya yang dilakukan agar terhindar dari kanker serviks ini ialah

dengan memperbaiki pola hidup yang kurang baik dan mulai

mengantisipasi kemungkinan terburuk. Umur adalah suatu yang tidak

bisa diubah, jika pola hidup baik maka akan bisa menjauhkan diri dari

kanker serviks di usia berapapun. Karena pola hidup yang tidak baik

sangat berpengaruh besar terjadinya kanker serviks.

2. Gambaran Penggunaan Pil Kontrasepsi dengan Kejadian Kanker


Serviks di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Raden

Mattaher Kota Jambi Tahun 2016 dapat dilihat dalam kelompok kasus

menunjukkan bahwa dari 52 ibu terdapat (76,9%) ibu beresiko dengan

penggunaan pil kontrasepsi sering dan (23,1%) ibu beresiko dengan

penggunaan pil kontrasepsi tidak sering yang mengalami kanker

serviks. Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa dari

52 ibu terdapat (34,6%) ibu beresiko dengan penggunaan pil

kontrasepsi sering dan (65,4%) ibu beresiko dengan penggunaan pil

kontrasepsi tidak sering yang tidak mengalami kanker serviks.

Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa ibu yang

mengalami kanker serviks pada ibu yang menggunakan pil kontrasepsi

sering lebih tinggi presentasenya dibandingkan dengan ibu yang tidak


44

mengalami kanker serviks dengan penggunaan pil kontrasepsi dalam

jangka waktu sering . Hal ini diakibatkan karena penggunaan

kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama > 5 tahun dapat

meningkatkan resiko kanker serviks dua kali lebih besar (Savitri,

2015).

Penelitian lain menunjukkan bahwa resiko kanker serviks

semakin meningkat selama seorang wanita menggunakan kontrasepsi

oral, tetapi resikonya kembali turun lagi setelah kontrasepsi oral

dihentikan. Dalam penelitian terbaru, resiko kanker serviks adalah dua

kali lipat pada wanita yang mengambil pil KB lebih dari 5 tahun, namun

resiko kembali normal 10 tahun setelah mereka dihentikan (Pradya,

2015).

Dari penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jangka

panjang dari kontrasepsi oral 5 tahun atau lebih dikaitkan dengan

peningkatan resiko kanker serviks. Sebuah analisis tahun 2003 oleh

Badan Internasional untuk Riset Kanker (IARC) menemukan

peningkatan resiko kanker serviks dengan penggunaan kontrasepsi

oral lama. Para peneliti menganalisis data dari 28 studi yang

mencakup 12.531 wanita dengan kanker serviks. Data menunjukkan

bahwa resiko kanker serviks dapat menurunkan setelah digunakan OC

berhenti (Pradya, 2015).


45

Kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko menderita kanker

serviks. Penggunaan kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama

yaitu lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko kanker lehher rahim

1,5-2,5 kali. Deviarbi dan Muthiah dalam penelitiannya mendapatkan

hasil yaitu penggunaan kontrasepsi hormonal berisiko menderita

kanker serviks 1,244 dan 17,9 kali lebih besar dibandingkan dengan

wanita yang tidak memakai kontrasepsi hormonal. Istiqomah dalam

penelitiannya mendapatkan hasil yaitu pemakaian kontrasepsi pil

terhadap kanker serviks mempengaruhi sebesar 37,93% (Khoirunisa,

2013).

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pratiwi (2009)

menyebutkan bahwa ibu dengan riwayat pemakaian alat kontrasepsi

kombinasi progesteron estrogen lebih banyak mengalami kejadian

kanker leher rahim yaitu sebanyak 11 orang (73,3%) dibandingkan ibu

tanpa riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal kombinasi yaitu

sebanyak 4 orang (26,7%). Hal ini sesuai dengan Ramli (2002) yang

menyebutkan bahwa kontrasepsi hormonal yang dipakai dalam jangka

panjang yaitu lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko terhadap

kanker leher rahim sebanyak 1,5-2,5 kali. Sedangkan menurut Anofi

(2008) kanker leher rahim merupakan penyakit yang disebabkan oleh

ketidakteraturan dari hormon yang menyebabkan terjadinya

pertumbuhan yang abnormal pada jaringan leher rahim.


46

Upaya yang dilakukan untuk mencegahnya ialah melakukan

pemeriksaan sejak dini dan mendalam agar dapat mengantisipasi

resiko terhadap kanker serviks. Karena seorang wanita yang memiliki

resiko tinggi terhadap kanker serviks tidak diperkenankan

menggunakan pil kontrasepsi dan memilih untuk beralih ke alat

kontrasepsi yang aman sesuai anjuran petugas kesehatan.

