Anda di halaman 1dari 74

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kista ovarium banyak terjadi pada wanita masa subur atau usia

reproduksi dan biasanya banyak mengecil atau hilang dengan

sendirinya setelah wanita itu memasuki masa menopause. Karena

menurunkan aktifitas indung telur.1

Keganasan indung telur (ovarium) merupakan keganasan yang

sering di jumpai. Tetapi 60-70% sebagian besar datang sudah dalam

stadium lanjut dan di temukan saat opersai. Keganasan indung telur

di sebut pembuluh darah dingin “(Silent Kiler) karena perjalan penyakit

lamban.2

Menurut World health organitation (WHO) angkah kejadian Kista

Ovarium secara umum sekitar 56.750 pertahun dan sebanyak 10%

per 100.000 populasi dari seluruh di Negara Maju. Meski hanya 0,1%

dari total kasus Tumor Jinak ini yang berkembang menjadi Kanker

Ganas, bukan tidak mungkin kedepannya akan banyak perempuan

yang mengidap Kista dan Mioma yang jika tidak di cegah dari dini,

Kista dapat tumbuh jadi Kanker Ovarium mematikan.3

Berdasarkan data pada tahun 2010 di perkirakan jumlah Kista

Ovarium yang kejadiannya terdiagnosa 23.400 orang (100%). Angkah

kematian tertinggi pada awalnya di sebabkan oleh penyakit yang

bersifat Asimstomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah


2

terjadi metastasi, sehingga 60-70% datang pada stadium lanjut.3 Di

Amerika pada tahun 2011 diperkirakan jumlah penderita keseluruhan

Kista Ovarium sebanyak 20.180 orang, yang meninggal sebanyak

15.310 (75,86%) orang, dan yang masih manderita penyakit sebanyak

4.870 (24,13%) orang.4 Setiap tahun Indonesia diperkirakan terdapat

190 ribu penderita baru seperlimanya akan meninggal akibat Kanker.

Namun angkah kematian akibat kanker ini biasa dikurangi 3-35% asal

di lakukan prevelensi, skrening, dan deteksi dini. Sebagai gambaran di

Rumah Sakit Kanker Darmais ditemukan berkisar 50 orang penderita

yaitu: meniggal sekitar 30 (60,00%) orang dan masih menderita 20

(40,00%) orang. Kista ovarium erat hubungannya dengan wanita yang

tingkat kesuburannya rendah atau infertilitas.4

Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari Dinas Kesehatan

Propinsi Sulawesi Selatan dari bulan Januari sampai Desember 2011

sebanyak 92 penderita yaitu umur 15-24 tahun sebanyak 31 (33,69%)

penderita, umur 25-44 tahun sebanyak 42 (45,65%) penderita, umur

45-64 tahun sabanyak 19 (20,65%) penderita dan umur 65 tahun ke

atas tidak ditemukan penderita kista ovarium. Dan menurut survey

sentinel pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL)

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan menemukan kanker

payudara menempati urutan pertama, disusul kanker genitalia internal

perempuan, kanker serviks dan kanker kulit.5


3

Data yang diperoleh dari Medical Record Di RSKD IA SITI

FATIMAH Makassar periode Tahun 2011 januari sampai Desember

didapatkan penderita kista ovarium 39 orang, umur 15-24 sebanyak 5

orang (12,5%) penderita, umur 25-44 tahun sebanyak 24 orang (60%)

penderita, umur 45- 64 tahun sebanyak 8 orang (20%) penderita dan

umur 65 tahun keatas 2 orang ( 5%) penderita. Dan periode Januari

sampai Desember 2012 sebanyak 37 penderita kista ovarium, yaitu

umur 15-24 tahun sebanyak 4 orang (10,8%) penderita, umur 25-44

tahun sebanyak 23 orang (62,1%) penderita, umur 45-64 tahun

sebanyak 7 orang (18,9%) penderita dan umur 65 tahun keatas 3

orang (8,1%). Dan pada tahun 2013 mulai Januari sampai Mei

penderita Kista Ovarium 12 orang penderita Kista Ovarium, umur 15-

24 sebanyak 2 orang (16,6%) penderita, 25-44 tahun 6 orang (50%)

penderita, 45-64 tahun 3 orang (25%) penderita, dan umur 65 keatas

1 orang (8,3%) penderita.

Study Epidemologie menyatakan beberapa faktor resiko kista

ovarium adalah nullipara (Ibu yang belum pernah melahirkan),

melahirkan pertama kali pada usia di atas 35 tahun dan wanita yang

mempunyai keluarga dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada

usia di bawah 25 tahun. Tingginya angkah kematian karena penyakit

ini sering tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga

tidak diketahui dimana sekitar 60% - 70% penderita datang pada

stadium lanjut. Maka penyakit ini disebut juga silent killer. 4


4

Meningkatnya kejadian kista ovarium disebabkan kurangnya

keinginan melakukan deteksi secara dini, karena sampai sekarang

belum ada cara deteksi dini yang sederhana untuk memeriksa adanya

keganasan ovarium itu. Sekarang ini yang bisa dipakai masih

menggunakan USG, tetapi itu agak sulit kalau diterapkan secara

massal karena biayanya cukup mahal. Berbeda halnya dengan

Kanker Serviks yang bisa dideteksi dini dengan papsmear.4

Tidak ada upaya pencegahan khusus yang dapat dilakukan agar

terhindar dari penyakit ini. Upaya yang bisa dilakukan adalah

mengetahui secara dini penyakit ini sehingga pengobatan yang

dilakukan memberikan hasil yang baik dengan komplikasi yang

minimal yaitu dengan melakukan pemeriksaan secara berkala yang

meliputi : pemeriksaan klinis genekologik untuk mendeteksi adanya

kista atau pembesaran ovarium lainnya, pemeriksaan

ultrasonografi (USG), pemeriksaan petanda tumor dan pemeriksaan

CT-Scan.6

Karena kista ovarium merupakan penyakit yang menyangkut

kualitas kesehatan reproduksi wanita, maka penulis merasa tertarik

untuk membahas secara spesifik mengenai masalah kista ovarium

dengan menggunakan metode pendekatan Manajemen Asuhan

Kebidanan Pada Ny “H ” Dengan Kista Ovarium Di RSKD IA SITI

FATIMAH Makassar tanggal 14 Juli 2017.


5

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Adapun ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah meliputi

Asuahan kebidanan pada Ny”S “ dengan kista ovarium tanggal 14 Juli

2017.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ny.”S” Dengan Kista

Ovarium di RSKD IA SITI FATIMAH Makassar tanggal 14 juli 2017

dengan penerapan manajemen asuhan kebidanan sesuai dengan

kompetensi bidan.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian dan analisis data pada Ny.”S”

dengan Kista Ovarium RSKD IA SITI FATIMAH Makassar

tanggal 14 juli 2017.

b. Merumuskan dan menegakkan diagnosa/masalah aktual pada

Ny.”S” dengan Kista Ovarium Di RSKD IA SITI FATIMAH

Makassar tanggal 28 s/d 31 Mei 2013.

c. Merumuskan menegakkan diagnosa/masalah potensial pada

Ny.”S” dengan Kista Ovarium di RSKD IA SITI FATIMAH

Makassar tanggal 14 juli 2017.

d. Melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi guna

pemecahan masalah pada Ny.”S” dengan Kista Ovarium di

RSKD IA SITI FATIMAH Makassar tanggal 14 Juli 2017.


6

e. Merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny.”S”

dengan Kista Ovarium di RSKD IA SITI FATIMAH Makassar

tanggal 14 Juli 2017.

f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun

pada Ny.”S” dengan Kista Ovarium Di RSKD IA SITI

FATIMAH Makassar tanggal 14 Juli 2017.

g. Mengevaluasi hasil tindakan asuhan kebidanan yang telah

dilaksanakan pada Ny.”S” dengan Kista Ovarium di RSKD IA

SITI FATIMAH Makassar tanggal 28 s/d 31 Mei 2013.

h. Mendokumentasikan semua temuan dan tindakan dalam

asuhan kebidanan telah dilaksanakan pada Ny.”H” dengan

Kista ovarium Di RSKD IA SITI FATIMAH Makassar tanggal

14 juli 2017.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Praktis

Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan

dan pelaksanaan program baik di Departemen Kesehatan

maupun pihak RSKD IA SITI FATIMAH Makassar dalam

menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program

sebagai upaya pencegahan atau penanganan penyakit kista

ovarium sejak dini.

2. Manfaat Ilmiah
7

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber

informasi dan memperkaya khasanah ilmu dan pengetahuan dan

bahan acuan bagi penulis selanjutnya.

3. Manfaat Institusi

Sebagai bahan bagi rekan-rekan mahasiswa Program D III

Kebidanan Universitas Muslim Indonesia dalam pelaksanaan

asuhan kebidanan.

4. Manfaat Bagi Penulis

a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian

akhir dijenjang pendidikan D III Kebidanan Universitas Muslim

Indonesia Makassar.

b. Merupakan kontribusi pemikiran dalam proses penerapan ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh khususnya tentang Asuhan

Kebidanan pada penderita kista ovarium.

E. Metode Penulisan

1. Studi Kepustakaan

Mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya dengan kista

ovarium antara lain : membaca buku dari berbagai sumber,

mengakses data melalui internet dan mempelajari karya tulis yang

ada.

2. Studi Kasus
8

Dengan menggunakan metode pendekatan pemecahan

masalah dalam asuhan kebidanan yang meliputi pengkajian,

merumuskan diagnosa/masalah aktual maupun potensial,

implementasi dan evaluasi serta mendokumentasikan asuhan

kebidanan yang telah diberikan pada klien dengan kista ovarium.

