TAHUN 2017
Disusun Oleh :
BEKASI
2017
2
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di indonesia masih sangat tinggi faktanya AKI
justru meningkat dan kini menjadi 359 kematian per 100 ribu kelahiran hidup.
Sementara itu, kepala badan penelitian dan pengembangan kesehatan
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia mengatakan, penyebab
tertinggi kematian ibu melahirkan adalah kelompok hipertensi dalam
kehamilan 32,4 persen dan perdarahan post partum 20,3 persen. Pemerintah
tetap mengupayakan untuk menurunkan AKI antara lain dengan membuat
pedoman Rencana Aksi Nasional (RAN) yaitu program percepatan penurunan
angka kematian ibu secara nasional. (Profil PKBI, 2015)
2
satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa
reproduksinya.(Depkes RI,2011)
Walau Kista ovarium pada kehamilan jarang dijumpai. Namun, pada
kenyataannya angka kejadian adanya kista pada wanita hamil mencapai 1:81
hingga 1: 1000 kehamilan. Pada kehamilan yang disertai dengan kistoma
ovarii seolah-olah menjadi perebutan ruangan, dimana kehamilan makin
membesar. Oleh karena itu, kehamilan dengan kista harus dilakukan operasi
untuk mengangkat kista tersebut. (Ramadhan, Karunia. 2016)
Jika kista tidak diangkat maka dapat terjadi komplikasi berupa puntiran
pada kista yang dapat menimbulkan rasa nyeri hebat serta pendarahan di
dalam kista. Komplikasi ini dapat membahayakan nyawa ibu. Pada kondisi
tidak terjadi puntiran, kista yang berukuran besar dapat menggangu proses
turunnya janin ke jalan lahir. Kista yang terlalu besar juga berisiko pecah dan
mengganggu tahim serta pertumbuhan janin di dalamnya. (AyahBunda. 2016)
Pada kejadian terpuntirnya kista tersebut dapat mengakibatkan suplai
oksigen terhadap bayipun terganggu karena terjadinya perebutan ruangan
antara janin dan kista yang membuat terhimpitnya saluran oksigen kebayi
yang dapat menyebabkan kematian bayi, dan bisa juga menyebabkan kematian
ibu karena semakin membesarnya kista pada kehamilan hingga 6 cm atau
lebih maka akan sering terjadi keluar flek hingga darah yang keluar dari
vagina, apabila tidak segera ditangani bisa menyebabkan kematian ibu karena
terlalu sering megeluarkan darah (perdarahan). (Fimela, 2016)
Dalam hal tersebut dibutuhkan adanya pelaksanaan Antenatal Care (ANC)
di fasilitas kesehatan dan penanganan yang baik, cepat dan tepat sesuai dengan
kebutuhan terhadap ibu hamil patologis dengan kista simpleks ovari dalam
upaya untuk membantu menurunkan tingkat kematian ibu dan angka kematian
bayi sesuai Sustainable Development Goals (SDG’s) atau Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan ini hadir menggantikan MDG’s.
Oleh karena itu pelayanan/asuhan antenatal yang baik dan benar
merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu
hamil dengan kista simpleks ovari. (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk.2010)
3
Maka dengan ini penulis tertarik membuat laporan dengan menerapkan
dan mengaplikasikan manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil terhadap
Ny. N dengan kista simpleks ovari di RSUD Kota Bekasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4
1. Bagi Lahan Praktek
Menambah wawasan dan pengetahuan tenaga kesehatan khususnya
perawat dalam menangani asuhan keperawatan pada Ibu hamil dengan
kista simpleks ovari sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
terhadap ibu hamil kista simpleks ovari.
2. Bagi Institusi Pendidikan (Stikes Cirebon)
Sebagai dokumentasi dan bahan pembelajaran untuk mahasiswi yang lain
dalam melakukan asuhan keperawatan pada ibu hamil kista simpleks
ovari.
3. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada
ibu hamil kista simpleks ovari sebagai penerapan ilmu yang telah
didapatkan.
4. Bagi Ibu Hamil
Dapat memberikan pengetahuan kepada klien tentang kejadian patologis
yang terjadi pada kehamilannya, dan dapat menumbuhkan rasa penting
terhadap kunjungan Antenatal Care selama kehamilan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Kehamilan
Ada banyak faktor atau masalah yang menjadi Penyebab kista simpleks
ovarium yang tersering meliputi:
1. Masalah hormonal
Kista fungsional biasanya hilang sendiri tanpa pengobatan. Mereka
mungkin disebabkan oleh masalah hormonal atau pengaruh obat untuk
membantu merangsang ovulasi.
2. Endometriosis
Wanita dengan endometriosis dapat mengembangkan jenis kista ovarium
yang disebut endometrioma. Jaringan endometriosis menyebar ke ovarium
lalu tumbuh di sana. Kista ini bisa menyakitkan saat “berhubungan” dan
selama menstruasi.
3. Infeksi panggul yang parah
Infeksi dapat menyebar ke ovarium dan tuba falopi dan menyebabkan
terbentuknya kista.
(Mediksus, 2016)
F. Gejala Kista Simpleks Ovarium pada Kehamilan
Kista selama masa kehamilan tidak selalu berdampak negatif pada kehamilan
dan janin yang dikandung. Kista yang berukuran kecil tidak akan
membahayakan janin dan menimbulkan komplikasi kehamilan. Tetapi yang
perlu dilakukan oleh ibu hamil adalah melakukan pemantaun yang rutin ke
dokter untuk melihat ukuran kista. (Fimela, 2016)
Pemantauan dilakukan untuk memastikan apakah kista bertambah kecil dan
menghilang atau sebaliknya kista semakin membesar. Kista yang makin lama
mengecil dan menghilang tidak perlu kamu khawatirkan. Kista yang menghilang
dan pecah dengan sendiri memang tidak membahayakan janin yang dikandung.
Namun pada beberapa kasus rasa sakit yang dialami ibu hamil akibat pecah kista
bisa menyebabkan bayi lahir prematur. (Fimela, 2016)
Bila ukuran kista bertambah besar dan melebihi 6-8 cm bisa menyebabkan
risiko pada ibu hamil. Rasa nyeri dan sakit bisa dirasakan ibu hamil disebabkan
kista terpuntir. Selain ini kondisi kista yang semakin membesar bisa
membahayakan perkembangan janin karena mendesak rongga perut. Kista yang
membesar juga dapat menyebabkan sesak nafas karena suplai oksigen ke paru-
paru tidak maksimal yang bisa menyebabkan terjadinya IUFD (Intra Uterine
Fetal Deaht) terhadap janin yang dikandung. (Fimela, 2016)
2. MRI
Pemeriksaan pencitraan dengan medan magnet untuk menghasilkan
gambar organ internal Karena mayoritas penyakit kista akan hilang sendiri
setelah beberapa minggu atau bulan, maka dokter mungkin tidak segera
merekomendasikan rencana pengobatan atau operasi.
Sebaliknya, ia mungkin akan mengulang USG dalam beberapa minggu
atau bulan untuk memeriksa kembali kondisi kista tersebut. Jika tidak ada
perubahan atau justru kista semakin membesar, maka dokter akan meminta
tes tambahan untuk menentukan penyebab kista lainnya dan menentukan
terapi yang tepat.
3. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor
kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut
yang bebas dan yang tidak.
4. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi
dalam tumor.
5. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei
dengan isi kista bila dinding kista tertusuk
(Mediksus, 2016)
1. Laparoskopi
Jika kista berukuran kecil dan setelah pemeriksaan ditemukan adanya
kanker, maka dokter bisa melakukan laparoskopi atau operasi pengangkatan
kista. Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan kecil di dekat pusar
dan kemudian memasukkan alat kecil ke perut untuk mengangkat kista.
2. Laparotomi
Jika kista berukuran besar, dokter dapat mengangkat kista melalui
sayatan yang besar pada perut. Dokter akan melakukan biopsy langsung, dan
jika ternyata kista tersebut adalah kanker, maka dokter mungkin saja
melakukan histerektomi untuk mengangkat beserta Rahim.
(Mediksus, 2016)
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas/Biodata
B. Anamnesa
Ibu mengatakan nyeri perut kanan dan pinggang kanan bawah, mual
muntah dan kadang panas, keluar flek-flek merah kecoklatan dari vagina
a. Riwayat menstruasi
Nyeri perut : Ya
Panas menggigil : Ya
e. Diet/makan : 3 X sehari
f. Pola eliminasi :
g. Aktifitas sehari-hari :
h. Imunisasi :
TT I : 02-12-2016
TT II : 02-01-2017
Penyuli
Keada
t
Tempat Usia Jenis Jenis an
Tgl / thn Penolo kehami
No persali kehami persalina kehami BB PB anak
lahir ng lan dan
nan lan n lan sekara
persali
ng
nan
1. Tidak 47
02/02/09 Bidan 39 mg Spontan Bidan Normal 2900 Baik
Ada cm
Tidak 48
2. 25/04/12 Bidan 39 mg Spontan Bidan Normal 3.000 Baik
Ada cm
3. Abortus − − − − − − − − −
4. Abortus − − − − − − − − −
Hamil
5.
Ini
4. Riwayat kesehatan
5. Riwayat sosial
Tidak ada
A. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum :
Tinggi badan : 153 cm BB : 44 kg
LILA : 23,2 cm
2. Pemeriksaan kebidanan :
Konjungtiva : An anemis
Sclera : An ikterik
Mulut&Gigi, lidah dan geanam : Baik, Gigi : Bersih, tidak ada karlkulus,
gingivitis, Caries: Tidak ada
Dada
Pernafasan : Normal
Ekstremitas atas
Bekas luka operasi : Tidak ada Linea : Tidak ada Strie : Tidak ada
Ano Genital
Reflek patella : (+) positif Odema : Tidak ada Varices : Tidak ada
Dinding Vagina :
Adnexa :
Ukuran : Tidak dilakukan Bentuk : Tidak dilakukan
Posisi : Tidak dilakukan Konsistensi : Tidak dilakukan
Nyeri : Tidak dilakukan
B. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
HB : 11,1 gr%
Protein urine : Negative
III.ANALISA DATA
- Dukungan emosional
PENUTUPAN
A. Kesimupulan
Dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil patologis terhadap Ny.N dengan
kista simpleks ovary dan asuhan yang diberikan sesuai dengan asuhan pada
Ibu hamil dengan kista simpleks ovari. Asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan kista simpleks ovari terhadap Ny.N dilakukan pengambilan data
subjektif seperti anamnesa yaitu keluhan utama, riwayat kehamilan,
persalinan, dan nifas yang lalu, riwayat kontrasepsi, riwayat penyakit sekarang
didapatkan hasil Ny.N G5 P2 A2 datang dengan keluhan nyeri perut bagian
bawah dan pinggang kanan bawah, mual muntah dan kadang panas, keluar
flek-flek merah kecoklatan dari vagina.
Maka dengan ini, sesuai dengan materi di atas dapat disimpulkan bahwa
diagnosis kebidanan yang didapatkan yaitu Ibu G5 P2 A2 usia kehamilan 22
minggu > 6 hari dengan kista simpleks ovari.
Rencana asuhan yang diberikan kepada ibu hamil yaitu beritahu hasil
pemeriksaan, kolaborasi dengan dokter obgyn dalam melakukan tindakan dan
terapi obat, anjurkan ibu mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang,
jelaskan tanda bahaya kehamilan, jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang
kista ovari, anjurkan ibu untuk menghindari makanan yang instan, lakukan
informnt consent kepada ibu dan keluarag bahwa akan dilakukan tindakan
operasi, berikan dukungan emosional kepada ibu agar tidak cemas, anjurkan
ibu untuk istirahat yang cukup, lakukan pengambilan cek darah dan urine ibu
lalu antar ke laboratorium.
Evaluasi dari asuhan kebidanan pada ibu hamil yang telah dilakukan
terhadap Ny.N yaitu ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan, kolaborasi
dengan dokter obgyn telah dilakukan, ibu mengatakan mengerti tentang tanda
bahaya kehamilan, ibu bersedia untuk makan dengan gizi seimbang dan
menghindari makanan instan, ibu mengerti tentang kista ovari, ibu dan
keluarga bersedia untuk dilakukan tindakan operasi, pengambilan darah dan
irine sudah dilakukan dan sudah diantar ke laboratorium.
Dalam praktek pemeriksaan ibu hamil dengan kista simpleks ovari tidak
ada kesenjangan praktek dan teori yang didapat dari pendidikan.
B. Saran
1. Bagi Lahan Praktek (RSUD Kota Bekasi)
a) Agar meningkatkan kualitas pelayanan atau asuhan kebidanan kepada
ibu hamil dengan kista simpleks ovari sesuai dengan
perkembangannya serta melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan
teori yang ada.
b) Diharapkan dapat memberikan konseling yang dibutuhkan Ibu hamil
dengan kista simpleks ovary untuk mencegah timbulnya komplikasi
lebih lanjut.
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat menggunakan kesempatan belajar didalam
praktek dengan baik dan dapat mengambil ilmu yang mungkin tidak
didapatkan di institusi pendidikan terhadap ibu hamil dengan kista
simpleks ovari.
Sari, Anggrita. dkk. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Bogor : In Media
Bekasi.http://lifestyle.okezone.com/read/2013/12/29/482/918922/kematian-ibu-
dan- anak-di-kabupaten-bekasi-terus-turun, diakses pada 29 Juli 2016
Koran Sindo. 2015. Angka Kematian Ibu Masih Jauh Dari Target.
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=6&date=2015-12-22, diakses
pada tanggal 29 Juli 2016