C. Analisa Bivariat

1. Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUD


Raden Mattaher Kota Jambi Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis dengan uji Chi-

Square diperoleh p-value 0,000 < (0,05), artinya ada hubungan yang

signifikan antara usia ibu dengan kejadian kanker serviks. Dari hasil

analisis juga diketahui Odds Ratio (OR) 7,933 artinya ibu yang

mempunyai usia beresiko tinggi >35 tahun memiliki peluang yang

bermakna yaitu 7,933 kali untuk mengalami kanker serviks

dibandingkan dengan ibu yang mempunyai usia < 35 tahun.

Dari hasil penelitian di atas diketahui bahwa pada sampel kasus

terdapat presentase yang lebih tinggi pada ibu dengan usia >35 tahun

dibandingkan pada ibu dengan usia < 35 tahun. Dan pada sampel

kontrol terdapat presentase yang lebih rendah pada ibu dengan usia

>35 tahun dibandingkan pada ibu dengan usia < 35 tahun. Dalam

penelitian ini dapat diketahui juga bahwa terdapat hubungan antara


47

usia dengan kejadian kanker serviks sesuai dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Diketahui pada ibu dengan usia >35 tahun yang

mengalami kanker serviks terdapat presentase (80,8%) dan pada ibu

dengan usia >35 tahun yang tidak mengalami kanker serviks terdapat

presentase (34,6%). Dan pada ibu dengan usia < 35 tahun yang

mengalami kanker serviks terdapat presentase (19,2%) dan pada ibu

dengan usia < 35 tahun yang tidak mengalami kanker serviks terdapat

presentase (65,4%).

Pada wanita usia diatas 35 tahun dan masih aktif berhubungan

seksual adalah yang paling rawan mengidap kanker serviks dengan

prevalensi 5-10% (Savitri, 2015).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wahyuningsih (2014) menunjukkan responden yang mengalami lesi

prakanker serviks pada perempuan yang berusia ≥ 35 tahun beresiko

memiliki peluang 5,86 kali untuk mengalami kejadian lesi prakanker

serviks dibanding mereka yang berusia < 35 tahun. Uji statistik

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia

responden dengan kejadian lesi prakanker serviks (p< 0,05).

Menurut Benson KL, 2% dari wanita yang berusia 40 tahun akan

menderita kanker serviks dalam hidupnya. Hal ini dimungkinkan

karena perjalanan penyakit ini memerlukan waktu 7 sampai 10 tahun


48

untuk terjadinya kanker invasif sehingga sebagian besar terjadinya

atau diketahuinya setelah berusia lanjut (Pradya, 2015).

Usia pertama kali melakukan hubungan seksual juga merupakan

faktor resiko terjadinya kanker serviks, sekitar 20% kanker serviks

dijumpai pada wanita yang aktif berhubungan seksual sebelum usia

16 tahun. Berdasarkan hasil penelitian lain mengenai faktor resiko

kanker leher rahim menunjukkan bahwa responden yang

berhubungan seksual pertama kali pada usia ≤ 20 tahun beresiko

0,009 kali untuk mengalami kejadian lesi prakanker serviks dibanding

kelompok responden yang berhubungan seksual pertama kali pada

usia > 20 tahun. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara usia pertama kali berhubungan seksual dengan

kejadian lesi prakanker serviks (p < 0,05).

Usia kawin muda menurut Rotkin, Chistoperson dan Parker

serta Barron dan Richart jelas berpengaruh. Rotkin menghubungkan

terjadinya karsinoma serviks dengan usia saat seorang wanita mulai

aktif berhubungan seksual, dikatakan pula olehnya karsinoma serviks

cenderung timbul bila saat mulai aktif berhubungan seksual pada saat

usia kurang dari 17 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara usia dengan

kejadian kanker serviks. Maka dari itu diharapkan ibu yang berusia
49

>35 tahun untuk menjaga pola hidup sehat namun tidak berarti wanita

muda < 35 tahun tidak bisa terkena kanker serviks. Selain itu untuk

mengantisipasi kemungkinan terburuk bisa melakukan pemeriksaan

pap smear sehingga dapat menjauhkan diri dari kanker serviks sejak

dini.

2. Hubungan Penggunaan Pil Kontrasepsi dengan Kejadian Kanker


Serviks di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis dengan uji Chi-

Square diperoleh p-value 0,000 < (0,05), artinya ada hubungan yang

signifikan antara penggunaan pil kontrasepsi dengan kejadian kanker

serviks. Dari hasil analisis juga diketahui Odds Ratio (OR) 6,296

artinya ibu yang menggunakan pil kontrasepsi sering memiliki peluang

yang bermakna yaitu 6,296 kali untuk mengalami kanker serviks

dibandingkan dengan ibu yang menggunakan pil kontrasepsi tidak

sering.

Dari hasil penelitian di atas diketahui bahwa pada sampel kasus

terdapat presentase yang lebih tinggi pada ibu yang menggunakan pil

kontrasepsi sering dibandingkan pada ibu yang menggunakan pil

kontrasepsi tidak sering. Dan pada sampel kontrol terdapat

presentase yang lebih rendah pada ibu yang menggunakan pil

kontrasepsi sering dibandingkan pada ibu yang menggunakan pil

kontrasepsitidak sering. Diketahui pada ibu dengan penggunaan pil


50

kontrasepsi sering mengalami kanker serviks terdapat presentase

(76,9%) dan pada ibu dengan penggunaan pil kontrasepsi sering yang

tidak mengalami kanker serviks terdapat presentase (34,6%). Dan

pada ibu dengan penggunaan pil kontrasepsi tidak sering yang

mengalami kanker serviks terdapat presentase (23,1%) dan pada ibu

dengan penggunaan pil kontrasepsi tidak sering yang tidak mengalami

kanker serviks terdapat presentase (65,4%).

Penggunaan kontrasepsi pil (kombinasi estrogen dan

progesterone) dalam jangka waktu lama, yakni 5 tahun atau lebih

dapat meningkatkan resiko kanker serviks dua kali lipat lebih besar.

Secara bersamaan, penggunaan pil kontrasepsi tersebut terbukti

dapat mencegah terjadinya kanker indung telur (ovarium) dan

kandungan (uterus) (Savitri.A :2015).

Perempuan yang menggunakan pil-pil pengontrol kelahiran

untuk jangka waktu yang lama, misalnya lebih dari lima tahun atau

lebih bisa lebih beresiko menderita kanker serviks (Maharani :2012)

Penelitian lain menunjukkan bahwa resiko kanker serviks

semakin meningkat selama seorang wanita menggunakan kontrasepsi

oral, tetapi resikonya kembali turun lagi setelah kontrasepsi oral

dihentikan. Dalam penelitian terbaru, resiko kanker serviks adalah dua

kali lipat pada wanita yang mengambil pil KB lebih dari 5 tahun,
51

namun resiko kembali normal 10 tahun setelah mereka dihentikan

(Pradya, 2015).

Estrogen merangsang pertumbuhan dan perkembangan rahim

pada masa pubertas, menyebabkan endometrium (lapisan dalam

rahim) menebal pada paruh waktu pertama siklus menstruasi serta

mempengaruhi jaringan payudara sepanjang hidup hal ini terjadi dari

masa pubertas sampai menopause. Progesteron yang diproduksi

pada paruh terakhir dari siklus menstruasi mempersiapkan

endometrium untuk menerima telur. Jika telur telah dibuahi maka

sekresi progesteron akan mencegah pelepasan telur dari ovarium.

Untuk alasan ini, progesteron disebut "mendukung kehamilan"

hormon, dan para ilmuwan percaya bahwa progesteron memiliki efek

kontrasepsi berharga. Progesteron buatan manusia yang digunakan

dalam kontrasepsi oral disebut progestogen atau progestin. Karena

penelitian medis menunjukkan bahwa beberapa jenis kanker

bergantung pada hormon seks alami bagi perkembangan mereka dan

pertumbuhan, para ilmuwan telah menyelidiki kemungkinan adanya

hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral dan resiko kanker.

Para peneliti telah berfokus banyak perhatian pada pengguna

kontrasepsi oral selama 40 tahun terakhir. Pengawasan ini telah

menghasilkan kekayaan data tentang penggunaan kontrasepsi oral

dan perkembangan kanker tertentu, meskipun hasil studi ini tidak


52

selalu konsisten. Resiko kanker endometrium dan ovarium. berkurang

dengan penggunaan kontrasepsi oral, sementara resiko kanker

payudara dan leher rahim meningkat.

Dari penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jangka

panjang dari kontrasepsi oral 5 tahun atau lebih dikaitkan dengan

peningkatan resiko kanker serviks. Sebuah analisis tahun 2003 oleh

Badan Internasional untuk Riset Kanker (IARC) menemukan

peningkatan resiko kanker serviks dengan penggunaan kontrasepsi

oral lama. Para peneliti menganalisis data dari 28 studi yang

mencakup 12.531 wanita dengan kanker serviks. Data menunjukkan

bahwa resiko kanker serviks dapat menurun setelah digunakan OC

berhenti. Resiko juga meningkat pada wanita yang mulai

menggunakan kontrasepsi oral sebelum usia 20 (Pradya, 2015).

Penelitian lain juga menyimpulkan bahwa didapatkan dari total

44 (100%) wanita yang memakai kontrasepsi hormonal selama ≥ 4

tahun, ada 36 (81,8%) wanita yang menderita kanker serviks dan 8

(18,2%) wanita yang tidak menderita kanker serviks. Sedangkan dari

total 63 wanita yang memakai kontrasepsi hormonal selama < 4

tahun, ada 32 (50,8%) wanita yang menderita kanker serviks dan 31

(49,2%) wanita yang tidak menderita kanker serviks. Berdasarkan uji

chi square didapatkan hasil χ2 = 9,467 pada df = 1 dan p value =

0,002 serta OR = 4,359 pada tingkat kepercayaan 95%. Sehingga


53

dapat disimpulkan p value ≤ α yang berarti bahwa Ho ditolak atau ada

hubungan yang signifikan antara pemakaian kontrasepsi hormonal

dengan kejadian kanker serviks di RSUD Soreang Kabupaten

Bandung Tahun 2010-2012. Sedangkan interpretasi hasil analisis

faktor risiko antara pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kejadian

kanker serviks yaitu wanita yang memakai kontrasepsi hormonal

selama ≥ 4 tahun memiliki risiko 4,359 kali lebih besar dibandingkan

dengan wanita yang memakai kontrasepsi hormonal selama < 4

tahun. Dan faktor risiko terkecil dimulai dari 1,752 kali hingga terbesar

10,846 kali (Khoirunisa dan Wulandari, 2013).

Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Muthiah (OR=17,9) dan

Melva (p=0,572, OR=0,900, 95%CI=1,627-1,291), dan mendapatkan

hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemakaian

kontrasepsi hormonal dengan kejadian kanker serviks. Namun pada

penelitian Deviarbi (p=0,703, OR=1,244, 95%CI=0,589-2,628) dan

Wasida (p=0,465) mendapatkan hasil tidak ada hubungan yang

signifikan antara keduanya, namun tetap merupakan faktor risiko

terhadap kejadian kanker serviks. Hal ini bisa disebabkan karena

adanya perbedaan desain dengan peneliti lain yaitu, case control

study.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa

adanya hubungan signifikan antara penggunaan pil kontrasepsi


54

dengan kejadian kanker serviks. Serta diharapkan bagi tenaga

kesehatan agar dapat membantu pasien memilih alat kontrasepsi agar

dapat meminimalkan efek samping kontrasepsi kombinasi. Karena

informasi yang cukup dan tepat dapat memberikan kenyamanan bagi

pasangan suami istri dalam mengikuti program KB.

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap ibu yang mengalami kanker

serviks dan ibu yang tidak mengalami kanker serviks di RSUD Raden
55

Mattaher Kota Jambi tahun 2016, maka dapat ditarik kesimpulan sesuai

dengan tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar ibu yang memiliki usia beresiko tinggi >35 tahun

(80,8%) mengalami kanker serviks sedangkan ibu berusia < 35 tahun

hanya (19,2%) yang mengalami kanker serviks.

2. Sebagian besar ibu pengguna pil kontrasepsi sering (76,9%)

mengalami kanker serviks sedangkan ibu pengguna pil kontrasepsi

tidak sering hanya (23,1%) yang mengalami kanker serviks.

3. Ada hubungan bermakna antara usia dengan kejadian kanker serviks

dengan p value 0,000 dan odds ratio (OR) sebesar 7,933.

4. Ada hubungan bermakna antara penggunaan pil kontrasepsi dengan

kejadian kanker serviks dengan p value 0,000 dan odds ratio (OR)

sebesar 6,296.

B. Saran

1. Bagi RSUD Raden Mattaher Jambi

Perlu adanya upaya dalam peningkatan kesehatan khususnya

dalam pemberian pelayanan di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi

dalam mencegah terjadinya kanker serviks serta Meningkatkan


56

pemberian informasi secara jelas bagi pasangan suami istri sebelum

pemberian pelayanan KB (Keluarga Berencana) untuk membantu

pasien memilih alat kontrasepsi agar dapat meminimalkan efek

samping kontrasepsi kombinasi.

2. Bagi Institusi pendidikan STIKES Prima Jambi

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan

informasi tentang hubungan usia dan pemakaian alat kontrasepsi

kombinasi dengan kejadian kanker leher rahim untuk meningkatkan

mutu pembelajaran dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu dan referensi

untuk penelitian selanjutnya dengan variabel dan faktor lainnya.

Anda mungkin juga menyukai