Untuk memperoleh data yang akurat maka penulis menggunakan

teknik :

a. Anamnese

Penulis melakukan wawancara dengan klien dan keluarganya, bidan

dokter di ruang ginekologi RSKD IA SITI FATIMAH Makassar guna

mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan asuhan

kebidanan pada klien tersebut.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala

sampai kaki meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium

dan pemeriksaan diagnostik lainnya seperti ultrasonografi

(USG), elektro kardiografi (EKG), foto roentgen dan lain -lain.

3. Studi Dokumenter

Membaca dan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber

dari catatan dokter, bidan, perawat, petugas laboratorium dan hasil

pemeriksaan penunjang lainnya.


9

4. Diskusi

Mengadakan konsultasi dengan dokter, bidan dan perawat yang

menangani kosultasi langsung klien tersebut serta mengadakan

diskusi dengan dosen pengasuh/pembimbing karya tulis ilmiah ini.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang digunakan untuk menulis karya tulis ini

terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

b. Ruang Lingkup Pembahasan

c. Tujuan Penulisan

d. Manfaat penulisan

e. Metode Penulisan

f. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang kesehatan reproduksi

1. Sistem reproduksi pada wanita

2. Definisi kesehatan reproduksi

3. Konsep kesehatan reproduksi

4. Tujuan kesehatan reproduksi

5. Sasaran kesehatan reproduksi

6. Faktor-faktor yang berpengaru terhadap kesehatan

reproduksi
10

7. Hak reproduksi

B. Tinjauan kesehatan reproduksi dalam islam

C. Tinjauan Umum Tentang Kista Ovarium

1. Definisi Kista Ovarium

2. Fungsi Ovarium

3. Klasifikasi

4. Etiologi

5. Patofisiologi

6. Komplikasi

7. Gejala klinik

8. Diagnosis

9. Penanganan

10. Perawatan Pasca Bedah

D. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan

2. Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

E. Landasan tentang wewenang bidan

BAB III STUDI KASUS

A. Manajemen Asuhan Kebidanan

B. Catatan Perkembangan

Langkah I Pengkajian dan Analisa Data Dasar


11

Langkah II Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual

Langkah III Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial

Langkah IV Tindakan Segera/Kalaborasi Asuhan Kebidanan

Langkah V Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Langkah VI Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

Langkah VII Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

BAB IV PEMBAHASAN

Pada Bab ini dibahas tentang kesenjangan antara teori

dan praktek asuhan kebidanan pada Ny.”H ” dengan Kista

Ovarium di RSKD IA SITI FATIMAH Makassar.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kesehatan Reproduksi

1. Sistem Reproduksi Wanita

Organ genetalia wanita terdiri dari organ genetalia eksterna

dan interna. Dalam bab ini penulis membatasi hanya pada organ

genetalia interna saja, sesuai dengan masalah yang akan dibahas

yaitu Kista ovarium itu sendiri terletak pada organ genetalia interna.

Gambar 2.1. Anatomi Sistem Reproduksi Interna.8

Bagian-bagian Anatomi Sistem Reproduksi Interna :

a. Vagina

Vagina adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan

rahim, terletak di antara saluran kemih dan liang dubur. Panjang


13

dinding depan 8 cm dan belakang 10 cm. Dinding vagina terdiri dari

lapisan mukosa, lapisan otot, dan lapisan jaringan ikat.8

b. Uterus

Berbentuk seperti bola lampu pijar atau buah pear yang sedikit

gepeng kearah muka belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan

mempunyai rongga, terdiri dari :

1) Fundus

2) Korpus uteri

3) Serviks uteri

c. Tuba Fallopi

Tuba fallopi adalah saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan

kiri, panjangnya 12-13 cm, diameter 3-8 mm. Bagian luarnya diliputi

oleh peritoneum visceral yang merupakan bagian dari ligamentum

latum. Bagian dalam saluran dilapisi sillia, yaitu rambut getar yang

berfungsi untuk menyalurkan telur dan hasil konsepsi.

Tuba fallopi terdiri dari 4 bagian :8

1) Pars interstisialis (intramularis)

2) Pars ismika, yang merupakan bagian tengah saluran telur yang

sempit.

3) Pars ampularis, di mana biasanya pembuahan (konsepsi) terjadi.

4) Infindibulum, yang merupakan ujung tuba yang terbuka kerongga

perut. Di ujung infundibulum terdapat umbai-umbai (fimbriae) yang


14

berguna untuk menangkap sel telur (ovum), yang kemudian akan

disalurkan kedalam tuba.

d. Ovarium.

Terdapat dua indung telur, masing-masing di kanan dan di kiri rahim,

dilapisi mesovarium dan tergantung di belakang ligamentum latum.

Bentuknya seperti almond, sebesar ibu jari tngan, bukuran 2,5-5 cm x

0,6-1 cm. Fungsi utama indung telur yang utama adalah menghasilkan

sel telur, menghasilkan hormon-hormon (progesterone dan estrogen)

dan ikut serta mengatur haid.

Struktur Ovarium terdiri dari : 8

1) Kulit (korteks) disebelah luar yang meliputi epithelium germinavum

yang berbentuk kubik, dan di dalam terdiri dari troma serta folikel-

folikel primordial.

2) Inti (modulla) disebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma

dengan pembuluh-pembuluh darah, serabut-serabut saraf dan sedikit

oto polos.

2. Definisi Kesehatan Reproduksi

a. Sehat adalah suatu keadaaan sejahtera fisik, mental dan sosial

yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan,

dalam segalah aspek yang berhubungan dengan sistem

reproduksi, fungsi serta prosesnya.9

b. Pada konsepsi internasiaonal kependudukan dan pembangunan

(Internasional Conference On Population And Development/CPD)


15

tahun 1994 di kairo, mesir. Telah di sepakati defenisi kesehatan

reproduksi yang mengacu pada definisi sehat menurut WHO

tersebut yaitu keadaan sehat yang menyeluruh, meliputih aspek

fisik, mental dan sosial, dan bukan sekedar tidak adanya penyakit

atau gangguan di segalah hal yang berkaitan dengan sistem

reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri.10

c. World health organization (WHO) medefinisikan

“kesehatan”sebagai “keadaan sejahtera fisik mental dan sosial

yang sempurna dan sekedar tidak ada penyakit atau kelemahan.

Remaja secara umum dianggap mengaju individu berusia antara

10 sampai 19 tahun, sehingga kesehatan reproduksi remaja

memperhatikan kebutuhan fisik, sosial, emosional kaun muda.11

d. Kesehatan reproduksi menurut BKKBN tahun 1996 adalah suatu

keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh

pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi

serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari

penyakit dan kecacatan serta bentuk berdasarkan atas

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiriyual dan

material yang layak, bertakwah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

e. Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang wanita untuk

memanfaatkan alat reproduksinya dan mengatur kesuburannya

dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta

mendapatkan bayi tanpa resiko apapun atau well mother dan well
16

born baby dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam

batas norma.12

Menguraikan ruang lingkup Kesehatan Reproduksi

sebenarnya menggunakan pendekatan siklus hidup, yang berarti

memperhatikan khusus kebutuhan penanganan sistem reproduksi

pada setiap fase kehidupan serta kesinambungan antar fase

kehidupan kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Karena

masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase

kehidupan dapat di perkirahkan, maka apabila tidak di tangani

dengan baik maka akan berakibatkan buruk bagi masa kehidupan

selanjutnya. Tahapan dalam Siklus hidup antara lain masa

konsepsi, Bayi dan Anak, Ramaja, Usia subur dan Usia lanjut.10

3. Konsep Kesehatan Reproduksi

Beberapa Konsep Kesehatan Reproduksi yaitu:

a. “From womb to tomb”yang berarti dari janin sampai liang kubur. Ini

menyiratkan bahwa : kesehatan reproduksi memakai pendekatan

siklus kehidupan manusia (life-cyle aproach)

b. Pendekatan secara sosial penting untuk mengatasi masalah

kesehatan reproduksi.

c. Pendekatan “supply-demand”(segi penyedia pelayanan kebutuhan

masyarakat ).9
17

4. Tujuan Kesehatan Reproduksi

a. Tujuan Utama

Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif

kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak

reproduksi perempuan sehingga dapat meningkatkan kemandirian

perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang

pada akhirnya dapat membawah pada peningkatan kualiatas

kehidupannya.

b. Tujuan Khusus

a) Meningkatkan kemandirian perempuan,khususnya dalam

peranan dan fungsi reproduksinya.

b) Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial perempuan

dalam konteks:kapan ingin hamil, berapa jumlah anak yang di

inginkan dan jarak antar kehamilan.

c) Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial laki-laki.

d) Menciptakan dukungan laki-laki dalam membuat keputusan,

mencari informasi dan pelayanan yang memenuhi kebutuhan

kesehatan reproduksi.9

5. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi

Faktor-faktor yang mempengaruhi besaran masalah kesehatan

reproduksi meliputi faktor demografis / sosial ekonomi, faktor budaya

dan lingkungan,psikologis dan biologis.


18

a. Faktor demografis dapat di nilai dari data: usia pertama melakukan

hubungan seksual,usia pertama menikah ,usia pertama hamil

sedangkan faktor sosial ekonomi dapat dinilai dari tingkat

pendidikan, akses terhadap pelayanan kesehatan, status

pekerjaan, tingkat kemiskinan, resiko melek huruf, rasio remaja

tidak sekolah dan atau melek huruf.

b. Faktor budaya dan lingkungan mencakup pandangan agama,

status perempuan, ketidaksertaan jender, lingkungan tempat tinggal

dan bersosialisasi, persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan

tanggung jawab reproduksi individu, serta lingkungan atau

komitmen politik.

c. Faktor fsikologi antara lain rasa rendah diri, tekanan teman sebaya,

tindakan kekerasan di rumah/ di lingkungan, dan

ketidakharmonisan orang tua.

d. Faktor biologis meliputi: gizi buruk kronis, kondisi anemia, kelainan

bawaan organ reproduksi, kelainan akibat radang panggul, infeksi

lain atau keganasan

6. Hak Reproduksi

Hak-hak reproduksi menurut kesepakatan dalam konferensi

internasional kependudukan dan pembangunan bertujuan untuk

mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, baik kesehatan

jasmani maupun rohani, meliputi:

a. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.


19

b. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan

reproduksi.

c. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.

d. Hak untuk melindungi dari kematian karena kehamilan.

e. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaiatan dengan kehidupan

reproduksinya.

f. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk

perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan

pelecehan seksual.

g. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

h. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya.

i. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.

j. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan

keluarga dan kehidupan reproduksi.

k. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik

yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.10

Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ genitalia eksterna

dan organ genitalia interna. System reproduksi wanita berpusat di

ovarium yang masuk dalam struktur organ genitalia interna akan

menghasilkan sel telur dan pada waktunya akan di buahi oleh sperma

lalu melalui beberapa tahap perkembangan sampai di sebut janin.

Namun tidak semua wanita normal memiliki system reproduksi yang


20

baik. Ada beberapa penyakit reproduksi yang bisa menyertai mulai

pada masa puberitas, usia subur sampai menopause seperti mioma

uteri, kista ovarium dan karsinoma serviks.12

B. Tinjauan Kesehatan Reproduksi Dalam Islam

1. Pandangan al-Qur’an tentang Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara utuh

baik sehat mental, fisik, dan kesejahterahan sosial yang

berhubungan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi bukan

hanya bebas dari penyakit dan kecacatan tetapi juga di bentuk

berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi Ketuhanan

Yang Maha Esa. Bebas dari suatu penyakit adalah hal yang sangat

berharga dalam kehidupan manusia, Dalam Al-quran surat Al-

Anbiyaa ayat 83-84 yang berbunyi.26

   


  
  
 
  
    
 
  
  
 
Terjemahnya :

“dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya


Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau
adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang".
Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami
lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan
keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan
bagi semua yang menyembah Allah”.(Surat Alanbiyaa ayat 83-84
21

Dengan Ayat ini Allah SWT. Mengingatkan Rasul-Nya dan Umat

Muslim Kepada kisah yang di timpa suatu penyakit yang berat

sehigga berdoa memohon pertolongan Tuhannya untuk

melenyapkan penyakitnya itu, karena ia yakin bahwa Allah SWT.

Adalah yang amat penyayang. Walaupun berbeda-beda riwayatnya

yang di peroleh oleh Nabi Ayub, baik mengenai pribadinya , masa

hidupnya dan macam- macam penyakit yang di deritanya, namun

ada hal-hal dapat di pastikan tentang dirinya bahwa dialah seorang

hambah Allah yang soleh, telah mendapat cobaan dari Allah , baik

mengenai harta benda, keluarga dan anak-anaknya, maupun cobaan

yang menimpa dirinya sendiri. Dan penyakit yang di deritaya adalah

berat, meskipun demikian semua cobaan itu di hadapinya dengan

sabar dan tawakkal serta memohon pertolongan dari Allah SWT.Dan

sedikitpun tidak mengurangi keimanan dan ibadahnya kepada Allah

SWT.

Oleh sebab itu, Allah mengabulkan doanya dari penyakit itu, serta

mengaruniainya rahmat yang lebih banyak dari apa yang telah hilang

dari tangannya dan kemudian Allah mengangkatnya menjadi Nabi, di

riwayatkan bahwa setelah sembuhnya Nabi Ayub. dari penyakitnya

itu hidup bersama-sama keluarganya itu berkembang biak pula

dengan subur, sehingga jumlahnya dua kali lipat dari yang semula

kesemuanya itu adalah rahmat Allah kepadanya, atas keimanan ,

kesabaran, ketakwahan dan kesolehan , Alqu’an mengungkapkan


22

kisah ini untuk menjadi peringatan dan pelajaran bagi semua orang

yang beriman dan beribadah kepada Allah SWT. Bahwa:

a. Allah memberi rahmat dan pertolongan kepada hambah-nya

yang mukmin, bertakwa , soleh, dan sabar.

b. Orang - orang mukmin pun tidak luput dari cobaan , berat

ataupun ringan sebagai ujian bagi mereka.

c. Orang yang beriman tidak boleh berputus asa dari rahmat

Tuhannya semakin tinggi kedudukan dan tanggung jawab

manusia, semakin berat pula cobaan yang di terimanya.

Dalam Al Quran, Allah Swt menciptakan penyakit sekaligus

metode penyembuhan penyakit itu. Suatu penyakit dapat dinyatakan

sembuh atas izin dari Allah dengan dua macam treatment sebagai

proses penyembuhan yakni treatmen secara fisik dan non fisik

(spiritual). Hal ini berdasarkan Al Quran bahwa penyakit bukan

hanya berupa penyakit fisik namun juga penyakit non fisik yang

tersembunyi seperti kotor iman, kemunafikan, keragu-raguan, dusta

dan tidak beriman.

C. Tinjauan Umum Tentang Kista Ovarium

1. Definisi Kista Ovarium

a. Kista ovarium adalah tumbuhnya jaringan abnormal yang jinak

berisi zat cairan kenyal yang berada pada sistem reproduksi

yaitu ovarium.
23

b. Kista ovarium merupakan kantung berisi cairan normalnya

berukuran kecil yang terletak di indung telur (ovarium).10

c. Kista ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi cairan atau

setengah cair yang tumbuh di dalam indung telur/ovarium.

2. Fungsi Ovarium

Ovarium selain berfungsi utama sebagai tempat pemasakan sel-sel

germinal, juga berfungsi mengsekresi beberapa hormon.

Siklus ovarium terdiri atas tiga fase yaitu fase folikular, ovulasi, dan

fase luteal.

Jaringan ovarium sangat dinamik, dipengaruhi oleh rangsang

hormonal sejak dari masa pubertas hingga menopause. Hal ini

merupakan alasan mengapa banyak kista atau tumor jinak timbul di

ovarium.14

3. Klasifikasi

Tidak ada klasifikasi untuk kista dan tumor ovarium yang

memuaskan benar disebabkan karena kompleksnya pertumbuhan-

pertumbuhan baru ovarium dan karena beberapa paerbedaan

diantara tumor-tumor ovarium itu yang hanya dapat dilakukan

dengan pemeriksaan histologik. Secara garis besar Tumor Ovarium

terbagi 2 yaitu Tumor Non neoplastik (bersifat Jinak) dan Tumor

neoplastik (bersifat jinak/benigna dan ada juga bersifat

ganas/manigna). Tumor neoplastik jinak ada yang berbentuk kistik

(cair) dan ada yang solid/padat.14


24

Beberapa jenis kista ovarium :

a. Kista Fungsional

1) Kista folikel adalah pembesaran folikel de graff yang tidak

pecah dan terus menerus mengeluarkan cairan. Kista ini

sampai berovulasi lambat laun dapat menghilang spontan,

umumnya berdiameter ± 5 cm. Cairan dalam kista jernih

dan seringkali mengandung estrogen, oleh sebab itu kista

kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid.

Gambar 2.1 : Kista folikel.15

2) Polikistik kista adalah kista ini banyak yang mengandung cairan

jernih,bisa timbul dikedua ovarium kiri dan kanan, berhubungan

dengan gangguan hormon dan gangguan menstruasi.

3) Kista korpus luteum adalah kista jenis ini lebih jarang terjadi, kista

ini timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan dan
25

lama - lama pecah dan timbul rasa sakit yang berat di rongga

panggul.16

b. Kista Neoplastik/Kista Ovarium

Kista neoplastik merupakan jenis kista yang mengarah pada penyakit

neoplasma, yaitu penyakit yang mengarah pada keganasan atau

cenderum kearah tumor.17

Kista neoplastik ini terbagi berdasarkan beberapa sifat berikut:

1) Kista Serosum

Kista ini berisi cairan bening (yang bentuk dan warnanya seperti air

perasan kunyit). Apabila bersarang di indung telur maka kista ini

mudah pecah. Jenis kista ini sering berubah menjadi penyakit

ganas (disebut kanker) indung telur atau kanker ovarium. Proses

pembesaran kista serosum sangat dipengaruhi siklus haid karena

saat haid terjadilah penambahan jumlah cairan di dalam indung

telur. Akibatnya, mungkin saja tangkai kista terpuntir (torsi), yang

merupakan kasus darurat karena penderita akan mengalami sakit

yang sangat. Secara sepintas bentuknya mirip badan kuning telur

(korpus luteum), yaitu sisa sarang sel telur yang memang ada

saat kehamilan dan dibutuhkn selama kehamilan muda.1


26

Gambar 2.2 : Kista serosa.15

2) Kista Musinosum

Kista ini paling terjadi antara usia 33 dan 35 tahun. Dapat

tumbuh sangat besar, dan multilokular, biasanya unilateral dan

jarang menjadi maligna. Dinding kista di bentuk oleh sel kolumnar

tinggi, yang masing-masing mempunyai nukleus pada bagian nasal

dan musi sitoplasma. Musing terus menerus di sekresikan kedalam

kista sehingga dindingnya menjadi tegang. Sering bagian dinding

menonjol keluar dan terbentuk lekukan pada leher tempat

penonjolan. Leher ini dapat mengalami oklusi, sehingga

memmbentuk anak kista. Kadang-kadang kista dapat rupture dan

melepaskan sel-sel musim, yang mungkin melekat pada peritonium

dan omentum sehingga menyebabkan akumulasi musim

(pseudomiksoma peritonei).14
27

3) Kista Dermoid

Bentuk cairan kista ini seperti mentega. Kandungannya tidak

hanya berupa cairan tapi juga ada partikel lain seperti rambut, gigi,

tulang atau sisa kulit. Diperkirakan, dermoid timbul dari sisa-sisa

sel embrional yang salah letak ke organ genital semasa yang

bersangkutan masih berupa janin. Artinya, kista ini merupakan

bawaan sejak lahir dan dapat dialami oleh laki-laki atau perempuan.

Seperti halnya kista musinosum, penanganan kista dermoid

memerlukan kehati-hatian karena bila ”meletus”, maka selain

cairannya membuat lengket, juga si cairan di dalamnya, seperti

rambut, gigi atau tulang, dapat masuk ke dalam dan mencemari

rongga perut sehingga menimbulkan sakit yang luar biasa.17

Gambar 2.3 : Kista dermoid.15


28

4) Kista Endometriosis

Kista ini berasal dari sel-sel selaput dalam perut yang disebut

peritoneum. Penyebabnya dapat berupa infeksi genetalia (alat

kandungan) yang menahun, misalnya keputihan yang tidak

ditangani sehingga kuman-kumannya masuk ke dalam rongga

perut, sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini sangat

khas karena berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid,

tidak semua darah akan tumpah dari rongga rahim ke liang vagina,

karena adapula yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini

merangsang sel-sel sakit dan rusak yang ada di selaput perut,

sehingga akan memunculkan endometriosis.

Mengingat sifat penyusupannya secara perlahan,

endometriosis sering disebut kanker jinak. Ia tumbuh diseluruh

lapangan perut dan secara perlahan menyebar kehampir semua

organ tubuh misalnya usus, paru, hati, mata, otak, kulit, otot rahim;

tetapi tempatnya bersarang yang paling sering adalah indung telur.

Indung telur yang terkena endometriosis akan membesar pada

masa haid. Tak heran jika penderita endometriosis sering

mengalami nyeri haid. Ini adalah akibat indung telur yang

membengkak tersebut. Begitu darah keluar rasa sakit biasanya

akan berkurang. Namun, bilamana sudah terjadi perlekatan di

dalam rongga perut, maka sakitnya dapat menetap. Seluruh tubuh,

dari kepala hingga betis dapat terasa seperti dipelintir.17


29

5) Fibrioma

Tumor ini paling sering ditemukan pada penderita dalam masa

menopause dan sesudahnya dapat mencapai diameter sampai 30

cm, dan bentuknya dapat mencapai 20 kilogram. Permukaan tidak

rata, konsistensi keras, warnanya merah jambu keabu-abuan.

Fibroma ovari yang besar biasanya mempunyai tangkai dan dapat

terjadi torsi.15

Gambar 2.4 : Kista Fibrioma.15

4. Etiologi

Kista ovarium paling sering dijumpai pada wanita usia reproduksi

sebagian besar atau 95% jinak.18

Asal usul penyebab timbulnya kista ovarium belum ada

jawabannya secara pasti. Diduga terjadinya gangguan pembentukan

hormon pada hipotalamus, hipofise atau ovarium itu sendiri merupakan

faktor penyebab terjadinya kista ovarium. Kista indung telur/ovarium

timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi

(gagalnya folikel berovulasi).13


30

5. Gejala

Munculnya gejala klinis pada kista ovarium diakibatkan oleh tiga hal

berikut:

a. Pertumbuhan kista yang dapat menimbulkan tekanan pada alat-alat

di sekitarnya.

b. Aktifitas hormonal, khususnya jenis kista yang memproduksi hormon.

c. Koplikasi yang di timbulkannya.17

Manifestasi klinis kista ovarium antara lain:

1. Sering tanpa gejala

2. Nyeri saat menstruasi

3. Nyeri perut di bagian bawah

4. Nyeri pada saat berhubungan badan

5. Nyeri punggungterkadang menjalar sampai ke kali

6. Terkadang di sertai nyeri saat buang air kecil dan atau buang air

besar.

7. Siklus menstruasi tidak teratur; bisa juga jumlah darah yang keluar

banyak.13

6. Komplikasi

Bentuk komplikasi kistoma yang memerluakan terapi segera dan oleh

bidan harus melakukan rujukan adalah:

a. Torsi kistoma ovarii. Terjadi nyeri mendadak dan menetap bahkan

makin hebat. Rasa sakitnya seperti tergilir yang sebelumnya terdapat

tumor. Torsi atau putaran tangakat dapat terjadi pada tangkai kista
31

ovarium dengan di ameter 5 cm atau lebih. Kondisi yang

mempermudah torsi adalah kehamilan sesudah persalinan.19

b. Infeksi kistoma ovarii. Badan panas karena suhu meningkat.

Nyeriperut bagian bawah tersa lebih panas dari lainnya.

Pemeriksaan dalam menunjukkan tumor, nyeri tekan, dan

pergerakan terbatas.20

c. Robekan dinding kista. Pada torsi tangkai kista ada kemungkinan

terjadirobekan sehingga isis kista tumpa kedalam ruang abdumen.

Keganasan kista ovarium sering di jumpai pada usia sebelum

menarche atau diatas 45 tahun.2

d. Kista telah mengalami degenerasi ganas dengan gejala penderita

khusus, perut terdapat cairan asites, dan sudh terdapat anak

sebenarnya.21

7. Diagnosis

Menegakkan diagnosis kista ovarii, dapat dilakukan:

a. Anamnese yang mengungkapkan :

1) Keluhan klinis kista ovari ringan karena besarnya tumor

2) Keluhan mendadak akibat komplikasi kista ovari.

b. Pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan dalam rongga panggul )

1) Fisik umum sebagai tanda vitalnya

2) Pemeriksaan palpasi

a. Teraba tumor di abdumen,bentuk kista atau padat

b. Terfiksir atau bergerak


32

c. Terasa nyeri atau tidak

3) Pemeriksaan dalam

a. letak tumor apakah melekat dengan uterus

b. Mobilitasnya, konsistensinya.

4) Pemeriksaan spekulum :

a. Melihat serviks dilakukan biobsi atau pap smear

b. Melakukan sondese, dibedakan antara mioma uteri dan solid

ovarial tumor.

5) Pemeriksaan rektal:

Memberikan konfirmasi jelas tentang keberadaan tumor.

c. Pemeriksaan penunjang/tambahan

1) USG

a) membedakan antara kista dengan tumor solid ovarium atau

mioma uteri.

b) USG di pergunakan sebagai penunutan parasentasis

pengambilan cairan asites untuk sitologi

2) Laparaskopi

a) Memastikan hubungan kista dengan sekitarnya

b) Untuk tindakan operasi laporoskopinya

c) Terdapat perlekatan berat dilakukan laporatomi sehingga

lapangan pandangan lebih jelas.


33

3) Foto Thoranx

Menetapkan pleural effiuson sebagai bagian meig sindroma atau

bersifat tersendiri.

4) Tumor Masker ca 125

Dengan melakukan pemeriksaan sistematis diagnosa kistoma

ovari tidak terlalu sukar di tegakkan.2

8. Penanganan

Terapi kista ovarium bergantung dari beberapa faktor yaitu ukuran

dan jenis kista, umur dan kondisi kesehatan penderitan, rencana

kehamilan dimasa depan, demikian juga dengan beratnya gejala -

gejala yang terjadi. Ada dua prinsip penting dalam manajemen kista

ovarium antara lain :

a. Sikap wait and see

Oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan

menyusut dengan sendirinya dalam 2 - 3 bulan. Semakin dini

deteksinya maka semakin mudah pengobatannya. Tentunya

setiap wanita agar indung telurnya tetap utuh atau dapat

dipertahankan jika tim dokter mengambil keputusan untuk

mengangkat kista maka kemungkinan ini menjadi ada apabila kista

ditemukan dalam stadium dini. Alternatif terapi dapat berupa

pemberian pil KB dengan maksud menekan proses ovulasi, maka

dengan sendirinya kista tidak akan tumbuh.13


34

b. Terapi Bedah Atau Operasi

Apabilah kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada

pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda peroses

keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan

laporoskopi. Dengan dengan cara alat laporoskopi di masukkan

dalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada

dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis rambut

kemaluan.16

Indikasi perlu dilakukan pembedahan adalah jika kista tidak

menghilang dalam beberapa kali siklus menstruasi atau kista yang

memiliki ukuran demikian besar, kista yang di temukan pada wanita

menopause, atau kista yang menimbulkan rasa nyeri yang luar

biasa, lebih- lebih jika sampai timbul pendarahan.

Tindakan bedah dapat sangat terbatas, yaitu berupa pengangkatan

kista dengan tetep mempertahankan induk telur. Selain itu,

pembedahan pun menyimpang kemungkinan lebihekstensif, mulai

dari pengangkatan seluruh induk telur atau, lebih luas lagi,

merembet ke pengambilan seluruh rahim.

Oleh karena itu, pemeriksaan genokologi rutin amatilah penting

untuk di kerjakan. Jadi, anda jangan hanya bersikap relatif,

menunggu gejala muncul baru menuju tempat peraktik dokter.

Upaya preventif harus selalu ditempatkan pada posisi superior.17


35

9. Perawatan Pasca Bedah

a. Perawatan Luka

1) Letakkan pasien dalam posisi untuk pemulihan:

a) Tidur miring dengan kepala agak ekstensi untuk membebaskan

jalan nafas.

b) letakkan lengan atas di muka tubuh agar mudah melakukan

pemeriksaan tekanan darah.

c) tungkai bawah agak terbentuk, bagian atas lebih tertekuk dari

pada bagian bawah untuk menjaga keseimbangan.

2) Segera setelah selesai pembedahn pemeriksa kondisi pasien :

a) cek tanda vital dan suhu tubuh setiap 15 menit selama jam

pertama kemudian 30 menit pada jam selanjutnya.

b) periksa tingkat kesadaran setiap 15 menit sampai sadar

c) yakinkan bahwa jalan nafas bersih dan cukup ventilas

d) Jika tanda vital tidak stabil dan hematokrit turun walau di beri

tranfusi, segera kembalikan kekamar bedah karena

kemungkinan terjadinya pendaraan pasca bedah.22

10. Pemberian Cairan

Karena selama 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi,

maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan

mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi hipertermia,

dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ lainnya. Cairan yang

diperlukan biasanya dekstrose 5-10%,garam fisiologis dan ranger


36

laktat (RL) secara bergantian. Jumlah tetesan tergantung pada

keadaan dan kebutuhan, biasanya kira - kira 20 tetes per menit. Bila

kadar hemoglobin darah rendah, berikan tranfusi darah atau packed-

cell sesuai dengan kebutuhan.

11. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita

flatus, lalu dimulailah pemberian minum dan makanan peroral

Sebenarnya pemberiansedikit minuman sudah boleh diberikan pada

6-10 jam pasca bedah berupa air putih atau air teh yang jumlahnya

dapat dinaikkan pada hari pertama dan kedua pasca bedah. Setelah

cairan infus dihentikan, berikan makanan bubur Saring, minuman

air, buah dan susu. Selanjutnya secara Bertahap diperbolehkan

makan bubur dan akhirnya makanan biasa.Sejak boleh minum pada

hari pertama, obat-obatan sudah boleh diberikan peroral. Pemberian

makanan rutin tersebut diatas akan berubah bila dijumpai komplikasi

pada saluran pencernaan seperti adanya kembung pada perut dan

peristaltik usus yang kurang sempurna.22

12. Nyeri

Sejak penderita sadar, dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih

dirasakan didaerah operasi. Untuk mengurangi rasa tersebut dapat

diberikan obat-obatan antisakit dan penenang seperti suntikan

intramuskuler (IM) pethidin dengan dosis 100-150 mg atau morpin

sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus atau obat - obatan


37

lainnya. Dengan pemberian obat - obatan diatas penderita yang

kurang tenang dan gelisah akan merasa lebih tentram.

13. Mobilisasi

Pasien telah dapat menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya

sedikit demi sedikit, kemudian dapat duduk pada 8-12 jam (bila dapat

ada kontraindikasi dari anestesi). Ia dapat berjalan bila mampu pada

24 jam pasca bedah bahkan mandi sendiri pada hari kedua. 22

14. Kateterisasi

Kateter diutuhkan pada prosedur bedah. Semakin cepat melepas

kateter akan lebih baik mencegah kemungkinan infeksi dan membuat

perempuan lebih cepat mobilisasi.

a. jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah bedah atau sesudah

semalam

b. Jika urin tidak jernih, biarkan keteter di pasang sampai urin jernih.22

1 Pemberian obat-obatan

a) Antibiotik, kemoterapi dan antiinflamasi

Cara pemilihan dan pemberian antibiotiksangat berbeda-

beda disetiap institut, bahkan satu institut pun masing

masing dokter mempunyai cara dan pemilihan yang

berlainan.
38

b) Obat-obat pencegah perut kembung

Untuk mencegah perut kembung dan untuk memperlancar

Kerja saluran pencernaan dapat diberikan obat-obata secara

suntikan dan peroral.

c) Obat-obatan lainnya

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita

Dapat diberikan robaransia, obat anti inflamasi atau

bahkan tranfusi darah pada penderita yang anemis.

15. Perawatan rutin

Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pemerikaan dan

pengukuran adalah :

a) Tanda – tanda vital meliputi :Tekanan darah (TD),Jumlah nadi

permenit (N), Frekuensi pernapasan permenit (P), suhu

badan (S).

b) Jumlah cairan yang masuk dan keluar (urine)

c) Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi dan kasus.

D. Tinjauan Tentang Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan.23

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang di gunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secarah

sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa

kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.


39

2. Tahapan dalam Manajemen Kebidanan

Langkah I : Pengumpulan Data

Pada langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan

langkah berikutnya. Mengumpulkan data adalah menghimpun

informasi tentang klien/orang yang meminta asuhan. Data yang

tepat adalah data yang relefan dengan situasi yang sedang di

tinjau. Data yang mempunyai penhubungan dengan situasi yang

sedng di tinjau. Data mempunyai pengaruh atas/hubungan dengan

situasi yang sedang di tinjau. Kegiatan pengumpulan data di mulai

saat klien masuk dan di lanjutkan secara terus menerus selam

peroses asuhan berlangsung. Data dapat di kumpulkan dari

berbagai sumber yang dapat memberikan informasi yang lebih

akurat yang dapat di peroleh secepat mungkin. Pasien adalah

sumber informasi yang akurat dan ekonomis, disebut sumber data

primer. Sumber data alternative atau sumber data skunder adalah

data yang suda ada, praktikan kesehatan lain, dan anggota

keluarga.

Teknik pengumpulan data ada tiga yaitu observasi

wawancara, dan pemeriksaan.

Langkah II : Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual.23

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-datayang dikumpulkan. Data


40

dasar yang sudah di kumpulkan diinterpretasi sehingga di temukan

atau diagnosa yang spesifik.

Langkah awal dari perumusan masalah atau diagnosa kebidanan

adalah pengolahan atau analisa data yaitu menggabungkan data

satu dengan yang lainnya sehingga tergambar fakta.

Pengertian masalah/diagnosa adalah suatu pernyataan dari

masalah pasien/klien yang nyata atau potensial membutuhkan

tindakan. Dalam pengertian yang lain masalah/diagnosa adalah

pernyataan yang menggambarkan masalah spesifik yang berkaitan

seseorang dan didasarkan pada penilaian asuhan kebidanan yang

bercorak negatif.

Dalam asuahan kebidanan kata masalah dan diagnosa keduanya

dipakai karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai

diagnosa tetapi tetap perlu di pertimbangkan untuk membuat

rencana yang menyeluruh.

Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Mengidentifkasi perlunta tindakan masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkain masalah dan diagnosa yang

sudah didentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan , sambilmengganti kalien,

bidan di harapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah

potensial ini benar-benar terjadi.


41

Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkankebutuhan

Yang Membutuhkan Penengana Segera

Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan

perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa

data menunjuhkan situasi yang memerlukan tindakan segera

sementara menunggu instruksi dokter. Mungkin juga memerlukan

konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi

setiap pasien yang paling tepat. Langkah ini mencermingkan

kesinambungan dan proses manajemen kebidanan.

Langkah V : Rencana Asuhan Yang Komprehensif

Pada langkah ini direncanakan Asuhan yang menyeluruh

ditentukan oleh Langkah–langkah sebelumnya. Langkah ini

merupkan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah

yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini informasi

dan data dasar yang tidak lengkap di lengkapi. Suatu rencana

asuahan harus sama-sama di setujui oleh bidan maupun klien agar

efektif, karena pada akhirnya klien itulah yang akan melaksanakan

rencana itu atau tidak. Oleh karena itu tugas dalam langkah ini

termasuk membuat dan mendiskusikan rencana dengan klien itu

begitu juga termasuk penegasan akan persetujuannya.

Semua keputusan dibuat dalam merencanakan suatu asuhan yang

komprehensif harus merefleksikan alasan yang benar, berdasarkan

pengetahuan, teori yang berkaitan dan up to date serta di


42

validasikan dengan asumsi mengenai apa yang di inginkan klien

tersebut dan apa yang tidak di inginkan.

Perencanaan supaya terarah, dibuat pola pikir dengan langkah

sebagai berikut :

a. Tentukan tujuan tindakan yang akan di lakukan yang berisis

tentang sasaran, target dan hasil yang akan di capai.

b. Tentukan rencana tindakan sesuai denagan masalah/diagnosa

dan tujuan yang akan di capai.

Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh, seperti

yang telah diuraikan pada langkah yang kelima dilaksanakan

secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh

bidan dan sebagian oleh klien, atau anggota tim kesehatan

lainnya. Dalam situasi dimana bidan berkalaborasi dengan dokter

dan keterlibatanya dalam manajemen asuhan lagi pasien yang

mengalami komplikasi, bidan juga bertanggung jawab terhadap

terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh

tersebut. Manajemen yang efisiensi akan menyikat waktu, biaya,

dan meningkatkan mutu asuhan.

Langkah VII : Evaluasi Asuhan Kebidanan

Pada langkah ke-7 ini Dilakukan evaluasi kefektifan dari

asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan

akan bantuan apakah benar - benar telah ilakuterpenuhi sesuai


43

dengan kabutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam

masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif

pelaksanaannya, ada kemungkinan bahwa sebagian rencana

tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif. Manajemen

kebidanan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang

kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses

manajemen atau mengidentifikasi mengapa proses manajemen

tidak efektif serta melakukan penyesuain pada rencana asuhan

berikutnya.22

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Asuhan yang diberikan harus dicatat secara benar, jelas, singkat

dan logis dalam satu metode pendokumentasian. Pendokumentasian

yang benar adalah yang dapat mengkombinasikan kepada orang lain

mengenai asuhan yang telah dilakukan dan akan dilakukan pada

seorang klien, yang di dalamnya tersirat proses berfikir sistematis

seorang bidan menghadapi klien sesuai dengan langkah-langkah

dalam proses manajemen kebidanan. Menurut Helen Varney, alur

berpikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7 (tujuh) langkah agar

diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan

malalui proses berpikir sistematis, maka dokumentasi dalam bentuk

soap 23 yaitu :
44

1. Subjektif (S)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anamnese langkah 1(pengkajian data) Helen Varney,

terutama data yang data yang di peroleh melalui anamnesis.

2. Objektif (O)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan

dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1

Varney.

3. Assesment (A)

Analisis / asesment (A), merupakan pendokumentasian hasil

analisis dan interpretasi (kesimpulan)dari data subjektif dan objektif.

Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan karena keadaan

pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan di

temukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif,

maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini

juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang

dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien

dan analisis yang tepat dan akurat. Menikuti perkembangan data

pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien,

dapat terus diikuti dan diambil keputusan /tindakan yang tepat.


45

Analisis/Assesment merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut helen varney langkah kedua, ketiga dan

keempat sehingga mencakup hal-hal berikut:

1) Diagnosis/ masalah kebidanan

2) Diagnosis /masalah potensial serta perlunya mengindentifikasi

kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis /masalah

potensial. Kebutuhan tindakan segera harus didentifikasi

menurut kewenangan bidan yang meliputi tindakan mandiri

tindakan kalaborasi dan tindakan merujuk klien

4. Planning (P)

Planning atau perencanaan, adalah membuat rencana asuhan

saat ini dan akan datang. Rencana asuhan di susun berdasarkan

asil analisis dan intervensi data. Rencana asuhan ini bertujuan

untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal

mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana

asuhan ini harus tercapain kriteria tujuan yang harus di capai dalam

batas waktu tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus

mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai

dengan hasil kalaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter.

Meskipun secara istilah, Padalah planning /perencanaan saja,

namun P dalam metode SOAP ini jaga merupakan gambaran

pendokumentasian implementasi dan evaluasi. Dengan kata lain P

dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan


46

menurut helen varney langkah kelima, keenam, dan ke tujuh.

Pendokumentasian P dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan asuhan

sesuai rencana yang telah dinsusun sesuai dengan keadaan dan

dalam rangkah mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan

harus di setujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak di

laksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak

mungkin pasien harus dilibatkan dalam proses implementasi ini.

Bila kondisi pasien berubah, analisis juga berubah, maka rencana

asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan besar akan

ikut berubah atau harus di sesuaikan.3


47

Bagan 2.1: Pendokumentasian Asuhan Kebidanan.16


Pencatatan dari
Alur Pikir Bidan
Asuhan Kebidanan

Proses manajemen Pendokumentasian


kebidanan
asuhan kebidanan

7 Langkah Varney 5 Langkah SOAP/Notes

(Kompetensi
Bidan)

1. Pengumpulan Data Data Subjektif


Dasar
(Hasil anamnesis)

Objektif (pemeriksaan)

2. Interpretasi data: Assesment


Diagnosa, Masalah,
Kebutuhan (analisis dan
3. Identifikasi interprentensi data)
Assessment/
Diagnosis atau
Masalah Potensial Diagnosa
4. Identifikasi  Diagnosis dan
kebutuhan yang masalah
memerlukan  Diagnosis atau
penanganan segera Masalah
secara Mandiri, Potensial
konsultasi atau  Kebutuhan
kolaborasi Tindakan
Segera
5. Rencana Asuhan: Planning (Dokumentasi,
 Melengkapi data implemantasi dan
 Konseling Planning Evaluasi).
 Rujukan
 Follow Up  Asuhan Mandiri
 Kolaborasi
Implementasi
6. Pelaksanaan  Tes
laboratorium
 Konseling
 Follow Up
7. Evaluasi Evaluasi
48

D. LANDASAN HUKUM WEWENANG BIDAN

Peraturan mentri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR

1464/MENKES/ 1464/PER/X/2010. tentang izin dan penyelenggaraan

praktek bidan.

Pasal 1

Dalam peraturan mentri ini yang di maksud dengan:

1. Bidan adalah seorang perempuan yang tulus dari pendidikan bidan

yang telah teregistrasi sesuai dengan peraturan-peraturan

perundang-undangan.

2. Pasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang di gunakan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif.

3. surat izin praktek bidan yang selanjutnya di singkat SIPB adalah bukti

tertulis yang di berikan pada bidan yang sudah memenuhi

persyaratan untuk menjalankan praktek kebidanan.

4. Standar adalah pedoman yang harus di pergunakan sebagai

petunjuk dalam menjalankan profesi yang meliputi standar

pelayanan, standar profesi dan standar operasional.

5. Surat tanda registrasi yang selanjutnya yang di singkat STR adalah

bukti tertulis yang di berikan oleh pemerintah kepada tenaga

kesehatan yang memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan

praturan perundang-undangan.
49

6. Obat Bebas adalah obat yang berlogo bulatan yang berwarna hijau

yang dapat di peroleh tanpa resep dokter.

7. Obat bebas terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna

biru yang dapat di peroleh tanpa resep dokter.

8. Organisasi Profesi adalah Ikatan Bidan Indonesia

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik berwewenan untuk memberikan

pelayanan meliputi:

1) Pelayanan kebidanan

2) Pelayanan reproduksi perempuan

3) Pelayanan kesehatan masyarakat

Pasal 13

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat

sebagaimana di maksud dalam pasal 8 huruf c berwewenan untuk:

Melakukan pembinaan peran serta masyarakat bidan kesehatan ibu

dan bayi;

a. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas, dan

b. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan

Infeksi menular seksual (IMS), pelayanan gunaan narkotika

psikotropika dan zat Adiktif.3


50

BAB III
STUDI KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM


REPRODUKSI PADA NY.”S” DENGAN KISTA OVARIUM
DI RSKD IA SITI FATIMAH MAKASSAR
TANGGAL 14 JULI 2017

No. Register : 17 11 86 84

Tanggal Masuk : 14 juli 2017 Jam : 09.10 Wita

Tanggal Pengkajian : 14 juli 2017 Jam : 11.00 Wita

Langkah I : Pengkajian dan Analisa Data Dasar

A. Identitas Ibu / Suami

Nama : Ny.”S” / Tn.”I”

Umur : 41 tahun/ 39 tahun

Nikah / Lamanya : 1 Kali / + 16 Tahun

Suku : Jawa / Jawa

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMP / SMP

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : Jl. Kepala 3 No. 12 Rt. 003 Rw. 007 Kelurahan

Parang Kec. Rappocini.


51

50

B. Data Biologis

a. Keluhan Utama

Ibu mengalami haid yang banyak dan lama di sertai nyeri pada

perut bagian bawah.

b. Riwayat keluhan utama :

Keluar dirasakan 7 hari sebelum masuk RS.

C. Riwayat Kesehatan Lalu

a. Tidak ada riwayat penyakit menular seksual (AIDS/HIV).

b. Tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi dan diabetes

melitus dan keganasan.

D. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak ada riwayat penyakit turunan

E. Riwayat Reproduksi

Riwayat Haid

a) Menarche : 14 tahun

b) Siklus : 28 - 30 hari

c) Lamanya : 5 hari

d) Tidak ada nyeri haid

F. Riwayat Ginekologi

a. Nyeri tekan pada perut pada bagian bawah.

b. Hasil VT : pada adneksa kanan teraba massa


52

c. Hasil USG tanggal 14 juli 2017 : Tampak massa pada adnexa

kanan dengan ukuran 9 x 10 x 11 cm serta diretiotenne sisi kanan

ukuran 9 cm.

G. Riwayat Keluarga Berencana

Ibu mengatakan pernah menjadi aseptor KB suntik 3 bulan dan pil

sebelumnya.

H. Pola Kegiatan Sehari-Hari

a. Kebutuhan nutrisi :

1. Sementara terpasang infus RL 28 tetes/menit.

2. Makan : Nasi, Sayur, Lauk dan Buah.

Porsi : 1 Piring.

Frekuensi : 3x sehari

Frekuensi : 3x sehari

Minum : 5 – 6 gelas.

Selama sakit tidak ada perubahan

b. Kebutuhan eliminasi BAB/BAK

BAK :

Frekuensi : 4 – 6x sehari.

Warna : Kuning Muda

BAB :

Frekuensi : 1x sehari

Warna : Kuning Kecoklatan dan Lunak.

Selama sakit tidak ada perubahan


53

c. Pola istirahat / tidur

Kebiasaan

Tidur siang : 1 – 2 jam

Tidur Malam : 7 – 8 jam

Selama sakit tidak mengalami perubahan.

I. Data Psikologi / Spiritual.

1. Komunikasi

a. Verbal : Bahasa Indonesia

b. Non Verbal : Lancar

2. Keadaan emosional baik.

3. Hubungan dengan keluarga baik.

4. Hubungan dengan orang lain akrab.

5. Proses berpikir terarah.

6. Ibadah patuh.

7. Pengambilan keoutusan dalam keluarga adalah suami.

8. Beban kerja sehari – hari di bantu oleh keluarga.

J. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

a. Penampilan umum : Baik.

b. Kesadaran : Composmentis.

c. Ekspresi wajah : Tampak cemas.

2. TTV : TD : 120/80 mmHg

S : 36,5OC
54

N : 80 x/menit

P : 20 x/menit

3. Kepala

Kulit kepala dan rambut bersih, tidak rontok, tidak ada massa dan

nyeri tekan.

4. Muka

Ekspresi wajah ibu tampak pucat dan tidak ada oedema.

9. Mulut dan gigi

Mulut nampak kering dan gigi tidak ada yang caries dan tanggal.

6. Leher

Tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis.

7. Payudara

Simetris kiri dan kanan, tidak ada massa.

8. Abdomen

Terdapat pembesaran abdomen dan tidak ada bekas operasi.

9. Vulva

Terdapat pengeluaran darah pada vagina.

10.Ekstremitas

a. Tangan

Pada lengan kiri terpasang infuse ringer laktat (RL)

b. Tungkai

Simetris kiri dan kanan, tidak ada oedem dan varises, refleks

patella kiri/kanan positif.


55

K. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 29 Mei 2013 jam 08.00 wita

1. Hb : 12,4 gram% (nilai normal 12-14 gram%)

2. Leucocyt : 14, 306 mm2 (nilai normal 5000-10.000mm2)

3. Trombocyt : 327.000/mm2 (nilai normal200.000-500.000/mm²)

4. Masa Perdarahan : 1’30’’

5. Masa Pembekuan : 13’00’’

L. Pengobatan

1. Infus Ringer Laktat (RL) 2 botol (2 x 500 ml) 28 tetes per menit.

2. Injeksi asam mefenamat /8 Jam / IV

Langkah II : Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual

Diagnosa : Kista Ovarium

Diagnosa / Masalah aktual : Nyeri perut bagian bawah.

Diagnosa/masalah potensia : Terjadinya keganasan kista.

1. KISTA OVARIUM

a. Data Subjektif

Perut ibu terasa sakit pada bagian bawah dan mengalami haid yang

banyak dan lama.

b. Data Objektif

1) Terdapat nyeri tekan pada abdomen.

2) Tanda-tanda vital :

TD : 120/80 mmHg P : 20 x /menit


56

N : 80x /menit S : 36,5OC

3) Keluarnya darah pada vagina dalam jumlah yang banyak.

4) Dari hasil USG tampak massa pada bagian perut bawah.

c. Analisisa dan Interpretasi Data

1) Kebanyakan tumor tidak bergejala, sebagian besar

besar gejala adalah akibat pertumbuhan aktivitas

endokrin atau komplikasi tumor, berupa :

a. Nyeri perut bagian bawah.

b. Keluarnya darah dari vagina.

c. Dapat teraba massa di pelviks (dr.

Nasruddin, buka ajar omekologi.

Halaman 73)

2) Teraba massa yang keras dan susah di gerakan

pada abdomen serta hasil USG ginekologi yang

menyatakan kista ovarium.

2 Nyeri

Data subjektif : Ibu merasa nyeri perut bagian bawah.

Data objektif : Ekspresi ibu meringis bila merasa nyeri dan pada saat

palpasi.

Interpretasi Data.

Nyeri timbul karna adanya putaran tungkai, menimbulkan tarikan

melalui 1 ligamentum invidubola, fervikum terhadap

penvintoneum paretaldan menimbulkan rasa sakit karna lebih


57

mudah tertekan, sehingga terjadi pembendungan darah dalam

tumor akibat pembesaran kista yang menyebabkan nyeri

(Sarwono, ilmu kebidanan halamanan 484).

Langkah III : Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial

Diagnosa : Kista Ovarium

Masalah Aktual : Nyeri perut bagian bawah.

Masalah Potensial : Terjadinya keganasan kista.

1. Data Subjekti

Nyeri perut bagian bawah.

2. Data Objektif

Ekspresi wajah tampak meringis saat palpasi abdomenn

Analisisa dan Interpretasi

Rasa nyeri yang di rasakan pada awal biasanya di temukan suatu

massa di bagian bawah perut yang padat dan terikat jaringan di

sekitarnya karna kista melintir, sehingga penderita mengeluh rasa

nyeri yang sangat kucit (Penyakit Kandungan : Dr. Faisal yatim).

Kista ovarium biasanya tidak bersifat kanker, walaupun kista tersebut

kecil di perlukan perhatian lebih lanjut untuk memastikan kista

tersebut tidak bersifat kanker. ( http//:www.Syberhealth.com )

Langkah IV : Identifikasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi

Kalaborasi dengan Dokter untuk penatalaksanaan dalam pemberian

obat, pemasangan infuse RL 28 tetes/ menit dan therapy.


58

Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Tujuan : Cystoma ovary atau kista dapat di atasi.

Kriteria :

1. Tanda-tanda vital dalam batas normal

TD :100/80 mmHg (100/70-140/90 mmHg )

N :80x/menit (70-90x/menit)

P : 20x/menit (16-24x/menit)

S : 37,5 0 C (36-37,5 0 C)

2. Kista ovarium sembuh dan tidak timbul komplikasi lain.

3. Nyeri dan perdarahan dapat teratasi / berkurang.

4. Keadaan umum baik.

Intervensi

Tanggal 14 juli 2017

1. Beri penjelasan tentang hasil pemeriksaan

Rasional : Agar Ibu mengetahui kondisinya

2. Observasi tanda-tanda vital

Rasional : Tanda vital merupakan suatu indicator untuk

mengetahui keadaan ibu.

3. Jelaskan penyebab nyeri

Rasional : Nyeri daerah bekas operasi di sebabkan karena

terputusnya kontinuitas jaringan otot, kulit dan

serabut syaraf akibat dari regangan otot

abdomen yang berlebihan.


59

4. Beri Healt Education (HE) kepada ibu tentang:

a. Istirahat

Rasional :Istirahat yang cukup memberikan

kesempatan otot dan otak untuk relaksasi

setelah mengalami proses operasi

sehingga pemulihan tenaga serta stamina

ibu dapat berlangsung dengan baik.

b. Personal hygiene

Rasional :Dengan melakukan pembersihan diri dapat

memberikan rasa nyaman dan mencegah

terjadinya infeksi terutama daerah bekas

luka operasi.

c. Makan yang bergizi

Rasional : Dengan mngkomsumsi makanan yang

bergizi termasuk yang banyak

mengandung zat besi deangan tetap

memperhatikan diet selama masa

perawatan.

5. Beri dukungan moril tentang kondisinya

Rasional : Dengan memberikan dukungan mori kepada ibu

dan menjelaskan tentang kondisinya maka dia

dapat bersemangat menjalani perawatan dan


60

proses penyembuhannya serta rasa cemas atau

khawatir dapat berkurang.

6. Observasi pemberian infuse atau ringer laktat, 28 tetes/

menit

Rasional : pemberian cairan infuse mengandung elektrolit

yang di perlukan oleh tubuh untuk mencegah

terjadinya hipotermia, dehidrasi dan komplikasi

pada organ-organ lain.

7. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan kista

ovarium.

Rasional : Untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

Langkah VI : Implementasi Asuhan Kebidanan

Tanggal 14 juli 2017 jam 11.25 wita

1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan dan penyakitnya ibu

mengerti tentang penjelasan yang di berikan dan memahami

penjelasan yang di berikan.

Hasil: Ibu mengerti dengan penjelsan yang di berikan.

2. Mengobservai tanda-tanda vital :

TD : 120/80 mmHg P : 20 x /menit

N : 96 x /menit S : 36,5OC

3. Menjelaskan penyebab nyeri yaitu nyeri daerah bekas operasi

disebabkan karena terputusnya kontinuitas jaringan otot, kulit dan

serabut saraf akibat dari regangan otot abdomen yang berlebihan.


61

Dengan adanya luka ini maka dapat merangsang ujung-ujung

syaraf sehingga timbullah rasa nyeri.

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan.

4. Beri Healt Education (HE) Tentang:

a. istirahat yang cukup

Hasil : Ibu bersedia melakukan anjuran yang di berikan.

b. personal hygiene

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan dan

bersedia melakukan apa yang di anjurkan oleh petugas

kesehatan.

c. makanan yang bergizi

Hasil : Ibu makan bubur dan lauk pauk di tambah dengan buah

dan susu.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksaan kista ovarium

Hasil : Pemasagan infus RL 500 cc dan injeksi asam mefenamat 8

jam/ IV

Langkah VII : Evaluasi Asuhan Kebidanan

Tanggal 15 juli 2017 Jam 08. 00 Wita

1. Keadaan umum baik

2. Tanda – tanda vital dalam batas normal

TD : 120/80 mmHg P : 20x/menit

N : 80x/menit

S : 36,8x/menit
62

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN

SISTEM REPRODUKSI PADA NY’’S’’DENGAN KISTA OVARIUM

DI RSKD IA SITI FATIMAH MAKASSAR

TANGGAL 14 JULI 2017

No. Register : 17 11 86 84

Tanggal Masuk : 14 juli 2017 Jam 09.10 Wita

Tanggal Pengkajian : 14 juli 2017 Jam 11.00 Wita

Langkah I : Pengkajian dan Analisa Data Dasar

A. Identitas Ibu/Suami

Nama : Ny.”H” / Tn.”S”

Umur : 41 tahun/ 46 tahun

Nikah / Lamanya : 1 Kali / + 23 Tahun

Suku : Makassar / Makassar

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMP/SMP

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : Jl. Pelita raya III No.12.A


63

B. Data Subjektif

a. Ibu mengalami haid yang banyak dan lama.

b. Ibu mengalami nyeri perut bagian bawah.

c. Dialami sejak 7 hari sebelum masuk RS.

C. Data Objektif

1. Keadaan umum baik.

2. Pada vulva Nampak pengeluaran darah dalam jumlah banyak.

3. Tampak luka bekas operasi memanjang/horisontal di tutupi perban

dan tidak ad perembesan darah.

4. Nyeri tekan pada abdomen.

5. Pada pemeriksaan USG terdapat benjolan / massa pada abdomen

tepatnya pada bagian anterior superior sisi kanan ukuran 9 cm.

6. Tanda-Tanda vital :

TD : 120/80 mmHg N : 80 x /menit

P : 20 x /menit S : 36,5OC

C. Assesment

Kiata Ovarium

D. Planning

Tanggal 15 juli 2017 Pukul : 08.00 wita

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu.

Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan.

2. Mengobservasi tanda-tanda vital :


64

TD :120/80 mmHg. P : 20x/menit.

N : 80x/menit. S : 36,5OC

3. Menjelaskan penyebab nyeri yaitu nyeri daerah bekas operasi di

sebabkan karena terputusnya kontinuitas jaringan otot, kulit dan

serabut syaraf akibat dari regangan otot abdumen yang berlebihan.

Dengan adanya luka ini maka dapat merangsang ujung-ujung

syaraf sehingga timbullah rasa nyeri.

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan.

4. Beri Healt education (HE) tentang

a. Anjurkan ibu istirahat yang cukup

Hasil : Ibu bersedi melakukan anjuran yang di berikan.

b. Beri penjelasan tentang personal hygiene yaitu mengganti

pakaian dalam bila basah/kotor.

Hasil : Ibu bersedia melakukan apa yang di anjurkan

oleh petugas kesehatan.

c. Anjurkan ibu untuk mengkomsumsi makanan yang bergizi.

Hasil : Ibu makan bubur dan lauk pauk di tambah

dengan buah dan susu.

5. Beri dukungan mori tentang kondisinya.

Hasil : Ibu merasa senang dan semangat untuk sembuh

serta rasa cemasnya berkurang.

6. Mengajarkan teknik relaksasi pada ibu dengan kompres air hangat

pada abdomen.
65

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukan kompres.

7. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksannaan kista ovarium

Hasil : Pemasangan infuse RL 500 cc dan injeksi asam

mefenamat/8 jam.
66

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara tinjauan

kasus pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny ”S”

dengan Post Operasi Kista Ovarium Di RSKD IA SITI FATIMAH

Makassar Tanggal 14 Juli 2017. Untuk memudahkan pembahasan maka

penulis akan menguraikan sebagai berikut :

A. Pengakajian dan Analisa Data Dasar

Pengumpulan data merupakan proses manajemen asuhan

kebidanan yang ditujukan untuk pengumpulan informasi mengenai

kesehatan baik fisik, psikososial dan spiritual. Pengumpulan data

dilakukan melalui anamnese, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi serta pemeriksaan penunjang yaitu

laboratorium dan pemeriksaan diagnostik. Pada tahap ini penulis tidak

menemukan kesenjangan.

Hal ini disebabakan karena respon ibu dalam memberikan

informasi begitu pula dengan keluarga, bidan dan dokter yang

merawat sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang

diinginkan. Data diperoleh secara terfokus pada masalah klien

sehingga intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan klien.


67

Manurut teori yang ada Kista Ovarium yang ukurannya > 5 cm

harus diangkat melalui pembedahan dan tak jarang disertai dengan

salpingooforektomi (pengangkatan tuba dan ovarium) atau

histerektomi total (pengangkatan tuba dan ovarium). Operasi

pembedahan ini akan menyebabkan rasa nyeri pada daerah bekas

pembedahan atau sayatan pada dinding abdomen.

Berdasarkan studi kasus pada Ny “S” dengan nyeri daerah bekas

operasi adalah akibat dari kista ovarium dan histerektomi total yang

dialami klien pada tangal 14 Juli 2017, sehingga apa yang dijelaskan

ditinjauan pustaka dengan studi kasus tampaknya tidak ada

kesenjangan antara teori dan studi kasus.

B. Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual

Pada tinjauan pustaka dikatakan bahwa akibat dari operasi

pembedahan dengan menyayat atau mengiris dinding abdomen

adalah nyeri tersebut akan dirasakan oleh klien. Sedangkan pada

studi kasus Ny “S” dikemukakan nyeri adalah sebagai akibat dari

sayatan dinding abdomen pada kista ovarium dan histerektomi total.

Dengan demikian ada kesesuaian antara tinjauan teori dan kasus

pada Ny “H” sehingga diagnosa aktual dapat ditegakkan dalam

memudahkan bidan dalam memberikan asuhan.

Dengan demikian apa yang dijelaskan pada tinjauan pustaka

dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan. Sedangkan masalah


68

kecemasan tidak di dapatkan pada tinjauan pustaka tapi di dapatkan

pada saat pengkajian berulang.

C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Berdasarkan tinjauan pusatka manajemen kebidanan adalah

mengidentifikasi adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi jika

memungkinkan dan mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin

terjadi. Sesuai dengan tinjauan pustaka bahwa nyeri daerah perut

bagian bawah kemungkinan dapat terjadinya keganasan kista.

Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Ny “S” di lahan

praktek dapat diidentifkasi masalah potensial yaitu potensial terjadiya

keganaan kista. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan

manajemen asuhan kebiadanan pada Ny “S” nampak ada persamaan

dan tidak ditemukan adanya kesenjangan.

D. Melaksanakan Tindakan Segera/Kolaborasi

Beberapa data yang memberikan indikasi adanya tindakan

segera dimana harus menyelamatkan jiwa klien. Tindakan tersebut

berupa kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lebih profesional

sesuai dengan keadaan yang dialami oleh klien ataupun konsultasi

dengan dokter.

Berdasarkan tinjauan pustaka pada kista ovarium tindakan segera

dilakukan apabila keadaan klien tampak meringis saat palpasi

abdomen, tetapi pada studi kasus Ny ”S” dengan kista ovarium,

ditemukan indikasi untuk melakukan tindakan segera atau kolaborasi


69

mengingat keadaan ibu pada saat pelaksanaan manajemen asuhan

kebidanan sangat lemah sehingga di perlukan tindakan kolaborasi

dengan dokter berupa pemberian obat. Dengan demikian ada

kesamaan antar tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan

pada studi kasus di lahan praktek dan ini berarti tidak ada

kesenjangan.

E. Rencana Asuhan Kebidanan

Pada manajemen kebidanan suatu rencana tindakan yang

komprehensif ditunjukan pada indikasi apa yang timbul berdasarkan

kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien

dan juga meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien serta

konseling. Rencana tindakan harus disetujui klien dan semua tindakan

diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui

kebenarannya.

Pada Ny ”S” dengan kista ovarium penulis merencanakan

asuhan kebidanan berdasarakan diagnosa/masalah aktual dan

potensial yaitu observasi tanda-tanda vital, anjurkan ibu untuk istirahat

yang cukup, anjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi,

anjurkan ibu untuk mobilisasi dini, beri penjelasan tentang personal

hygiene yaitu mengganti pembalut dan pakaian basah/kotor, jelaskan

penyebab nyeri, observasi pemberian cairan per infus, injeksi dan

terapi.
70

Dari rencana asuhan kebidanan tersebut yang telah diberikan

pada kasus ini ada kesesuaian antara teori dengan kasus yang ada.

F. Implementasi Asuhan Kebidanan

Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa

menjelaskan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman

klien. Implementasi dapat dikerjakan seluruhnya oleh bidan, dokter

ataupun sebagian dilaksanakan klien serta kerjasama dengan tim

kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan.

Pada studi kasus Ny ”S’’ dengan tinjauan kista ovarium, semua

tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya

dengan baik tanpa hambatan karena adanya kerjasama dan

penerimaan yang baik dari klien serta adanya dukungan dari keluarga

dan pertugas kesehatan di ruang nifas/perawatan ginekologi di RSKD

IA SITI FATIMAH Makassar.

G. Evaluasi Asuhan Kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan evaluasi merupakan langkah

akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi

pencapaian tujuan, membandingkan data yang dikumpulkan dengan

kriteria yang diidentifikasikan, memutuskan apakah tujuan telah

dicapai atau tidak dengan tindakan yang sudah diimplementasikan.

Pada tinjauan pustaka, evaluasi yang telah berhasil dilakukan

adalah pemantauan keadaan klien meliputi :

1. Luka bekas insisi/operasi kering


71

2. Nyeri pada daerah bekas operasi berkurang

3. Tanda-tanda vital dalam batas normal

4. Kecemasan teratasi

5. Tanda-tanda infeksi tidak ditemukan seperti merah, bengkak, nyeri

dan panas.

Berdasarkan studi kasus Ny ”S” dengan kista ovarium tidak

ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka.

Oleh karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi

kasus Ny”S” secara garis besar tidak ditemukan kesenjangan.


72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan

praktek melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada

Ny ”S” dengan kista ovarium tanggal 14 Juli 2017 di RSKD IA AITI

FATIMAH Makassar, maka dalam bab ini penulis menarik kesimpulan dan

saran-saran.

A. Kesimpulan

1. pengumpulan data merupakan proses manajemen asuhan

kebidanan yang di tujukan untuk pengumpulan informasi mengenai

kesehatan baik fisik, psikososial, dan spiritual. Pengumpulan data

dilakukan melalui anamnese, pemeriksaan fisik dengan cara

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi serta pemeriksaan

penunjang yaitu laboratoriumdan pemeriksaan diagnostik.

2. pada study kasus Ny ” S” dikemukakan nyeri adalah sebagai akibat

dari sayatan dinding abdomen pada kista ovarium.

3. Pada studi kasus Ny ”S” dengan kista ovarium, di temukan indikasi

untuk melakukan tindakan segera atau kolaborasi mengingat

keadaan ibu pada saat pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan

sangat lemah sehingga di perlukan tindakan kolaborasi dengan

dokter berupa pemberian obat.


73

4. pada Ny ”S” dengan kista ovarium penulis merencanakan asuhan

kebidanan berdasarkan masalah aktual dan potensial yaitu

observasi tanda- tanda vital, anjurkan ibu untuk istirahat yang

cukup, mengkomsumsi makanan yang bergizi, menganjurkan untuk

mobilisasi dini, beri penjelasan tentang personal hygiene, jelaskan

penyebab nyeri, dan observasi kandung kemih.

5. Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny ”S” mulai dari

pengkajian sampai tahap akhir tidak di temukan adanya hambatan

oleh adanya kerjasama antara klien dengan petugas kesehatan

sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik.

6. pada tinjauan pustaka evaluasi yang telah behasil dilakukan adalah

pemantauan keadaan klien meliputi : nyeri pada daerah Abdomen

berkurang,tanda - tanda vital dalam batas normal, tanda - tanda

infeksi tidak di temukan.

7. Pendukomentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap

dari proses manajemen asuhan kebidanan, karena hal ini

merupakan bukti pertanggung jawaban bidan terhadap asuhan

kebidanan yang telah diberikan terhadap klien.

B. Saran

1. Diperlukan kerjasama antara anggota keluarga dan tenaga

kesehatan dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien, hal ini

dalam dapat dibina melalui komunikasi yang baik.


74

2. Sebaiknya pihak RSKD IA SITI FATIMAH Makassar menempatkan

bidan sebagai paramedis tetap yang bertugas di ruang

nifas/perawatan ginekologi agar setiap klien mendapatkan kualitas

pelayanan yang profesional sesuai dengan disiplin ilmu yang

dimiliki petugasnya.

3. Sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan,

diharapakan senantiasa berupaya untuk meningkatkan

keterampilan dan kemampuan dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan yang lebih profesional.

4. Sebaiknya bidan meningkatkan kerjasama dan komunikasi

dengan

5. petugas kesehatan lainnya seperti dokter, perawat dan sesama

bidan

6. untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan.

7. Mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan sebagai

pembuktian pertanggungjawaban petugas kesehatan terhadap

asuhan yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai