Anda di halaman 1dari 29

MINI PROJECT

EVALUASI TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PEMERIKSAAN


KANKER SERVIKS DENGAN IVA TEST PADA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CIBODASARI

Disusun Oleh:

dr. Jufrianto Kartono

Pembimbing:

dr. Nursanah

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PUSKESMAS CIBODASARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan MINI PROJECT dengan judul

“ EVALUASI TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP


PEMERIKSAAN KANKER SERVIKS DENGAN PELAKSANAAN IVA TEST
PADA WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIGA PANAH ”

Dimana mini project ini merupakan suatu tugas untuk menyelesaikan Program
Internship Dokter Indonesia di Kabupaten Karo.

Dalam penyelesaian refleksi kasus ini ada banyak pihak yang membantu memberi
bimbingan dan masukan kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini izinkan
penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
dr. Daniel Perangin Angin dan staff Puskesmas yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis selama ini.

Semoga mini project ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kabanjahe, 15 juli 2020

Penulis

dr. Erisa Senthya Br Surbakti


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker serviks merupakan penyebab kematian keempat akibat kanker pada wanita
dengan angka insiden (6,6%). Penelitian WHO menyatakan lebih dari 500.000 kasus baru
dan 260.000 kasus kematian yang di karenakan oleh kanker serviks dan 90% di antaranya
yang terjadi di negara berkembang pada tahun 2005. Prevalensi kanker di Indonesia
meningkat dari 1,4 per 1000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 1,8 per 1000 penduduk
pada tahun 2018. Diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks setiap tahun dengan
angka kematian sekitar 7.500 kasus per tahun. Menurut Departemen Kesehatan RI, jumlah
penderita kanker servik berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk. Prevalensi dan
estimasi jumlah penderita kanker servik di Provinsi Sumatera Utara mencapai 0,7% atau
sekitar 4.694 penderita pertahun 2013.

Cakupan pemeriksaan IVA dan SADANIS (Periksa Payudara Klinis) di Indonesia


dari tahun 2008-2016 adalah sebanyak 1.623.913 orang (4,34%) dari total target 37,5 juta
wanita Indonesia. Sedangkan Provinsi Sumatera Utara hingga tahun 2016 sebanyak
130.025 orang (7%) dan untuk kota Medan sampai dengan tahun 2016 tercatat 2.493 orang
yang telah diperiksa dengan metode IVA test dan SADANIS dengan temuan 110 IVA
positif dan cakupan pemeriksaan IVA di daerah Kabanjahe hanya berkisar 10% dari
jumlah 9326 orang pada tahun 2017.

Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, bahwa di daerah Kabanjahe jumlah
ibu usia 30-50 tahun yaitu 9326 orang. Dari jumlah tersebut di peroleh data bahwa yang
sudah melakukan tes IVA hanya berkisar 10%. Dan dari 10% yang melakukan tes IVA
dengan hasil IVA positif (terdapat lesi pada daerah servik) hanya 3% dan ditemukan 2
orang yang sudah terdiagnosa kanker serviks pada wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe
pada tahun 2017.

Berdasarkan tingginya angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks
dan masih kurangnya pemeriksaan terhadap kanker serviks di beberapa daerah di
Indonesia, maka Kementerian kesehatan RI telah mengembangkan program deteksi dini
kanker serviks dengan metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) yang disertai dengan
kebijakan untuk memperkuat dan mendorong program pemerintah daerah dalam
pengendalian kanker. Program tersebut melibatkan seluruh petugas kesehatan,
memberdayakan stakeholders terkait dan masyarakat.

