Articles
Oleh karena itu, sebagai tenaga kesehatan dengan vaksinasi. Namun, bagi ibu yang
perlu menumbuhkan kesadaran diri pada sudah terkena kanker servik maka harus
wanita dalam melakukan deteksi dini segera diberikan pelayanan kesehatan
terhadap kanker servik serta berperilaku sesuai dengan stadium yang diderita untuk
hidup sehat dan bersih. Jika pada mencegah terjadinya metase (penyebaran
pemeriksaan awal ibu tidak terkena kanker ke organ lain).
servik maka dapat dilakukan pencegahan
positif. semakin tinggi tingkat pendidikan besar sering dengan bertambahnya usia.hal
seseorang maka semakin membutuhkan ini disebabkan pada usia >35 tahun fungsi
pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai semua organ tubuh menurun, disamping
tempat berobat bagi dirinya dan itu hormon dalam tubuh yang
keluarganya. Dengan pendidikan tinggi, mempengaruhi pertumbuhan dan
maka wawasan pengetahuan semakin perkembangan sel di dalam tubuh yang
bertambah dan semakin menyadari bahwa dapat menyebabkan degenerasi sel. Hal ini
begitu pentingnya kesehatan bagi sesuai pendapat dari Soehermawan (2007)
kehidupan sehingga termotivasi untuk bahwa usia rata-rata kejadian kanker
melakukan kunjungan ke pusat pelayanan servik adalah 52 tahun dan distribusi kasus
kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, mencapai puncak 2 kali pada usia di atas
2003). 35 tahun. Sedangkan menurut Nia Kania
(2007) bahwa salah satu faktor resiko
2. Kanker Serviks kanker serviks adalah usia > 40 tahun.
Hasil penelitian didapatkan hampir Pada masa itu terjadi perubahan hormon
seluruh responden (90,5%) tidak menderita yang dapat meningkatkan atau
kanker serviks. Hal itu disebabkan ibu menurunkan sensifitas terhadap
yang melakukan pemeriksaan pap smear karsinogen.Faktor lainnya adalah usia
datang sebelum timbulnya gejala seperti pertama kali menikah. Sebagian besar
menstruasi yang terus menerus, perdarahan responden (71,5%) menikah diusia lebih
pasca senggama, keputihan yang dari 20 tahun. Usia lebih dari 20 tahun
berlebihan. Hal itu dilakukan untuk adalah usia produktif aman sampai seorang
mendeteksi dini kanker serviks, karena wanita berusia 35 tahun. Pada usia lebih
kanker serviks pra-invasif atau pra-kanker dari 20 tahun wanita boleh untuk
bisa tanpa adanya keluhan tetapi lesi pada melakukan hubungan seksual dan terjadi
mulut rahim dapat berubah menjadi ganas kehamilan dikarenakan usia lebih dari 20
apabila tidak segera diobati. Masa tahun organ reproduksi wanita bisa
pertumbuhan kanker serviks, masa dikatakan sudah matang. Apabila seorang
preinvasif (pertumbuhan sel-sel abnormal wanita melakukan hubungan seksual
sebelum menjadi keganasan) penyakit ini dengan usia dibawah 20 tahun maka
terbilang lama sehingga penderita yang rangsangan tersebut dapat mengakibatkan
berhasil mendeteksinya sejak dini dapat luka kecil yang dapat mengundang virus
melakukan berbagai langkah untuk penyebab kanker masuk.Umumnya sel-sel
mengatasinya. Infeksi menetap akan mukosa baru matang setelah wanita
menyebabkan pertumbuhan sel abnormal berusia 20 tahun ke atas bukan dilihat dari
yang akhirnya dapat mengarah pada menstruasi seorang wanita. Serviks pada
perkembangan kanker, perkembangan ini remaja lebih rentan terhadap stimulus
memakan waktu 5-20 tahun. Dimulai dari karsinogen karena terdapat proses
tahap infeksi, lesi pra-kanker hingga metaplasia skuamos yang aktif yang dapat
positif menjadi kanker serviks (Nurwijaya, menyebabkan terjadinya kanker serviks,
2010).Kanker serviks dipengaruhi oleh yang artinya organ reproduksi remaja
beberapa faktor salah satunya adalah usia rentan terhadap rangsangan sehingga pada
responden.Hampir seluruh responden usia dibawah 20 tahun belum siap
(81,5%) yang melakukan pap smear mendapatkan rangsangan dari luar (Rama
berusia lebih dari 35 tahun, usia ini adalah Diananda, 2009)
usia dengan risiko tinggi terkena kanker
serviks. Kanker serviks menyerang pada C. Hubungan paritas dengan kejadian
wanita yang sudah menikah terutama yang kanker serviks
aktif melakukan hubungan seksual selama Berdasarkan hasil uji statistik fisher
3 tahun. Resiko kanker serviks makin exact test didapatkan nilai = 0,000 dan
12 . Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 8-14
berpengaruh pada serviks yaitu pengaruh terjadi kanker servik semakin sedikit.
hormone progesterone yang membuat Mengetahui kanker secara dini sangat
kemungkinan infeksi oleh HPV semakin penting. Karena merupakan cara yang
mudah. paling mungkin untuk melawan kanker
Kurangnya pengetahuan serviks. Untuk mengetahui kanker serviks
masyarakat akan bahaya memiliki banyak secara dini pemeriksaan papsmear yang
anak juga dapat memicu terjadinya kanker teratur akan sangat membantu. Selain itu
serviks. Masyarakat beranggapan banyak menghindari faktor risiko juga sangat
anak maka akan banyak rejeki. Padahal penting untuk mencegah terjadinya kanker
anggapan itu salah, hal itu justru serviks. Di Yayasan kanker
meningkatkan resiko terjadinya kanker Wisnuwardhana Surabaya telah dilakukan
serviks. Kanker serviks dapat pengobatan, operasi, berobat jalan dan
menyebabkan komplikasi yang parah yaitu kemoterapi. Pengobatan tersebut tidak
anemia, penurunan berat badan dan infeksi menutup kemungkinan untuk berhasil atau
yang menyebabkan kekurangan protein tidak karena tergantung dari stadium
dan zat besi akibat pengobatan penyakitnya. Jika sudah ditemukan dalam
konvensional. Mengingat bahaya dari stadium sedini mungkin maka dapat
penyakit kanker serviks seharusnya disembuhkan secara optimal dan perlu
masyarakat dapat berpikir cerdas untuk kontrol kembali untuk mengetahui
menjaga kesehatan reproduksi dan keberhasilan terapinya.
mengikuti program pemerintah yaitu KB
untuk membatasi persalinan agar risiko
Abstract : The correlation between baby’s suck and breast milk production in
breastfeeding mothers in RSI Jemursari Surabaya. The mothers feel reluctant to
breastfeed their babies even though the exclusive breastfeeding has become a government’s
propaganda. The pre-data taken from 15 breastfeeding mothers inform that 60% had a low
breast milk production. Purpose of this study was to find out the correlation between baby’s
suck and breast milk production in breastfeeding mothers in RSI Jemursari Surabaya.The
design of study was analytic-observational done by applying cross sectional approach. The
population involved all breastfeeding mothers as imumnunization visiting the hospital with
their babies, totally 18 people, in which 17 respondents were taken by using probability
sampling technique. The instrument used for collecting the data was a checklist. The
variables used in this study were baby’s suck and breast milk production. The data were
analyzed by using Chi-Square test with the significance level α = 0.05.The result of study
showed that nearly all of the babies (94.1%) sucked correctly, whereas nearly all of the
mothers (88.2%) had sufficient breast milk production. Moreover, the result of statistic test
showed that p = 0.018 with the significance level α = 0.05 so that p < α. It also meant that H0
was rejected. The conclusion of study often the babies suck correctly, breast milk is
produced. Hence, the breastfeeding mothers to still maintaining for breastfeed their baby
with train them how to breastfeed correctly to increase breast milk production.
Abstrak : Hubungan Antara Isapan Bayi Dengan Produksi Asi Pada Ibu
Menyusui Di Rsi Jemursari Surabaya. Masih ada ibu enggan menyusui bayinya walaupun
sudah digalakkan ASI eksklusif. Data awal diperoleh dari 15 ibu menyusui di RSI Jemursari
Surabaya 60% mengatakan produksi ASI-nya kurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara isapan bayi dengan produksi ASI pada ibu menyusui di RSI Jemursari
Surabaya.Desain yang digunakan analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.
Populasi semua ibu menyusui yang datang bersama bayinya saat kunjungan imunisasi di RSI
Jemursari Surabaya 18 orang dan didapatkan sampel 17 orang. Teknik yang digunakan
probability sampling. Instrumen penelitian menggunakan checklist. Variabel yang digunakan
isapan bayi dan produksi ASI. Dianalis menggunakan uji Chi Square tidak memenuhi syarat
sehingga dilanjutkan Uji Eksak Fisher dengan tingkat kemaknaan( = 0,05).Hasil penelitian
menunjukkan hampir seluruhnya (94,1%) isapan bayi benar dan hampir seluruhnya (88,2%)
mempunyai produksi ASI cukup. Hasil uji statistik didapatkan bahwa=0,018 dengan tingkat
signifikan =0,05 berarti maka H0 ditolak. Simpulan dari penelitian semakin sering
bayi mengisap payudara dengan benar, ASI semakin sering diproduksi. Diharapkan bagi ibu
menyusui tetap mempertahankan untuk menyusui bayinya dengan cara menyusui yang benar
untuk meningkatkan produksi ASI.
15
16 . Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 15-21
jam (Yuli Astutik, 2014). Memerah ASI produksi ASI. Dan sebaliknya jika anak
dengan tangan atau pompa ASI berhenti menyusu maka terjadi penurunan
(Chumbley, 2004). ASI.
Tabel 5.3 dapat diketahui dari 17 Saat bayi mulai menghisap ASI,
responden sebagian besar (58,8%) tidak akan terjadi dua reflek yang akan
bekerja. Ibu yang tidak bekerja mempunyai menyebabkan ASI keluar pada saat yang
waktu yang banyak untuk beristirahat, tepat pula, yaitu reflek pembentukan
sehingga ibu tidak terlalu capek dan akan /produksi ASI atau reflek prolaktin yang
mempengaruhi pada pengeluaran hormon dirangsang oleh hormon prolaktin dan
oksitosin dan prolaktin sehingga refleks pengaliran/pelepasan ASI (let
mempengaruhi produksi ASI. Faktor yang down reflex). Bila bayi mengisap puting
turut mempengaruhi pengeluaran dan payudara, maka akan diproduksi suatu
produksi ASI adalah pola istirahat. Apabila hormon yang disebut prolaktin, yang
kondisi ibu capek dan kurang istirahat mengatur sel dalam alveoli agar
maka ASI pun akan berkurang (Riksani, memproduksi air susu. Air susu tersebut
2011). dikumpulkan ke dalam saluran air susu.
Kedua, reflek mengeluarkan (let down
3. Hubungan Antara Isapan Bayi dengan reflex). Isapan bayi juga akan merangsang
Produksi ASI pada Ibu Menyusui produksi hormon lain yaitu oksitosin, yang
membuat sel otot disekitar alveoli
Hasil uji menggunakan uji Chi berkontraksi, sehingga air susu didorong
Square tidak memenuhi syarat sehingga menuju puting payudara. Jadi semakin bayi
dilanjutkan menggunakan Uji Fisher Exact mengisap, maka semakin banyak air susu
dengan menggunakan SPSS for windows yang dihasilkan (Perinasia, 2008).
16,0 didapatkan hasil=0,018 < =0,05 Faktor lain yang mempengaruhi
maka H0 ditolak artinya ada hubungan produksi ASI yaitu status pekerjaan. Ibu
antara isapan bayi dengan produksi ASI di yang tidak bekerja mempunyai waktu yang
RSI Jemursari Surabaya. banyak untuk beristirahat, sehingga ibu
Tabel 5.7 menunjukkan hasil analisis tidak terlalu capek dan akan
hubungan isapan bayi dan produksi ASI mempengaruhi pada pengeluaran hormon
diperoleh 16 responden isapan bayi benar oksitosin dan prolaktin sehingga
hampir seluruhnya (94%) mempunyai mempengaruhi produksi ASI. Apabila
produksi ASI cukup dan yang mempunyai kondisi ibu capek dan kurang istirahat
produksi ASI kurang hanya (6%). Gerakan maka ASI pun akan berkurang (Riksani,
Isapan anak dapat mempengaruhi stimulus 2011).
pada puting susu. Dalam puting susu
terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila
dirangsang, timbul implus menuju SIMPULAN
hipotalamus selanjutnya ke kelenjar
hipofise anterior (bagian depan) sehingga 1. Ibu menyusui di RSI Jemursari Surabaya
kelenjar ini menghasilkan hormon hampir seluruhnya bayinya mengisap
prolaktin. Rangsangan puting susu tidak dengan benar.
hanya diteruskan sampai ke kelenjar 2. Ibu menyusui di RSI Jemursari Surabaya
hipofise anterior, tetapi juga ke kelenjar hampir seluruhnya produksi ASI cukup.
hipofise posterior (bagian belakang), yang 3. Ada hubungan antara isapan bayi dengan
menghasilkan hormon oksitosin. Salah satu produksi ASI pada ibu menyusui di RSI
usaha untuk memperbanyak ASI adalah Jemursari Surabaya.
dengan menyusui anak secara teratur.
Semakin sering anak menghisap puting
susu ibu, maka akan terjadi peningkatan
20 . Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 15-21
AIMI (2013). Memberikaan Bayi Anda Nursalam (2011). Konsep dan Penerapan
ASI. http//aimi-asi.org/pernyataan- Metodologi Penelitian Ilmu
asosiasi-menyusui-indonesia. Keperawatan Pedoman Penulisan
Diakses tanggal 14 April 2014 Skripsi, Thesis dan Instrumen
Penelitian Keperawata, Edisi
Agustina, F. (2012). Bayi Cukup ASI. kedua. Jakarta, Salemba Medika
http//repository.usu.ac.id. Artikel
diakses tanggal 16 Mei 2014 Oktaviani (2012). ASI Eksklusif.
Http//Oktaviani Sc.Blogspot.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Diakses tanggal 14 April 2014
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Jakarta, Rineka Cipta Perinasia (2008). Anatomi dan Fisiologi
Laktasi. http://www.scribd.com.
Bahiyatun, (2009). Buku Ajar Asuhan Diakses tanggal 19 April 2014
Kebidanan Nifas Normal. Jakarta,
EGC Ramaiah, Savitri. (2007). Manfaat ASI dan
Menyusui. Jakarta, PT. Bhuana
Chumbley, Jane. (2004). Menyusui. Ilmu Populer Kelompok Graha
Jakarta, Erlangga Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Riksani, Ria. (2011). Keajaiban ASI.
Penelitian Kebidanan dan Teknik Jakarta : Dunia Sehat
Analisis Data. Jakarta, Salemba
Medika Shillatuddiniyah (2013). Hubungan inisiasi
menyusui Dini dengan Kecepatan
Jane, M., Jane, B., Karen, H. (2006). Keluarnya ASI Pada Postpartum
Menyusui. Jakarta, Arcan Di BPS Firda Tuban tahun 2009.
Skripsi dikutip dari http//
Jannah, Nurul (2011). Asuhan Kebidanan Shillatuddiniyah.blogspot.
Ibu Nifas. Jogjakarta, Ar-Ruzz Diakses tanggal 26 Mei 2014
Khasanah, Nur (2012). ASI atau Susu Sitepoe, Mangku. (2013). ASI Eksklusif.
Formula Ya?. Jogjakarta, Jakarta, PT Indeks
FlashBooks
Soetjiningsih (2004). ASI Pe tunjuk Untuk
Kristiyanasari, Weni (2009). ASI, Tenaga Kesehatan. Jakarta, EGC
Menyusui dan Sadari.
Yogyakarta, Nuha Medika Suherni, Hesty,W., Anist, R.(2009).
Perawatan Masa Nifas, Cetakan
Majid (2004). Menyusui ASI Eksklusif. ke-IV. Yogyakarta, Penerbit
Jurnal. Sumatera Utara : Fitramaya
Universitas Sumatera Utara
Yanti, D. Sundawati, D. (2011). Asuhan
Notoadmojo, Soekidjo (2005). Metodologi Kebidanan Masa Nifas. Bandung,
Penelitian Kesehatan. Jakarta, PT Rafika Aditama
Rineka Cipta
Tauriska,Umamah : Hubungan Antara Isapan Bayi Dengan Produksi Asi Pada Ibu Menyusui 21
Di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya
Abstract : The continuity of laboring process can be seen from the length of delivery takes
and do not undergo complications during childbirth. In fact, there are many women who have
suffered due to an excessive fearness therefore they had labor disfluencies which can be
hindering the delivery process of laboring. This study aims to determine the relationship
between mentoring husband with the continuity of labor process in BPM Arifin S
study is all women who is giving birth in the moment of January to May with 142
respondents. The sampling technique using simple random sampling, 61 respondents. The
independent variable (mentoring husband) with the dependent variable (continuity laboring
process). The collecting data using partograf. Data anlysis using Chi-Square α = 0.05.The
results showed that 85.3%of respondents who accompanied by husband during laboring
process, they will have precious continuity of laboring. The results of chi-square test with α =
0.05 is ρ = 0.000 obtained significant ρ < α Ho have been ignored, it means that there is a
relation between accompanied husband and the continuity laboring process.The concusions
of this study, there is a relation between accompanying by husband while laboring process
and a fluency of laboring process. Unaccompanied by husband while labor process will
increase the risk uncontinuity of laboring process. Hence, this is truly necessary for husband
having counseling about the importance of accompanying mothers while laboring process.
Abstrak : Kelancaran proses persalinan dapat dilihat dari lamanya proses persalinan
berlangsung serta tidak mengalami komplikasi saat persalinan. Kenyataannya, masih banyak
ibu bersalin yang mengalami ketidaklancaran proses persalinan dikarenakan mengalami
ketakutan yang berlebih sehingga menghambat proses persalinan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara pendampingan suami dengan kelancaran proses
persalinan di BPM Arifin S Surabaya.Desain yang digunakan bersifat analitik dengan
rancang bangun penelitian cross sectional. Populasi penelitian yaitu semua ibu bersalin pada
bulan Januari-Mei sebesar 142 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple
random sampling, sebesar 61 responden. Variabel independen (pendampingan suami) dengan
variabel dependen (kelancaran proses persalinan). Pengumpulan data menggunakan
partograf. Analisa data dengan menggunakan uji chi-square dengan α = 0,05.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 85,3% responden yang didampingi selama proses persalinan mengalami
kelancaran. Hasil uji chi-square dengan α = 0,05 didapat nilai ρ = 0,000 yang berarti ρ < α,
H0 ditolak, artinya ada hubungan antara pendampingan suami dengan kelancaran proses
persalinan.
Simpulan penelitian ini ada hubungan antara pendampingan suami dengan kelancaran
proses persalinan. Persalinan tanpa pendamping akan menambah resiko terjadinya persalinan
tidak lancar. Oleh karena itu perlu adanya penyuluhan pada suami mengenai pentingnya
pendampingan ibu bersalin.
22
Lailia,Nisa : Pendampingan Suami Terhadap Kelancaran Proses Persalinan Di BPM Arifin S Surabaya 23
kebutuhan ibu terhadap obat pereda nyeri artinya ada hubungan antara
dan campur tangan medis dalam pendampingan suami dengan kelancaran
persalinannya (Nolan, 2004) proses persalinan.
Kebijakan di tempat bersalin
mengijinkan suami atau anggota keluarga HASIL DAN PEMBAHASAN
lainnya menemani ibu waktu bersalin.
Bidan harus selalu mengingatkan dari awal Karakteristik responden berdasarkan
pada suami, bahwa pendampingan suami pendampingan suami saat persalinan
akan berpengaruh pada proses persalinan
istrinya. Bidan juga memberikan Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan
pengarahan bahwasanya, seorang ibu pendampingan suami di BPM Arifin S
hamil pasti akan mengalami katakutan bulan Januari-Mei 2014.
tersendiri menjelang proses persalinan, dan No Pendampinga Jumla Persentas
jika pada saat persalinan ada pendamping . n Suami h e (%)
sudah bisa dipastikan ibu akan merasa 1. Didampingi 34 55,7
tenang, aman dan nyaman karena ada 2. Tidak 27 44,3
suami yang mendampinginya. didampingi
Jumlah 61 100
METODE Sumber : Data Sekunder
Jenis penelitian yang akan digunakan
adalah analitik dengan tujuan untuk Berdasarkan tabel 1. menunjukkan
mencari hubungan pendampingan suami bahwa sebagian besar (55,7%) responden
dengan kelancaran proses persalinan di didampingi suami saat proses persalinan.
BPM Arifin S. Berdasarkan waktunya,
desain penelitian yang digunakan adalah Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan
Cross Sectional, yaitu dimana variabel kelancaran proses persalinan di BPM
independen dan dependen diobservasi Arifin S bulan Januari-Mei 2014
sekaligus pada waktu yang sama. Populasi No. Kelancaran Jumlah Persentase
penelitian ini adalah semua ibu yang Proses (%)
bersalin pada bulan Januari-Mei 2014 di Persalinan
BPM Arifin S dengan jumlah persalinan 1. Lancar 36 59,0
sebesar 142 orang.Sampel pada penelitian 2. Tidak lancar 25 41,0
ini adalah sebagian ibu yang bersalin pada Jumlah 61 100
bulan Januari-Mei 2014 di BPM Arifin S Sumber : Data Sekunder
Surabaya. Dalam penelitian ini
pemilihan sampel dilakukan secara Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
probability sampling dengan teknik simple bahwa sebagian besar (59,0%) responden
random sampling, dimana semua ibu yang mengalami persalinan lancar.
bersalin di BPM Arifin S mendapatkan Tabulasi silang hubungan antara
kesempatan yang sama dalam pemilihan pendampingan suami dengan kelancaran
responden setelah dilakukan pengundian proses persalinan
atau acak. Data ini menggambarkan variabel yang
Dalam analisis data pada penelitian ini diukur dan disajikan dalam bentuk tabulasi
menggunakan uji signifikansi yang silang, data tersebut meliputi hubungan
bertujuan untuk mengetahui keeratan antara pendampingan suami dengan
hubungan antara variabel digunakan uji kelancaran proses persalinan dapat dilihat
korelasi chi square dengan kemaknaan α = pada tabel 3 berikut ini :
0,05, kemudian dianalisis dengan bantuan
perhitungan komputer SPSS for windows.
Bila didapatkan ρ < α maka H0 ditolak
Lailia,Nisa : Pendampingan Suami Terhadap Kelancaran Proses Persalinan Di BPM Arifin S Surabaya 25
kondisi ibu menjadi lebih baik. Sesuai 35 tahun merupakan masa subur atau
dengan teori Notoatmodjo (2007) produktif dimana organ-organ reproduksi
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat sudah sempurna. Dan menurut
pendidikan seseorang akan semakin mudah Lowdermilk (2013), usia lebih dari 35
dia menyerap informasi yang diterima. tahun beresiko terhadap gangguan atau
2. Kelancaran proses persalinan komplikasi yang dapat mempengaruhi
Hasil penelitian pada tabel 5.5 kehamilan dan persalinan.
menunjukkan bahwa sebagian besar
(59,0%) ibu bersalin mengalami proses 3. Hubungan antara pendampingan suami
persalinan yang lancar. Persalinan yang dengan kelancaran proses persalinan
lancar dapat dilihat pada lembar partograf. Hasil tabulasi silang pada tabel 5.6
Pada kala I, persalinan dikatakan lancar didapatkan bahwa dari 34 ibu bersalin
apabila tidak melewati garis waspada pada yang didampingi suami saat proses
kolom pembukaan serviks. Sedangkan, persalinan hampir seluruh (85,3%)
pada kala II dilihat dari waktu pembukaan mengalami persalinan yang lancar dan
serviks lengkap sampai bayi lahir. Kala III sebagian kecil (14,7%) mengalami proses
dapat dilihat pada data persalinan, lama persalinan yang tidak lancar. Sedangkan
kala III tidak boleh lebih dari 30 menit. dari 27 ibu bersalin yang tidak didampingi
Dari 61 responden, ada hampir setengah suami pada saat proses persalinan sebagian
(49,0%) responden mengalami persalinan besar (74,1%) mengalami proses
yang tidak normal. Pada kala I terdapat 21 persalinan yang tidak lancar dan sebagian
responden yang pada partografnya kecil (25,9%) mengalami proses persalinan
melewati garis waspada, 2 responden yang yang lancar. Dianalisis dengan uji chi-
mengalami ketidaklancaran pada kala II, 1 square didapatkan hasil ρ = 0,000 dan α =
responden pada kala III dan 2 responden 0,05. Karena ρ (0,000) < α (0,05), maka
mengalami komplikasi perdarahan. hipotesis nihil ditolak berarti ada
Kelancaran proses persalinan hubungan antara pendampingan suami
dipengaruhi oleh beberapa faktor dengan kelancaran proses persalinan atau
diantaranya : power, passage, passenger, dengan kata lain ibu bersalin yang
psikis, dan posisi (Lowdermilk, 2013). didampingi oleh suami selama proses
Salah satu faktor yang mempengaruhi persalinan akan berjalan lancar sedangkan
proses persalinan adalah power. Kekuatan ibu bersalin tidak didampingi suami
berasal dari perubahan fisiologis ibu cenderung terjadi proses persalinan yang
bersalin itu sendiri dan dari tenaga tidak lancar.
meneran ibu. Seorang ibu bersalin Hal ini menunjukkan bahwa
memerlukan tenaga meneran yang kuat pendampingan suami pada saat persalinan
untuk membantu memperlancar proses berpengaruh dengan kelancaran persalinan
persalinannya. Kekuatan untuk meneran ibu, karena secara tidak langsung
dipengaruhi oleh faktor usia. Semakin tua kehadiran seorang suami memberikan
usia ibu bersalin, maka kondisi tubuh ibu dampak positif pada psikologis ibu
bersalin semakin melemah. sehingga proses persalinan dapat berjalan
Hasil penelitian pada tabel 5.1 lancar. Hal-hal yang dilakukan
menunjukkan bahwa hampir seluruhnya pendamping persalinan adalah memberi
(86,9%) ibu yang bersalin berusia 20-35 makan minum, mengatur posisi ibu
tahun yang dikenal dengan usia produktif, senyaman mungkin, mengusap punggung
sehingga ibu masih cukup kuat untuk ibu, bersama-sama dengan ibu melakukan
meneran saat persalinan dan memiliki latihan relaksasi, serta membantu
resiko terjadi komplikasi yang kecil pada kebutuhan ibu dan mendengarkan keluhan
saat persalinan. Ini sesuai dengan teori yang dirasakan ibu bersalin saat ada his.
Wiknjosastro (2005), bahwa pada usia 20- Ini sesuai dengan teori Indrayani (2013)
Lailia,Nisa : Pendampingan Suami Terhadap Kelancaran Proses Persalinan Di BPM Arifin S Surabaya 27
yang mengatakan bahwa kehadiran ibu bersalin didampingi suami tetapi ibu
seorang pendamping persalinan secara sendiri tidak siap saat menghadapi
terus menerus akan membawa dampak persalinan sehingga ibu tidak tenang, hal
yang baik pada proses persalinan karena tersebut akan berpengaruh pada
dapat memberikan rasa aman, nyaman dan psikologisnya yang mengakibatkan
semangat serta dukungan emosional yang persalinan berjalan tidak lancar. Sesuai
juga dapat membesarkan hati ibu, dengan Simkin, dkk (2005) ketakutan,
mengurangi rasa sakit dan mempercepat kesendirian, stress atau kemarahan yang
proses persalinan. berlebihan dapat menyebabkan
Pendamping persalinan tidak mutlak pembentukan katekolamin (hormon stress)
sebagai faktor utama dalam lancar dan menimbulkan kemajuan persalinan
tidaknya proses persalinan, namun jika hal menjadi tidak lancar.
ini diabaikan maka akan berpengaruh pada
psikis ibu karena saat persalinan ibu SIMPULAN
bersalin sangat membutuhkan dukungan,
semangat dari pendamping terutama 1. Ibu bersalin di BPM Arifin S Surabaya
suaminya. Sesuai dengan pendapat yang sebagian besar didampingi suami saat
dikemukakan oleh Penny Simkin dan Ruth proses persalinan.
Ancheta (2005) bahwa pendamping 2. Ibu bersalin di BPM Arifin S
persalinan bukan merupakan faktor Surabaya sebagian besar mengalami
internal, tetapi secara tidak langsung proses persalinan yang lancar.
sangat berpengaruh terhadap psikis ibu 3. Ada hubungan antara pendampingan
sehingga dapat memberikan ketentraman suami dengan kelancaran proses
pada hati ibu. persalinan di BPM Arifin S.
Jika selama proses persalinan ibu tidak
ada dukungan dan semangat dari DAFTAR PUSTAKA
pendamping maka waktu persalinan dapat Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
berjalan lama dan jika sudah melebihi Penelitian Suatu Pendekatan
garis waspada maka dapat berpengaruh Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
juga bagi keselamatan bayi. Hal ini sesuai Asrinah. 2010. Asuhan Kebidanan Masa
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Persalinan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Simkin dkk, (2005) jika proses Bobak, Irene. 2004. Buku Ajar
persalinannya tidak didampingi biasanya Keperawatan Maternitas. Jakarta :
ibu bersalin ini akan merasa takut, cemas, EGC.
merasa tidak aman dan nyaman sampai Depkes RI. 2004. Catatan tentang
akhirnya dia akan merasa putus asa karena Perkembangan dalam Praktek
tidak ada yang memberikan semangat, Kebidanan. Jakarta : Depkes RI.
sehingga timbul perasaan tegang. Hal ini Indrayani, Djami. 2013. Asuhan
akan menghambat proses persalinan yang Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
akibatnya stres pada ibu dan bayi dapat Jakarta : TIM.
terjadi, sehingga persalinan menjadi tidak Latipun. 2010. Psikologi Konseling.
lancar. website :
Pada hasil penelitian didapatkan ibu www.cdc.gov/pendamping-
bersalin yang didampingi suami masih ada persalinan/training/glossary diakses
yang mengalami proses persalinan yang pada tanggal 16 Mei 2014.
tidak lancar. Hal ini terjadi kemungkinan Lowdermilk, dkk. 2013. Keperawatan
ada faktor lain yang mempengaruhi Maternitas edisi 8 buku 1. Jakarta :
lancarnya proses persalinan yaitu Salemba Medika.
psikologis dan kesiapan ibu saat Manuaba, IBG. 2007. Pengantar Kuliah
mengahadapi persalinan. Karena meskipun Obstetri. Jakarta : EGC.
28. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal.22-28
ABSTRACT
Cervical cancer detection program through an examination of the IVA has been
implemented in all health centers in Surabaya since 2010. Target of this program are 80 % WUS
and the target examination at least 25 people per month , but the achievement only 3-4 people
permonth. The purpose of research is to analyze the factors that affect the implementation of
IVA’s programs in healthcare centers in Surabaya .Research conducted observational analytic
cross sectional approach . The study population was responsible for IVA program at the health
center for 52 people with a total sampling . The data was collected through interviews with
questionnaire . Analyzed using T test track with the program VPLS.
The results showed IVA program by parent centers in the city of Surabaya 57.7 % poor ,
51.9 % of communication is not good , the attitude of the respondents 55.8 % positive /
supportive IVA program, character health centers provide less at 53.8 % support , understanding
of the standard and target 51.9 % less understand . Based on the test results showed that the
communication model of the structure , characteristics and health centers responsible attitude
directly affects the implementation of the program , while managing and understanding of the
standard target indirectly influence the IVA program implementation through communication
and attitud. Taken together these five factors influence the implementation of the IVA program
with a contribution of 82.7 % which is the most influential variable is communication.
ABSTRAK
Program deteksi kanker serviks melalui pemeriksaan IVA diberlakukan di seluruh
puskesmas induk di Surabaya sejak 2010. Target sasaran 80% WUS dan minimal tiap puskesmas
di Surabaya 25 orang perbulan, tetapi pencapaian puskesmas hanya 3-4 orang perbulan. Tujuan
penelitian menganalisis faktor yang mempengaruhi implementasi program IVA di puskesmas
wilayah Kota Surabaya. Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian
adalah penanggungjawab program IVA di seluruh Puskesmas induk yang melaksanakan program
IVA sebanyak 52 orang. Pengumpulan data melalui wawancara terstruktur. Analisis data dengan
analisis jalur uji T pada program VPLS (Visual Partial Least Square)
Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan program IVA oleh puskesmas induk di wilayah
Kota Surabaya 57,7% kurang baik dalam pemetaan sasaran, penyuluhan dan cakupan
pemeriksaan. Komunikasi sebesar 51,9% kurang khususnya tentang kejelasan. Sikap responden
55,8% positif/mendukung program IVA. Karakter dukungan puskesmas sebesar 53,8% kurang
mendukung dalam implementasi program IVA, pemahaman tentang standar dan sasaran 51,9%
kurang memahami status dan SPM dari program IVA. Hasil uji struktur model didapatkan bahwa
komunikasi, karakteristik dukungan puskesmas dan sikap penanggungjawab berpengaruh secara
langsung, sedangkan sumberdaya dan pemahaman tentang standar sasaran berpengaruh secara
tidak langsung terhadap implementasi program IVA, melainkan melalui komunikasi dan sikap.
Secara bersama-sama kelima faktor berpengaruh terhadap implementasi program IVA dengan
kontribusi sebesar 82,7% dimana variabel yang paling berpengaruh adalah komunikasi.
29
30. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 29-40
karena selama ini tidak ada sanksi puskesmas diantaranya kerja tim,
maupun reward bagi puskesmas terkait penciptaan lingkungan kerja yang
dengan dilaksanakan atau tidaknya kondusif dan penetapan tentang
program ini dipuskesmas. Kunc dilaksanakannya program IVA ini
keberhasilan program atau implementasi diwilayah kerjanya serta upaya
kebijakan adalah sikap pekerja terhadap monitoring melalui supervisi baik dari
penerimaan dan dukungan atas kebijakan Kepala puskesmas maupun dari DKK.
atau dukungan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan pendapat Azrul Azwar
bahwa supervisi yang dilakukan oleh
Karakteristik Dukungan Puskesmas seorang atasan penting dilakukan untuk
terhadap Program IVA meningkatkan kinerja implementasi
Karakteristik dukungan mencakup terlebih jika supervisi dilakukan melalui
seberapa besar daya dukung dari suatu pengamatan langsung terhadap pekerjaan
organisasi terhadap implementasi yang dilakukan, tidak hanya sebatas
program, diantaranya meliputi struktur pengamatan dokumen saja.
birokrasi, aturan-aturan berupa standar
operasional prosedur (SOP) dan pola Pemahaman implementor tentang
struktur organisasi meliputi susunan Standar dan sasaran kebijakan
penanggung jawab dan para pelaksana Program IVA
program IVA beserta rincian tugas.
Hasil menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penanggung jawab program/ implementor menunjukkan bahwa tentang standar dan
sebagian besar (55,8%) bersikap positif sasaran program deteksi dini kanker
(mendukung) program deteksi dini kanker serviks 55,8% kurang dipahami dengan
serviks menunjukkan bahwa penanggung baik. Didapatkan 88,5% responden
jawab program/ implementor sebagian menganggap/menyetujui bahwa program
besar (55,8%) bersikap positif IVA ini bukan merupakan program pokok
(mendukung) program deteksi dini kanker melainkan merupakan program unggulan,
serviks Terkait dengan struktur organisasi sehingga tidak harus dilakukan oleh
dan karakteristik puskesmas, didapatkan semua puskesmas induk, cukup
71,1% responden menyatakan di dilaksanakan oleh rumah sakit atau
puskesmas tidak ada struktur organisasi puskesmas yang sudah PONEK saja.
khusus dalam implementasi program, Untuk sasaran 34,8% diantaranya merasa
bahkan 57,7% penanggungjawab program jumlah sasaran tersebut terlalu banyak dan
IVA diantaranya sudah diberikan sulit dicapai oleh puskesmas, bahkan
tanggungjawab lain seperti berperan 50% tidak setuju jika program ini
sebagai bidan koordinator atau dokter dibebankan pada semua pusekesmas, hal
penanggungjawab KIA, sehingga tugas tersebut diperkirakan karena sudah
dan tanggungjawabnya rangkap/tumpang banyaknya program yang ada di
tindih dan merasa beban kerjanya puskesmas dan target program pokok
bertambah. Selain itu 92,3% tidak puskesmas yang masih belum tercapai.
mendapatkan reward berupa insentif Penanggungjawab program IVA di
maupun credit point baik bagi Puskesmas mempunyai persepsi yang
penanggngjawab maupun pelaksana berbeda-beda dan kurang tepat tentang
pemeriksaan dan penyuluhann terkait program IVA khususnya tentang status
program tersebut baik dari DKK maupun dan target yang harus diacapai oleh
dari operasional puskesmas. puskesmas terkait dengan tujuan program.
Perlu adanya dukungan puskesmas pemahaman tentang sasaran kebijakan
dalam menciptakan adanya kejasama dari program IVA.
berbagai pihak didalam organisasi
Anggraini : Faktor yang mempengaruhi implementasi program deteksi dini kanker serviks melalui 37
pemeriksaan IVA ( inspeksi visual asam asetat ) di puskesmas wilayah kota surabaya
Jampersal merupakan program pro rakyat yang bertujuan untuk mengurangi AKI dan
AKB. Berdasarkan data awal dari hasil survey 5 orang kader posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Keputih Kelurahan Keputih mengenai pengetahuan program jampersal pada bulan
Mei tahun 2013, diperoleh data 3 diantaranya masih belum mengerti sepenuhnya tentang
program jampersal. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader terhadap
program jampersal pasca sosialisasi di wilayah kerja Puskesmas Keputih Kelurahan Keputih
Surabaya.
Desain penelitian adalah deskriptif. Populasi semua kader posyandu yang mengikuti
sosialisasi jam persal sebesar 20 kader. Cara pengambilan sampel menggunakan total
sampling dengan variable tingkat pengetahuan kader. Pengumpulan data secara primer dari
hasil pengisian kuesioner oleh responden. Data yang diperoleh diolah melalui proses editing,
scoring, coding, tabulating. Data dianalisis secara deskriptif yang disajikan dalam table
distribusi frekuensi dan table silang kemudian menjelaskan hasil pengolahan secara naratif.
Hasil penelitian didapatkan dari 20 responden sebagian besar (60%) memiliki
pengetahuan yang cukup, dan hampir setengahnya (40%) memiliki pengetahuan kurang.
41
42. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 41-48
Simpulan penelitian adalah kader yang pernah mengikuti sosialisasi jampersal hampir
seluruhnya memiliki tingkat pengetahuan cukup. Diharapkan pihak puskesmas untuk
melakukan resosialisasi tentang program jampersal ke kader menggunakan studi kasus dan
leaflet.
Abstract: Hemodialysis is one of renal replacement therapy in patients with CRF, one of
the problems that led to the failure of hemodialysis is the issue of compliance. Therefore
it takes the role of health workers in providing understanding of discharge planning for
continuity of care in achieving the quality of life of patients. The study aims to determine the
relationship of understanding of discharge planning with the level of compliance in the CRF
patients undergoing hemodialysis therapy in RSI Jemursari Surabaya.
Analytical research method with cross sectional design. The population is all patients with
chronic renal failure undergoing hemodialysis for 70 people and a large sample of 59
respondents. Systematic sampling with sampling techniques. The instrument has it under the
sheet questionnaires, and then analyzed by Spearman correlation test using SPSS 16.0 can for
Windows.
The results showed that a large majority of the 59 respondents 35 (59.3%) a good
understanding of discharge planning, compliance levels in CRF patients undergoing
hemodialysis therapy most of the 30 (50.8%).
With the relationship of discharge planning with the level of compliance in the CRF patients
undergoing hemodialysis therapy, it is expected that health workers can provide clear
information to patients, in the form of discharge planning which is in good order and improve
the quality of interaction to the family and the patient.
Abstrak : Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal pada pasien dengan
GGK, salah satu masalah yang mengakibatkan kegagalan hemodialisis adalah masalah
kepatuhan. Oleh karena itu dibutuhkan peran petugas kesehatan dalam memberikan
pemahaman discharge planning untuk mendapatkan kontinuitas perawatan dalam mencapai
kualitas hidup pasien. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan pemahaman discharge
planning dengan tingkat kepatuhan pasien GGK dalam menjalani terapi hemodialisis di RSI
Jemursari Surabaya.
Jenis penelitian analitik cross sectional. Populasi adalah semua pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis sebesar 70 responden dan besar sampel 59 responden. Dengan
sampling teknik systematic sampling. Instrumen menggunakan lembar kuesioner, kemudian
dianalisis dengan uji korelasi spearman dapat menggunakan SPSS 16.0 for Windows.
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 59 responden sebagian besar 35 (59,3%) pemahaman
discharge planning baik, tingkat kepatuhan pasien GGK dalam menjalani terapi hemodialisis
sebagian besar 30(50,8%).
Dengan adanya hubungan Discharge planning dengan tingkat kepatuhan pasien GGK dalam
menjalani terapi hemodialisis, maka diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan
informasi yang jelas terhadap pasien dan berkesinambungan, dalam bentuk discharge
planning yang sudah tersusun dengan baik dan meningkatkan kualitas interaksi kepada
keluarga dan pasien.
49
50. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 49-57
400 kali kunjungan dialisis. (Data Rekam anjuran dokter maka pada tahap
Medis RSI Jemursari Surabaya, 2014). selanjutnya akan terjadi sesak, oedem,
Data yang di ambil peneliti secara acites dan menimbulkan banyak
acak terdapat 5 pasien dalam pemahaman komplikasi jangka panjang misalnya
discharge planning yang dilakukan ensefalopati dialisis, hiperlipidemia, yang
perawat, 3 (60%) diantaranya dapat pada akhirnya akan meningkatkan
mengetahui tentang pengobatan, kematian (Suparman, 2004).
laboratorium, diet makanan, jadwalterapi Dengan kualitas intruksi kesehatan
hemodialisis yang dianjurkan, langkah yang baik atau pemahaman tentang
yang dilakukan saat dalam keadaan darurat discharge planning yang baik diharapakan
dan 3 (100%) patuh dalam menjalani dapat meningkatkan kepatuhan pasien
hemodialisis,2 (40%) tidak dapat GGK dalam menjalani terapi hemodialisis,
mengetahui tentangpengobatan, meliputi bagaimana pengobatan di rumah,
laboratorium, diet makanan, jadwal terapi kebutuhan akan hasil test laboratorium
hemodialisis yang dianjurkan, langkah yang dianjurkan, bagaimana memilih gaya
yang dilakukan saat dalam keadaan darurat hidup dan tentang perubahan aktivitas,
dan2 (100%)tidak patuh dalam menjalani latihan, diet makanan yang dianjurkan dan
hemodialisis. pembatasannya, apa yang dilakukan pada
Gagal ginjal kronis adalah keadaan darurat dan nomor telpon yang
penurunan fungsi ginjal yang bersifat bisa dihubungi, bagaimana mengatur
persisten dan irreversibel, oleh karena itu perawatan lanjutan (jadwal terapi
pasien gagal ginjal kronis harus menjalani lanjutan). Discharge planning diberikan
terapi hemodialisis dan harus menjalani kepada semua pasien GGK yang menjalani
terapi hemodialisis 2 kali dalam 1 minggu Hemodialisis, baik pasien baru maupun
menimbulkan kebosanan atau kejenuhan. pasien lama, Sehingga kualitas hidup
Perawat sebagai salah satu profesi pasien lebih optimal.
kesehatan memiliki peran yang sangat Berdasarkan uraian diatas peneliti
besar karena memiliki waktu interaksi tertarik untuk mengetahui “Hubungan
terlama dengan pasien di institusi Pemahaman Discharge planning Dengan
kesehatan, khususnya dalam memberikan Tingkat Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal
informasi penting yang tersusun dalam Kronik Dalam Menjalani Terapi
bentuk discharege planning, meliputi Hemodialisis di Rumah Sakit Islam
informasi jadwal terapi hemodialisis, cara Jemursari Surabaya”.
minum obat dan beberapa perubahan gaya
hidup yang harus dilakukan. Faktor-faktor METODE
yang mempengaruhi kepatuhan antara lain Jenis penelitian adalah analitik cross
motivasi individu, persepi tentang sectional yaitu mempelajari hubungan
kerentangan, keyakinan terhadap upaya pemahaman discharge planning dengan
pengontrolan, dan pencegahan penyakit, tingkat kepatuhan pasien GGK dalam
variabel lingkungan, kualitas intruksi menjalani terapi hemodialisis di Rumah
kesehatan, kemampuan mengakses sumber Sakit Islam Jemursari Surabaya.
yang ada (Carpenito, 2009). Apabila Populasi adalah semua pasien gagal
pasien patuh terhadap jadwal hemodialisis ginjal kronik yang menjalani terapi
maka akan berdampak positif bagi pasien hemodialisis Rumah Sakit Islam
untuk memperpanjang hidupnya. Apabila Jemursari Surabaya sebesar 70 orang.
pasien tidak patuh maka untuk (Data Rekam Medis RS. Islam Jemursari
mempertahankan kehidupan pasien sangat Surabaya, September 2014).
berkurang. Dengan demikian apabila Sampel dalam penelitian ini adalah
didapatkan pasien yang tidak patuh dalam sebagian pasien GGK yang menjalani
pelaksanaan terapi hemodialisis sesuai hemodialisis di instalasi hemodialisis
52. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 49-57
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap bertahan lama daripada perilaku yang tidak
pengobatan yang diresepkan yang paling didasari oleh pengetahuan, sebelum
penting adalah seseorang harus memiliki seseorang mengadopsi perilaku yang baru
sumber daya dan motivasi untuk mematuhi (berperilaku baru), di dalam diri orang
pengobatan. tersebut terjadi proses berurutan, yakni
Tingkat kepatuhan juga didukung sebagai berikut : Timbul kesadaran
oleh pekerjaan. Hal ini sesuai dengan tabel (Awareness), ketertarikan (Interest),
5.3 yang menunjukkan sebagian besar mempertimbangkan baik tidaknya stimulus
responden ( 50,8%) tidak bekerja. (Evaluation), mulai mencoba (Trial),
Lingkungan pekerjaan dapat meningkatkan mengadoptasi (adoption) yakni orang
interaksi antar individu sehingga dapat tersebut telah berperilaku baru sesuai
meningkatkan pengetahuan dan dengan pengetahuan, kesadaran dan
pengalaman seseorang. Menurut Thomas sikapnya terhadap stimulus (Rogers, 1974
(1996) yang dikutip oleh Nursalam dan dalam Notoatmojo 2003). Faktor-faktor
Pariani (2001) pekerjaan adalah kesibukan yang mempengaruhi kepatuhan antara lain
yang harus dilakukan untuk menunjang (carpenito, 2009) : Motivasi individu,
kehidupannya dan kehidupan keluarganya, persepsi tentang kerentangan, keyakinan
bekerja umumnya menyita waktu sehingga terhadap upaya pengontrolan dan
dapat mempengaruhi hal-hal lain termasuk pencegahan penyakit, variabel lingkungan,
juga dalam mengetahui sesuatu diluar kualitas instruksi kesehatan/pemahaman
pekerjaannya misalnya masalah kesehatan discharge planning, kemampuan
keluarga. mengakses sumber yang ada
3. Hubungan pemahaman discharge (keterjangkauan biaya). Menurut Almborg
planning dengan tingkat kepatuhan pada et al (2010), pemberian discharge planning
pasien GGK dalam menjalani terapi dapat meningkatkan kemajuan pasien,
hemodialisis. membantu pasien untuk mencapai kualitas
Hasil perhitungan dengan uji statistik hidup optimum. Menurut penelitian
spearman di peroleh hasil sig. 2-tailed = Firman Suryadi (2013), didapatkan hasil
0,01 (sig. 2-tailed< 0,05). Sehingga dapat penelitian peran educator perawat dalam
di simpulkan H0 di tolak yang berarti ada disharge planning sebagian besar 23
hubungan antara pemahaman discharge (57,5%) dalam kategori baik dan tingkat
planning dengan tingkat kepatuhan pada kepatuhan untuk kontrol sebagian besar
pasien GGK dalam menjalani terapi 24(60%) dalam kategori patuh, sehingga
hemodialisis di RS Islam Jemursari disimpulkan ada hubungan yang signifikan
Surabaya pada bulan Desember 2014. antara peran educator perawat dalam
Dari hasil penelitian didapatkan discharge planning dengan tingkat
bahwa dari 24 responden dengan kepatuhan untuk kontrol di Rumah Sakit
pemahaman discharge planing kurang Simpulan
baik, sebagian besar (70,83%) tidak patuh, Berdasarkan analisis data penelitian yang
dari 35 responden dengan pemahaman telah dilakukan maka dapat disimpulkan
discharge planning baik sebagian besar sebagai berikut :
(62,86%) patuh. Dengan pemahaman 1. Pasien GGK yang menjalani terapi
discharge planning yang baik dapat hemodialisis di RSI Jemursari Surabaya
memberikan perubahan perilaku yang sebagian besar memiliki pemahaman
baik, karena pasien dapat memahami Discharge planningyang baik.
manfaat dan dampak tentang pengobatan, 2. Tingkat kepatuhan pasien GGK yang
tes laboratorium, diet makanan dan jadwal menjalani terapi hemodialisis di RSI
terapi hemodialisis. Dari pengalaman dan Jemursari Surabaya sebagian besar tidak
penelitian terbukti bahwa perilaku yang patuh.
didasari oleh pengetahuan akan lebih
56. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 49-57
Abstract : Stress can made abnormal of reproduction system expecially cycle of menstruate.
Stress can lead to serious physical illness. Stress in student may influence cycle of menstruate. If
this condition continue, can made the women to infertile.
This study is cross sectional design. The population were student in Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Medicine Faculty of Airlangga University. Samples were recruited using consecutive
sampling, and there were 57 samples who met the inclusion criteria. The observed variables were
stress level and cycle of menstruate in fertile age student. Data were collected by questionare and
observe. Then, data analyzed using Spearman Rank Correlation (p=0,000).
The result showed that 26 students (46%) had moderate stress, 31 students (54%) had severe
stress. The analyze of cycle menstruate showed that 34 students (60%) had cycle menstruate
abnormal and 23 students (40%) had cycle menstruate normal. By using analysis non parametric,
Spearman’s Rank Correlation the result showed that value correlation (r) = 0,464. It is mean that
there is enought correlation between stress level and cycle of menstruate in fertile age student.
Based on the conclution, we suggested to promote this information to the student about
stress management. So, the cycle menstruste can normal.
Abstrak : Stres bisa menyebabkan sistem reproduksi yang abnormal khususnya siklus menstruasi.
Stres juga dapat menyebabkan sakit fisik yang serius. Stres yang terjadi pada mahasiswa bisa
mempengaruhi siklus menstruasi. Jika hal ini berlanjut maka bisa menyebabkan infertil.
Desain penelitian ini menggunakan cross sectional. Populasinya adalah mahasiswa Program
Studi S1 Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Pengambilan sampel
menggunakan tehnik consecutive sampling dan menggunakan kriteria inklusi sehingga jumlah
sampel ada 57 mahasiswa. Variabel yang diteliti adalah tingkat stres dan siklus menstruasi pada
masa subur mahasiswa. Data didapat dari kuisioner dan observasi, kemudian dianalisis
menggunakan korelasi Spearman (p=0,0000).
Hasil menunjukkan bahwa 26 mahasiswa berada pada tingkat stres sedang, 31 mahasiswa
pada stres ringan. Analisis menunjukkan bahwa 34 mahasiswa mempunyai siklus menstruasi
abnormal dan 23 mahasiswa mempunyai siklus menstruasi normal. Menggunakan analisis non
parametrik Spearman didapatkan bahwa hubungan (r)=0,464 yang menunjukkan bahwa ada cukup
hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa usia subur.
Dari hasil di atas, maka kita harus memberikan pendidikan tentang manajemen stress
sehingga mahasiswa mempunyai siklus menstruasi yang normal.
58
Hatmanti : Tingkat stress dengan siklus menstruasi pada mahasiswa 59
stres yang utama, 31,3% menyatakan PBP di Jadi besar sampel yang digunakan dalam
Rumah Sakit dr.Soetomo sebagi penyebab penelitian ini adalah 57 responden.
kedua stres, 50% menyatakan mengerjakan Pengambilan sampel dilakukan secara
tugas kuliah seperti makalah sebagai penyebab consecutive sampling dengan kriteria inklusi :
ketiga stres, 68,8% menyatakan praktikum dan mahasiswa yang mempunyai siklus menstruasi
kegiatan ekstra di kampus sebagai penyebab teratur sejak awal menarche; Mahasiswa yang
terakhir dari stres di kampus. belum menikah. Kriteria eksklusi : Mahasiswa
Pada usia subur, stres sangat yang mempunyai penyakit lain yang
mempengaruhi pada keseimbangan hormonal, mempengaruhi keadaan hormonnya, misalnya
sehingga sering mengganggu siklus haid. kista ovarium, kelainan hormonal; Mahasiswa
Kondisi stres mempengaruhi hipotalamus yang yang sedang menjalankan pengobatan atau
merupakan pusat pengendalian hormon dari terapi hormonal. Variabel independen adalah
sistem reproduksi. FSH (follicle stimulating tingkat stres yang diukur dengan kuisioner
hormone) dan LH (luteinizing hormone) yang yang dimodifikasi dari Stressless Inc. (2006)
dihasilkan oleh hipotalamus menyebabkan dan variabel dependen adalah siklus
produksi estrogen dan progesteron dari menstruasi yang diukur dengan kuisioner yang
ovarium menjadi terganggu yang dimodifikasi dari teori Winkjosastro (2005)
menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak dan rubrik BKKBN (2006).
teratur. Kadang-kadang, tidak ditemukan
adanya kelainan pada organ genital wanita, HASIL DAN PEMBAHASAN
yang mana harus dianggap bahwa a. Hasil
ketidaksuburan tersebut disebabkan baik Data khusus berisi tentang identifikasi tingkat
karena fungsi fisiologis yang abnormal dari stres yang dialami oleh mahasiswa Angkatan
sistem genetalia maupun karena A Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
perkembangan genetik yang abnormal dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
ovum itu sendiri. Hal ini disebabkan karena pengukuran tingkat stres yang dialami oleh
hiposekresi hormon-hormon gonadotropin mahasiswa Angkatan A Program Studi S1
sehingga menyebabkan infertilitas pada wanita. Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Berdasarkan pemaparan fenomena bahwa Universitas Airlangga, mengidentifikasi siklus
menstruasi pada mahasiswa angkatan A menstruasi pada mahasiswa Angkatan A
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Kedokteran Universitas Airlangga,
menyebabkan dysmenorhea, sakit kepala saat pengukuran siklus menstruasi pada mahasiswa
menstruasi, pingsan saat menstruasi, pernah Angkatan A Program Studi S1 Ilmu
tidak masuk kuliah, terganggu dalam Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
mengerjakan tugas kuliah, juga didukung oleh Airlangga, dan mengidentifikasi hubungan
selama ini belum ada yang meneliti tentang antara tingkat stres dengan siklus menstruasi
hubungan tingkat stres dengan siklus pada mahasiswa Angkatan A Program Studi
menstruasi, maka peneliti mengangkat S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
masalah ini dalam penelitian ini. Universitas Airlangga.
kehamilan. Kelima stressor spiritual yang misalnya lupa ketiduran, kemacetan, dikritik;
disebabkan karena persepsi negatif terhadap situasi ini biasanya berakhir dalam beberapa
nilai-nilai ke-Tuhanan. Manifestasi klinik dari menit atau beberapa jam dan dampaknya tidak
stres sangat individual, dan hekekatnya akan menimbulkan penyakit kecuali jika
merupakan kumpulan dari beberapa hal yang dihadapi terus-menerus. Kedua stres sedang
berpengaruh. Antara lain jenis dan taraf berat terjadi lebih lama beberapa jam sampai
ringannya stres, persepsi dan penderitaan yang beberapa hari contohnya kesepakatan yang
dirasakan oleh orang yang mengalami stres belum selesai, beban kerja yang berlebih,
(Mangindaan dalam Sutanegara, 1991). Hal mengharapkan pekerjaan baru, anggota
inilah yang menyebabkan adanya perbedaan keluarga pergi dalam waktu yang lama, situasi
tingkat stres pada mahasiswa Angkatan A seperti ini dapat bermakna bagi individu yang
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit
Kedokteran Universitas Airlangga. Tetapi dari koroner. Ketiga stres berat adalah stres kronis
semua hal di atas, yang paling penting adalah yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa
kemampuan individu dalam mengelola stres. tahun, misalnya kesulitan financial dan
Seberapapun beratnya stressor yang ada, jika penyakit fisik yang lama. Mahasiswa yang
individu mempunyai kemampuan manajemen mendapatkan stressor sama, belum tentu
stres yang baik maka tidak akan menimbulkan mengalami tingkat stres yang sama pula.
efek negatif bagi kesehatan. Memiliki Tergantung dari cara penerimaan setiap
manajemen stres yang baik berarti mempunyai mahasiswa terhadap stres yang dihadapi dan
kemampuan untuk menjadikan stressor sebagai juga cara mengatasinya (mekanisme koping
suatu tantangan darpada ancaman. Stressor yang digunakan dalam menghadapi stres). Jika
tidak akan berefek negatif bagi kesehatan jika seorang mahasiswa mempunyai koping yang
dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. baik dalam menghadapi stres, maka stres yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diterima tdak akan mengganggu kesehatannya
pada mahasiswa Angkatan A Program Studi terutama dalam hal sistem reproduksi yaitu
S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran siklus menstruasi. Tetapi sebaliknya, jika
Universitas Airlangga sebanyak 26 mahasiswa seorang mahasiswa tidak memiliki koping
(46%) mengalami stres ringan, sebanyak 31 yang baik dalam menghadapi stres, maka hal
mahasiswa (54%) mengalami stres sedang, dan itu sangat berpengaruh terhadap kesehatan.
tidak ada mahasiswa yang mengalami stres Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berat. Stres bersifat universality yaitu umum mayoritas responden yaitu sebanyak 57
semua orang sama dapat merasakannya tetapi mahasiswa (100%) Angkatan A Program Studi
cara pengungkapannya yang berbeda atau S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
diversity. Sesuai dengan karakteristik individu Universitas Airlangga mengalami menstruasi
maka responnya terhadap stres berbeda-beda teratur. Sejak awal mahasiswa mengalami
untuk setiap orang. Respon yang berbeda menarkhe, mereka mempunyai siklus
tersebut dikarenakan mekanisme koping yang menstruasi teratur. Responden penelitian tidak
digunakan oleh individu dengan sumber dan ada yang mempunyai siklus menstruasi tidak
kemampuan yang berbeda, dan kemampuan teratur. Menstruasi adalah produksi berulang
individu dalam mengatasi stres berbeda pula, dari estrogen dan progesteron oleh ovarium
sehingga stres yang sama akan mempunyai mempunyai kaitan dengan siklus endometrium
dampak dan reaksi yang berbeda yang bekerja melalui tahapan berikut ini :
(Potter&Perry, 1989). Potter&Perry (1989) pertama proliferasi dari endometrium uterus;
juga menyatakan bahwa stres terbagi menjadi kedua perubahan sekretoris pada endometrium,
tiga tingkatan. Pertama stres ringan yang dan ketiga deskuamasi dari endometrium
biasanya tidak merusak aspek fisiologis, (Guyton&Hall, 1997). Sistem reproduksi dan
umumnya dirasakan oleh setiap orang, segala aktivitasnya diatur oleh sebuah poros
64. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 58-67
yang disebut poros Hipotalamus-Pituitary- nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi
Gonad (HPG). Hipotalamus merupakan bagian tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali
otak yang menghasilkan bermacam-macam sebulan sampai wanita mencapai usia 45-50
hormon pemacu dan penghambat. Hormon tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan
pemacu biasa dinamakan releasing hormone dan pengaruh-pengaruh lainnya (Kesrepro.info,
(RH), sedangkan hormon penghambat 2002). Diperkirakan dari jumlah mahasiswa
dinamakan inhibiting hormone (IH). Jika kadar yang mengalami menstruasi terganggu,
suatu hormon dalam tubuh sangat rendah, beberapa diantaranya juga dipengaruhi oleh
maka hipotalamus akan meningkatkan faktor lingkungan, baik lingkungan dikampus,
produksi hormon tersebut dengan cara maupun lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini
mengirim lebih banyak hormon pemacu ke berhubungan dengan mekanisme koping yang
kelenjar pituitari. Berdasarkan sinyal tersebut, digunakan pada saat menghadapi stres dan
kelenjar pituitari akan memproduksi hormon dukungan dari lingkungan sekitarnya pada saat
yang dimaksud. Sebaliknya, jika kadar suatu menghadapi stres.
hormon sangat tinggi di dalam darah, maka Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hipotalamus akan mengirimkan hormon mayoritas responden mengalami menstruasi
penghambat untuk menurunkan produksi terganggu (skor menstruasi ≥ 10), yaitu
hormon tersebut. Faktor pertumbuhan sebanyak 34 mahasiswa (60%). Sedangkan
diperkirakan juga mempengaruhi menstruasi data yang diperoleh mengenai tingkat stres,
pada seseorang. Jika seorang anak mengalami diketahui bahwa mayoritas mahasiswa
keterlambatan pada saat masa pertumbuhan, mengalami stres pada tingkat ringan dan
diperkirakan matangnya sistem reproduksi sedang, tidak ada mahasiswa yang mengalam
wanita juga mengalami keterlambatan. Hal ini stres tingkat berat. Dari hasil ini menunjukkan
juga sangat dipengaruhi oleh nutrisi pada saat bahwa tingkat stres yang ringan dan sedang
masa pertumbuhan. berhubungan dengan siklus menstruasi pada
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa Angkatan A Program Studi S1
mayoritas responden mengalami menstruasi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
terganggu (skor menstruasi ≥ 10), yaitu Universitas Airlangga. Stres akan
sebanyak 34 mahasiswa (60%), dan mempengaruhi hipotalamus untuk melepaskan
hanya 23 mahasiswa (40%) dengan menstruasi CRH (Corticotrophin Releating Hormone),
normal. Siklus menstruasi didefinisikan kemudian merangsang pelepasan ACTH
sebagai menstruasi yang berulang setiap bulan (Adreno Corticotropic Hormone). ACTH
(medicastore, 2005). Siklus menstruasi mensekresi GnRH (Gonadotrophins Releating
dihitung dari hari pertama menstruasi sampai Hormone) yang memicu hipofisis anterior
tepat satu hari sebelum menstruasi bulan untuk mengeluarkan FSH (Follicle Stimulating
berikutnya. Siklus menstruasi normal pada Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone)
wanita berkisar antara 21-35 hari, sedangkan yang menyebabkan produksi estrogen dan
lama menstruasi berkisar 3-8 hari. Terjadinya progesteron di awal menstruasi turun sehingga
menstruasi atau haid merupakan perpaduan terjadi menstruasi. Tapi jika saat menstruasi
antara kesehatan alat genetalia dan rangsangan kita tidak mempunyai koping yang baik untuk
hormonal yang kompleks yang berasal dari mengatasi stres, maka yang terjadi adalah
mata rantai aksis hipotalamus-hipofisis- sebaliknya. Hipothalamus menghambat kerja
ovarium. Oleh karena itu, gangguan GnRH (Gonadotrophins Releasing Hormone)
menstruasi dan gangguan siklus menstruasi sehingga menghambat hipofisis anterior dalam
dapat terjadi dari kelainan kedua faktor pengeluaran FSH (Follicle Stimulating
tersebut. Menstruasi biasanya dimulai antara Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone),
umur 10-16 tahun, tergantung pada berbagai yang akhirnya membuat produksi estrogen dan
faktor, termasuk kesehatan wanita, status progesteron meningkat di akhir siklus
Hatmanti : Tingkat stress dengan siklus menstruasi pada mahasiswa 65
Niven, N. (1995). Psikologi Kesehatan : Stressless. Inc (2006). Stress Assessment and
Pengantar untuk Perawat dan PersonalProgram.
Profesional Kesehatan Lain. Edisi 2. http://www.stressless.com/stressquiz2.c
Jakarta : EGC, hal : 120-122. fm. Tanggal 15 April 2007, jam 09.00.
ABTRACT: Introduce: The events that often occurs in toddler is inability to perform the
toilet training. It is because the parents are less active in their role. The purpose of this
study is to know the relationship of parental role with the ability of toilet training for toddler
in Permata Bunda Early childhood education at RW 01 of Jati Selatan 1 village Sidoarjo.
Study design is analytic with cross-sectional approach. The population were all parents and
toddler. Number of sample were 24 respondents taken by simple random sampling technique.
Data were collected by questionnaire and observation. The independent variable is role of
parents and the dependent variable is the ability of toddler performed toilet training. The data
obtained were processed by SPSS 17.0 use chi-square test with significance level α (0.05).
The results of study of role of parents indicate that a half of parents (50%) had lack of
parental roles and the capabilities of toilet training for the toddler mostly (54.2%) were not
able to perform toilet training. Based on chi-square test found p = 0.001 < 0.05, which means
that H0 is rejected so there is relationship of parental role with the ability of toilet training for
toddler. Conclusions of this study is the better role of parents, the better the ability of the
child. Suggested to parents to understand the learning readiness of children in toilet training
so it can maximize child learning and toilet training capabilities.
ABSTRAK: Kejadian yang sering terjadi pada anak usia toddler adalah ketidak
mampuan dalam melakukan toilet training. Hal ini disebabkan karena orang tua
kurang berperan aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran orang tua
dengan kemampuan toilet training pada anak usia toddler di PAUD Permata Bunda RW 01
Desa Jati Selatan 1 Sidoarjo. Desain penelitian adalah analitik dengan rancangan cross
sectional. Populasi adalah seluruh orang tua dan anak usia toddler. Sampel sebanyak 24
responden dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dengan kuesioner dan
observasi. Variabel independen peran orang tua dan variabel dependen kemampuan toilet
training pada anak usia toddler. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program
SPSS 17.0 dengan uji chi-square tingkat kemaknaan α(0,05). Hasil penelitian peran orang tua
menunjukkan setengahnya (50%) orang tua dengan peran kurang baik dan kemampuan toilet
training sebagian besar (54,2%) anak usia toddler tidak mampu melakukan toilet training.
Berdasarkan uji chi-square didapatkan tingkat signifikan p=0,001<0,05 yang berarti H0
ditolak maka ada hubungan peran orang tua dengan kemampuan toilet training pada anak
usia toddler.
Simpulan dari penelitian ini adalah semakin baik peran orang tua maka kemampuan anak
juga akan semakin baik. Hendaknya orang tua dapat mengerti kesiapan anak dalam
pembelajaran toilet training sehingga dapat memaksimalkan pembelajaran dan kemampuan
toilet training anak.
68
Rahayu, Firdaus : Hubungan Peran orang tua dengan kemampuan Toilet Training pada 69
anak usia Toddler di Paud Permata Bunda RW 01 Desa Jati Selatan Sidoarjo
anaknya masih mengompol atau BAK dan Tehnik pengambilan sampel dalam
BAB disembarang tempat. Hal ini penelitian ini adalah menggunakan teknik
dikarenakan orang tua memilki banyak simple random sampling, yaitu suatu
kesibukan, sehingga tidak mempunyai teknik pengambilan sampel yang
waktu untuk mengajarkan toilet training dilakukan secara acak, cara ini digunakan
pada anaknya, sedangkan 4 orang ibu jika anggota populasi dianggap homogen.
mengatakan anaknya sudah mampu Variabel independen dalam
melakukan toilet training dengan baik. Hal penelitian ini adalah peran orang tua.
ini dikarenakan orang tua sudah Variabel dependen dalam penelitian ini
mengajarkan toilet training pada anaknya adalah kemampuan toilet training pada
sejak dini, sehingga anak mampu BAK anak usia toddler.
dan BAB sendiri pada tempatnya. Instrumen yang digunakan dalam
Orang tua seharusnya lebih aktif penelitian ini untuk variabel peran orang
mencari informasi melalui media. Media tua menggunakan lembar kuesioner,
tersebut diantaranya adalah buku dan sedangkan untuk variabel kemampuan
internet yang berisi tentang pentingnya toilet training menggunakan lembar
pendidikan toilet training pada anak usia observasi.
toddler. Orang tua dapat melatih toilet Setelah semua data terkumpul
training sedini mungkin pada anaknya, selanjutnya akan melakukan analisa data
sehingga tidak akan bertambah anak yang dengan menggunakan uji chi square,
mengompol serta BAB dan BAK digunakan untuk menguji hubungn antara
disembarang tempat. Berdasarkan uraian variabel independen dan dependen
diatas, maka peneliti tertarik untuk berskala nominal. Hipotesis penelitian
meneliti “Hubungan Peran orang tua diterima bila ρ < α (0,05) yang berarti ada
dengan Kemampuan Toilet Training pada hubungan antara peran orang tua dengan
anak usia Toddler di PAUD Permata kemampuan toilet training pada anak usia
Bunda RW 01 Desa Jati Selatan 1 toddler.
Sidoarjo”.
HASIL
METODE PENELITIAN Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan usia anak di PAUD Permata Bunda
Jenis penelitian ini menggunakan RW 01 Desa Jati Selatan 1 Sidoarjo, Maret 2014.
penelitian analitik yang bertujuan mencari Usia anak Frekuensi Persentase
hubungan antara 2 variabel yaitu hubungan (tahun) (n) (%)
peran orang tua dengan kemampuan toilet 2-2,5 20 83,3
training pada anak usia toddler. Penelitian 2,6-3 3 12,5
ini bersifat Cross Sectional yaitu penelitian 3,1-3,5 1 4,2
yang menekankan waktu pengukuran atau Total 24 100.0
observasi data variabel independen dan
dependen hanya satu kali pada satu saat. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden
Populasi dalam penelitian ini adalah berdasarkan tingkat usia ibu di PAUD Permata
Bunda RW 01 Desa Jati Selatan 1 Sidoarjo, Maret
seluruh orang tua dan anak usia toddler 2014.
pada bulan Desember 2013 di PAUD Usia Ibu Frekuensi Persentase
Permata Bunda RW 01 Desa Jati Selatan 1 (tahun) (n) (%)
Sidoarjo sebesar 25 responden. 17-25 (remaja akhir) 5 20,8
Sampel penelitian ini adalah 26-35 (dewasa awal) 16 66,7
sebagian orang tua dan anak usia toddler 36-45 (dewasa akhir) 3 12,5
di PAUD Permata Bunda RW 01 Desa Jati Total 24 100.0
Selatan 1 Sidoarjo. Besar sampel yang
digunakan adalah 24 responden.
Rahayu, Firdaus : Hubungan Peran orang tua dengan kemampuan Toilet Training pada 71
anak usia Toddler di Paud Permata Bunda RW 01 Desa Jati Selatan Sidoarjo
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin anak di PAUD Permata berdasarkan kemampuan toilet training pada anak
Bunda RW 01 Desa Jati Selatan 1 Sidoarjo, Maret usia toddler di PAUD Permata Bunda RW 01 Desa
2014. Jati Selatan 1 Sidoarjo, Maret 2014.
Jenis Frekuensi Persentase Kemampuan toilet training
kelamin (n) (%) Peran orang tua Tidak Mampu Jumlah
Laki-laki 8 33,3 mampu n(%) n(%)
Perempuan 16 66,7 n(%)
Kurang baik 11(91,7) 1(8,3) 12(100)
Total 24 100.0
Baik 2(16,7) 10(83,3) 12(100)
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden jumlah 13(54,2) 11(45,8) 24(100)
berdasarkan tingkat pendidikan di PAUD Permata
Bunda RW 01 Desa Jati Selatan 1 Sidoarjo, Maret
2014. PEMBAHASAN
Frekuensi Persentase 1. Peran Orang tua
Pendidikan (n) (%) Berdasarkan dari 24 responden
Dasar (SD, SMP) 2 8,3 menunjukkan bahwa setengah (50%) orang
Menengah (SMA) 18 75,0 tua memiiliki peran yang kurang baik.
Perguruan Tinggi 4 16,7 Menurut Goldstein (2011), peran orang tua
Total 24 100.0 yang kurang baik akan menyebabkan anak
menjadi kurang bertanggung jawab, tidak
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden disipin dan tergantung pada orang lain atau
berdasarkan jenis pekerjaan di PAUD Permata tidak mandiri. Peran orang tua adalah
Bunda RW 01 Desa Jati Selatan 1 Sidoarjo, Maret
2014.
peran yang harus dimainkan seseorang
Frekuensi Persentase dalam konteksnya sebagai orang tua bagi
Pekerjaan (n) (%) anaknya. Peran orang tua sangat penting
Ibu rumah tangga 2 8,3 dalam membentuk kepribadian pada anak.
PNS 2 8,3 Untuk membentuk kepribadian seorang
Swasta 12 50
anak harus dimulai sejak usia dini. Apabila
orang tua tidak menjalankan perannya
Wiraswasta 8 33,3
dengan baik, maka anak tersebut akan
Total 24 100.0
menjadi anak yang kurang mandiri dan
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden selalu tergantung pada orang lain. Peran
berdasarkan peran orang tua pada anak usia toddler orang tua yang kurang baik bisa
di PAUD Permata Bunda RW 01 Desa Jati Selatan dikarenakan oleh berbagai faktor antara
1 Sidoarjo, Maret 2014.
lain umur, pendidikan, dan pekerjaan.
Frekuensi Persentase
Peran orang tua (n) (%) Faktor pertama yang mempengaruhi
peran orang tua adalah umur ibu.
Kurang baik 12 50
Berdasarkan dari 24 responden
Baik 12 50
menunjukkan bahwa sebagian besar
Total 24 100.0 (66,7%) ibu berumur 26-35 tahun.
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden Supartini (2004), menyatakan bahwa untuk
berdasarkan kemampuan toilet training pada anak menjalankan peran orang tua yang baik
usia toddler di PAUD Permata Bunda RW 01 Desa diperlukan kekuatan fisik dan psikologis.
Jati Selatan 1 Sidoarjo, Maret 2014. Pada usia tersebut orang tua biasanya
Kemampuan Toilet Frekuensi Persentase mempunyai banyak masalah, mulai dari
Training (n) (%)
masalah dalam rumah tangga atau masalah
Tidak mampu 13 54,2 pekerjaan. Hal tersebut bisa menyebabkan
mampu 11 45,8 orang tua mudah lelah dan mengalami
Total 24 100 stress, sehingga orang tua tidak dapat
menjalankan perannya dengan baik.
72 . Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 68-75
dengan rasa basah di kulit mereka air besar secara benar. Dampak yang jelek
(Dhianita, 2006). Anak perempuan pada cara ini adalah apabila contoh yang
biasanya lebih mudah mengikuti perintah diberikan salah sehingga akan dapat
dengan baik dan mudah dikendalikan diperlihatkan pada anak akhirnya anak
sehingga lebih cepat menangkap dan juga mempunyai kebiasaan yang salah.
menirukan apa yang diajarkan oleh orang Selain cara-cara tersebut diatas terdapat
tuanya daripada anak laki-laki yang sulit beberapa hal yang dapat dilakukan seperti
untuk diatur dan dikendalikan. melakukan observasi waktu pada saat anak
3. Hubungan peran orang tua dengan merasakan buang air kecil dan besar,
kemampuan toilet training pada anak tempatkan anak diatas pispot atau ajak
usia toddler anak ke kamar mandi, berikan pispot
Berdasarkan uji chi-square dengan dalam posisi aman dan nyaman, ingatkan
nilai kemaknaan α = 0,05, didapatkan nilai pada anak bila akan melakukan buang air
signifikan ρ = 0,001 < 0,05 yang berarti H0 kecil dan buang air besar, dudukkan atau
di tolak maka terdapat hubungan peran jongkokkan anak diatas pispot, berikan
orang tua dengan kemampuan toilet pujian jika anak berhasil jangan disalahkan
training pada anak usia toddler di PAUD dan dimarahi, biasakan akan pergi ke toilet
Permata Bunda RW 01 Desa Jati Selatan 1 pada jam-jam tertentu berikan anak celana
Sidoarjo. yang mudah dilepas dan dikembalikan.
Peran adalah perilaku yang dikaitkan Peran orang tua yang baik akan
dengan seseorang yang memegang sebuah memiliki dampak positif bagi
posisi tertentu, posisi mengidentifikasi perkembangan anak kedepannya. Anak
status atau tempat seseorang dalam suatu mempunyai kemampuan sendiri dalam
sistem sosial (Friedman, 2010). Menurut melaksanakan buang air kecil dan buang
Douglas, (2009) ada 2 teknik atau cara air besar tanpa merasakan ketakutan atau
yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk kecemasan sehingga anak akan mengalami
mengajarkan toilet training pada anaknya. pertumbuhan dan perkembangan sesuai
Yang pertama teknik lisan, Merupakan dengan usia tumbuh kembang anak.
usaha untuk melatih anak dengan cara Melalui toilet training anak akan diajarkan
memberikan instruksi pada anak dengan orang tua untuk bertanggung jawab dalam
kata-kata sebelum atau sesudah buang air melakukan kegiatan buang air kecil dan
kecil atau besar. Cara ini kadang-kadang buang air besar pada tempatnya dan
merupakan hal biasa yang dilakukan pada menghindari kebiasaan buang air kecil dan
orang tua akan tetapi apabila kita buang air besar yang tidak semestinya
perhatikan bahwa teknik lisan ini pada tempatnya. Banyak cara yang bisa
mempunyai nilai yang cukup besar dalam dilakukan orang tua untuk melatih toilet
memberikan rangsangan untuk buang air training pada anaknya.
besar atau kecil dimana dengan lisan ini Salah satu cara yang bisa dilakukan
persiapan psikologis pada anak akan adalah melatih anak agar mau BAB atau
semakin matang dan akhirnya anak BAK dikamar mandi. Contohnya adalah
mampu dengan baik dalam melaksanakan Bapak/ibu bersedia mengantar anaknya
buang air kecil dan buang air besar. buang air besar atau buang air kecil ke
Yang kedua adalah teknik modelling, toilet. Sedangkan dari hasil pengisian
Merupakan usaha untuk melatih anak kuesioner yang didapatkan dengan
dalam melakukan buang air besar dengan pernyataan “Bapak/ibu menyediakan
cara meniru untuk buang air besar atau waktu untuk mengantar anaknya buang air
memberikan contoh. Cara ini juga dapat besar atau buang air kecil ke toilet.”,
dilakukan dengan memberikan contoh hampir seluruhnya (87,5%) orang tua
buang air kecil dan buang air besar atau menyatakan tidak mau mengantarkan
membiasakan buang air kecil dan buang
74 . Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 68-75
anaknya ke toilet di karenakan orang tua PAUD Permata Bunda RW 01 Desa Jati
sibuk dengan pekerjaannya. Selatan 1 Sidoarjo, didapatkan bahwa
Orang tua lebih memilih cara yang sebagian besar anak usia toddler tidak
praktis dan mudah yaitu dengan mampu melakukan toilet training dengan
pemakaian diapers pada anaknya. Hal ini kurang baik. (3). Ada hubungan peran
menyebabkan banyaknya anak yang masih orang tua dengan kemampuan toilet
mengompol, BAB dan BAK disembarang training pada anak usia toddler di PAUD
tempat sampai usia pra sekolah bahkan Permata Bunda RW 01 Desa Jati Selatan 1
sampai usia sekolah disebabkan karena Sidoarjo.
kegagalan toilet training pada saat anak
berusia toddler. Menurut Pusparini (2010),
kegagalan dalam toilet training DAFTAR RUJUKAN
menyebabkan kebiasaan mengompol Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian
berkesinambungan atau anak mempunyai Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta,
kebiasaan mengompol sejak lahir sampai Rineka Cipta
berusia dewasa dan memiliki kebiasaan Arpa (2010). Hubungan Pengetahuan,
membuang air besar atau kecil di Sikap dan Kebiasaan Keluarga
sembarang tempat. dengan Kemampuan Toilet Training
Menurut Hidayat (2005), dampak yang Anak Toddler (1-3 Tahun) Di PAUD
paling umum dalam kegagalan toilet Mentari Kelurahan Dukuh Sutorejo
training seperti adanya perlakuan atau Surabaya. Surabaya, FIK UM
aturan yang ketat bagi orang tua kepada Surabaya
anaknya yang dapat mengganggu Dariyo, Agoes (2003). Psikologi
kepribadian anak atau cenderung bersifat Perkembangan Dewasa Muda.
retentif dimana anak cenderung bersikap Jakarta, PT Grasindo
keras kepala bahkan kikir. Departemen Pendidikan Nasional (2006).
Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua Pedoman Teknis Penyelenggaraan
apabila sering memarahi anak pada saat Pos PAUD. Jakarta, Direktorat
buang air besar atau kecil, atau melarang Jenderal Pendidikan Luar Sekolah
anak saat bepergian. Bila orang tua santai Direktorat Pendidikan Anak Usia
dalam memberikan aturan dalam toilet Dini
training maka anak akan dapat mengalami Dhianita (2006). Pengaruh Pembelajaran
kepribadian ekspresif dimana anak lebih Metode Demonstrasi Toilet Training
tega, cenderung ceroboh, suka membuat Pada Anak Usia Dini. Jakarta,
gara-gara, emosional dan seenaknya dalam Grasindo
melakukan kegiatan sehari-hari. Douglas, A. (2009). Buku Batita
Terlengkap. Jakarta, Dian Rakyat
SIMPULAN DAN SARAN Fudyartanta (2005). Psikologi Kepribadian
Freudinamisme. Jogjakarta, Zenith
Simpulan Publisher
Dari hasil penelitian yang Friedman, M (2010). Buku Ajar
dilakukan peneliti, maka peneliti Keperawatan Keluarga Edisi 5.
menyimpulkan beberapa hal sebagai Jakarta, EGC
berikut: (1). Peran orang tua dalam Hasan, M. (2011). Pendidikan Anak Usia
kemampuan toilet training pada anak usia Dini. Jogjakarta, Diva Press
toddler di PAUD Permata Bunda RW 01 Hidayat, A.A. (2005). Pengantar Ilmu
Desa Jati Selatan 1 Sidoarjo, didapatkan Keperawatan Anak 1. Jakarta,
bahwa setengahnya orang tua mempunyai Salemba Medika
peran yang kurang baik. (2). Kemampuan
toilet training pada anak usia toddler di
Rahayu, Firdaus : Hubungan Peran orang tua dengan kemampuan Toilet Training pada 75
anak usia Toddler di Paud Permata Bunda RW 01 Desa Jati Selatan Sidoarjo
Abstrak
Nyeri menstruasi dapat menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari. Salah satu cara penanganan
untuk mengurangi derajat nyeri menstruasi dengan melakukan kompres hangat. Angka kejadian
nyeri menstruasi di SMAN 2 Pamekasan, 70% siswi kelas X mengalami nyeri menstruasi.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kompres hangat terhadap derajat nyeri menstruasi
pada siswi kelas X di SMA Negeri Pamekasan.
Desain penelitian ini adalah analitik dengan rancang bangun cross sectional. Populasi adalah siswi
kelas X yang mengalami nyeri menstruasi pada hari 1 – 3 dan tidak mengkonsumsi obat anti nyeri.
Sampel sebanyak 88 responden, sampling simple random sampling. Instrumen menggunakan
lembar observasi. Data yang diperoleh diolah dengan SPSS for windows diuji dengan Mann-
Whitney dengan tingkat kemaknaan α = 0,005.
Hasil penelitian menunjukkan dari 88 responden, sebagian besar (64,8%) responden melakukan
kompres hangat, sebagian besar (63,6%) responden mengalami derajat nyeri menstruasi ringan.
Hasil uji Mann-Whitney diperoleh p = 0,024 dan α = 0,05, berarti ρ < α maka H ditolak artinya ada
hubungan kompres hangat terhadap derajat nyeri menstruasi pada siswi kelas X di SMA Negeri 2
Pamekasan.
Kompres hangat dapat mengurangi derajat nyeri menstruasi. Diharapkan bagi siswi untuk
menangani nyeri menstruasi dengan melakukan kompres hangat.
Abstract
The pain of menstruation can cause a nuisance of daily activity. One of the handling way to reduce
the level of menstruation pain is doing warm compress. The event rate of menstruation pain in
SMAN 2 Pamekasan, 70% female students of tenth grade get the menstruation pain. The research
intends to know the relation of warm compress to the level of menstruation pain to female students
of tenth grade in SMAN 2 Pamekasan.
The design of research is analytic with the construction design of cross sectional, the population is
female students of tenth grade who get the menstruation pain on the first until the third day and they
don’t take a medicine, which can reduce of the pain. The sample is 88 respondents, sampling simple
random sampling. The date that are gotten, are processed with SPSS for windows and are examined
by Mann-Whitney with the meaning level α = 0,005.
The result of research shows that 88 respondents, the most of 57 respondents who did the warm
compress, get the minor of menstruation pain is 31 respondents (54,4%), and 31 respondents who
did the usual compress, almost all of them get the minor of menstruation pain, is 25 respondents
76
Amaliyah, Afiyah : Kompres Hangat Mempengaruhi Derajat nyeri Menstruasi Pada Siswa 77
Kelas X Di SMA Negeri 2 Pamekasan
(80,6%), the test research of Mann-Whitney is gotten p = 0,024 and α = 0,05, it means that ρ < α so
H is refused, means that there is correlation between the warm compress to the level of
menstruation pain to female students of tenth grade in SMAN 2 Pamekasan.
The warm compress reduce the menstruation pain. I hope that the female students handle the
menstruation pain by doing warm compress.
diatas, konflik emosional, ketegangan dan dimana setiap anggota populasi mempunyai
kegelisahan dapat memainkan peranan serta kesempatan yang sama untuk diseleksi.
menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Instrumen yang digunakan peneliti dalam
Oleh karena itu nyeri menstruasi pada semua penelitian ini adalah buli-buli dan sarungnya,
usia harus ditangani agar tidak terjadi masalah dan lembar observasi.
seperti hal- hal tersebut (Knight, 2006).
Cara mengurangi nyeri menstruasi terdapat
dua tindakan yaitu secara farmakologis dan Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan
non farmakologis. Salah satu intervensi Hasil Data khusus berisi karakteristik responden yang
keperawatan untuk menurunkan nyeri adalah meliputi kompres, nyeri menstruasi, dan hubungan
kompres hangat, yaitu memberikan rasa hangat kompres dengan nyeri menstruasi.
pada daerah tertentu dengan menggunakan Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden
kantung berisi air hangat yang menimbulkan berdasarkan kompres siswi di SMA
rasa hangat pada bagian tubuh yang Negeri 2 Pamekasan bulan Maret
memerlukan. Kompres hangat dengan suhu 2013
45°C – 50,5°C dapat dilakukan dengan
menempelkan kantung karet yang diisi air No. Kompres Frekuensi Persentase(%)
hangat ke daerah tubuh yang nyeri. Tujuan 1 Kompres 57 64,8
dari kompres hangat adalah pelunakan 2 hangat 31 35,2
jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih Kompres
rileks, menurunkan rasa nyeri, dan air biasa
mempelancar pasokan aliran darah dan Jumlah 88 100
memberikan ketenangan pada klien (Kimin, Sumber : Data primer, Maret 2013
2009). Mengingat pentingnya masalah di atas, Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui dari 88
penulis tertarik untuk melakukan penelitian responden sebagian besar (64,8%)
tentang “Hubungan kompres hangat terhadap menggunakan kompres hangat.
derajat nyeri menstruasi pada siswi kelas X di
SMA Negeri 2 Pamekasan”. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan derajat nyeri
menstruasi siswi di SMA Negeri 2
Metode Penelitian Pamekasan bulan Maret 2013
Dalam penelitian ini jenis yang digunakan adalah
analitik dengan desain cross sectional. Populasi No. Derajat Frekuensi Persentase(%)
dalam penelitian ini adalah siswi kelas X yang Nyeri
mengalami nyeri menstruasi pada hari pertama Menstruasi
sampai hari ketiga dan tidak minum obat anti 1 Ringan 56 63,6
nyeri di SMA Negeri 2 Pamekasan, sebesar 2 Sedang 26 29,5
112 siswi. Sampel dalam penelitian ini adalah 3 Berat 6 6,8
sebagian siswi kelas X yang mengalami nyeri Jumlah 88 100
menstruasi pada hari pertama sampai hari
Sumber : Data primer, Maret 2013
ketiga dan tidak minum obat anti nyeri di
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui dari 88
SMA Negeri 2 Pamekasan sebesar 88
responden sebagian besar (63,6%) mengalami
responden.
derajat nyeri menstruasi ringan.
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik probality sampling
a. Tabulasi Silang
secara simple random sampling, yaitu
Hubungan kompres hangat terhadap derajat
pengambilan sampel secara acak dari seluruh
nyeri menstruasi pada siswi kelas X di SMA
siswi yang mengalami nyeri menstruasi,
Negeri 2 Pamekasan untuk bisa diketahui,
Amaliyah, Afiyah : Kompres Hangat Mempengaruhi Derajat nyeri Menstruasi Pada Siswa 79
Kelas X Di SMA Negeri 2 Pamekasan
maka menggunakan tabulasi silang (cross Penanganan non farmakologi terhadap nyeri
tabulation) dan didapatkan seperti pada tabel menstruasi salah satunya menggunakan
5.3: kompres hangat. Kompres hangat dapat
Tabel 5.3 Tabulasi silang kompres hangat menyebabkan jaringan fibrosa menjadi lunak,
terhadap derajat nyeri menstruasi otot tubuh menjadi rileks, memperlancar aliran
pada siswi kelas X di SMA Negeri 2 darah, dan memberi ketenangan pada klien
Pamekasan bulan Maret 2013. sehingga bisa menurunkan rasa nyeri.
Derajat Nyeri Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh
Menstruasi akan memberikan sinyal ke hipothalamus
Total
Kompres Ringan Sedan Berat melalui sumsum tulang belakang. Ketika
g reseptor yang peka terhadap panas di
N % N % N % N % hipotalamus dirangsang, sistem effektor
Kompres 3 54 2 3 4 7, 5 10 mengeluarkan sinyal yang memulai
hangat 1 ,4 2 8, 0 7 0 berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan
6 ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat
Kompres 2 80 4 1 2 6, 3 10 vasomotor pada medulla oblongata dari
air biasa 5 ,6 2, 5 1 0 tangkai otak, di bawah pengaruh hipotalamik
9 bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi.
Jumlah 5 63 2 2 6 6, 8 10 Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan
6 ,6 6 9, 8 8 0 penurunan nyeri. Nyeri menstruasi pada
5 remaja harus ditangani meskipun hanya
Sumber : Data primer, Maret 2013 dengan pengobatan sendiri atau non
Berdasarkan tabel 5.7 di atas menunjukkan farmakalogi untuk menghindari dampak yang
bahwa dari 57 responden yang melakukan lebih berat, seperti gangguan aktivitas hidup
kompres hangat sebagian besar (54,4%) sehari-hari (ADLs). Sehingga derajat nyeri
mengalami derajat nyeri menstruasi ringan, menstruasi yang dirasakan responden setelah
sedangkan dari 31 responden yang melakukan dilakukan kompres hangat derajat nyeri
kompres air biasa hampir seluruhnya (80,6%) menstruasi ringan.
mengalami derajat nyeri menstruasi ringan. Menurut Perry dan Potter (2005) kompres
Hasil uji statistik dengan menggunakan Mann- hangat yang dilakukan menyebabkan
Whitney, didapatkan p = 0,024 dan α = 0,05, pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi
berarti ρ < α maka H ditolak artinya terdapat penurunan ketegangan otot sehingga nyeri
hubungan kompres hangat terhadap derajat menstruasi yang dirasakan akan berkurang
nyeri menstruasi pada siswi kelas X di SMA atau hilang.
Negeri 2 Pamekasan.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diuraikan, maka dapat dirumuskan simpulan sebagai
berikut:
Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan 1. Siswi kelas X di SMA Negeri 2
bahwa kompres hangat dapat mengurangi Pamekasan sebagian besar melakukan
derajat nyeri menstruasi pada siswi kelas X di kompres hangat untuk penanganan nyeri
SMA Negeri 2 Pamekasan. Nyeri menstruasi menstruasi.
yang dialami siswi sebagian besar nyeri 2. Siswi kelas X di SMA Negeri 2
menstruasi ringan. Nyeri menstruasi tersebut Pamekasan sebagian besar mengalami
sebagian besar terjadi pada siswi berumur 16 derajat nyeri menstruasi ringan.
tahun, yang umur menstruasi pertamakali 3. Ada hubungan kompres hangat terhadap
berumur 10 – 13 tahun. Sebagian besar siswi derajat nyeri menstruasi pada siswi kelas X
tersebut mengalami nyeri menstruasi waktu di SMA Negeri 2 Pamekasan.
menstruasi hari ke-2.
80 . Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 76-80
Nur Hidaayah
Abstract :
Child abuse occur in the conditions, places, people closest to where the child
should feel secure that home, school and community environments. According to
UNICEF that violence against children in some countries can be socially acceptable, it
is allowed and is not seen as something rude. Some factors contributing to violence
include: witnessing parental violence while still childhood, aggressive attitude towards
the child, wife or husband, and behaved aggressively towards children and the
environment that supports the violence recurs. Children who experience repeated
violence much risk of adverse impacts that they showed chronic stress, including
difficulties in school and problems with concentration. Things do not have to happen
is depression to suicidal behavior. Help prevent the necessary co-operation of various
elements of parents, educators, family leaders, community leaders, community
organizations, peers, program managers across relevant sectors. Indispensable role of
the academia, professional organizations, Society of Social Institutions and law
enforcement officials.
Abstrak :
Tindak kekerasan pada anak banyak terjadi pada kondisi, tempat, orang
terdekat di mana anak seharusnya merasa aman yaitu rumah, sekolah dan lingkungan
masyarakat. Menurut UNICEF bahwa kekerasan terhadap anak di beberapa negara
dapat diterima secara sosial, hal tersebut dibiarkan dan tidak dilihat sebagai sesuatu
yang kasar. Beberapa faktor penyebab kekerasan meliputi : menyaksikan kekerasan
orang tua saat masih usia kanak-kanak, sikap agresif terhadap anak, istri atau suami,
dan berperilaku agresif terhadap anak serta lingkungan yang mendukung terjadinya
tindak kekerasan berulang. Anak yang mengalami tindak kekerasan berulang banyak
resiko terjadinya dampak buruk yaitu mereka menunjukkan stres kronis, termasuk
kesulitan di sekolah dan masalah konsentrasi. Hal yang tidak perlu terjadi adalah
perilaku depresi hingga bunuh diri. Bantuan mencegah diperlukan kerjasama berbagai
elemen yaitu orangtua, pendidik, tokoh keluarga, tokoh masyarakat, organisasi
masyarakat, teman sebaya, pengelola program lintas sektor terkait. Tidak lupa peran
serta akademisi, organisasi profesi, LSM dan aparat penegak hukum sangat
diperlukan.
81
82 . Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 81-88
konsentrasi. Hal yang tidak perlu nyaman bagi anak, dan terakhir
terjadi adalah perilaku depresi hingga pemerintah sebagai pembuat kebijakan
bunuh diri. Bahkan paling buruk terjadi dalam bentuk Undang-undang
di sepanjang hidup anak hingga perlindungan anak serta aparat penegak
dewasa, mereka terbiasa menjadi hukum sebagai pelaksana perlindungan
penganiaya pula (Taylor, Shelley E., terhadap keamanan warga negara.
Peplau, Letitia Anne & Sears, David O, Berbagai pihak tersebut harus saling
2009). mendukung dalam menjalankan tugas
Dampak yang dialami anak dan fungsinya masing-masing demi
adalah merasa ketakutan, kebingungan, terpenuhinya hak anak bebas dari
dan kaget melihat kekerasan yang tindak kekerasan.
terjadi pada orangtuanya; (2) Tumbuh
perasaan bersalah karena menganggap
diri menjadi penyebab munculnya B. PEMBAHASAN
kekerasan; (3) Menjadi rewel,
mengeluh sakit, sulit tidur, dan kembali 1. Pengertian
berperilaku seperti bayi (mengisap Kekerasan pada anak atau child
jempol, mengompol, berbicara abuse and neglec yaitu semua tindakan
menggunakan bahasa bayi atau cadel, fisik, mental dan seksual dari orangtua
selalu minta digendong atau ditemani); atau pengasuh di setiap keadaan yang
(4) Cenderung suka melawan dan kasar menunjukkan kurangnya perawatan
atau malah justru menjadi tidak mau dan perlindungan terhadap anak,
berteman dan lebih memilih sehingga menyebabkan luka dan
menyendiri; (5) Jika hal tersebut kegagalan perkembangan baik fisik,
dibiarkan terus, kemungkinan bisa intelektual, mental dan sosial. Contoh
mengganggu perkembangan anak, baik tindakan kekerasan pada anak adalah
secara fisik, kejiwaan, perilaku, pemukulan, penyerangan fisik berkali-
maupun prestasinya nanti; (6) Dampak kali sampai terjadi luka, eksploitasi
jangka panjang pada anak laki-laki (pornografi, penyerangan seksual,
adalah meniru perilaku kekerasan yang pemberian makanan yang tidak layak
dilakukan oleh ayahnya. Sedangkan atau kurang gizi, pengabaian
anak perempuan cenderung menerima pendidikan dan kesehatan. Menurut
kekerasan sebagai suatu hal yang wajar UU perlindungan anak pasal 13 yang
sehingga ketika dewasa nanti besar dimaksud kekerasan terhadap anak
kemungkinan akan kembali menjadi adalah deskriminasi, eksploitasi baik
korban (Redaksi koran pendidikan, fisik maupun seksual, penelantaran,
2013) kekejaman, kekerasan seksual dan
Pentingnya kerjasama antara penganiayaan, ketidakadilan dan
berbagai pihak agar dapat mengurangi perlakuan salah lainnya.
darurat kekerasan pada anak di
Indonesia. Keterlibatan pihak yang 2. Pelaku Tindak Kekerasan
dimaksud adalah keluarga yang Menurut BPS (2006)
mengasuh anak, juga lembaga menyatakan bahwa pelaku kekerasan
pendidikan, tenaga kesehatan dan ternyata orang yang semestinya
tokoh agama dalam mencegah dan menjadi pembimbing, pelindung,
menangani dampak kekerasan pada penerima pengaduan, pemberi rasa
anak. Keterlibatan masyarakat dan aman dan kasih sayang. Berikut ini
komisi perlindungan anak sebagai tabel tentang pelaku kekerasan secara
penyedia lingkungan aman dan berurutan :
84 . Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 81-88
4. Klasifikasi 5. Akibat
Menurut Terry E. Lawson Semua kekerasan yang diterima
menyatakan bahwa kekerasan pada anak terekam dalam alam bawah sadar
anak digolongkan menjadi 4 macam, hingga masa dewasa dan seterusnya
yaitu (Rochmat Wahab, 2013): sepanjang hidup. Anak korban
kekerasan akan melakukan hal yang
a. Emotional abuse sama yang diterimanya sewaktu kecil,
Yaitu tidak adanya perhatian di usia dewasa. Mereka akan lebih
maupun respon orangtua setelah agresif dalam melakuan kekerasan
anak memintanya. Pengabaian ini serupa terhadap anak-anak. Penjelasan
akan diingat seterusnya oleh anak lengkap tentang akibat yang dialami
bila kekerasan ini berkelanjutan. anak dapat diurutkan berdasarkan tahap
Gejala yang ditunjukkan oleh anak perkembangannya, sebagai berikut
karena mendapatkan kekerasan ini (Rochmat Wahab, 2013) :
adalah perilaku maladaptif
(menarik diri, pemalu, menangis
Nurhidayah : Mencegah Dampak Darurat Kekerasan Pada Anak Indonesia 85
masalah yang terkait dengan orang e. Usia remaja (13 sampai 21 tahun)
dewasa. Usia remaja telah memiliki
kesadaran bahwa ada cara-cara
d. Usia Sekolah (7 sampai 12 tahun) yang berbeda dalam berpikir,
Jaffe dkk (1990) menyatakan merasa, dan berperilaku dalam
bahwa pada usia SD, anak yang kehidupan di dunia ini. Misalnya
menyaksikan KDRT, secara studi Davis dan Carlson (1987)
cepat belajar bahwa kekerasan menyimpulkan bahwa hidup
adalah suatu cara yang paling dalam keluarga yang penuh
tepat untuk menyelsaikan konflik kekerasan dapat meningkatkan
dalam hubungan kemanusiaan. kemungkinan menjadikan isteri
Mereka lebih mampu, yang tersiksa, sementara itu
mengekspresikan ketakutan dan Hughes dan Barad (1983)
kecemasannya berkenaan dengan mengemukakan dari hasil studinya
perilaku orangtuanya. bahwa angka kejadian kekerasan
Hughes (1986) menemukan yang tinggi dalam keluarga yang
bahwa anak usia sekolah kesulitan dilakukan oleh ayah cenderung
terhadap pekerjaan sekolah, dapat menimulkan korban
prestasi akademik buruk, tidak kekerasan, terutama anak-
suka sekolah, dan kesulitan anaknya. Tetapi ditekankan pula
konsentrasi. Wolfe et.al, 1986: oleh Rosenbaum dan O’Leary
Jaffe et.al, 1986, Christopoulus (1981) bahwa tidak semua anak
et al, 1987 menguatkan melalui yang hidup kesehariannya dalam
studinya, bahwa anak dari hubungan yang penuh kekerasan
keluarga yang mengalami akan mengulangi pengalaman
kekerasan domistik cenderung itu. Artinya bahwa seberat
memiliki problem prilaku lebih apapun kekerasan yang ada
banyak dan kompetensi sosialnya dalam rumah tangga, tidak
lebih rendah daripada keluarga sepenuhnya kekerasan itu
yang tidak mengalami kekerasan berdampak negatif kepada semua
dalam rumah tangga. anak remaja, tergantung
Sementara studi yang ketahanan mental dan kekuatan
dilakukan terhadap anak pribadi remaja tersebut.
Australia, (Mathias et.al, 1995)
sebanyak 22 anak dari usia 6 Dari banyak penelitian
sd 11 tahun menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa konflik antar
kelompok anak-anak yang secara kedua orangtua yang disaksikan oleh
historis mengalami kekerasan anak-anaknya yang sudah remaja
dalam rumah tangganya cenderung berdampak yang sangat
cenderung mengalami problem berarti, terutama anak remaja pria
perilaku pada tinggi batas ambang cenderung lebih agresif, sebaliknya
sampai tingkat berat, memiliki remaja wanita cenderung lebih dipresif
kecakapan adaptif di bawah (Rochmat Wahab, 2013).
rata-rata, 11 memiliki kemampuan Menurut Pedoman
membaca di bawah usia Penggolongan Diagnostik Gangguan
kronologisnya, dan memiliki Jiwa III yang merupakan kriteria
kecemasan pada tingkat menengah gangguan stres pasca-trauma (post
sampai dengan tingkat tinggi. traumatic stres disorder atau PTSD)
yang dapat dialami anak yaitu :
Nurhidayah : Mencegah Dampak Darurat Kekerasan Pada Anak Indonesia 87
DAFTAR RUJUKAN
Nurul Kamariyah
ABSTRACT
Contraceptive injection acceptors in Pamekasan District have reached 66.85%. The appropriate
type of contraceptive injection for the breastfeeding mothers is the three-month injection because
it doesn’t disturb the lactation process. In Pustu (supporting community health center) Kangenan,
almost all breastfeeding mothers choose one-month contraceptive injection. The influencing
factor for them to choose the contraceptive injection is knowledge. Therefore, this research was
purposed to find out the relationship between the breastfeeding mothers’ knowledge and their
choice for contraceptive injection. The design of this research was analytic-observational done
by applying the cross sectional approach. The population involved 48 breastfeeding mothers
choosing the contraceptive injection. The samples included the simple random sampling
involved 42 respondent The research done in July 2014 used the instrument of questionnaire and
LPD (data collection sheet). The result of the research showed that among 23 respondents with
low level of knowledge, almost all of them (78.3%) chose one-month contraceptive injection
(cyclofem) which didn’t meet their needs. Moreover, the result of data analysis using SPSS
program for Windows and Mann-Whitney test revealed that ρ = 0.003 < α 0.05 which proved
that there was a relationship between the breastfeeding mothers’ knowledge and their choice for
contraceptive injection. The conclusion of this research was that the breastfeeding mothers’
knowledge and their choice for contraceptive injection were related. Hence, the breastfeeding
mothers should choose the three-month contraceptive injection because it gives no influence to
the breast milk. Besides, the maximum counseling should also be done to the forthcoming
acceptors to choose the appropriate contraceptive method.
ABSTRAK
Akseptor KB suntik di kabupaten Pamekasan mencapai 66,85%. KB suntik yang sesuai untuk
ibu meneteki adalah KB suntik 3 bulan karena tidak mengganggu ASI, di Pustu Kangenan ibu
meneteki hampir seluruhnya memakai KB suntik 1 bulan. Faktor yang mempengaruhi ibu
meneteki memilih kontrasepsi suntik salah satunya adalah pengetahuan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu meneteki dengan pemilihan kontrasepsi suntik di
Pustu Kangenan Pamekasan. Desain penelitian analitik observasional bersifat cross sectional.
Populasi ibu meneteki yang menggunakan KB suntik sebesar 48 orang, sampel adalah sebagian n
dari populasi (simple randim sampling) sebesar 42 responden. Penelitian dilakukan bulan Juli
2014, menggunakan instrumen kuesioner dan LPD (Lembar Pengumpulan Data) Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 23 responden yang berpengetahuan kurang hampir seluruhnya (78,3 %)
menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan (cyclofem), hal ini tidak sesuai dengan kebutuhannya.
Analisis data menggunakan SPSS for windows dengan uji mann whitney didapatkan hasil ρ =
0,003 < α = 0,05 yang berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu meneteki dengan
pemilihan jenis kontrasepsi suntik.Simpulan dalam penelitian ini terdapat hubungan antara
89
90 . Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 89-96
tingkat pengetahuan ibu meneteki dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik. Saran bagi ibu
meneteki sebaiknya memilih KB suntik 3 bulan karena tidak mempengaruhi ASI sehingga perlu
dilakukan konseling secara maksimal kepada para calon akseptor sebelum memilih kontrasepsi
yang cocok.
MOW 18 (2,50%), khusus ibu meneteki resiko pembekuan darah (Saifudin, AB,
yang menggunakan KB suntik yang 2003 : U-46).
berkunjung sebanyak 42 orang, dan yang
menggunakan KB suntik progestin (3 bulan) Bagi para pelaksana program KB
sebanyak 7 orang (16,66%) sedangkan hendaknya betul-betul memberikan
sisanya 35 orang (83,33%) menggunakan konseling secara lengkap kepada calon
KB cyclofem (1 bulan). Hal ini menunjukkan peserta KB, sehingga akseptor khususnya
bahwa masih banyak ibu meneteki yang BUTEKI mengerti tentang KB yang diikuti
masih belum tepat dalam penggunaan atau yang tidak mengganggu atau merugikan
pemilihan kontrasepsi suntik. Hal ini kesehatannya.Berdasarkan alasan tersebut
merupakan masalah yang seharusnya diatas dalam peneliti tertarik untuk meneliti
diantisipasi karena sebaiknya seperti yang tentang tingkat pengetahuan ibu meneteki
dijelaskan teori di awal seharusnya ibu dengan penggunaan kontrasepsi suntik.
meneteki menghindari KB yang METODE
mengandung estrogen ( KB suntik 1 bulan).
Desain yang digunakan dalam penelitian
Setelah diambil data dari 10 akseptor, adalah analitik observasional yang bersifat
terdapat 7 (70%) akseptor memakai KB cross sectional. Populasi dalam penelitian
suntik 1 bulan dengan alasan sudah pernah ini adalah seluruh ibu meneteki yang
menggunakan KB suntik 1 bulan dan cocok menggunakan kontrasepsi suntik yang ada di
dengan KB suntik 1 bulan sedangkan 3 Pustu Kangenan Pamekasan sebesar 48
(30%) akseptor yang menggunakan KB orang. sampel yang digunakan dalam
suntik 3 bulan dengan alasan tidak tiap bulan penelitian ini adalah sebagian ibu meneteki
harus kembali untuk suntik KB. Dari 7 yang menggunakan KB suntik yang bersedia
akseptor yang menggunakan KB suntik 1 menjadi responden dan dapat berkomunikasi
bulan, hanya 1 orang (14,28%) yang dengan baik (dapat baca dan tulis). Besar
mengetahui tentang pengaruh KB suntik 1 sampel dalam penelitian ini adalah total
bulan terhadap produksi ASI sedangkan 6 populasi sebesar 42 orang. Cara
orang (85,71%) tidak tahu pengaruh pengambilan sampel dalam penelitian ini
penggunaan KB suntik 1 bulan terhadap adalah dengan tehnik simple random
ASI, dan dari 7 akseptor yang menggunakan sampling.
KB suntik 1 bulan tersebut 5 orang
mengatakan air susunya berkurang, dan 2 HASIL
lainnya mengatakan berhenti menyusui
Tabel 5.1 : Distribusi frekuensi umur ibu
bayinya karena produksi air susunya sedikit. meneteki yang menggunakan KB suntik di Pustu
Dari ketidaktahuan masyarakat khususnya Kelurahan Kangenan Kecamatan Pamekasan
ibu meneteki dalam menggunakan alat pada bulan Juli 2014
kontrasepsi yang aman berakibat
mengurangi produksi ASI, mempengaruhi
tumbuh kembang bayi dan meningkatkan
92 . Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 89-96
Jumlah 42 100 N % n % n %
demi sedikit mulai dari usia muda sehingga dengan teori yang dikemukakan oleh
semakin bertambahnya usia pengetahuan dan Notoatmodjo,S ( 2003 ) yaitu pengetahuan
pengalaman yang dimiliki semakin banyak dan merupakan domain yang penting dalam
baik. Parita juga mempengaruhi pengetahuan ibu membentuk tindakan seseorang. Bertambah
meneteki karena sebagian besar responden banyak pengetahuan yang di peroleh seseorang
adalah primipara, maka pengalaman yang akan bertambah terbuka pintu hati mereka untuk
mereka dapat juga kurang mereka lebih menerima gagasan dan informasi baru (
mengikuti kepercayaan yang dianut orang yang subekti,S.2003 ).
mereka anggap lebih tua.
Pemilihan Jenis Kontrasepsi suntik
Selain faktor umur, faktor pendidikan
juga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa
khususnya ibu meneteki. Karakteristik tingkat 57,1 % memilih KB suntik 1 Bulan ( Cyclofem
pendidikan responden sebagian besar (59,5 %) ), hal ini tidak sesuai dengan kebutuhan ibu
berpendidikan dasar hal ini menunjukkan dalam meneteki karena seharusnya ibu meneteki
memperoleh informasi juga kurang dan memilih KB suntik 3 bulan karena tidak
cenderung lebih lamban dalam untuk beradaptasi mempengaruhi ASI. Faktor yang mempengaruhi
terhadap perubahan perilaku yang baru dikenal. pemilihan jenis kontrasepsi antara lain umur,
paritas, status ekonomi, pekerjaan dan
Selain dua faktor tersebut faktor sosial pendidikan.
ekonomi juga mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Berdasarkan hasil Di Indonesia kontrasepsi suntik sangat
penelitian hampir seluruhnya (81 %) responden populer selain karena mudah ibu-ibu akseptor
tidak bekerja, hal ini bisa dikatakan bahwa ”jatuh cinta“ lantaran segi praktisanya yaitu
responden cenderung meluangkan waktu terbebas dari faktor lupa,berdaya kerja lama
dirumah untuk mengurusi rumah tangga, diri ,tidak perlu memakainya setiap kali akan
sendiri dan keluarga. Sehingga mereka senggama. Menurut Wydianingrum ,A.(2009)
cenderung kurang memperhatikan hal yang faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang
mereka anggap kurang penting namun menggunakan alat kontrasepsi yaitu status sosial,
sebenarnya sangat berpengaruh terhadap pendidikan , pengetahuan dan pekerjaan,
kesehatannya seperti halnya pada kontrasepsi. demografis ( umur dan jumlah anak ),
pengalaman ber KB, aktifitas kemasyarakatan,
Hasil penelitian diatas sesuai dengan peran dalam mengambil keputusan.
teori Latipun (2011) bahwa tingkat pengetahuan
di pengaruhi oleh faktor umur dan Berdasarkan hasil penelitian pada tabel
pendidikan,intelegensi serta sosial ekonomi. 5.1 umur responden hampir seluruhnya berusia
Semakin tua umur seseorang ,semakin kontruktif 20-30 tahun, dimana cenderung memilih KB
dalam menggunakan kopling terhadap masalah suntik 1 bulan karena ingin mendapat menstruasi
yang di hadapi,makin muda seseorang akan secara teratur dan tidak gemuk tanpa melihat
mempengaruhi terhadap pengambilan keputusan, efek samping dari KB suntik 1 bulan yang dapat
tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi mempengaruhi produksi ASI.
pandangannya dan prilakunya, karena itu akan Begitu pula dengan paritas atau jumlah
berbeda sikap dan perilaku seseorang yang anak, sebagian responden (61,9%) adalah
berpendidikan tinggi di banding yang primipara memilih KB suntik 1 bulan dengan
berpendidikan rendah. Hal ini juga diperkuat alasan kesuburannya akan cepat kembali setelah
Kamariyah : Tingkat Pengetahuan Ibu Meneteki Mempengaruhi Pemilihan 95
Jenis Kontrasepsi Suntik Di Pustu Kangenan Pamekasan
berhenti menjadi akseptor dengan demikian suntik 1 bulan. Hasil penelitian di atas sesuai
lebih cepat pula memiliki anak, pengalaman juga dengan teori Notoatmodjo,S ( 2008 ), bahwa
menjadi alasan responden memilih KB suntik 1 pengetahuan merupakan domain yang sangat
bulan mengingat ini adalah anak pertama. Hal penting dalam membentuk tindakan seseorang.
ini juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya
dimana KB suntik dianggap hanya menunda Menurut Widyaningrum,A (2009) Bahwa
kehamilan bukan menghentikan kehamilan pengalaman menggunakan salah satu metode
seperti alat kontrasepsi lainnya. kontrasepsi yang menunjang pemahaman
akseptor tentang metode kontrasepsi. Semakin
Selain faktor umur dan paritas, status lama akseptor tahu tentang metode kontrasepsi,
ekonomi dan pekerjaan juga berpengaruh dalam semakin lama akseptor menggunakan KB suntik
pemilihan kontrasepsi. Berdasarkan tabel 5.3 diasumsikan pengetahuan mereka serta
hampir seluruh responden tidak bekerja, keberlangsungan pengguna KB suntik semakin
sehingga responden cenderung memilih KB baik. Begitu pula pengetahuan individu tentang
suntik karena lebih murah dibandingkan dengan KB penting untuk membentuk seseorang
alat kontrasepsi yang lain. Dari beberapa faktor menjadi akseptor KB.
yang telah dikemukakan, faktor pengetahuan
juga tidak kalah pentingnya dalam pemilihan Makin banyak Informasi (lengkap dan jujur )
jenis kontrasepsi. Dengan pendidikan responden mengenai semua jenis alat kontrasepsi baik
yang sebagian besar adalah berpendidikan dasar keuntungan, kerugian, dan efek sampaing maka
menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki ibu meneteki dapat menentukan alat kontrasepsi
juga kurang sehingga berpengaruh juga terhadap apa yang cocok untuk dirinya. Sebaiknya bagi para
pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan pelaksana Program KB betul betul memberikan
kebutuhan ibu meneteki. Konseling dan penyuluhan di sertai dengan
kualitas dan kemudahan layanan kepada calon
Menurut Subekti,S ( 2008 ) dari berbagai faktor peserta KB, sehingga akseptor khusunya Ibu
tersebut pengetahuan tentang pengendalian meneteki mengerti tentang KB yang cocok untuk
kelahiran dan keluarga berencana merupakan dirinya, yaitu ibu meneteki memilih kontrasepsi
salah satu aspek penting ke arah pemahaman yang tidak mengandung progestin dan
tentang berbagai cara kontrasepsi dan menghindari kontrasepsi yang mengandung
selanjutnya. estrogen karena berpengaruh terhadap produksi
ASI.
Hubungan pengetahuan ibu meneteki dengan
pemilihan kontrasepsi suntik. SIMPULAN
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa
dari 23 reponden yang berpengetahuan kurang Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas
hampir seluruhnya (78,3 %) memilih KB suntik maka dapat diambil kesimpulan bahwa di Pustu
1 bulan. Kangenan Pamekasan adalah sebagai berikut :
Signifikan hasil hitung sebesar 0,003 < 0,05 H1 1. Ibu meneteki sebagian besar memiliki
di terima berarti ada hubungan pengetahuan ibu pengetahuan yang kurang .
meneteki dengan pemilihan jenis kontrasepsi
2. Ibu meneteki sebagian besar memilih
suntik. Semakin tinggi pengetahuan ibu
kontrasepsi suntik 1 bulan (cyclofem),
meneteki, semakin tepat dalam memilih KB
yang sesuai dengan kebutuhannya yaitu KB
96 . Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 89-96
Abstract; Since January to December, visits BPJS patients in Jemursari Islamic hospital
increased average of 241 patients per month. On 27 December 2014 have an survey with ten
BPJS patiens who 80% must waiting for the room. The purpose of this research is to find out
the relation of the inpatiets waiting list with the long of BPJS inpatient who was gived the
treatment in Jemursari Islamic hospital Surabaya.
The design is cross-sectional analytic probability sampling is simple random sampling .
The population of inpatient in Islamic hospital Surabaya are 181 people, for sample are 73
BPJS patients hospitalized in Jemursari Islamic Hospital Surabaya , being 73 ALOS of BPJS
patients secondary data taken from medical records. The independent variable is the long of
stay with instument is the secondary data from medical record and the dependent variable of
the queue inpatient with the research instrument using questioner.
The results showed long of stay or BPJS patient ALOS majority (74.0 %) patients
were not standardized , and almost all (85.0 %) BPJS patients queuing to enter the hospital.
The Fisher's Exact Test statistical shows that p = 0,029 and p < a =0,05 means H0 is
rejected, there is relationship long of stay with the queue BPJS patient in Jemursari islamic
Hospital Surabaya
The conclusion of this research is if the long of stay not standard with the queue of BPJS
patient is getting more. Because of the reason, the hospital is expected to more optimalizing
the long of stay of inpatient or give more bed.
Keywords : long of stay , queues , BPJS patient
Abstrak. Sejak bulan Januari sampai dengan Desember, kunjungan pasien BPJS di RS
Islam Jemursari meningkat rata – rata 241 pasien perbulan. Berdasarkan survey di RS Islam
Jemursari pada tgl 27 Desember 2014 pada 10 pasien BPJS, didapatkan 80% pasien
mengantri. Tujuan penelitian mengetahui hubungan antrian rawat inap dengan lama hari
rawat pasien BPJS di RSI Jemursari Surabaya.
Desain penelitian cross sectional probability sampling yaitu secara simple random
sampling. Populasi sebanyak 181 orang dengan sampel 73 pasien BPJS yang rawat inap di
RS Islam Jemursari Surabaya, 73 ALOS dari pasien BPJS diambil dari data sekunder rekam
medis. Variabel bebas adalah lama hari rawat, instrument adalah data sekunder dari rekam
medis RS Islam Jemursari dan variabel tergantung adalah antrian masuk rumah sakit dengan
instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner.
Hasil penelitian didapatkan lama hari rawat atau ALOS pasien BPJS sebagian besar
(74,0%) pasien tidak standar, dan hampir seluruhnya (85,0%) pasien BPJS antri untuk masuk
rumah sakit. Uji statistik Fisher’s Exact Test, didapatkan ρ = 0,029 berarti ρ < α = 0,05
artinya H0 ditolak, ada hubungan antara lama hari rawat dengan antrian masuk rumah sakit
pada pasien BPJS diRS Islam Jemursari Surabaya
Jika lama hari rawat tidak standar maka pasien BPJS antri semakin banyak. Oleh
sebab tersebut diharapkan rumah sakit lebih mengoptimalkan lama hari rawat pasien atau
menambah bed.
Kata kunci : lama hari rawat, antrian , pasien BPJS
97
98 . Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 97-103
No
Antrian Jika kamar pasien BPJS yang sesuai
Tidak haknya penuh, maka rumah sakit membuat
Antri Antri Jumlah
Lama Hari kebijakan pasien bisa naik kelas sampai
Rawat N % N % N %
dengan 3 hari tanpa penambahan biaya,
1 ALOS standar
ALOS tidak
13 20,96 49 79,03 62 100 jika sampai dengan hari ke tiga kamar
2 standar 6 54,54 5 45,45 11 100 belum ada maka pasien harus membayar
Jumlah 19 26,02 54 73,97 73 100 selisih biaya atau dirujuk sesuai hak kelas
Fisher`s exact test = 0,029 BPJS di rumah sakit provider BPJS.
Pelayanan medis sangat berpengaruh pada
proses perawatan pasien sehingga
Tabel 5. menunjukkan bahwa sebagaian menentukan lama hari rawat pasien
besar 62 pasien BPJS dengan lama hari tersebut (Djoko wijono, 2000). Kondisi
rawat standar hampir seluruhnya 79,03% fisik pasien dengan sistem imun yang
tidak antri, dari sebagian kecil 11 pasien buruk dimana sistem pertahanan manusia
BPJS dengan lama hari rawat tidak standar terhadap infeksi dari makromolekul asing
sebagian besar 54,54% antri. atau serangan virus, bateri, protozoa, dan
Hasil analisis di dapatkan ρ = 0,029 berarti parasit terganggu karena penyakit imun
ρ < α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan sehingga tubuh tidak dapat membentuk
H0 di tolak yang berarti ada hubungan anti bodi yang akhirnya memperlama
antara lama hari rawat dengan antrian proses penyembuhan bahkan
pasien BPJS di RS Islam Jemursari memunculkan penyakit baru.
Surabaya. (biobloguphc.wordpress.com). Dari 10
besar penyakit utama di RS Islam
PEMBAHASAN Jemursari 60 % merupakan penyakit
kronis dengan (45,2%) hampir
1. Lama hari rawat setengahnya pasien berusia 41 – 65 tahun
Tabel 2. menunjukkan bahwa lama yang memerlukan penanganan lanjutan di
hari rawat atau ALOS pasien BPJS 74% rumah sakit antara lain penyakit jantung,
artinya sebagian besar lama hari rawat hipertensi, gagal ginjal, kencing manis, TB
pasien tidak standar, walau lama hari rawat paru dan infeksi saluran kencing non
pasien BPJS tidak ditentukan berdasar spesifik, 20% diare beserta kurang cairan,
berapa lama dia menginap melainkan 10% kasus orthopedi dan 10% kasus auto
mengacu pada diagnosa. Semakin lama imun. Penyakit kronis dengan diagnosa
pasien dirawat tidak menambah paket tertentu, yang mempunyai karakteristik
biaya pasien BPJS walaupun diagnosa menetap, meninggalkan cacat, patologis
sesuai INA CBG`s hal ini akan yang tidak kembali, memerlukan training
menimbulkan kerugian bagi rumah sakit. khusus untuk rehabilitasi membutuhkan
Pelayanan medis di RS Islam Jemursari perawatan yang lama (wrigt & leahey,
hanya memiliki 6 dokter spesialis tetap 1987).
sedangkan dokter spesialis tamu belum 2. Antrian masuk rumah sakit
semua bersedia menerima pasien BPJS Tabel 3. menunjukkan hampir seluruhnya
sehingga jumlah pasien BPJS yang rawat pasien BPJS masuk RS Islam Jemursari
inap rata- rata 100-150/hari tidak sesuai harus antri. Walaupun system antrian di
dengan dokter yang ada. Dengan adanya rumah sakit menganut Multi Chanel -
hal tersebut RS Islam jemursari berusaha Multi Phase, sistem ini terjadi jika ada dua
menambah jumlah dokter tetap, sementara atau lebih fasilitas pelayanan dengan
penambahan dokter tetap hanya untuk pelayanannya lebih dari satu phase yang
kasus tertentu dengan jumlah kunjungan mana pasien di rumah sakit dari
banyak seperti spesialis jantung, spesialis pendaftaran, diagnosa, tindakan medis
anak, spesialis urologi dan spesialis bedah. sampai pembayaran mempunyai beberapa
Ekawati, Afridah : Hubungan Antara Lama Hari Rawat Dengan Antrian 101
Masuk Rumah Sakit Pada Pasien BPJS Di RS. Islam Jemursari Surabaya
fasilitas pelayanan pada setiap tahap, MRI, endoscopy, lab PA masih harus
sehingga lebih dari satu individu dapat dikirim keluar karena sarana yang ada
dilayani pada suatu waktu.(Silanungga, masih baru. Oleh karenanya, diperlukan
2008:249) sedang menurut Wagner penambahan fasiltas, sarana dan prasarana
(1972:840), pola kedatangan adalah pola terkait adanya peningkatan layanan
pembentukan antrian akibat kedatangan terhadap pasien, baik peserta BPJS
customer dalam selang waktu tertentu. maupun non BPJS.
Berdasarkan temuan kasus antrian di RS
Islam Jemursari pada pasien BPJS 3. Hubungan antara lama hari rawat
dikarenakan kartu peserta belum bisa dengan antrian pasien BPJS
digunakan atau tidak aktif (tidak terdaftar Hasil penelitian didapatkan bahwa
di sistem on line BPJS). Mengingat, terdapat hubungan antara lama hari rawat
berdasarkan peraturan yang baru kartu dengan antrian pasien BPJS di RS Islam
pasien baru bisa berlaku (aktif) setelah hari Jemursari Surabaya. Rata – rata kunjungan
ke-8 terdaftar dan sudah membayar iuran di RS Islam Jemursari adalah pasien
(Peraturan direksi BPJS Kesehatan No.211 umum 20%, pasien asuransi/instansi 20%
thn2014) dan rujukan tidak sesuai dan BPJS 60% dengan rincian kunjungan
persyaratan paket INA CBG`s, yang rawat inap di IGD rata- rata 28 pasien
seharusnya untuk masuk rumah sakit type perhari dan rawat jalan dengan rata – rata
b harus sudah membawa rujukan dari 15 pasien perhari menambah panjang
puskesmas/dokter praktek (PPK 1) yang daftar antrian masuk rumah sakit karena
sudah distempel BPJS, jika tidak ada maka belum semua pasien bisa terlayani
SEP (surat elijibilitas peserta) tidak bisa khususnya antrian di kelas II dan III
diterbitkan, yang akhirnya tidak dengan diagnosa hipertensi, diabetes
ditanggung BPJS. Persepsi masyarakat mellitus, bronkopneumoni, gagal ginjal
selalu mengira semua kasus bisa ditangani dan infeksi saluran kencing yang masih
di rumah sakit dengan menggunakan harus antri karena layanan melebihi
BPJS, hal ini karena keputusan peraturan kemampuan (kapasitas) pelayanan. Untuk
yang masih berubah – ubah setiap waktu mendapatkan pelayanan, pasien elektif
dari BPJS pusat dan belum terdokumentasi harus melakukan pendaftaran dahulu
dan tersosialisasikan dengan baik. Untuk dilengkapi persyaratan tertentu. Pasien
mengatasi hal tersebut selain informasi yang membayar jasa layanan secara tunai
penerimaan BPJS dan alur lewat spanduk, tentu berbeda persyaratannya dengan
baner, di monitor antrian dan loket pasien jaminan/asuransi sehingga waktu
pendaftaran RS Islam Jemursari selalu ter pendaftaran dan antrian masuk rumah
update info – info tentang tata tertib pasien sakitpun membutuhkan waktu antri yang
BPJS. Antrian bisa juga terjadi karena berbeda (Anjari umarjianto, 2013).
tidak adanya ketersediaan kamar, Priority service (PS) adalah antrian kepada
ketersediaan sarana bed untuk kelas tiga mereka yang mempunyai prioritas paling
dan kelas dua selalu penuh, hal ini tinggi dibandingkan dengan mereka yang
dibuktikan dengan hasil penelitian hampir memiliki prioritas paling rendah, meskipun
seluruhnya (85,0%) pasien BPJS antri jika yang terakhir ini sudah lebih dahulu tiba
hendak masuk rumah sakit dengan rincian dalam garis tunggu dalam hal ini yang
antrian : pasien antri di kelas I sebanyak 7 diterapkan di RS Islam Jemursari dan
orang, kelas II sebanyak 18 orang dan menjadi acuan pelayanan untuk menangani
kelas III sebanyak 37 orang. Sedangkan antrian di IGD ( Instalasi Gawat darurat)
prasarana medis untuk jadwal operasi adalah triage. Keefektifan tingkat
kamar operasi juga selalu penuh, ICU pemakaian bed yang berhubungan dengan
dengan 6 respirator juga selalu penuh, lama dirawat pasien akan mempengaruhi
sedangkan pemeriksaan penunjang seperti perhitungan lama hari rawat. (Rano
102 . Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 97-103
http://eprints.undip.ac.id.Diakses
tanggal 16 Desember 2014
ABSTRACT
Family has a strategic function for the schizophrenic client’s social
interaction, the role of family really needs to reached client independent, The role
of family enables the schizophrenic individual to re-adapt the social life in the
society. This research destination to analyze realiontship the family role and the
Scizophrenic client’s interaction level in the social life.
This research applied the analytic cross sectional design. The populations
of the research were the schizophrenic clients who have been hospitalized and left
the RSJ Menur Surabaya (Surabaya Menur Mental Hospital) and their family who
lived in Surabaya moreless 30 respondens with samples taken by using the total
population method involved 28 repondents. For independent variable the family
role anddependent variable is level interaction society. The data were collected by
filling out the checklist, doing observations and interviews which were then
analyzed by using the SPSS and the Rank Spearman statistical test with the
significance level p < 0,05.
The result of the research showed that the family role contributed the
family role was shown by 12 respondents (42,8%). The schizophrenic clients
social interaction level sufficiently was shown by 14 respondents (50%). The
statiscal test revealed the result that p < 0,05 = 0,10 < 0,05 so that Ho was can’t
accepted.
This research concluded that there was a relationship between the family
role and the schizophrenic clients social interaction level in the social life post-
treatment in RSJ Menur Surabaya. So that, the staff of hospital give role every
room at RSJ Menur Surabaya (Surabaya Menur Mental Hospital) the family need
to direct follow for Schizoprenic client’s in cure at RSJ Menur and for nurse
advice to family give maximal attention.
Keywords : role, social interaction, schizophrenic.
ABSTRAK
104
Maghfiroh, Khamida : Peran Keluarga Dalam Peningkatan Kemampuan Interaksi 105
Sosia Bermasyarakat Klien Skizofrenia Pasca Perawatan Di Rumah Sakit
Total 28 100
1 Baik 9 32.1
2 Cukup 14 50
3 Kurang 5 17.9
Total 28 100