Upaya deteksi dini kanker serviks telah menjadi program nasional dengan
munculnya Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 430/MENKES/SK/IV/2007 tentang
Pedoman Pengendalian Penyakit Kanker. Kemudian dilanjutkan dengan keluarnya SK
MENKES No. 1163/MENKES/SK/2007 yaitu terbentuknya kelompok kerja pengendalian
penyakit kanker leher rahim dan kanker payudara. Program deteksi dini dilakukan sejak
tahun 2008 dengan target program 80% perempuan berusia 30-50 tahun. Namun, dalam
pelaksanaannya muncul berbagai kendala seperti terbatasnya tenaga terlatih dan fasilitas
penunjang. Selain itu perlu juga untuk mengetahui keberhasilan dan juga hambatan suatu
kegiatan sehingga dibutuhkan adanya penelitian terkait kegiatan program. Hal ini yang
menjadi latar belakang peneliti melakukan penelitian tentang “Evaluasi tingkat Kesadaran
Masyarakat terhadap Pemeriksaaan Kanker Serviks dengan IVA Test pada Wilayah Kerja
Puskesmas Tiga Panah”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun masalah yang
ditemukan adalah seberapa besar kesadaran masyarakat terhadap pemeriksaaan
Kanker Serviks dengan IVA Test pada wilayah kerja Puskesmas Tiga Panah.
2. Permasalahan yang akan dievaluasi adalah bagaimana solusi permasalahan yang
bisa disarankan untuk pihak puskesmas dalam meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap pemeriksaaan Kanker Serviks dengan IVA Test pada wilayah kerja
Puskesmas Tiga Panah.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat kesadaran terhadap pemeriksaan kanker serviks denagn IVA
test pada wilayah kerja Puskesmas Tiga Panah.
1.3.2 Tujuan Khusus
- Mengetahui pelaksanaan pemeriksaan IVA test pada wilayah kerja Puskesmas
Tiga Panah.
- Mengetahui masalah-masalah yang timbul pada pelaksanaan pemeriksaan IVA
test pada wilayah kerja Puskesmas Tiga Panah.
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemeriksaan
IVA test pada wilayah kerja Puskesmas Tiga Panah.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
- Berperan serta dalam upaya meningkatkan kesadaran pemeriksaan kanker
serviks dengan IVA test
- Mengaplikasikan pengetahuan mengenai pemeriksaan kanker serviks dengan
IVA test
- Melaksanakan mini project dalam rangka program Internship Dokter Indonesia
1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas
- Menambah pemahaman dan data pemeriksaan kanker serviks dengan IVA test
- Sebagai bahan evaluasi tentang gambaran pengetahuan para kader kesehatan
tentang pemeriksaan kanker serviks dengan IVA test
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat
- Mendapat pemahaman tentang deteksi dini kanker serviks dengan IVA test
- Melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dengan IVA test
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kanker serviks adalah proses keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim) dimana
pada keadaan ini terdapat kelompok kelompok sel abnormal yang timbul diantara epitel yang
melapisis ektoservik maupun endoservik hingga kanalis servikalis sebagai scuamosa columner
junction dirbentuk oleh sel-sel jaringan yang tumbuh tak terkendali (Sri Kustiyati, 2011; 683).
Karsinoma adalah tumor yang bersifat ganas yang khusus di berikan untuk tumor epitel dan
disebabkan oleh neoplasma. Neoplasma merupakan penyakit pertumbuhan sel yang terjadi
karena didalam tubuh terjadi perkembangbiakan sel abnormal.

2.2 Etiologi

Penyebab kanker serviks yang paling utama yaitu infeksi dari Human Papiloma Virus
(HPV). Lebih dari 90% kanker leher rahim adalah jenis skuamosa yang mengandung DNA
virus Human Papilloma Virus (HPV) dan 50% kanker servik berhubungan dengan Human
Papilloma Virus tipe 16. Penyebaran virus ini terjadi melalui hubungan seksual terutama pada
seksual aktif.Virus HPV menyerang selaput didalam mulut dan kerongkongan servik serta
anus. Apabila tidak segera terdeteksi, infeksi virus HPV menyebabkan terbentuknya sel-sel
prakanker servik dalam jangka panjang

2.3 Faktor Resiko

Menurut Imam Rasjidi (2009), terdapat faktor yang berhubungan dengan kanker servik
yaitu aktivitas seksual yang terlalu muda (< 16 tahun), jumlah pasangan banyak (> 4 orang),
dan adanya riwayat pernah menderita kondiloma. Karena hubungannya yang erat dengan
insfeksi Human Papilloma Virus (HPV), wanita yang menderita penurunan sistim imun atau
menggunakan obat untuk menekan sistim imunnya sangat berisiko untuk terjadinya kanker
servik.
Faktor yang menyebabkan perempuan terpapar HPV (sebagai etiologi dari Kanker Leher
Rahim) adalah :
1. Menikah/ memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 20 tahun).
2. Berganti-ganti pasangan seksual.
3. Berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti pasangan.
4. Riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul.
5. Perempuan yang melahirkan banyak anak.
6. Perempuan perokok mempunyai risiko dua setengah kali lebih besar untuk menderita
Kanker Leher Rahim dibanding dengan yang tidak merokok.
7. Perempuan yang menjadi perokok pasif (yang tinggal bersama keluarga yang
mempunyai kebiasaan merokok) akan meningkat risikonya 1,4 (satu koma empat) kali
dibanding perempuan yang hidup dengan udara bebas.
8. Perempuan yang pernah melakukan pemeriksaan skrining (Papsmear atau IVA) akan
menurunkan risiko terkena Kanker Serviks.

2.4 Gejala Klinis

Kecepatan pertumbuhan kanker servik tidak sama antara kasus yang satu dengan
kasus yang lain. Namun, pada penyakit yang pertumbuhannya sangat lambat bila diabaikan
sampai lama akan juga tidak mungkin terobati. Jika tumor tumbuh berjalan dengan sangt
cepat, bila dikenali sejak dini akan mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik.
Semakin dini penyakit tersebut dideteksi dan dilakukan terapi yang adekuat semakin
memberi hasil terapi yang sempurna.
Pada stadium awal kanker servik cenderung tidak terdeteksi.Baru ketika menginjak
stadium IA-2B terdapat keluhan. Penyakit jenis ini tidak memiliki gejala klinis yang
spesifik. Ketika telah mencapai stadium 2B-3 yang artinya sel kanker sudah menjalar
kearah panggul salah satu gejala yang signifikan adalah terjadinya perdarahan pada saat
melakukan hubungan seksual.
Meskipun tidak memiliki gejala secara spesifik, namun beberapa gejala yang
mungkin muncul yaitu:
1. Perdarahan vagina yang bersifat abnormal.
2. Keputihan yang tidak normal, ciri-ciri keputihan tersebut diantaranya lendir
kental, berwarna kuning atau kecoklatan, berbau busuk dan gatal.
3. Rasa sakit saat bersenggama.
2.5 Deteksi Dini

Kanker serviks sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dicegah dan dapat cepat
ditangani apabila diketahui adanya perubahan pada daerah serviks dengan cara
pemeriksaan sitologi menggunakan tes papsmear dan kolposkopi. Kolposkopi jarang
dianjurkan karena memerlukan biaya yang lebih mahal, kurang praktis dan memerlukan
biopsi. Bentuk pemeriksaan yang lain yaitu Papanicolou smear (pap-smear). Pap smear
ini termasuk cepat dan tidak sakit namun belum dapat menjangkau seluruh kalangan.
Metode lain dalam deteksi dini kanker serviks adalah dengan cara inspeksi visual dengan
asam asetat. Cara ini dianggap lebih mudah, murah dengan harapan dapat menjangkau
seluruh masyarakat, terutama kelompok miskin.

2.5.1 Inspeksi Visual Asam Asetat


Inspeksi Visual Asam Asetat adalah salah satu deteksi dini kanker serviks dengan
menggunakan asam asetat 3-5 % secara inspekulo dan dilihat dengan pengamatan
mata langsung (mata telanjang).Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit,
mudah, murah dan hasilnya langsung dapat diketahui.
Serviks (epitel) abnormal jika diolesi dengan asam asetat 3-5 % akan berwarna
putih (epitel putih). Serviks normal apabila dalam waktu 1-2 menit setelah diolesi
asam asetat efek akan menghilang sehingga pada hasil tidak ada lesi putih. Tingkat
Keberhasilan metode IVA dalam mendeteksi dini kanker servik yaitu 60-92%.
Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari pada pap smear. Selain tingkat sensivitas
yang lebih tinggi, alat alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan metode IVA lebih
mudah dan praktis, yaitu:
1) Hasil segera diketahui saat itu juga.
2) Efektif karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam pemeriksaan,
aman karena pemeriksaan IVA tidak memiliki efek samping bagi ibu
yang memeriksa, dan praktis
3) Teknik pemeriksaan sederhana, karena hanya memerlukan alat-alat
kesehatan yang sederhana, dan dapat dilakukan dimana saja.
4) Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah.
5) Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi.
6) Dapat dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih
2.5.2 Interprestasi Pemeriksaan IVA
Terdapat empat kategori yang dapat diketahui dari hasil pemeriksaan dengan
metode IVA yaitu :

Tabel 1. Kategori dan karakteristik hasil pemeriksaan IVA


No. Kategori KaKarakteristik

1. IVA negative Ti tidak ada tanda atau gejala kanker mulut Rahim atau
serviks normal berbentuk licin, merah muda, bentuk
porsio normal.

2. IVA radang IVA radang serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan
jinak lainnya seperti polip serviks.

3. IVA positif Diditemukan bercak putih (aceto white epithelium).


Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan screening
kanker serviksdengan metode IVA karena temuan ini
mengarah pada diagnosis serviks prakanker

4. IVA-lesi pra kanker Perpertumbuhan seperti bunga kol, dan pertumbuhan mudah
berdarah. Ini pun masih memberikan harapan hidup bagi
penderitanya jika masih pada stadium invasif dini

2.5.3 Indikasi Pemeriksaan IVA


Menjalani tes kanker atau prakanker dianjurkan bagi semua wanita
berusia 30-45 tahun. Kanker serviks menempati angka tertinggi diantara
kanker lain pada wanita, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi
prakanker lebih mudah terdeteksi, biasanya 10-20 tahun lebih awal.
Sejumlah faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan kanker
serviks sebagai berikut :
a. Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (<20 tahun)
b. Memiliki banyak pasangan seksual
c. Riwayat pernah mengalami Infeksi Menular Seksual (IMS)
d. Ibu atau saudara perempuan yang memiliki riwayat kanker serviks
e. Hasil pap smear sebelumnya tidak normal
f. Wanita perokok
g. Wanita yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh dan menderita
HIV/AIDS.
Pemeriksaan IVA dapat dilakukan pada wanita yang dicurigai atau diketahui
menderita IMS atau HIV/AIDS. Bimbingan diberikan untuk setiap hasil tes,
termasuk ketika harus membutuhkan konseling. Untuk masing-masing tes akan
diberikan beberapa instruksi baik yang sederhana untuk ibu (misalnya
kunjungan ulangan ibu untuk pemeriksaan IVA setiap tahun secara berkala atau
3-5 tahun paling lama) atau isu-isu khusus yang harus dibahas seperti kapan dan
dimana pengobatan diberikan, resiko potensial atau manfaat pengobatan dan
kapan perlu merujuk untuk tes tambahan atau pengobatan yang lebih lanjut

2.5.4 Metode Skrining


Ada beberapa metode yang dikenal untuk melakukan skrining Kanker
servik. Tujuan skrining untuk menemukan lesi prakanker. Beberapa metode
itu antara lain:
1. Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat (IVA) Pemeriksaan dengan
cara mengamati dengan menggunakan spekulum, melihat leher rahim yang
telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%). Pada lesi
prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut acetowhite
epitelium.
2. Pemeriksaan Sitologi (Papanicolaou/Papsmear) Merupakan suatu prosedur
pemeriksaan sederhana melalui pemeriksaan sitopatologi, yang dilakukan
dengan tujuan untuk menemukan perubahan morfologis dari sel-sel epitel
leher rahim yang ditemukan pada keadaan prakanker dan kanker.

2.5.5 Skrining kanker serviks dengan pendekatan komprehensif


Pendekatan ”KOMPREHENSIF” atau dengan istilah ”Dilihat dan
Diobati /See and Treat” untuk pencegahan Kanker Leher Rahim melalui
pemeriksaan IVA yang dilanjutkan dengan pengobatan krioterapi,
pelaksanaan skrining dengan cara melihat dan mengobati klien, dapat
dilakukan pada saat kunjungan yang sama. Dengan kata lain, apabila
seorang klien yang dinilai IVA (+) akan mendapatkan tawaran pilihan
pengobatan dengan krioterapi atau rujukan untuk pelayanan lain, pada hari
yang sama saat dia menjalani skrining tersebut.
Pendekatan ini bertujuan untuk menghindari kunjungan berulang dari
ibu/klien dan mengurangi kemungkinan ketidakhadiran kembali ibu/klien
pada kunjungan berikutnya. Walaupun pada keadaan tertentu, seorang
perempuan/klien harus memintakan persetujuan suami untuk dilakukan
krioterapi sehingga memungkinkan pelaksanaan krioterapi bukan pada hari
yang sama dengan pemeriksaan IVA.
Pendekatan komprehensif untuk pencegahan Kanker Leher Rahim yang
menggunakan IVA dan krioterapi merupakan pilihan pertama sebagai
sarana skrining dan pengobatan.Oleh karena itu, panduan ini memfokuskan
pada penyelenggaraan komprehensif menggunakan IVA dan krioterapi.
Gambar 1. Tindak lanjut tes IVA positif dan pengobatan di FKTP

1. Kelompok Sasaran Skrining Melihat dari perjalanan penyakit Kanker


Leher Rahim, kelompok sasaran skrining Kanker Leher Rahim adalah:
a. Perempuan berusia 30 - 50 tahun
b. Perempuan yang menjadi klien pada klinik IMS dengan discharge
(keluar cairan) dari vagina yang abnormal atau nyeri pada abdomen
bawah (bahkan jika di luar kelompok usia tersebut).
c. Perempuan yang tidak hamil (walaupun bukan suatu hal yang rutin,
perempuan yang sedang hamil dapat menjalani skrining dengan
aman, tetapi tidak boleh menjalani pengobatan dengan krioterapi)
oleh karena itu IVA belum dapat dimasukkan pelayanan rutin pada
klinik antenatal.
d. Perempuan yang mendatangi Puskesmas, klinik IMS, dan klinik
KB dianjurkan untuk skrining Kanker Leher Rahim.
2. Frekuensi Skrining Seorang perempuan yang mendapat hasil tes IVA-
negatif, harus menjalani skrining 3 - 5 tahun sekali. Mereka yang
mempunyai hasil tes IVA-positif dan mendapatkan pengobatan, harus
menjalani tes IVA berikutnya enam bulan kemudian.
3. Pemberi Pelayanan Skrining IVA
a. Petugas Kesehatan
1) Bidan terlatih
2) Dokter umum terlatih
3) Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi (DSOG)
b. Tempat Pelayanan
1) Puskesmas dan jaringannya
2) Klinik
3) Dokter praktek mandiri
c. Pelatihan Petugas Kesehatan Petugas yang akan melakukan IVA dai
krioterapi dipilih sesuai kebutuhan program dengan kriteria berikut:
1) Berpengalaman dalam memberikan pelayanan KB.
2) Berpengalaman dalam memberi konseling dan edukasi kelompok.
3) Berpengalaman dalam melakukan pemeriksaan panggul.
4) Berpenglihatan baik untuk memeriksa leher rahim secara visual.

Gambar 2. Diagram Alur untuk Pencegahan Kanker Leher Rahim

4. Bagan Alur Program Skrining Kanker Leher Rahim mengikuti bagan


5. alur sebagaimana tercantum dibawah ini. Bagan alur tersebut menjelaskan
langkah-langkah khusus yang harus diikuti pada tiap tahap proses,
tergantung hasil pemeriksaan klien secara perorangan
BAB 3
GAMBARAN UMUM

3.1 Profil Komunitas Umum

Kecamatan Tiga Panah terletak pada 1.192-1.376 meter diatas permukaan laut
sehingga memiliki iklim tropis. Kecamatan Tiga Panah memiliki luas 186,84 Km 2 yang
terdiri dari 26 desa. Wilayah Kecamatan Tiga Panah sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Dolat Raya dan Berastagi, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan
Merek, di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Juhar, Munthe dan Kabanjahe dan
di sebelah Timur berbatasan dengan Barus Jahe dan Merek.
3.2 Data Geografis

1. Letak diatas permukaan laut: 1.192-1.376 meter

2. Luas Wilayah: 186,84 Km2

3. Berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kecamatan Dolat Raya dan Kecamatan Berastagi

Sebelah Selatan : Kecamatan Merek

Sebelah Barat : Kecamatan Juhar, Munthe dan Kabanjahe

Sebelah Timur : Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Merek

4. Jarak kantor camat ke kantor bupati : 5km

5. Jarak kantor camat ke kantor gubernur : 77km


3.3 Data Demografi
3.4 Data Balita Gizi Buruk Wilayah Kerja Puskesmas Tiga Panah
Tabel 2. Penduduk sasaran program pembangunan kesehatan per puskesmas tahun 2020

Puskesma Wanita usia Wanit Usia lanjut Usia lanjut resiko


s subur a usia (60 + tahun) tinggi (70 + tahun)
15-39 15-49 30-50 L P Total L P Jumlah
tahun tahun tahun
Tigapanah 4864 6663 4038 1234 1607 2840 332 546 878

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental. Model yang
digunakan adalah pra-pasca test dalam satu kelompok atau one group pre test – post
test design. Bentuk rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Subyek Pra test Perlakuan Pasca Test
K O I O1
Time 1 Time 2 Time 3
Keterangan :
K : Subyek
O : Observasi sebelum intervensi
I : Intervensi
O1 : Observasi setelah intervensi

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, yang
merupakan wilayah desa Puskesmas Tigapanah . Waktu penelitian dilaksanakan pada
bulan Februari-Maret 2020.

4.3 Subyek Penelitian


4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita usia 20-60 tahun di
Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang terjangkau yang
dapat dipergunakan sebagai subyek penelitian yang dipilih melalui sampling.
Karakteristik sampel penelitian ini adalah :
Kriteria inklusi :

1) Wanita di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah


2) Usia 20-60 tahun
3) Bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi :
1) Tidak hadir pada waktu penelitian dilakukan
2) Tidak bersedia menjadi responden

4.4 Teknik Sampling


Teknik sampling adalah teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel
dari populasi. Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi proporsi dari populasi
untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling yang dipakai dalam penelitian ini
adalah dengan teknik accidental sampling. Accidental sampling adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok dengan sumber data.

4.5 Variabel Penelitian


4.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan kanker serviks.
4.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah cara pencegahan kanker serviks.

4.6 Definisi Operasional Variabel


4.6.1 Pengetahuan Kanker Serviks
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu.
Pengetahuan yang diharapkan dimiliki oleh responden, meliputi :
 Pengertian kanker serviks
 Penyebab kanker serviks
 Gejala kanker serviks
 Stadium kanker serviks
 Faktor risiko kanker serviks
Tingkat pengetahuan diukur menggunakan instrumen kuesioner tingkat
pengetahuan kanker serviks yang telah divalidasi oleh Fakultas Kedokteran Unika
Widya Mandala Surabaya. Skala pengukuran pengetahuan diukur dengan
menggunakan 10 pertanyaan dan terdapat jawaban berupa pilihan ganda.
Responden memilih salah satu jawaban yang paling tepat. Skor penilaiannya jika
jawaban pernyataan benar maka nilainya 1, sedangkan jika jawaban pernyataan
salah maka nilainya 0.
Melalui hasil skor yang didapatkan kemudian diklasifikasikan menjadi:
• Baik : Jika hasil jawaban terhadap kuesioner ≥5 benar
• Kurang : Jika hasil jawaban terhadap kuesioner <5 benar

4.6.2 Cara Pencegahan Kanker Serviks


Kuesioner cara pencegahan kanker serviks mengukur tingkat pengetahuan
mengenai deteksi dini dan pencegahan kanker serviks.
Tingkat pengetahuan diukur menggunakan instrumen kuesioner tingkat
pengetahuan cara pencegahan kanker serviks yang telah divalidasi oleh Fakultas
Kedokteran Unika Widya Mandala Surabaya. Skala pengukuran pengetahuan
diukur dengan menggunakan 9 pertanyaan dan terdapat jawaban berupa pilihan ya
atau tidak. Responden memilih salah satu jawaban yang paling tepat. Skor
penilaiannya jika jawaban pernyataan benar maka nilainya 1, sedangkan jika
jawaban pernyataan salah maka nilainya 0.
Melalui hasil skor yang didapatkan kemudian diklasifikasikan menjadi:
• Baik : Jika hasil jawaban terhadap kuesioner ≥4,5 benar
• Kurang : Jika hasil jawaban terhadap kuesioner <4,5 benar

4.7 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk
mengumpulkan data mengenai pengetahuan. Selanjutnya media yang digunakan untuk
promosi kesehatan yaitu penyuluhan.

4.8 Analisis Data


Data yang sudah diperoleh selanjutnya dianalisis dengan program SPSS 20.0 for
Windows. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis bivariat dan bivariat
dengan uji Fisher.
BAB 5

HASIL

Tingkat pengetahuan responden dikelompokkan menjadi 2, yaitu pengetahuan


baik dan pengetahuan kurang. Pengetahuan responden diukur dua kali yaitu sebelum
(pre tes) dan sesudah (post tes) penyuluhan. Selanjutnya dilakukan analisis bivariat
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh promosi kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan wanita tentang kanker serviks dalam upaya deteksi dini IVA test. Uji
statistik yang digunakan adalah Fischer Test.
Berikut disajikan data distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden.

a. Pengetahuan tentang Ca Serviks


Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Ca Serviks
K Pre test Post Test

Jumlah Prosentase (%) Jumlah Prosentase (%)


riteria
Baik 10 32,2 26 83,8
Kurang 21 67,8 5 16,2
Jumlah 31 100 31 100
Sumber : Data Primer Mei-Juni 2017
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar pengetahuan
responden tentang ca serviks adalah kurang (67,8%) sebelum dilakukan
penyuluhan, sedangkan setelah penyuluhan diperoleh sebagian besar tingkat
pengetahuan responden adalah baik (83,8%).
b. Pengetahuan cara pencegahan Ca Serviks
Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pengetahuan cara pencegahan Ca Serviks

Pre test Post Test


Kriteria Prosentase
Jumlah Prosentase (%) Jumlah
(%)
Baik 14 45,1 28 90,3
Kurang 17 54,9 3 9,7
Jumlah 31 100 31 100
Sumber : Data Primer Mei-Juni 2017
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan penyuluhan
sebagian besar responden sebanyak 17 orang (54,9) memiliki pengetahuan kurang
tentang cara pencegahan Ca serviks. Setelah dilakukan penyuluhan tingkat
pengetahuan responden meningkat, sebanyak 28 orang (90,3%) memiliki
pengetahuan baik tentang cara pencegahan Ca serviks.

c. Perbandingan Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan


tentang Ca Serviks
Hasil analisis bivariate tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah
penyuluhan tentang ca serviks adalah sebagai berikut.
Ranks
N Mean Sum of
Rank Ranks
- Pengetahuan Ca Serviks setelahNegative
00 .00 .00
penyuluhan Ranks
Positive Ranks 20b 10.61 189.00
- Pengetahuan Ca Serviks sebelum
Ties 14c
penyuluhan Total 34

1). Pengetahuan Ca Serviks setelah penyuluhan < Pengetahuan Ca Serviks


sebelum penyuluhan
2). Pengetahuan Ca Serviks setelah penyuluhan > Pengetahuan Ca Serviks
sebelum penyuluhan
3). Pengetahuan Ca Serviks setelah penyuluhan = Pengetahuan Ca Serviks
sebelum penyuluhan

Test Statisticsa
Pengetahuan Ca Serviks setelah penyuluhan >
Pengetahuan Ca Serviks sebelum penyuluhan
-4.280b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
1). Fischer Signed Ranks Test
2). Based on negative ranks.

Berdasarkan tabel di atas tidak didapatkan nilai negative atau tidak terdapat
responden yang memiliki tingkat pengetahuan lebih rendah pada saat postest
dibanding saat pretest, 10 responden tetap, dan 16 responden mempunyai hasil
tingkat pengetahuan yang lebih baik daripada saat pretest. Signifikansi nilai
p=0.000 (p<0.05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan
tentang ca serviks sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan.

d. Perbandingan Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan


tentang cara pencegahan Ca Serviks
Ranks
N Mean Sum of Ranks
Rank
a
Pengetahuan setelah Negative Ranks 1 8.00 8.00
penyuluhan Positive Ranks 23b 12.30 260.00
Ties 10c
Pengetahuan sebelum
Total 34
penyuluhan

1)Pengetahuan cara pencegahan Ca Serviks setelah penyuluhan < Pengetahuan


cara pencegahan Ca Serviks sebelum penyuluhan
2). Pengetahuan cara pencegahan Ca Serviks setelah penyuluhan > Pengetahuan
cara pencegahan Ca Serviks sebelum penyuluhan
3). Pengetahuan cara pencegahan Ca Serviks setelah penyuluhan = Pengetahuan
cara pencegahan Ca Serviks sebelum penyuluhan

Test Statisticsa
Pengetahuan setelah penyuluhan >
Pengetahuan sebelum penyuluhan
-4.811b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
1). Fischer Signed Ranks Test
2). Based on negative ranks.

Berdasarkan tabel di atas didapatkan 14 responden yang memiliki


pengetahuan yang lebih baik setelah penyuluhan, dan 14 orang tetap. Hasil analisis
signifikasi p=0.001 (p<0.05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna terhadap tingkat pengetahuan tentang pap smear sebelum dilakukan
penyuluhan dan setelah dilakukan penyuluhan.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian miniproject ini adalah terjadinya peningkatan


pengetahuan tentang Ca serviks dan cara pencegahan Ca Serviks. Pengetahuan dan
kesadaran masyarakat sangat berpengaruh dalam mencegah dan mendeteksi dini Ca
Serviks. Diperlukan peran dari masyarakat, pemimpin daerah, dan petugas kesehatan agar
dapat mencapai keberhasilan deteksi dini Ca Serviks dengan IVA test.

6.2 Saran
1. Diperlukan penyuluhan dan edukasi lebih lanjut untuk menilai pengetahuan masyarakat
tentang Ca Serviks
2. Dilakukan penyesuian waktu pemeriksaan dengan aktivitas masyarakat yang akan
diperiksa
3. Diperlukan peran aktif dan kreatif dari semua pihak untuk meningkatkan kesadaran
untuk dilakukannya IVA test
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai